DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR TABEL ………... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1
B. Permasalahan ………... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
D. Rencana Penulisan ... 4
1. Jadwal Survey ... 4
2. Rencana Isi ... 5
BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) PIKITRING SUAR MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 7
B. Struktur Organisasi ... 9
C. Uraian Tugas ( Job Description ) ……….. 10
D. Jaringan Usaha / Kegiatan ... 15
E. Kinerja Usaha Terkini ... 16
BAB III TOPIK PENELITIAN
A. Kas ………... 18
B. Pengawasan Intern ...20
C. Manfaat Pengendalian Internal Terhadap Pengawasan Internal Kas ... 21
D. Pengawasan Intern Penerimaan Kas ... 22
E. Prosedur – Prosedur Penerimaan Kas ... 24
F. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas ... 27
G. Prosedur – Prosedur Pengeluaran Kas ... 32
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……… 37
B. Saran ……….. 39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, dunia usaha semakin
berkembang pesat diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin ketat pula. Hal
ini terlihat dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan, baik
perusahaan nasional milik pemerintah, perusahaan swasta nasional maupun swasta
milik asing.
Semakin berkembangnya suatu perusahaan, dimana ruang lingkupnya
semakin besar dan kompleks menyebabkan manajemen tidak lagi terlibat
langsung di dalam perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem
pengawasan yang efektif dan terpadu yang nantinya diharapkan akan dapat
membantu manajemen dalam rangka mempertahankan kelangsungan jalannya
perusahaan serta meningkatkan efektifitasnya.
Setiap perusahaan memerlukan adanya prinsip akuntansi yang baik,
terutama dalam hal pengelolaan kas. Kas sangat mempengaruhi transaksi dalam
perusahaan. Oleh karena itu penggunaannya harus secara optimal. Optimal dalam
arti kata dapat menjaga keseimbangan antara jumlah yang cukup untuk menjaga
kelancaran operasi perusahaan dan menghindari kas yang menganggur. Kas
merupakan aktiva lancar yang paling mudah diselewengkan, maka itu harus ada
suatu sistem pengawasan intern kas yang baik. Diman hal ini harus didukung oleh
Pengawasan intern ini membutuhkan setidak-tidaknya pemisahan fungsi dan tugas
didalam pengurusan kas, misalnya pemisahan tugas antara penerimaan dan
pengeluaran kas. Untuk mencapai pengawasan yang baik ini perlu juga ditunjang
dengan sarana-sarana, prosedur-prosedur, dan alat-alat sehingga tujuan akhir
perusahaan dapat dengan lebih mudah tercapai.
Pengawasan dapat dilakukan dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Sebagian ahli menyatakan bahwa pengawasan dari dalam perusahaam memiliki
sifat rutin dan kontiniu. Pengawasan intern adalah mencakup rencana organisasi
dan semua metode serta tindakan yang digunakan untuk mengamankan harta
kekayaan perusahan, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya
serta mengatur aktifitas perusahaan dan membuat rencana dimasa yang akan
datang.
Masalah kas dalam perusahaan merupakan salah satu persoalan yang
penting karena hampir semua kegiatan transaksi ataupun operasi selalu berawal
dan berakhir pada kas. Pada umumnya semua transaksi yang ditemui dalam
kegiatan perusahaan selalu berhubungan dengan kas, baik penerimaan maupun
pengeluaran. Kas memiliki bentuk yang sederhana, ringan dan mudah dibawa
sehingga kas sangat disukai oleh setiap orang.
Dengan dilandasi pemikiran tersebut di atas penulis bermaksud untuk
mendalami lebih lanjut kebijaksanaan perusahaan dalam menerapkan sistem
pengawasan intern yang efektif terhadap kas dengan memilih judul “ SISTEM
INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU JL. DR. CIPTO NO.12 MEDAN.”
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Apakah pengawasan inten kas yang dilakukan pada PT. PLN (Persero)
Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan
Riau sudah berjalan efektif dan efisien.
2. Bagaimana sistem pengawasan intern kas pada PT. PLN (Persero)
Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan
Riau.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan intern kas pada PT.
PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera
Utara, Aceh dan Riau.
2. Untuk mengetahui apakah pengawasan intern kas yang dilakukan pada
PT. PLN (Persero) Proyek induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera
Utara, Aceh dan Riau telah dilakukan secara efektif dan efisien.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis adalah :
1. Bagi penulis, untuk menambah dan memperluas wawasan penulis
mengenai pengawasan intern kas dan sebagai pembanding dengan
2. Bagi Perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dalam
melaksanakan pengawasan intern kas pada masa yang akan datang.
3. Bagi Pembaca, dapat digunakan sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan.
D. Rencana Penulisan a. Jadwal Survey
[image:13.595.114.516.341.556.2]Berikut adalah jadwal survey selama penyusunan tugas akhir ini.
Tabel 1.1. Daftar Kegiatan Selama Penyusunan Tugas Akhir
No Keterangan Tanggal Survey
1 Mengurus SKS bersih 5 Agustus 2009
2 Mengajukan surat permohonan judul dan dosen pembimbing
5 Oktober 2009
3 Mengurus surat riset 8 Oktober 2009
4 Mengantar surat izin riset ke perusahaan 12 Oktober 2009 5 Mengambil surat balasan riset dari perusahaan 22 Oktober 2009 6 Meminta data ke perusahaan mengenai sejarah
ringkas perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas (job describtion), dan kinerja usaha terkini
22 Oktober 2009
7 Melakukan wawancara kepada perusahaan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas serta prosedur pengawasan internal kasnya
2 dan 9 November 2009 19 November 2009
b. Rencana Isi
Penulis akan memberikan gambaran rencana isi yang membuat lebih
terarahnya penulisan tugas akhir ini, maka dari itu penulis membagi ke dalam
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang , permasalahan, maksud dan
tujuan penelitian, rencana penulisan yang mencakup jadwal survey dan
rencana isi.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah ringkas perusahan, struktur
organisasi dan personalia, job description, jaringan usaha / kegiatan,
kinerja usaha terkini, dan rencana kegiatan.
BAB III : TOPIK PENELITIAN
Pada bab ini penulis mencoba untuk menguraikan mengenai pengertian,
fungsi, tujuan dan pengawasan intern dan juga mengenai pengertian, dan
fungsi kas, serta prosedur pengawasan intern kas yang diterapkan oleh
perusahaan.
BAB IV : PENUTUP
Hasil penelitian yang telah dikembangkan penulis, maka dalam bab ini
penulis mencoba mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang
BAB II
PROFIL PT. PLN (PERSERO) PIKITRING SUAR MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan
Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara
kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM (
Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy ) yang berpusat di negara Belanda,
sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta. Sejarah kelistrikan di Indonesia
dimulai pada tahun 1893 di daerah Batavia atau Jakarta sekarang.
Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya
dibangun di pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan listrik
no 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan
swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di tanjung Pura dan
pangkalan brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung
1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937. Pada
masa penjajahan Jepang, perusahaan listrik berada ditangan Jepang dengan
mendatangkan tenaga ahli dari Jepang, tetapi Jepang hanya mengambil alih
pengelolaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin
dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik
Sumatera, dan Perusahaan Listrik Jawa yang disesuaikan dengan struktur
organisasi pemerintahan Jepang pada saat itu.
Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
mengambil alih Perusahaan Listrik swasta Belanda dari tangan tentara Jepang.
Pengambilalihan itu selesai bulan oktober 1945 dan diserahkan pada pemerintah
Republik Indonesia dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Mengenang
peristiwa ambil alih itu maka tanggal 27 oktober ditetapkan sebagai hari listrik
nasional. Sejak tahun 1955 di Medan berdiri perusahaan listrik distribusi cabang
Sumatera Utara yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno (merangkap Kepala di
Aceh).
Kantornya berlokasi di jalan Batu Gingging (sekarang menjadi gudang
PLN), setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri No. 16/120 tanggal 20 Mei
1961, maka organisasi kelistrikan di rubah, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera
Barat, dan Riau menjadi PLN Eksploitasi II dipimpin oleh Ir Dudung
Yachyasumitra. Pada tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan Menteri
No. 1/PRT/65 ditetapkan daerah pembagian kerja PLN menjadi 15 kesatuan
daerah eksploitasi Sumatera Utara yang juga disebut daerah eksploitasi I yang
dipimpin oleh Ir Dudung Yachyasumitra, Aceh menjadi eksploitasi XIII,
Sumatera Barat dan Riau menjadi eksploitasi XIV. Pada tanggal 12 April 1969
dengan SK Menteri PU & T No. 57/Kpts/1969 dan No 193/Kpts/69 serta SK
Dirjen GATRIK No 12/K/69 jabatan pemimpin Eksploitasi I diserah terimakan
dari Ir Dudung Yachyasumitra kepada Ir Darmono dan PLN waktu itu dibagi
menjadi 14 Eksploitasi dan 4 PLN Pembangunan.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN
sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak dan wewenang dan
listrik di seluruh Indonesia, kemudian disusul dengan keputusan menteri PUTL
No. 01/PRT/73 untuk menetapkan perubahan PLN dari Perusahaan Umum Listrik
Negara sebagai satu-satunya Perusahaan Negara yang dibentuk Pemerintah untuk
membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh
Indonesia. Dalam SK Menteri tersebut ditetapkan pula pembagian kerja PLN
menjadi 14 Eksploitasi, 4 daerah distribusi dan 3 daerah pembangkitan dan sejak
itu PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diganti menjadi PLN Eksploitasi Sumatera
Utara. Menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN
Eksploitasi PROLIS yang diasuh oleh Direksi, sementara Organisasi Direksi PLN
pun mengalami perubahan pula. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II
Sumatrera Utara, PLN Pembangunan VIII kemudian menjadi PLN Pembangunan
I dan berubah menjadi Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara,
kemudian terjadi perubahan nama menjadi PT. PLN (Persero) Proyek Induk
Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau (PIKITRING SUAR)
sesuai dengan surat keputusan No. 032/K/DIR/2006 tanggal 14 Februari 2006.
B. Struktur Organisasi
Setiap Perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi sangat penting didalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi
seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas, wewenang
dan tanggung jawab dari setiap fungsi. PT PLN (Persero) Proyek Induk
organisasi garis lurus staff (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi
perusahaan tersebut karena :
1. Pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan.
2. General manajer langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk
kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah
ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.
Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada
bawahannya dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang
kerjanya. PT. PLN (Persero) Pikitring Suar dipimpin oleh seorang General
Manager yang membawahi beberapa manajer bagian yang terdiri dari :
1. Manajer bidang perencanaan.
2. Manajer bidang operasi.
3. Manajer bidang SDM administrasi dan keuangan.
C. Uraian Tugas ( Job Description )
Adapun uraian tugas dari PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah ;
1. General Manajer
a. Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan proyek dan pembangunan
Pembangkit dan Jaringan Tenaga Listrik sesuai yang tercantum dalam
Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk Operasional (PO), dan Anggaran
Investasi (AI) serta bertanggung jawab terhadap biaya jadwal dan mutu
semua program pembangunan dan APBN, LOAN, APLN telah diketahui
oleh direksi.
b. Menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) proyek
induk.
c. Mengolah kegiatan proyek dan bertindak sebagai wakil pemilik (owner).
d. Menetapkan system manajemen kinerja dan system manajemen mutu
proyek induk serta pengendaliannya.
e. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain untuk
kelancaran dan keberhasilan penyelesaian proyek.
f. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota dalam bidang
proyek induk.
g. Mengembangkan strategi dan kebijakan pokok untuk meningkatkan
kerja proyek induk.
h. Memastikan kelancaran koordinasi dan Service Level Agreement (SLA)
dan PT. PLN (Persero) jasa konstruksi.
i. Menetapkan laporan manajemen proyek induk.
2. Kepala Audit Internal
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan audit manajemen untuk
menjamin pencapaian target kinerja proyek induk sesuai penetapan direksi dengan
ketentuan dan kebijakan proses manajemen sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Rincian tugas kepala audit internal adalah :
a. Merumuskan program kerja pemeriksaan tahunan sesuai Program Kerja
b. Melaksanakan audit internal, meliputi pelaksanaan kegiatan proyek induk,
keuangan, system sumber daya manusia dan administrasi.
c. Merumuskan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses
Manajemen dan Operasional.
d. Memantau tindak lanjut temuan hasil audit internal.
3. Manajer Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab atas tersedianya perencanaan kerja atas pelaksanaan
kegiatan perencanaan konstruksi pembangunan proyek pembangkit dan jaringan,
penetapan kebijakan manajemen yang strategis dalam rangka pencapaian target
kinerja proyek induk serta mendukung restrukturisasi organisasi proyek induk.
Rincian tugas pokok manajer bidang perencanaan adalah :
a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) proyek induk tahunan.
b. Melaksanakan evaluasi kinerja serta sosialisasi penerapannya kepada
organisasi proyek.
c. Merencanakan dan mengelola kegiatan pembebasan tanah dan mengelola
kegiatan soil investigation.
d. Menyiapkan AMDAL, UPL, dan RKL serta perijinan.
e. Mengolah dan membina sistem manajemen mutu.
f. Merumuskan standar produk/materi, serta membina penerapannya.
g. Melaksanakan perencanaan proyek yang sinergi dengan koordinasi
bersama jasa manajemen konstruksi.
4. Manajer Bidang Operasi
Rincian tugas manajer bidang operasi adalah :
a. Menyusun rencana kerja staf operasi sesuai rencana kerja proyek induk.
b. Merumuskan dan mengevaluasi kinerja bidang serta sosialisasi
penerapannya.
c. Mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan administrasi teknik meliputi
administrasi, tenaga asing, kontrak-kontrak dan berita pembayaran.
d. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan dan pengendalian sarana kerja proyek
sesuai dengan kontrak agar tepat waktu sesuai kualitas dan kuantitas.
e. Membina hubungan kerja dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas.
f. Melaksanakan pemantauan kemajuan fisik proyek secara berkala untuk
menghindari keterlambatan.
g. Mengelola penerimaan dan pengeluaran barang serta tata usaha gedung.
h. Memberi laporan manajemen sesuai bidangnya.
5. Manajer Bidang SDM, Administrasi Dan Keuangan
Bertanggung jawab atas pengelolaan SDM, Administrasi dan Keuangan
untuk mendukung pelaksanaan pekerja kegiatan proyek induk dalam mencapai
kinerja target proyek induk sesuai penetapan direksi. Rincian tugas pokok manajer
bidang SDM, Administrasi dan Keuangan adalah :
a. Merencanakan jenjang karir dan siklus untuk SDM tingkat pelaksanaan di
b. Melaksanakan manajemen berbasis kompetensi dalam hal penetapan posisi
SDM, penilaian unjuk kerja pegawai serta pendidikan dan latihan.
c. Melaksanakan tata usaha kepegawaian dalam hal reminsasi, mutasi data
pegawai.
d. Melaksanakan pekerjaan kesekretariatan pengolahan keluar masuk surat
serta menjamin kerahasiaannya.
e. Mengelola sistem informasi dan memelihara peralatan perangkat kerasnya.
f. Melaksanakan penyedian dan memelihara peralatan kantor.
g. Melaksanakan pengendalian aliran kas penerimaan dan pengeluaran serta
membuat laporan rekonsiliasi keuangan.
h. Melakukan pengolahan keuangannya berdasarkan kegiatan proyek induk.
i. Melaksanakan kegiatan akuntansi biaya PDP dan aktiva tetap.
j. Menetapkan laporan manajemen di bidangnya.
6. Proyek Pembangkit
Rincian tugas pokok manajer proyek pembangkit adalah :
a. Mengkoordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi
dengan unit jasa manajemen konstruksi.
b. Melakukan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil
pemilik (owner) dari poyek induk.
c. Menyusun Basic Communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap
d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak
jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dari pihak
konstruksi.
e. Menugaskan pengawasan mutu, tertib biaya dan ketetapan waktu
pelaksanaan proyek tehadap setiap pihak pelaksanaan konstruksi dan pihak
jasa manajemen konstruksi.
f. Menetapkan laporan manajemen proyek pembangkit.
7. Proyek Jaringan
Rincian tugas pokok manajer proyek jaringan adalah :
a. Mengkoordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi
dengan unit jasa manajemen konstruksi.
b. Melaksanakan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil
pemilik, (owner) dari proyek induk.
c. Menyusun basic communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap
pihak terkait.
d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak
jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dengan pihak
konstruksi.
D. Jaringan Usaha/ Kegiatan
Jaringan usaha / kegiatan PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR Medan
1. Proyek PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air ) Sipansihaporas, yang
berlokasi di desa Husor, dan Sibuluan II kabupaten Tapanuli Tengah,
Propinsi Sumatera Utara dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar
33 + 17 MW (Mega Watt).
2. Proyek PLTA Renun, berlokasi di Kabupaten Dairi, sekitar 100 km selatan
kota Medan dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar 2 × 41 MW.
Pola operasi PLTA ini yaitu air sungai ditampung pada kolam Tando
Harian seluas 10 ha untuk dapat melayani beban puncak selama ± 5 jam
dengan debit 22,1 m3/detik.
3. Proyek PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) Labuhan Angin, lokasi
proyek di desa Tapian Nauli Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli
Tengah. Kapasitas produksi tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 2 × 15
MW, dengan spesifikasi bahan bakar yaitu batu bara kalori rendah dengan
kebutuhan batu bara 1.152.000 ton / tahun.
E. Kinerja Usaha Terkini
Pada tahun 2009 ini PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau memiliki beberapa buah proyek yang
harus dikerjakan baik proyek yang telah berjalan ataupun proyek yang baru
berjalan.
Adapun proyek-proyek tersebut antara lain :
1. Penyelesaian Proyek Induk PLTU Labuhan Angin.
3. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Simangkuk – Porsea.
4. Pekerjaan Gardu Induk 150 kV Simangkuk.
5. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Binjai galang.
6. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Galang – Simangkuk.
7. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Simangkuk – Sarulla.
8. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Sarulla – Padang Sidempuan.
F. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan transmisi 275 kV dan Gardu Induk.
2. Pembangunan transmisi 150 kV dan Gardu Induk.
3. Pembangunan PLTA Asahan III.
4. Pembangunan PLTA Peusangan.
5. Pembangunan PLTU Meulaboh.
6. Pembangunan PLTU Pangkalan Susu.
pembangunan PLTU Riau yang terbagi dalam beberapa wilayah yaitu:
BAB III
TOPIK PENELITIAN A. Kas
Kas adalah komponen aktiva paling aktif dan sangat mempengaruhi setiap
transaksi yang terjadi. Hal ini disebabkan karena setiap transaksi memerlukan
suatu dasar pengukuran yaitu kas. Banyak transaksi perusahaan baik langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas.
Tidak hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja,
melainkan meliputi semua jenis asset yang dapat dipergunakan dengan segera
untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.
Sebagai harta yang paling likuid, kas adalah media pertukaran baku dan
dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pos lainnya. Agar dapat
dilaporkan sebagai kas pos bersangkutan harus siap tersedia untuk pembayaran
kewajiban lancar dan harus terbebas dari setiap ikatan kontraktual yang
membatasi penggunaannya dalam pemenuhan hutang.
Kas terdiri dari simpanan komersial dan rekening atau deposit di bank atau
di tempat lainnya serta pos-pos yang ada di dalam yang dapat dipergunakan
sebagai media tukar atau yang dapat diterima oleh bank dengan nilai nominal
yang tercantum padanya. Kas yang ada dalam perusahaan meliputi dana kas kecil
(petty cash), dana pertukaran (change funds) dan dana-dana lain yang
dipergunakan dan tidak segera dibelanjakan secara teratur serta pos-pos seperti
cek pribadi, cek perjalanan, cek kasir, wesel bank dan pos wesel. Rekening
Dari segi akuntansi yang dimaksud dengan kas adalah :
“Kas adalah segala sesuatu, baik yang berbentuk uang atau bukan yang dapat
tersedia dengan segera dan diterima sebagai pelunasan kewajiban pada nilai
nominalnya.”(Soemarso, 2004 : 320)
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia bahwa :
“Kas terdiri dari saldo kas (cash and hand) dan rekening giro setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid berjangka pendek dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
resiko perubahan-perubahan yang signifikan.”(IAI, 2007 : 22)
Pengertian kas yang lain adalah :
“Kas adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan dan rekening giro
simpanan-simpanan di bank yang pengambilannya tidak dibatasi baik dalam
waktu maupun jumlahnya dan investasi jangka pendek yang secara formal disebut
kas dan setara kas.”(Munawir, 2002 : 42 )
Adapun fungsi kas adalah sebagai berikut :
1. Membiayai kegiatan operasional perusahaan.
2. Sebagai alat tukar pembayaran.
3. Alat yang diterima sebagai net bank sebagai nilai nominal.
4. Sebagai investasi baru dalam aktiva tetap.
B. Pengawasan Intern
Pengawasan intern merupakan alat pengawasan yang sangat membantu
manajemen dalam melaksanakan tugas. Sehingga mempunyai peranan yang
sebagai permasalahan pengecekan internal atau internal check yang hanya
menyangkut segi teknik pembukuan yang dapat menjamin ketelitian dan
kecermatan data perusahaan maupun pelaksanaannya dan jika ditemui maka
dilakukan pemeriksaan atau prosedur-prosedur tambahan.
“Pengawasan intern merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva
dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, memastikan
bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”
(Warren, Reeve, Fees, 2005:289)
Dari sisi lain pengertian pengawasan intern (Internal Control) dapat
dipandang dalam dua arti, yaitu :
1. Dalam arti sempit
Pengawasan intern merupakan pengecekan penjumlahan, baik
penjumlahan mendasar (cross footing) maupun penjumlahan menurun
(down footing).
2. Dalam arti luas
Pengawasan intern tidak hanya meliputi pekerjaan pengecekan, tetapi
meliputi semua alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan
pengawasan. Berikut ini akan diberikan pengertian sistem pengawasan
intern :
“Sistem pengawasan intern suatu organisasi terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar
Berdasarkan pengertian pengawasan intern kas yang diuraikan di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan intern merupakan
pengawasan akuntansi yang meliputi rencana, prosedur dan pencatatannya yang
berfungsi untuk :
a. Menjaga kekayaan organisasi.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
c. Mendorong efisiensi.
d. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.
Jadi, fungsi pengawasan intern kas adalah untuk menjaga agar rencana
yang telah ditetapkan dapat berjalan secara menguntungkan, efektif dan ekonomis.
C. Manfaat Pengendalian Internal Terhadap Pengawasan Internal Kas Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengawasan intern kas pengendalian internal sangat bermanfaat
karena :
1. Pengendalian intern memberikan pedoman-pedoman tentang pengawasan
internal kas.
2. Menjadi dasar dalam prosedur-prosedur pengawasan intern kas yang
dilakukan oleh perusahaan.
3. Dapat memudahkan pelacakan kesalahan pengawasan intern kas baik yang
D. Pengawasan Intern Penerimaan Kas
Setiap perusahaan mempunyai sumber penerimaan kas, baik yang bersifat
rutin maupun tidak. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka
dapat dipastikan bahwa semua penerimaan kas sudah dicatat, diklasifikasikan
secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas. Untuk setiap
bukti penerimaan kas berisikan :
1 Tanggal penerimaan.
2 Nama orang atau perusahaan yang melaksanakan pembayaran.
3 Berapa jumlah uang yang diterima.
4 Transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu.
5 Nama orang/kasir yang menerima kas tersebut.
Pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR, bukti penerimaan kas dibuat
rangkap empat, yaitu :
a. Lembar pertama untuk Seksi Akuntansi.
b. Lembar kedua untuk Seksi Keuangan.
c. Lembar ketiga untuk Kasir.
d. Lembar keempat untuk Seksi Akuntansi.
Untuk dapat mengawasi penerimaan kas perlu adanya pemisahan fungsi
pencatat dan pengelola kas. Adapun tujuan dari pengawasan intern atas
1. Untuk menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar diterima dan dicatat
sebagaimana mestinya.
2. Untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang
diterima yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk membuktikan kewajaran dan keberadaan kas yang tercantum di
dalam neraca.
Dalam pengawasan intern penerimaan kas, perusahaan ini telah melakukan
pemisahan fungsi pencatat dan pengelola kas serta membuat laporan penerimaan
kas setiap harinya yang dilakukan oleh Seksi Anggaran dan Keuangan dan Seksi
Akuntansi. Untuk pengawasan kas harus disesuaikan dengan keadaan khusus dari
suatu perusahaan. Pada umumnya sistem pengawasan intern kas menolak praktek
pencatatan kas dan penanganan uang kas berada dalam satu tangan. Kemungkinan
besar penyalahgunakan kas dapat dikurangi apabila dua atau lebih pegawai
bekerja sama untuk melawan maksud-maksud penggelapan uang kas.
Dengan diadakannya pemeriksaan intern kas dalam selang waktu yang
tidak beraturan, dapat mendorong setiap pegawai melakukan pekerjaannya dengan
benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara analisa, penilaian rekomendasi, dan
komentar-komentar terhadap kinerja karyawan dan kegiatan operasi perusahaan.
E. Prosedur – Prosedur Penerimaan Kas
Pada setiap perusahaan, prosedur penerimaan kas merupakan peranan yang
sangat penting karena kas merupakan salah satu faktor utama jalannya kegiatan
perusahaan agar transaksi kas tidak terpusat pada satu bagian saja. Hal ini perlu
agar dapat memenuhi prinsip-prinsip pengawasan intern kas.
Pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR telah menyusun sistem
penerimaan kas yang teratur. Penerimaan kasnya berasal dari berbagai aspek. Dari
dalam maupun dari luar. Salah satunya bisa berasal dari pemotongan pajak dan
Sumber : PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR Gambar 3.1
Bagan Alir Prosedur Penerimaan Kas
Berkas Bukti / Nota Dinas
Bukti kas / bank kembali ke Bagian
Keuangan Proses pengesahan
bukti kas / bank ( pembubuhan tanda tangan oleh Jabatan
yang berewenang ) Pembuatan Bukti
Kas / Bank
Verifikasi dan pemberian kode AT
Pembayaran transaksi yang ada di Bukti Kas
/ Bank
Bukti kas / bank (asli) diserahkan ke
Bagian Akuntansi
Bukti kas / bank dicatat di Buku kas /
bank untuk dihitung Saldo Harian Kas /
Penjelasan :
1. Berkas atau nota dinas masuk ke bagian keuangan.
Pada bagian ini uang diterima oleh kasir dari orang yang melakukan
pembayaran. Tugas kasir disini yaitu memasukkan nama orang, transaksi
dan jumlah uang yang dibayarkan kedalam bukti penerimaan kas. Kasir
harus berhati-hati dalam melakukannya, karena apabila salah tulis atau
salah informasi maka akan berakibat buruk ke depannya. Ketelitian dan
ketepatan sangat diperlukan dibagian ini.
2. Berkas atau nota dinas tersebut dibuatkan bukti kas / bank yang kemudian
dicatat pada pos kode AT yang telah ditentukan.
Setelah bukti penerimaan kas sudah benar, lalu dicatat pada pos kode AT.
Ini sangat berguna agar tidak berantakan dan sesuai dengan apa yang
terjadi. Pos kode-kode AT juga telah ditentukan sebelumnya sehingga bisa
langsung dicocokkan.
3. Bukti kas / Bank diedarkan untuk ditanda tangani oleh pejabat yang
berwenang. Setelah bukti kas / bank selesai disahkan, bukti tersebut
kembali ke bagian keuangan dan siap untuk dibayarkan. Pada PT. PLN
(Persero) PIKITRING SUAR juga telah membuat ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Apabila uangnya lebih kecil dari Rp. 5.000.000.- maka
ditanda tangani oleh Kabag Keuangan dan MSAK, sedangkan bila
uangnya lebih besar dari Rp. 5.000.000.- maka ditanda tangani oleh
pemisahan kerja antara masing-masing karyawan. Sehingga fungsi
karyawan disini dapat berjalan efisien dan akurat.
4. Setelah bukti kas / bank dibayarkan, selanjutnya kas tersebut akan dicatat
di buku kas / bank untuk penghitungan saldo akhir harian kas / bank.
Disini karyawan harus sangat teliti karena tidak boleh ada kesalahan dalam
pencatatan. Saldo akhir juga harus balance yang menandakan tidak ada
kesalahan dalam mencatatnya.
5. Setelah didapat saldo akhir harian, bukti kas / bank disortir untuk
diarsipkan dan diserahkan ke Bagian Akuntansi untuk diproses di
Akuntansi.
Laporan yang dibuat oleh bagian keuangan PIKITRING SUAR memuat
tentang penggolongan transaksi-transaksi yang ada di bukti kas / bank ke dalam
kode-kode anggaran tunai (AT) biaya rutin dan kolom biaya investasi yang telah
tersedia. Ketepatan penggolongan transaksi bukti kas / bank dalam kode-kode AT
sangatlah penting, agar pemakaian dana untuk biaya-biaya bisa sesuai dengan
anggaran tunai yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
F. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR
bermacam-macam, terdapat banyak pos-pos untuk pengeluaran kas. Pos- pos tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tunjangan Kerja
a. Pemeliharan gedung,
1. Kantor
2. Gudang
3. Ruang dinas
4. Bengkel
b. Pemeliharaan kendaraan bermotor,
1. Jeep
2. Bus
3. Sedan
4. Pick Up
5. Minibus dan ambulans
6. Sepeda motor
7. Sewa kendaraan bermotor
8. STNK semua kendaraan
9. BBM solar
10.BBM premium
c. Pemeliharaan peralatan,
1. Kantor
2. Gudang
3. Wisma
4. Bengkel
a. Honor dan biaya.
b. Pemakaian perkakas dan perlengkapan.
c. Bahan makanan.
d. Biaya pengolahan data dan penagihan.
e. Rupa-rupa persediaan biaya dan servis kecil.
f. Biaya hansip / keamanan.
g. Konsumsi.
h. Perjalanan dinas.
i. Pos,telegram, dan telepon.
j. Pemakaian listrik,gas, dan air.
k. Sewa gedung/tanah.
l. Alat keperluan kantor (tulis, gambar).
m. Barang cetakan
n. Biaya bank.
o. Pajak/PBB.
p. Asuransi.
q. Iuran abonemen dan iklan.
r. Penerbitan/ekshibisi.
s. Lain-lain.
Beban gaji karyawan tidak termasuk ke dalam pengeluaran-pengeluaran di
atas karena dilakukan dengan sistem payroll yaitu sistem yang bekerjasama
rekening masing-masing karyawannya. Dengan begini, akan mempermudah
karyawan-karyawan dalam mendapatkan hak mereka.
Untuk pembayaran biaya operasional dan biaya lain yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan biasanya menggunakan kas yang ada di perusahaan,
dimana setiap pengeluaran yang terjadi harus disesuaikan dengan anggaran yang
sudah ditetapkan dan tidak boleh melebihi anggaran yang telah ditetapkan
tersebut. Ini juga didukung oleh bukti-bukti pendukung seperti bukti pembayaran
kas dan pembayaran bank. Kasir akan mengeluarkan kas sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan setelah disetujui dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
Untuk pengeluaran yang relatif kecil, perusahaan menggunakan dana kas
kecil atau petty cash yang dipegang oleh kasir. Dana kas ini dipergunakan untuk
membayar pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil jumlahnya.
Bila ditinjau mengenai pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan dalam
menetapkan sistem pengawasan sudah cukup baik serta adanya peraturan yang
berlaku, hal ini dapat dilihat dari :
1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam transaksi pengeluaran
kas, mencatat pengeluaran kas, serta yang memberikan otorisasi atas
pengeluaran kas.
2. Dalam setiap transaksi pengeluaran kas dibuatkan bukti kas untuk
menunjukkan berapa besar jumlah pengeluaran kas dan kepada siapa kas
3. Setiap ada transaksi pengeluaran kas, kasir langsung mencatat pengeluaran
tersebut dalam buku kas harian.
4. Otorisasi pejabat yang berwenang dalam melaksanakan transaksi
pengeluaran kas. Dalam hal ini jika dana kas yang jumlahnya sampai
dengan lima juta rupiah yang berwenang mengotorisasi bukti pengeluaran
baik kas atau bank yaitu Manager Supervisor Administrasi Keuangan dan
Deputi Manager Bagian Keuangan, sedangkan jika pengeluaran diatas
lima juta rupiah yang berwenang mengotorisasinya adalah General
Manager (GM) dan Manager Supervisor Administrasi Keuangan.
5. Digunakannya kartu registrasi harian kas untuk memperlihatkan
kesesuaian jumlah fisik dana kas yang tersedia di kasir dengan yang
tercatat di buku kas perusahaan.
C. Prosedur – Prosedur Pengeluaran Kas
Selain penerimaan kas, hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah
pengeluaran kas. Setiap perusahaan harus teliti dan akurat dalam menulis atau
mencatat pengeluaran – pengeluarannya. Hal ini diperlukan agar sewaktu tutup
buku di akhir bulan nanti tidak berantakan laporan keuangannya. Semuanya
terlihat antara penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Untuk itu, PT. PLN
Sumber PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR
Gambar 3.2
Bagan Alir Prosedur Pengeluaran Kas PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR
Membuat permintaan pengeluaran Bukti kas / Bank Tanda tangan Pencairan dana Pembayaran transaksi Penyerahan bukti kas /
Bank
Penghitunga n saldo
harian Bagian
Keuangan Pemberian kode AT
Penjelasan :
1. Bagian yang memerlukan kas mengajukan berkas ke bagian keuangan.
2. Setelah berkas masuk, bagian keuangan membuat bukti kas / bank.
3. Kemudian bukti kas tersebut diverifikasi dan pemberian kode AT.
4. Setelah itu dilakukan proses otorisasi atau pengesahan bukti kas / bank
(pembubuhan tanda tangan pejabat yang berwenang).
5. Bukti kas / bank kembali ke bagian keuangan untuk dilakukan pencairan
dana yang sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
6. Setelah itu dilakukan pembayaran transaksi yang ada di bukti kas / bank.
7. Kemudian bukti kas / bank dicatat di buku kas / bank untuk dihitung saldo
harian kas / bank.
8. Bukti kas / bank yang asli diserahkan ke bagian akuntansi.
Bila kita melihat dari prosedur-prosedur di atas, kita dapat mengetahui
bahwa sistem pengeluaran kas pada perusahaan ini sudah terlaksana dengan baik
karena sangat terstruktur dan akurat. Bukti-bukti pengeluaran kas sudah
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Pada perusahaan ini juga kita dapat
melihat bahwa pengeluaran kasnya didukung dengan adanya bukti-bukti berupa
bukti kas dan bukti bank yang berisikan besarnya kas yang dikeluarkan untuk
operasional perusahaan. Selanjutnya kasir akan memeriksa bukti dan
mempersiapkan pengeluaran kas dan kemudian membukukan ke dalam buku kas
atau buku bank.
Dalam penerapan pengawasan intern kas, perusahaan menggunakan
a. Kartu anggaran
Berisikan no/tanggal persetujuan anggaran, jenis anggaran, dana untuk
anggaran yang disetujui, realisasinya serta masih tersisanya anggaran atau
tidak.
b. Bukti Pengeluaran Kas / Bank
Berisikan jumlah pengeluaran yang dibayarkan oleh perusahaan serta
keterangan untuk transaksi apakah pengeluaran tersebut.
c. Kas Kecil (Petty Cash)
Yaitu dana kas kecil yang dipergunakan untuk transaksi-transaksi yang
jumlah dananya tidak terlalu besar.
d. Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Berisikan tentang anggaran kegiatan perusahaan selama satu tahun yang
berfungsi untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan.
e. Kartu Register Harian Kas
Berisikan tentang jumlah-jumlah fisik nominal dana kas yang tersedia,
seperti jumlah lembar uang kertas, jumlah uang logam, jumlah lembar cek,
jumlah lembar giro, serta mencatat beda kas atau kelebihan kas yang ada
dengan yang tercatat di buku kas.
f. Rekonsiliasi Bank
Pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR memiliki rekening pada Bank
BNI. Rekonsiliasi bank bertujuan untuk memastikan bahwa saldo buku
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kas merupakan aktiva lancar dan memegang peranan penting dalam
menjalankan operasi perusahaan dan oleh karena itu perusahaan telah
membuat suatu sistem pengawasan intern atas penerimaan dan
pengeluaran kas.
2. PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR melakukan pemisahan fungsi
penerimaan kas, pencatatannya, dan penyimpanan kas. Hal ini dilakukan
perusahaan mengingat kas merupakan aktiva yang mudah diselewengkan
tanpa adanya bukti kepemilikan.
3. Dalam hal penerimaan maupun pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero)
PIKITRING SUAR harus didasarkan pada bukti-bukti otentik dan
diotorisasi oleh manajer keuangan. Dengan demikian perusahaan mampu
mewujudkan pengawasan terhadap kas.
4. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) PIKITRING
SUAR adalah sistem garis lurus staff (staff line) yaitu aliran perintah dan
pengawasan datang dari pemimpin tertinggi yaitu general manager dan
selanjutnya mengalir ke bawah yaitu deputi manajer masing-masing
berfungsi sebagai orang ahli dalam bidang tertentu dan dapat memberi
pendapat kepada kepala cabang.
5. Setiap penerimaan dan pengeluaran kas mempunyai bukti-bukti yang di
tandatangani oleh pejabat-pejabat yang berwenang.
6. Segala bentuk pengeluaran dilakukan dengan menggunakan bukti kas /
bank, cek , dan dana kas kecil untuk pengeluaran yang jumlahnya relative
kecil.
7. Sebagai alat bantu dalam melakukan pengawasan internnya, PT. PLN
(Persero) PIKITRING SUAR membuat suatu anggaran kas yang berisi
rencana penerimaan dan pengeluaran kas.
8. Tidak adanya bagian yang dibentuk dalam perusahaan yang bertugas untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kasir dalam mengelola kas kecil.
9. Dalam pembayaran gaji pegawai perusahaan bekerjasama dengan bank,
selanjutnya bank langsung mentransfer gaji ke rekening masing-masing
karyawan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba
memberikan saran yang mungkin berguna untuk diterapkan bagi pimpinan
perusahaan dalam mengambil keputusan dan sebagai bahan pertimbangan di masa
yang akan datang. Adapun saran yang diberikan penulis adalah :
1. Sistem pengawasan intern penerimaan kas dan pengeluaran kas pada PT.
PLN (Persero) PIKITRING SUAR telah berjalan dengan efektif.
Sebaiknya perusahaan dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan
pengawasan intern kas mengingat perkembangan zaman dan teknologi
yang semakin pesat yang memicu kebutuhan pribadi yang semakin
meningkat pula sehingga dapat mendorong seseorang untuk berbuat
kecurangan.
2. Pengawasan intern terhadap kas yang telah diterapkan pada perusahaan ini
hendaknya lebih dipantau secara teratur guna mendeteksi
kelemahan-kelemahan yang ada sedini mungkin sehingga dapat ditemukan solusinya
untuk segera diadakan perbaikan.
3. Hendaknya prosedur-prosedur dalam penerimaan dan pengeluaran kas
dapat lebih diperinci lagi guna menghindari penyelewengan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.
Abubakar, Erwin, 2001, Jurnal Ekonomi, Pertimbangan Intern Dalam Mengaudit Laporan Keuangan Perusahaan Kecil, Edisi April, BPFE USU, Medan.
Warren, Carl, S, Reeve, Phlip, E, Fees, 2005, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Alih Bahasa Alfonsus dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta.
Munawir, S, 2002, Pokok-Pokok Akuntansi, Edisi Pertama, PT. Bima Pena Pariwara, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standard Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo, Media Indonesia, 2002, Otonomi Daerah Sebagai Upaya
Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah, Edisi Juni, Jakarta (www.
media indonesia.co.id).