• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Pustaka. memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, organisasi maaupun masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Tinjauan Pustaka. memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, organisasi maaupun masyarakat"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis yang merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, organisasi maaupun masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, maka perusahaan akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan penciptaan produk pemuas kebutuhan yang disalurkan kepada konsumen melalui proses pemasaran.

Definisi mengenai pemasa ran yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2001:6) adalah suatu proses manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Pengertian tersebut bertumpu pada konsep pokok tentang kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, pertukaran dan transaksi pasar, pemasaran dan pemasar.

2.1.2 Manajemen Pemasaran

Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi.

(2)

Manajemen Pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program-program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi dan distribusi dari produk, jasa dangagasan yang dirancang untuk menciptakan serta memelihara pertukaran yangmenguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. (Boyd dkk, 2000:18)

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

2.2 Kemasan

2.2.1 Pengertian Kemasan

Klimchuk dan Krasovec ( 2006 : 33) menyatakan bahwa kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik.

Pengemasan suatu produk biasanya juga dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha

(3)

memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

2.2.2 Daya Tarik Kemasan

Daya tarik kemasan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam kesuksesan pemasaran. Daya tarik kemasan merupakan magnet utama yang akan menarik minat konsumen untuk memperhatikan serta menilai produk hingga mempengaruhinya untuk melakukan pembelian.

Klimchuk dan Krasovec ( 2006 : 82) menyatakan bahwa terdapat beberapa unsur-unsur penting dalam sebuah kemasan produk seperti warna, tipografi, struktur dan citra.

1. Warna

Warna adalah salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemsan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-aribut lainnya, dan memungkinan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Keputusan pembelian sering dibuat berdasarkan hal tersebut.

Warna dapat mengidentifikasikan budaya, jenis kelamin, usia, etnis, daerah lokal dan harga, atau membedakan elemen visual dan elemen-elemen tipografi. Penggunaan warna yang tepat dapat dapat menerobos kategori

(4)

produk dan mendiferensiasi ragam produk, komposisi, rasa, atau bau dalam suatu lini produk.

Banyak produk konsumsi yang dikenali dari warna desain kemasannya. Warna merupakan segi penting suatu kepribadian produk atau citra merek. Jika warna “mempunyai karakter yang unik” atau memiliki arti sekunder (konsumen segera mengaitkan desain dengan merek tertentu). Warna bisa menjadi suatu merek dagang dan menjadi “pembungkus dagang” suatu kemasan. Ukuran, bentuk, konfigurasi grafis, warna dan komponen-komponen, nonfungsional desain yang lain, bisa menjadi merek dagang.

Pemakaian satu warna yang konsisten dalam satu desain kemasan atau dalam suatu lini produk dapat menetapkan warna sebagai alat pengidentifikasi merek. Konsistensi pemakain warna dapat mencegah produk pesaing untuk meniru bungkus dagang produk secara sengaja. Karena desain kemasan diidentifikasi dari warnanya.

2. Tipografi

Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama untuk mengko-munikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakan dibaca. Akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk.

Tipografi diturunkan dari kata-kata Yunani typos (“impresi’) dan graphein (“menulis”). Tipografi adalah penggunaan bentuk huruf untuk

(5)

mengkomuni-kasikan secara visual suatu bahasa lisan. Oleh karena huruf dibentuk oleh budaya asal huruf, penggunaan huruf sebagai sarana tipografi adalah bagian dari bahasa visual suatu budaya.

Bentuk tipografi bisa berupa huruf atau karakter individual, kata-kata, bentuk-bentuk, atau simbol-simbol. Kemudahan untuk dibaca, mudah dikenali, waktu bacaan, (berapa lama waktu yang diperlukan seseorang untuk membacanya), ukuran, bentuk, dan gaya, semuanya merupakan karakteristik tipografi yang mempengaruhi komunikasi. Secara khusus, baik mekanika cara pembacaan, (misalnya, dari kiri ke kanan dan sebaliknya) maupun persepsi individual mempunyai pengaruh penting pada komunikasi tipografi.

Aturan tipografi yang dapat diaplikasikan pada medium cetak lainnya seperti ukuran huruf, penggunaan huruf besar, penggunaan tipe huruf dekoratif, urutan tipografi, spasi, kerning, dan tanda sambung bukan merupakan aturan yang diharuskan sama dalam kemasan. Karena tipografi dalam kemasan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran pada media tiga dimensi dan awalnya terlihat dari kejauhan oleh konsumen masyarakat dari berbagai latar budaya, sosial dan etnis yang berbeda, dalam waktu yang singkat, aturan tipografi diarahkan oleh masing- masing individu.

Tipografi untuk Desain Kemasan haruslah :

1. Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya. 2. Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi

(6)

4. Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk.

3. Struktur dan Material

Dalam pikiran konsumen, kemasan adalah produk. Bagi banyak produk, konfigurasi fisik mewujudkan identitas visual suatu merek. Struktur dan material digunakan sebagai tempat penyimpanan, perlindungan dan transportasi produk dan menyediakan permukaan fisik bagi desain kemasan.

Dalam lingkungan ritel struktur kemasan mendukung umur penyimpanan produk dan menyediakan kualitas nyata dan fitur protektif yang kesemuanya mempengaruhi ketertarikan awal konsumen terhadap produk. Pemilihan struktur pada akhirnya ditentukan oleh keputusan pengguna akhir, dimana stuktur melakukan tugas ergonomisnya termasuk membuka dan menutup dengan baik, mengeluarkan dan beberapa kasus menyimpan produk. Pertimbangan material dan keunggulan serta kelemahannya harus dipertimbangkan diawal setiap tugas desain kemasan.

Keputusan struktural dan material bisa menjadi isu yang paling penting karena keputusan ini mengarah pada perlindungan dan transportasi produk yang efektif, dan pada akhirnya kepuasan konsumen. Struktur dan material mungkin ditentukan oleh apa yang telah tersedia di pasar atau oleh teknologi dan penemuan baru. Apapun itu, dasar desain kemasan ditentukan oleh faktor desain struktural.

Pengetahuan dasar mengenai berbagai tipe material dan struktur yang sesuai untuk desain kemasan adalah merupakan hal yang penting. Struktur dan material bisa dibagi kedalam beberapa kategori umum.

(7)

a. Kardus

Kardus bisa menjadi kemasan yang fungsional, murah dan dapat didaur ulang. Sifat fungsional kardus memunginkan kreativitas struktural dan bahkan karton lipat sederhana bisa menjadi solusi yang baik karena permukaannya yang luas dan datar dapat berfungsi sebagai tempat untuk membangun billboarding bagi identitas merek.

b. Plastik

Terdapat banyak variasi plastik yang menawarkan kualitas dan properti yang berbeda-beda yang melayani serangkaian kebutuhan penyimpanan. Variasi plastik tersebut bisa kaku atau fleksibel, bening, putih, atau berwarna, transparan, ataupun opaq dan dapat dicetak kedalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Struktur kemasan plastik digunakan dalam hampir semua kategori produk, termasuk tempat susu, botol soda, tempat mentega, mangkuk pasta, atau nasi yang dapat dimasukkan dalam micro wave, shampo, obat-obatan beku, sabun, dan lain-lain. Desain kemasan plastik dengan kontur atau bentuk yang khas akan mudah diidentifikasi dan memberikan karakter bagi suatu kategori produk.

c. Karton Lipat

Karton lipat biasanya didesain dengan konstruksi selembar kardus atau kardus gelombang yang di press, kemudian diberi alur untuk dilipat, dan dilem untuk menghasilkan sebuah bentuk struktur.

(8)

d. Kotak Jadi

Kotak jadi adalah struktur kaku yang telah dicetak dengan bagian atas dan bagian bawah. Kotak jadi umumnya dibuat dari kardus yang berat atau papan yang terbuat dari serpihan kayu dan dilaminasi dengan kertas dekoratif, material dekoratif atau material lainnya. Sering digunakan untuk bahan kosmetik, permen, perhiasan, dan produk kelas atas lainnya. Struktur ini merupakan struktur rumit yang memberikan kesan mewah dan menambah daya tarik visual bagi produk.

e. Kaleng

Kaleng logam telah dipakai sebagai kemasan sejak awal 1800, dikembangkan untuk menyuplai makanan kepada militer Inggris dan kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat, mengawali diproduksinya kaleng besi lapis timah pertama. Saat ini kaleng logam sangat ringan dan seringkali dilapisi dengan material yang mencegah interaksi dengan produk. Kaleng merupakan benda yang kuat, hemat ruang, dan dapat didaur ulang.

f. Logam

Kemasan logam dibuat dari timah, aluminium dan baja. Ketersediaan bahan baku produksi telah membuat material kemasan ini sebagai struktur berbiaya rendah untuk dapat di produksi. Makanan hasil olahan, aerosol, cat, bahan kimia dan produk-produk otomotif adalah beberapa produksi konsumsi umum yang menggunakan kaleng dan botol baja. Aluminum

(9)

seringkali digunkan dalam kategori produk minuman berkarbonasi serta kategori kesehatan dan kecantikan.

g. Kaca

Kontainer kaca dikenalkan dalam bentuk, ukuran dan warna yang sangat bervariasi dan merupakan struktur yang umum dalam hampir semua kategori produk konsumsi. Kaca dapat dicetak menjadi bentuk yang beraneka ragam dengan bagian bukaan dan ornamen yang bervariasi. Desain botol yang inovatif menggunakan pelabelan dan teknik cetak yang berbeda-beda adalah sarana untuk mencapai desain kemasan yang sesuai. Secara alamiah, sifat kaca yang inert (tidak bereaksi dengan isi yang dikandungnya ) membuatnya lebih sesuai dibandingkan material lainnya yang cenderung berinteraksi dan mempengaruhi makanan, obat-obatan dan beberapa produk lain.

h. Kemasan Siap Pakai

Kemasan siap pakai adalah istilah yang digunakan untuk struktur dan material yang tidak dibuat secara khusus namun tersedia di pasar. Kaca, plastik dan logam adalah beberapa material yang digunakan untuk membuat struktur kemasan dan penutup siap pakai. Struktur kemasan siap pakai tidak dikhususkan untuk satu merek atau perusahaan, yang berarti kemasan tersebut tersedia untuk semua orang. Dengan desain dan pembuatan struktur dan penutup baru yang terus menerus, pilihan kemasan siap pakai menjadi banyak dan tumbuh pesat.

(10)

4. Citra

Persepsi mengenai suatu citra berbeda dari suatu budaya dengan budaya lainnya. Tidak seperti warna, citra mempunyai interpretasi standar yang lebih sedikit dan mewakili hal yang berbeda bagi orang yang berbeda. Bila digunakan secara efektif dalam desain kemasan, citra baik berupa foto maupun ilustrasi dapat memberikan impresi visual yang kuat. Konsumen melihat gambar sebelum membaca teks. Bila digunakan secara benar, citra bisa menjadi alat desain yang efektif. Ilustrasi, foto, ikon, simbol dan karakter bisa dibuat dalam berbagai gaya yang menciptakan bahasa visual yang kaya dan memberikan rangsangan visual. Citra bisa sederhana, memberikan pengenalan konsep yang cepat, atau bisa juga rumit atau menyimpang, membuat orang harus melihatnya lebih lama agar dapat memahami arti citra itu. Citra harus tepat dan langsung mengena sasaran dalam mengkomunikasikan kepribadian merek dan atribut produk tertentu. Pengkomunikasian pembangkit selera dalam desain kemasan makanan, konotasi gaya hidup, sugesti, mood, dan instruksi penggunaan produk adalah cara-cara pembentukan citra atau desain kemasan.

2.2.3 Tujuan kemasan

Berikut ini adalah tujuan dari penggunaan kemasan menurut Tjiptono (2001:106). 1. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya

seperti tidak tumpah, sebagai alat pemegang, mudah menyemprotkannya, (seperti obat nyamuk, parfum) dan lain-lain.

2. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali (refill) atau untuk wadah yang lainnya.

(11)

3. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu seperti aspek artistik, warna, bentuk, maupun desainnya.

4. Sebagai identitas (image) produk, misalnya agar berkesan kokoh atau awet, lembut dan mewah.

5. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, mudah dihitung, dan mudah ditangani.

6. Informasi (labeling), yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan kualitas.

7. Sebagai inovasi produk berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang.

8. Sebagai pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar atau isi kemasan.

2.2.4 Etika Kemasan

Dalam menentukan kebijakan dalam pengemasan suatu produk produsen hendaknya memperhatikan etika pemasaran yaitu dengan membuat kemasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara sosial misalnya dengan membuat kemasan yang dapat di daur ulang atau kemasan yang dapat dipakai kembali sehingga tidak merusak lingkungan. Disamping itu produsen dalam kemasannya harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa produk tersebut agar konsumen tidak di rugikan oleh barang-barang yang tidak ia perlukan dan berbahaya bagi merek dan perlu juga di cantumkan tentang informasi harga barang tersebut pada konsumen produk tersebut.

(12)

2.3 Harga

2.3.1 Pengertian Harga

Menurut kamus besar bahasa Indonesia harga adalah jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa, pada waktu tertentu dan di pasar tertentu.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:345) pengertian harga didefinisikan sebagai sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk melakukan pembelian, dan metode pembayaran. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai.

Dari berbagai sudut pandang, harga adalah elemen yang paling tidak umum dari bauran pemasaran. Didalam ekonomi teori pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang saling berhubungan, yang dimaksud dengan utility adalah suatu atribut yang melekat pada suatu barang yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan memuaskan konsumen

2.3.2 Penetapan Harga

Menurut Kotler (2005:32) strategi penetapan harga dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu penetapan harga geografis, discount atau potongan harga, penetapan harga diskriminatif, penetapan harga bauran produk, penetapan harga promosi.

(13)

1. Penetapan harga geografis

Penerapan harga geografis mengharuskan perusahaan untuk memutuskan bagaimana menetapkan harga produknya untuk pelanggan di berbagai lokasi dan negara.

2. Discount atau potongan harga

Perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya seperti pembayaran awal, volume pembelian, dan pembelian di luar musim. Bentuk penghargaan ini berupa pembelian discount.

3. Penetapan harga diskriminatif

Penetapan harga ini terjadi jika perusahaan menjual produk dan jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional. Penetapan harga seperti ini, mempertimbangkan pada segmen pelanggan, bentuk produk, citra, lokasi, waktu.

4. Penetapan harga bauran produk

Logika penetapan harga harus dimodifikasi jika produk tersebut merupakan bagian dari bauran produk. Dalam hal ini, perusahaan mencari sekumpulan harga yang memaksimumkan laba keseluruhan bauran produk. Penetapan harga itu sulit karena berbagai produk memiliki permintaan dan biaya yang saling terkait dan dipengaruhi oleh berbagi tingkat persaingan.

(14)

5. Penetapan harga promosi

Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga sementara untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di bawah biayanya. Penetapan harga promosi menilai beberapa bentuk antara lain harga kerugian, harga peristiwa khusus, perjanjian garansi, pelayanan dan discount psikologis.

2.3.3 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Swastha (2002:149) adapun tujuan ditetapkan besaran harga yaitu:

1. Mendapatkan laba maksimum

Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan konidsi yang ada.

2. Mendapat pengambilan investasi yang ditargetkan atau pengambilan pada penjualan bersih.

Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi hanya dapat diambilkan dari laba perusahaan dan laba hanya dapat diperoleh bila harga jual lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya.

(15)

3. Mencegah atau mengurangi persaingan

Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui bilamana para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.

4. Mempertahankan atau memperbaiki market share

Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, di samping juga kemampuan di bidang lain sperti pemasaran, keuangan dan sebagainya.

2.4 Kualitas Produk

2.4.1 Pengertian Kualitas Produk

Salah satu keunggulan dalam persaingan bisnis adalah kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak sesuai dengan spesifikasi maka produk akan ditolak. Sekalipun produk tersebut masih dalam batas toleransi yang telah ditentukan maka kualitask produk tersebut sebaiknya perlu menjadi catatan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar diwaktu yang akan datang.

Demikian juga konsumen dalam dalam membeli suatu produk konsumen selalu berharap agar barang yang dibelinya dapat memuaskan segala keinginan dan kebutuhannya. Untuk itu perusahaan harus dapat memahami keinginan konsumen, sehingga perusahaan dapat menciptakan produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Kualitas produk yang baik merupakan harapan konsumen

(16)

yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan kunci perkembangan produktivitas perusahaan.

Menurut Anoraga (2000:175) kualitas adalah karakteristik mutu suatu produk seperti antara lain warnanya, ukurannya, dan sebagainya. Kualitas merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan / produsen, mengingat kualitas dari suatu produk berkaitan erat dengan masalah keputusan pembelian konsumen.

Terdapat beberapa strategi tingkatan kualitas bila dikaitkan dengan harga produk: 1. Kualitas rendah dengan harga sangat murah.

2. Kualitas sedang dengan harga sedang. 3. Kualitas baik dengan harga mahal.

4. Kualitas sangat baik dengan harga sangat mahal.

Dalam perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Dalam situasi pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan semakin besar dalam perkembangan perusahaan. Selain itu konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik (Lupiyoadi dan Hamdani,2006:131).

(17)

2.4.2 Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008:25) antara lain :

1. Kinerja (Performance) merupakan karakteristik operasi dan produk inti

(core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan dan

kenyamanan dalam penggunaan

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features) yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spesification) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas dan desain, standar karakteristik operasional.

4. Keandalan (Realibility) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai. Misalnya pengawasan kualitas dan desain, standar karakteristik operasional

5. Daya tahan (Durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis.

6. Estetika (Esthetica) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misal keindahan desain produk, keunikan model produk, dan kombinasi

7. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality) merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri

(18)

aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.

8. Dimensi kemudahan perbaikan (Serviceability) meliputi kecepatan, kemudahan, penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Kotler dan Armstrong (2008:129) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.

2.5.2 Tipe Perilaku Pembelian

Perilaku konsumen untuk melakukan suatu keputusan pembelian memiliki jenis dan pertimbangan yang berbeda dalam memilih suatu merek. Semakin kompleks keputusan pembelian biasanya akan semakin melibatkan banyak pihak yang terkait dan semakin banyak membutuhkan pertimbangan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:219), terdapat tipe-tipe perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara berbagai merek, sebagai berikut :

(19)

1. Perilaku membeli yang kompleks

Konsumen melakukan perilaku membeli yang kompleks (complex buying

behavior) ketika konsumen terlibat dalam pembelian dan perilaku

membeli yang kompleks perilaku membeli yang mencari variasi perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan perilaku membeli karena kebiasaan adanya perbedaan pandangan yang signifikan diantara merek yang satu dengan merek yang lain.

2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan

Perilaku membeli konsumen dalam situsi ini bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi dengan pembelian yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merekmerek yang ada. Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami ketidakcocokan pasca pembelian ketika mereka menemukankelemahan-kelemahan tertentu dari merek yang mereka beli ataupunkarena mendengar hal-hal yang bagus mengenai merek karpet yang tidak mereka beli.

3. Perilaku membeli karena kebiasaan

Perilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek-merek yang ada.

(20)

Pelanggan melakukan perilaku pembelian yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti.

2.5.3 Peran Dalam Perilaku Pembelian

Menurut Simamora (2004 : 15) terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli, yaitu :

1. Pemrakarsa (inisiator)

Yaitu orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi Pengaruh (influencer )

Yaitu orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil Keputusan (decider)

Yaitu orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli dan di mana akan membeli.

4. Pembeli (buyer)

Yaitu orang yang melakukan pembelian nyata. 5. Pemakai (user)

(21)

2.6 Penelitian Terdahulu

Femy (2012) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Iklan, Kualitas, dan Harga Shampo Dove terhadap Keputusan Membeli Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara “. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel iklan, kualitas, dan harga terhadap keputusan membeli produk shampo Dove pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hasil dari analisis data primer dengan menggunakan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel iklan, kualitas, dan harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli Shampo Dove pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Rosvita Dua Lembang (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh faktor Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Cuaca terhadap Keputusan Pembelian Teh Siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro Pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Reguler II Universitas Diponegoro. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Cuaca terhadap Keputusan Pembelian Teh Siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dan metode analisis data dilakukan dengan regresi linier berganda menggunakan software SPSS. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variable kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian terhadap Teh Botol Sosro. Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan

(22)

signifikan terhadap keputusan pembelian.Variabel cuaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

.

2.7 Kerangka Konseptual

Kemasan adalah semua jenis bentuk pengemasan yang digunakan untuk membungkus suatu produk serta label yang menyertainya. Bungkus atau kemasan yang menarik akan memberikan nilai plus pada konsumen yang sedang membedakan beberapa produk yang bentuk dan mutunya hampir sama. Perbedaan tersebut akan terlihat dari label yang biasanya dalam kemasan produk.

Klimchuk dan Krasovec ( 2006 : 33) menyatakan bahwa kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik.

Manfaat kemasan pada sebuah dapat juga digunakan sebagai media pengungkapan informasi produk kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi cara penggunaan produk, komposisi produk, dan informasi khusus seperti efek samping atau frekuensi pemakaian yang optimal dan sebagainya.

Harga merupakan salah satu faktor yang paling menentukan keputusan akhir seorang konsumen untuk memilih suatu produk. Kesuksesan dalam

(23)

penetapan harga merupakan elemen kunci dalam bauran pemasaran. Penetapan harga dapat menjadi alat untuk bersaing secara kompetitif.

Harga merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian oleh konsumen. Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas.

Kotler (1997 : 108) menjelaskan bahwa suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke seluruh distribusi atau daerah baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Perusahaan harus memutuskan dimana akan memposisikan produknya berdasarkan kualitas dan harga.

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Kondisi pelanggan yang semakin kritis dalam hal kualitas memaksa perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu produknya agar terhindar dari klaim atau ketidakpuasan pelanggan perusahaan sehingga dapat bersaing dengan perusahaan yang sejenis.

Menurut Anoraga (2000:175) kualitas adalah karakteristik mutu suatu produk seperti antara lain warnanya, ukurannya, dan sebagainya. Kualitas

(24)

mengingat kualitas dari suatu produk berkaitan erat dengan masalah keputusan pembelian konsumen.

Setiap perusahaan baik besar ataupun kecil harus mampu menerjemahkan motif calon konsumen untuk menentukan keputusan pembelian pada sebuah produk. Perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen pada sebuah produk yang dicarinya di pasar sehingga memudahkan untuk menentukan strategi yang tepat untuk membentuk sebuah produk sempurna yang dibutuhkan konsumen pada pasar sasaran.

Kotler dan Armstrong (2008:129) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternative tersebut dapat memecahkan masalahnya yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.

Kerangka Konseptual untuk penelitian ini dapat dlilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual. Kemasan (X1)

Keputusan Pembelian (Y) Harga (X2)

(25)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang sudah diuraikan peneliti sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : variabel kemasan, harga dan kualitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Shampo Clear pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam Diagram Konteks, yang penyebarannya lebih terperinci. Tahapan proses tersebut

Kemampuan dribbling bola melewati lawan pada permainan futsal merupakan serangkaian gerakan yang dilakukan dengan melibatkan unsur fisik seperti daya koordinasi, kelincahan,

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Muhammadiyah 036 Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa

Larangan berputus asa bagi orang yang berdosa serta tidak berlebihan termasuk bab aula (yang dilarang yang paling berat) dan pemahaman madzhab dari khitah. Kemudian Allah

Main hakim sendiri ini bertentangan dengan asas praduga tak bersalah dan asas persamaan didepan hukum, Penerapan Pasal 170 KUHP terhadap pelaku tindak pidana main hakim

Berbagai aktivitas bisnis syariah seperti kegiatan bisnis umumnya rentan berpotensi menimbulkan sengketa.Meskipun sengketa sesungguhnya tidak dikehendaki dalam