• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGR.IPLf]S. fnaialah llrniab rssn, o85+

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGR.IPLf]S. fnaialah llrniab rssn, o85+"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

fnaialah

llrniab

rssN,

o85+

-

0728

AGR.IPLf]S

Azhqr Bafadat: pEMBIAYAAITI DEFISIT DAI{ KEBERLAI{JUTAI{ FISIGL

NIuTdlanT

K.

z PENGARUH UNGI{.JNGAI{ BISNIS EKSTERNAL DAI\ INTERNAL TERHADAP KINEFLIA USAI{A KECIL (Kasr-rs Usaha Kecil Sepatu Kulit di Propinsi Jawa Barat)

Ambo AKo: GRMING ADAPTABIUTY OF BEEF CATTLE ON THE DWARF NAPIERGM (Penn isetum

purpureum Schumach) PASTURE

AbdT

:

EFESIENSI PEMAI{FAATAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI LADAFIG PETANI

TRANSMGRAI{ DI I{ECAIVL{TAN TIKEP IGBUPATEN MUNA

Asussatim,

Sahto

Gtntrns

dan

Lo

Ode

Soboruddln : PEWILAYAFIAN KOMODITAS PERTAI{IAN BERDASARKAI\ ZONA AGROEKOLOGI DI KECAI\4{TAN POLEAI{G SULAWESI TENGGARA

Humsoh, Darnas Dans

dan

Nlarthen B.NI.

Malole:

PERAII PAIGI\ ALAMI DALAM PENULARAI{

White Spot SyndromeVirusPADA BENUR UDAI.IG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBUAI-{ K,{llAI\f

AWAL

H.

Gusti R. Ssdi mantqra: INDUKSI IGLUS DAI\ ORGAI\OGENESIS JER{JK KEPROK SIOMPU PADA MEDIUM MS DENGAN KOMBINASI

AUI$IN

DAI{ SNOKININ

Ls

Ode

Safuan, Roedhy

Poerwsnto,

Anas

D.

Susllq,

Soblr,

dsn

Bylcson

Sltumorang:

MINUS-ONE TEST KESUBURAI{ TANAFI INCEPTISOL, ULTISOL, DAI{ AI{DISOL LINTUK TANAIVIIAN NENAS

Ls

lvluhurls,

Dtdy Sopandte, Latifah Koslm Dsrusmon : BEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TERKAIT RESPIRASI PADA KEDELAI (Glycine mox

L.

Merrill) TOLERAII

DAI\

PEKA INTENSITAS CAHAYA

RENDAFI

La Ode

Afa : STUDI MATRICONDITIO/VING PADA BENIH KACAI{G TANAFI (Arachis hypogaeo L.) Suoib,WoerJono Nlangoendtdlolo, Nllrzoltnorn, PD.N., don

Arl lndrlanto

: POPULASI MIKROSPORA

UNIN{.JKLEAT BERDASARIGI\ LETAKNYA PADA MALAI TIGA KLONTEBU (SaccgaTum spp.) SEBAGAI

NORUqSI

AWAL BAGI PEMULIAAI\ HAPLOID SECARA IN VITRO

La

Rtonda,

Lo Ode Arlef,

DJukrana Wahsb, Thamrln dan

Suto

: I(A.llAI'tr RESPON KONSUMEN

TERHADAP SIRUP METE PRODUKSI UNIT USAI-IA JASA

DAI\

INDUSTRI FAKUNAS PERTAI\IAI{

UNIVERSITAS HALUOLEO.

Soedtmsn : ESSENTIAL FEATURE AI\D OPERATION OF SAI{CHOKU (DIRECT TRAI\SACTION) IN

JAPAI{ S CONSUMER COOPERATIVES

GAK Suturiutt,

Wtdodo, Sudarsono

dsn S

flyos

: EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL UNTUK

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

DAN

HASIL CABAI SERTA MENGHNDALIKAI{ PENYAKIT

(2)

DAFTAR

ISI

Halamon

PEMBIAYAAN DEFISI'T DAN KEBERLANJUTAN FISKAL

Azhar

Balodal

I

-7

l,tiNGAlttJlt t,INGKUNcAN BtsNts IiKs't'tiRNAt, t)AN tN',t't,:RNAt, 't'ERllADAt' KINERJA TJSAHA KECIL (Kasus Usaha Kecil Sepatu Kulit rli Propinsi Jawa llarat) Murtljani K.

GRAZING ADAPTABILITY OF BEEF CATTLE ON 'I'I{E DWARF NAPIERGRA

(Pennisetu m pu rpu reu m Schumach) PASTURE Ambo Ako

EFISIENSI PE]VIANFAATAN FAKTOR PRODUKSI USAIIATANI PADI LADANG

PETANI'I'IIANSM IG RAN DI KECAMATAN TI K EP KA I}t J PATEN i\I I INi\

,4bdi

PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN

BERDASAIIKAN ZONA

AGROBKOLOGI DI KECAMA'TAN POLEANG SI.]I,AW[,SI'I'F],NGGAIIA

Agussalim, Sohta Ginting dan La Ode

Soburuddin

2g - 36

PERAN PAKAN ALAMT DALAM PENUI,ARAN White Spot Syndrome

ltrzs

pADA

BENTJR [IDANG 1VINDU (Penaeus monodon Fabr.) SEBt.iAtt K,\.ttAN ,\\\,At,

Hamsoh, Dsrnas Dana dan Msrthen B.M. Malole 37 -43

INDUKSI KALUS DAN OIIGANOGENESIS .lERtlK KIPROK

Slor\tpt]

p.A,DA IVIEDIUM MS DENGAN KOMI]INASI ATIKSIN DAN SITOKININ

IL Gusti R Sodimantara 44-49

N{INUS.ONE'I'EST KESI,JI}I.JRAN TANAII INCEPTISOI,, I.JL'rISOI., DAN ANI)ISOI,

TINTI.]K TANAIVIAN NENAS

La Ode Safuu, Roeilhy Poerwanto, Anas D, Susila, Sobir, tlan Rykson

Situnorang.,..

50 - 5{t

BEBERAPA PEUBAH BIOKIMIA TEIIKAIT RESPIRASI Pr\DA KED!.r.,\r (Gr.ycine max L. l\lerrill) TOLERAN DAN PtiKA IN'l'ltNStl'AS CAilA\,,\ RFtNt)Alt

I.a Muhuria, DitlySopondie, Lutitoh Kosim Darusmun

...._...

59 _70

sruDl MATRICQNDITIQNING PADA llENttt KACANG 1'/\NAtI (Aruc'his hl,pogaeaL.) La ode

Afa

7r

-.,g

PoPIILASI NttKRosPoRA UNINUKt,EA'|" BERDASARKAN l,u'I',\KNyA pADA

MALAI

rlGA

KLON TEBU (sacclarum spp.) s[BAGAt tNt-oRl\{Asl AWAL BAGI

PEMULIAAN HAPLOID SECARA IN VITRO

8-t4

r5-20

)l _)1

Suaib, ll/oerjono Mongoendidjojo, Mirzawan, P.D.N., dan Ari Intlrionto...

KAJIAN ROSPON KONSTIMIiN I'ERIIADAP SIRTIP ME'I'E PRODIIKSI TINIT TISAIIA JASA DAN INDUSTRI FAKIJLTAS PEIITANIAN TJNIVERSITAS IIALTIOLEO

La Rionda, La Ode Ariel, Djukrana llahob, Thunrin dan Suto

ESSENTIAL FEATURES

AND

OPERATION

OF

SANCHOKU (DIRECT

TRANSACTTON) tN JApAN'S CONSUt\tER COOpERATTVES Saedinan

EFEKTIVITAS AGENS BIOKONTROL IjNTTJK IVTENINGKATKAN PERTTIIIIBTJIIAN DAN HASIL

CABAI

SERTA MENGENDAI,IKAN PF]NYAKIT ANI-RAKNOSA DI

RUMAI{ KACA

GAK Sutariati, llidodo, gudarsono ilan S

llyas

103 _ I

ll

80-88

(3)

PERAN PAKAN

ALAMI

DALAM

PENULARAN |l'hite Spot Syndrome Virus PADA BENUR UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) SSBUAH KAJIAN

AWAL

Oteh: Hamsah t), Darnss Dana2), Marthen B.M. Malole2)

ABSTRACT

An investigation was qarried out to evaluate the role of natural feeds as mediator

of

White Spot Syndrome Virus (WSSV) infection on postlarvae Penaeus monodon Fabr. Artemia salina, Brqchionus

plicatilis, and Skeletonema coslatum as natural feeds were artificially infected'by I/SSV at a consentration of

l0-5 for 3 hours in different salinities: 20, 25,30, and 35 ppt. The infected feed was administrated ad tibitum

to postlarvae (Pl l8) P. monodon once in

2l

days of capture. The histological observation of postlarvae P.

monodon showed the existence

of

an abnormal cell rnorphology caused

by

WSSY

in gill

organ, hepatopancreas, limfoid, intestine, and husk epidermis. Infections

of

WSSV might also cause mortality of

postlarvae I'. monoclon. The highest cumulative moftality was existed in A. salina infected by I/SSI/ at 35 ppt salinity (15,63%) followed by B. plicatilis at 35 ppt (14,38%), whereas the lowesr ones were existed in S.

costatum at 20 ppt and 35 ppt salinity (both 3,1 3%).

Key words: WSSV, A,. salina, B. plicatilis, S. costatum, P. monodon Fabr.

PENDAHULUAN

Usaha

budidaya

udang

windu

(Penaeus monodon Fabr.) di Indonesia sampai

saat

ini

masih mengalami hambatan yang

sangat serius. Hal

ini

ditandai dengan turun-nya produksi dari sebagian besar hatchery dan

areal pertambakan khususnya

di

Pulau Jawa. Salah satu penyebab turunnya produksi udang

windu

baik

ukuran benih maupun ukuran

konsumsi adalah sebagai

akibat

serangan

penyakit yang disebabkan oleh virus utamanya

penyakit "white spot "(white spot syndrome).

Penyakit

ini

disebabkan

oleh

"White

spot syndrom virus" (Lightner, I 996).

Kematian massal

akibat

serangan

I4/SSV tersebut terjadi

bila

sistem kekebalan

tubuh udang windu kurang dalam menghadapi serangbn WSSV, adanya WSSV atau organisme

pembawa WSSV dalam perairan dan adanya

kondisi lingkungan yang buruk yang

mendu-kung

\4/SSV

mampu

menginfeksi udang

windu.

WSSV menginfeksi

udang

windu melalui media air pemeliharaan dan hewan air lain yang berperan sebagai pembawa (canier) WSSV

seperti udang

windu

itu

sendiri,

jambret, udang putih dan kepiting (Limsuwan,

1997 dalam Wijayati

dkk,

2000). Plankton

diduga juga sebagai carrier IrySSV.

Berbagai

jenis

plankton seperti

l.

salina, B. plicatilis, dan ,S. costatum banyak

digunakan sebagai pakan alami pada

panti-panti pembenihan maupun pada areal

pem-besaran

udang

windu

sehingga memberi

peluang besar bagi WSSV untuk menginfeksi

udang windu tersebut. Sejauh

ini

belum ada

penelitian yang mengkaji peran pakan alami

(plankton) sebagai media penularan WSSV

pada udang windu. Dari permasalahan di atas,

perlu dikaji lebih jauh mengenai peran pakan

alami A. salina, B. plicutilis, dan S. costatum

sebagai media penularan WS,SV pada post

larva udang windu (P. monodon Fabr.).

METODE PENELITIAN

Penelitian

ini

dilakukan mulai bulan

Juni sampai Nopember 2003. Pembuatan

ino-kulum virus, penginfeksian virus pada pakan

alami dan udang uji serta pemeliharaan udang

uji

dilakukan

di

Balai Besar Pengembangan

Budidaya

Air

Payau

(BBPBAP)

Jepara.

Penrbuatan preparat histologi dan pemeriksaan

infeksi

WSSV dikerjakan

di

Laboratorium

Kesehatan.lkan, Fakultas Perikanan dan llmu

Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor.

t) Masing-masing

Staf Pengajar Institut Pertanian Bogor (lPB), Bogor

(4)

38

Pakan

alami

berupa

l.

salina,

B.

plicatilis, dan S. costatum diperoleh dari hasil

kultur

pakan

alami

yang

dilakukan

di

Laboratorium Pakan Alami BBPBAP Jepara.

Kepadatan

pakan

alami yang

digunakan

dalam penelitian

ini

masing-masing

l.

salina sekitar 120 individu ml-r, B. plicatilis sekitar I

l0

individu ml-r, dan .!. costatum sekitar 165

sel ml-r.

Wadah pemeliharaan pakan alami

berupa toples dengan volume 3 liter.

Udang

qji

yang

digunakan adalah

udang windu (P. monodon Fabr.) stadia post

larva

(PLl8)

yang diperoleh

dari

hatchery

BBPBAP Jepara. Status kesehatan udang uji

di-lakukan

melalui

proses

skrening

dengan

formalin 100 ppm selama

30

menit. Udang

sehat dicuci dengan

air

laut bersih, kemuciian

diadaptasikan dengan lingkungan penelitian

yaitu akuarium kapasitas 60 liter (ukuran 60 x

50

x

40 cm) selama

4

hari dengan kepadatan masing-masing t60 ekor per akuarium. Sclama

proses adaptasi udang

uji

diberi pakan alarni

masing-masing A. salirta, B. plicutilH, dan S costalum (seduai perlakuan) dan pelet

6

kali sehari. Untuk menjaga kualitas air selama akli-matisasi dan pemeliharaan dilakukan penyi-ponan dan pergantian air sebanyak 30

*

50 %

perhari.

I/SSV yang digunakan pada .penelitian

ini

berasal dari isolat yang ada

di

BBPLIAP Jepara, yaitu dari sampel r.rdang windu yang

positif terinfeksi I4/SSV yang diperoleh dari

daeralr Kendal, Jawa Tengah sekitar bulan

Mei

2003.

Prosedur pembuatan inokulum

virus mengikuti Hameed et.

al.

(1998) yaitu

dengan cara:

(l)

Sampel udang windu yang

positif terinfeksi WSSV dicincang dan digerus

dengan mortar, kemudian ditambahkan air laut

steril dengan pengenceran l)Yo (w/v). Setelah

itu

larutan sampel disentrifus dengan

ke-cepatan 3000 rpm selama 20 menit pada suhu

4'C;

(2)

Supernatan yang dihasilkan diambil

lalu

disentrifus

lagi

dengan kecepatan 8000

rpm

selama

30

menit pada suhu

4oC,

kemudian supernatan yang dihasilkan difilter

dengan miliopore filter 0,45 pm dan (3) Hasil penyaringan dengan miliopore filter 0,45 pm merupakan larutan baku \ilSSV.. Larutan baku

WSSV diencerkan secara bertingkat hingga

diperoleh

konsentrasi

virus

10r

(PID50)

(Fahmi, 2003). Konsentrasi

virus

l0-5 inilah

yang digunakan sebagai sumber infektor.

Sebelum penelitian utama dilakukan,

inokulum

virus

l0{

ini

diinfeksikan pada

udang windu umur

2

bulan dengan maksud

untuk melihat virulensi dari inokulum virus

tersebut. Setelah 2 hari penginfeksian, dari 15

ekor udang yang diinfeksi semuanya positif

terinfeksi WSSV dan

l0

ekor (67

%)

meng-alami kematian.

Penularan WSSV pada Pakan Alami

Percobaan penularan I4zSSZ pada pakan

alami

dirancang dengan Rancangan Acak

Lengkap

(RAL)

pola

faktorial.

Faktor yang

digunakan adalah jenis pakan alami

(P)

dan

salinitas media penularan (S). Jenis pakan alami

terdiri

dari

3

level yaitu

A.

salina

(P,),

B.

plicatilis (P2), dan S. costatum (P3), sedangkan

salinitas terdiri dari

4

level yaitu 20 ppt (Sr),

25 ppt (S2), 30 ppt (Sr), dan 35 ppt (Sc).

Proses penularan

virus

dilakukan

dengan cara menginfeksikan virus

aktif

WSSV konsentrasi 10-5 pada ketiga jenis pakan alami

yang

digunakan dengan

waktu

penularan

selama

3

jam

pada kondisi salinitas yang

berbeda seperti pada Tabel 1.

Tabel

l.

Penularan WSSV Konsentrasi l0-5 Selama 3 jam pada Berbagai Jenis Pakan Alami dengan Kondisi Salinitas yang Berbeda.

Jenis Pakan Alami Salinitas Medi.a Penularan (ppt)

20

(sr)

2s

(s2)

30

(s3)

3s (s4) A. salina(P) B. plicatilis (P2) S. costaturn

(\)

PrSr (Ar) P2Sr (Br) P3St(Cr) Pr52 (A2) P2S2 (82) P3S2(C2) PrS: (A.3) P2S3(B3) P3S3 (Ca) Pr54 (A4) P2S4 (84) PrSr (Cr)

(5)

Selanjutnya pakan alami yang telah

diinfeksi tersebut dibilas dengan air laut yang mengandung

l0

pprn OTC lalu diberikan pada

udang uji.

Penularan WSSV pada Udang

Uji

Penularan IVSSV pada udang

uji

di-lakukan

secara

"food

borne

infection" (penularan rnelalui pakan). Pakan alami yang

diinfeksi

WSSV

(Tabel

1)

sebagai sumber

penularan virus; diberikan sebagai pakan pada

160

ekor

udang

windu

setiap wadah

pgr-cobaan. Pemberian pakan alami yang diinfeksi

WSSV diberikan selama

I

hari dengan cara ad

libitum dan pemberian pakan dilarnbatkan l5

menit dari waktu biasanya.

Hari

berikutnya

hingga akhir percobaan benur udang windu

diberi Artemia non infeksi dan pakan pellet dengan 4 kali pemberian (pagi, siang sore, dan

malam)

sefta

dilakukan

penyiponan dan

pergantian air setiap hari. Selama penelitian (21

hari) dilakukan pengamatan terhadap kematian udang uji.

Percobaan penularan virus pada udang

windu

dirancang dengan Rancangan petak terpisah dengan pengamatan berulang (splirplot in time), dimana terdiri dari 3 kelompok jenis

pakan dengan

4

perlakuan salinitas

dan

3

ulangan (ulangan individu) sehingga terdapat l2

satuan percobaan ditambah

I

kontrol. Desain

percobaan adalah sebagai berikut:

Kelompok I A1

Kelompok Il B2

Kelompok III C:

Kontrol

Keterangan: A = Artemia yg diinfeksi WSSV; B =

Brachionus yg diinfeksi WSSV;

C:

Skeletonema yg diinfeksi ,t/SSy.

|

=

pd salinitas 20 ppt;

2 =

pd

salinitas 25 ppt;3 = pd salinitas 30 ppt dan 4 = pd

salinitas 35 ppt

Pembuatan Preparat Histologi

Pengambilan sampel udang untuk pre-parat histologi dilakukan pada jam ke-3,

6,

12,

18,

24

dimulai

pada

hari

pertama (sejak

pemberian pakan terinfeksi). Pada hari

beri-kutnya hingga akhir penelitian pengambilan

sampel dilakukan sebanyak

I

kali perhari.

39

Pembuatan preparat histologi diawali

dengan proses fiksasi udang uji dalam larutan

Davidson selama

24

-

48

jam.

Setelah itu larutan Davidson diganti dengan larutan

alko-hol

/09/o hingga proses dehidrasi dilakukan.

Setelah proses

fiksasi

dilanjutkan dengan

proses dehidrasi, clearing, embiding, bloking,

pemoiongan dan pewarnaan.

Preparat

histologi

diamati

dengan

menggunakan rnikroskop binokuler (Olyrnpus

CH

30).

Penganratan dilakukan pada setiap

irisan jaringan organ insang, hepatopankreas,

limfoid, usus, dan kulit lalu dikelompokan

me-nurut kerusakan sel setiap organ yang diamati.

Pengelompokan tingkat kerusakan sel tersebut

mengacu pada pengelompokan kerusakan sel

yang disampaikan oleh Lightner (1996). pada pengamatan preparat histologi dilakukan pula

pengukuran diameter sel dan

inti

sel

setiap

tingkat tingkat kerusakan sel dengan

meng-gunakan mikrometer okuler dan mikrometer objektif.

Arralisis Dats

Kernatian

kumulatif udang

uji

diperoleh dengan

nrenghitung persentasi

jumlah udang yang mati pada setiap harinya

(Effendi, 1997).

KemarranKu.ulatir'1%1=, JlTlah.u9al8YanBmati r16,,","

Jumlah udang yang dipelihara

Data kematian kumulatif udang uji

selarna penelitian

dianalisis

sidik

ragam

dengan bantuan program SPS$ I 1.5. Apabila

terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan

dengan

uji

Tukey (Steel and Torrie, 1989).

Sedangkan tingkat kerusakan

sel

dianalisis

secara deskriptif menggunakan

grafik

dan

tabulasi (Lightner, I 996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kematian Kumulatif Udang

Uji

Kemptian

kumulatif

udang

windu

yang diberi pakan alami yang telah terinfeksi WSSL' konsentrasi l0'5 selarna

3 jam

pada

berbagai salinitas selama

penelitian

terlihat

pada Tabel 2. A3 A2

&

Bl B3 Bq Cz Ca Cr

(6)

40

Tabel 2. Kematian Kurnulatil'tJdang Windu setelah lnokulasi lllSSZselama2l hari perneliharaan.

Perlakuan Jml. Udang

(ekor)

Kematian Kumulatif pada hari

ke-

Total Mortalitas (%)

6 9 t2 15 18

21 (ekor)

AI

A2 A3 A4 r60 160 r60 r60 t9 t6 21 25 I I 2 2

3 t3 t4 17 l8

19

2910131516

3 14 t6 17 20

21

51621222425

I 1,88

l0

13,13 15,63 BI B2 ts3 B4 r60 t60 r60 160 22 l5 l8 23 0 I I 2

3t214182022

3910t2t415

4 t2 t5 t6 t7

t8

41418202223

13,75 9,38 I1,25 r4,38 CI c2 C3 C4 160 r60 r60 r60 3, r3 3,7 5 4,38 3, r3

t2

t2

34

ll

33345

33566

4 5 5 5

,7

34455

5 6 7 5 Kontrol 160

2

.2

66

3,75

Tabel 2 menunjukkan bahwa kematian udang

uji

pada setiap.ienis pakan alami yang

diberikan

berbeda.

Perbedaan persentasi

kematian kumulatif setiap perlakuan sangat

terkait dengan respon udang terhadap jenis

pakan yang diberikan dan kemampuan virus

ircnc,infbk-si pakan dan udang uji. A.salina dan

B.

plicatilis

merupakan

jenis

pakan ).ang

disukai benih udang.

Hal

ini

terlihat dari

respon makan udang

uji

yang cukup besar

terhadap kedua

jenis

pakan

alami

tersebut

dibandingkan dengan

S.

costatum. Dengan

demikian memberi peluang besar bagi udang

terinfeksi

virus

yang

terdapat pada pakan

alami tersebut.

Pemberian

pakan

yang

terinfeksi

WS,SV memberikan pengaruh yang nyata

ter-hadap kematian kumulatif udang uji, denrikian

pula

hari

pengamatan

(P

<0,05). Salinitas

media penularan

juga

memberikan pengaruh

nyata terhadap kematian kumulatif udang uji.

Hasil

analisis ragam

juga

memperlihatkan adanya pengaruh interaksi yang nyata antara

pakan dengan

hari

pengamatan, dan antara

salinitas dengan

hari

pengamatan terhadap l.:emetian kumulatif udang uji.

Pengaruh pakan yang diberikan dan

celinites merli* ncnrrlrran t,.rlr.,.',lrrr L..r'r.,-i., .

- -. .. ...-.:

kLrmulatif udang

uii

bercantLil-1r; pc-rti.r ir.it i

pengamatan. Kematian kumulatif udang uji

yang

diberi

pakan

yang terinfeksi

WSSV

cenderung meningkat dengan bertambahnya

hari pengamatan. Demikian pula pada semua

salinitas yang dicobakan, kematian kumulatif cenderung meningkat dengan bertambahnya

hari pengamatan (Gambar

I

dan 2).

11

0-

30912151821

Hari pengamatan

a-A

salina

..

B.

plicalilis

S coslaium Gambar

l.

Kematian Kumulatif Udang Windu

yang Diberi Pakan Terinfeksi l/SS/

pada Setiap Hari Pengamatan.

8rt

Ero

dt

E8

J lz6 c ,tr '84,!

E"

Y

t-^n!-! fu--' !?..r-'.-. Z-a... .. i.._... i!i!i.,.. i--r--.:!.,i1:! liriLl liatt-rii'i-L.:,- . iiiiiiiiL iii i-itiri J-iiiairri.l iiiitr -L'uu. iL'L,r l ucrljr-ui4(;

(7)

N |! J E 5

u

c .g .! E o

v

14 12 10 8 6 4 2 0 3 6 I 12 15 18 Z,l Hari pengamatan -'-.-20 FPt +25 Ppt 30 ppt 35 ppt Gambar

2.

Kematian Kumulatif Udang Windu

pada Berbagai Salinitas Setiap Hari

Pengamatan.

41

WSSV membutuhkan

waktu

per-kembangan dalam menginfeksi udang windu.

Bower (1996) mengatakan batrwa I{SEV dapat

menyebabkan kematian udang hingga 100%

dalam

waktu 3-10

hari

setelah timbulnya

gejala klinis. Hasil pengamaran histologi juga

mernperlihatkan tingkat kerusakan sel udang

uji

meningkat dengan berlar4bahnya hari

pengamatan pada sgnrua

jenis

pakan dan

salinitas yang dicobakan.

Tabel

3.

Hasil

Uji

Tukey Terhadap Rata-rata Kematian Kumulatif tJdang Windu pada

masing-masing Jenis Pakan dan Salinitas Media penularan.

Salinitas

media

,.nata-rata

fe

fil:rata

penularan

(Plt)

--p."ui"tun

20

7,s89*4,s4

7,946*s76wim3-3,57

25

5,993+3,73

5,7

14*3,33 2,32r*l,23

4,642+2"76d

30

9,303*4,g3 7,411+4,19

2,946*0,7g

6,220+3,26"

J0

9,303*4,93 7,411+4,19

2,946*0,79

6,220+3,26" 2,053+ t

,06

7,172J.4,Q7' Rata-rata Jenis

oakan

8,013+4,73" 7,566+4,53^

2,Zgg+0,g7h Keterangan '

--'

= pada baris, angka dengan superscript yang sama

tidak berbeda nyum

fi"p,g$

g;";;;;;;ffi;;;rpffir

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata.l:ata

kematian kumulatif udang

uji

berbeda pada

setiap

jenis

pakan yang dicsbakan.

Hal

ini diduga

jumlah

virus yang ada pada ketiga

jenis

pakan

alami

tersebut berbeda satu

dengq yang lainnya. Konsentrasi l4tSSV pada

A.

salina

dan B. plicatilis kemungkinan lebih

banyak dibandingkan pada S. costatum.

yirus

menginfeksi organisme target bila organisme

target memiliki reseptor spesifik bagi virus tersebut. Wang

et al.,

(2000) menyatakan

selain menyerang udang windu, WSSV juga

ditemukan

di

kepiting

(Calappa

lophos,

Portunus

sanguinolentus,

Charibdis

sp., Helice trirlens), lobsters

liar

(panuliras sp),

plankton (Copepoda), Artemia dan pupae dari insekta Ephydridae.

Iabel

3

juga

menunjukkan bahwa

kemampuan WSSV menginfeksi ketiga jenis

pakan alami yang dicobakan berbeda pada

setiap

tingkat

salinitas sehingga kematian

kumulatif udang

uji

yang diberi ketiga jenis

pakan tersebut

juga

berbeda

pada

setiap

tingkat

salinitas.

pada Tabel

3

terlihat

kematian

kumulatif

udang

uji

cenderung

meningkat pada salinitas 30 ppt dan 35 ppt,

yaitu

masing-masing sebanyak 6,220a/q dan 7,172%.

(8)

42

Salinitas media pemeliharaan udang

uji

selarna penelitian

cukup

tinggi

yaitu berkisar 35-36 ppt. Kondisi

ini

menyebabkan

energi osmoregulasi yang dikeluarkan udang

uji

besar sehingga dapat menimbulkan stres bagi udang tersebut. Kondisi ini akan memberi peluang bagi WSSY untuk menginfeksi udang

uji.

Malole (19S8) mengatakan bahwa

ling-kungan

yang buruk

menyebabkan hewan

mengalami cekaman atau stres sehingga peka

terhadap

infeksi

virus

karena

hormon

kortikosteroid

yang

banyak

pada

hewan

tersebut menekan produks i i nterferon, anti bod i

dan Cell Mediated Immunity (CMl). Pemeriksaan Preparat Histologi

Dari

pemeriksaan histologis, terlihat adanya hipertropi

inti

sel yang

mengidenti-fikasikan terjadinya infeksi dan perkembangan

infeksi

WSSV. Stadia perkembangan inleksi

virus pada sel target adalah 0-4 (Gambar 3).

Stadia 0 merupakan sel normal dengan inti sel

ditengah; pada

stadia

l,

inti

sel

bengkak

(mengandung badan

inklusi yang

bersifat

eosinofilik/kemerahan), inti di tengah. Stadia

2

dicirikan oleh pembengkakan

inti

sel dan

inti

sel

agak

ke

pinggir, pada stadia

3

sel

mengalami pembengkakan yang besar,

ber-wama biru kehitaman (bersifat basofilik), dan

pada stadia 4,

inti

sel sangat besar ke pinggir dan bersifat basofilik. Pembengkakan

inti

sel

juga diikuti

oleh

membesarnya ukuran sel.

Pada penelitian ini ditemukan pembesaran sel

dan

inti

sel rata-rata dua kali dari ukuran sel

normal, yaitu berkisar 8

-

l0

pm (sel norrnal

berkisar 4 pm).

Dari pemeriksaan histologis, jaringan

limfoid, saluran pencernaan, insang, kulit dan

hepatopankreas diketahul

terinfeksi

IYSSV;

sebagaimana diungkapkan

peneliti

lainnya (Hameed et

al.

1998; Bower 1996; Moore and

Poss 2000; OIE, 2000). Dari observasi

liis-tologi

tersebut, perkembangan infeksi II/SSV dapat diketahui. Hal ini diungkapkan Alday de

Graindorge

(2000)

bahwa

perkembangan

infeksi penyakit White Spot dapat diketahui

melalui pemeriksaan

histologi.

Karakteristik

perubahan seluler akibat infeksi WSSV adalah

teriadinya pembengkakan

inti

sel (hipertropi)

(Bower, 1996; Flegel and Alday-Sanz, 1998;

Moore and Poss, 2000) dan karakteristik ini

digunakan

untuk

diagrrostik

infeksi

White Spot (OlE,2000).

Gambar 3. Gambaran Histologik Stadia Perkem-bangan Infeksi White Spor Pada Kulit,

Insang,

Usus, Limfoid

dan

Hepatopankreas

Udang

Windu

(Pewarnaan H-8, Pembesaran 40x)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian (tingkat

kematian udang uji dan pemeriksaan histologi)

menunjukkan bahwa pakan alami A. salina, B.

plicatilib,

dan

S.

costatum dapat berperan

sebagai media penularan WSSV pada post

larva udang windu.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Alday de Graindorge, V. 2000. An overview of

viral

diseases.

In

NACA.

2000.

Transboundery aquatic,{nimal Pathogen

transfer

and the

development qf harmonized standards

on

aquaculture

health management

(FWC

03/2000).

Departement

of

Fisheries Kasetsart

University. Bangkok, Thailand.

Bower, S.M. 1996. Synopsis of Infection Disease

and Parasites of Commercially Exploited

Shell

fish:

White Spot

Syndrome

Baculovirus Complex

of

PenaeidShrimp.

II t-!lt.,,t ri U -:t i.tUq-dlt:tt t

t )! )j:!,! i!

Ir-lLttq illltrrt!t

l

t9c-5..-\.\ >itrqllt. l!lIL Fahmi,

M.R.

2003.

Respon Udang Windu

(Penaetts monodon Fabr.) Terhadap Virus

WSS

(White Spot

Syndrome) yang

diinaktifkan dengan formaldehid. Tesis Program Pascasarjana IPB.

Flegel, T.W. and V. Alday-Sanz. 1998. The crisis

in

Asian shrimps aquaculture: current

status and future needs. J.Appl.lchthyol. 14:269-273

Hameed, A.S.S., M. Anilkumar, M.L. S. Ra.i and

K.

Jayaraman. 1998. Studies

on

The

Pathogenecity

of

Systemic Ectodermal

and Mesodermal Baculovirus and lts

Detection

in

Shrimp By Immunological

Methods. Aquaculture 160. p: 3l-45. Lightner,

D.V.

1996.

A

Handbook

of

Shrimp

Patology and Diagnostic Procedures for Diseases

of

Cultured Penaeid Shrimp.

World

Aquaculture Socisty. Baton Rouge, Louisiana, USA.

43

Effendi.

i997.

Metode Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dewi. Bogor.

Moore, A.M. and Stuart G. Poss. 2000. White

Spot

Syndrome

virus.

h$9./,/LvlyW.

I, i oI fi s tr. i m s. U q m 1 erl g/ w s lv.e b"/n rS/ W h i I

q-spqLPacu lovirus-C.omplex. E!ry

Malole,

M.B.

1988. Virologi. Pusat Antar

Universitas. Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.

OIE.

2000. Diagnostic Manual

For

Aquatic

Animal Diseases. Part

4

Diseases of

Crustaceans 3'd Edition. Paris France. Steel, R.C.D. and J.H. Torrie. 1989. Principles and

Procedures

of

Statistics. Ms-Graw-Hill Kigakusha Ltd, Tokyo.

Wang, Y.G., K.L. Lee, M.N. Shariff, dan M.D.

Flasan. 2000. A New Bacterial White Spot Syndrome (BWSS)

in

Qultured Tiger

Shrimp Penaeus monodon

and

lts

Comparison with White Spot Syndrome (WSS) Caused by

Virus.

Dis. Aquat.

Org.,4l :9

-

18

Wijayati, A., Retno. H., Suryati. 2000. Intensitas

Transmisi Virus SEMBV Pada Beberapa

Species Crustacea. Laporan Tahunan

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air

Payau Jepara, Jawa Tengah. Hal. 153

-I 60.

Gambar

Tabel  l.  Penularan  WSSV  Konsentrasi  l0-5  Selama  3  jam  pada  Berbagai  Jenis  Pakan  Alami  dengan Kondisi  Salinitas  yang  Berbeda.
Tabel  2. Kematian  Kurnulatil'tJdang  Windu  setelah  lnokulasi lllSSZselama2l  hari  perneliharaan.
Gambar  2.  Kematian  Kumulatif  Udang  Windu pada  Berbagai  Salinitas  Setiap Hari Pengamatan.
Gambar  3.  Gambaran  Histologik  Stadia  Perkem- Perkem-bangan  Infeksi White  Spor  Pada  Kulit,

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Vitamin C pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabr.) yang Terinfeksi Bakteri Vibrio alginolyticus.. Di bawah bimbingan

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan – Institut Pertanian Bogor.. Pengaruh β-Glukan Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh Udang Windu (Penaeus monodon Fabr) dalam Kondisi

Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui respon udang windu ( Penaeus monodon ) terhadap pem berian antigen virus WSSV ( White Spot Syndrome Virus ) yang diinakt ifkan dengan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian imunostimulan OMP bakteri Vibrio alginolyticus pada udang windu (Penaeus monodon Fabr.) berpengaruh

Kebiasaan makanan alami udang windu ( Penaeus monodon ) di Perairan Aceh Timur pada bulan April dan September didominasi crustacea (udang) 56,5-

Isolasi dan karakterisasi gen penyandi protein struktural VP24 white spot syndrome virus (WSSV) pada udang windu (Penaeus monodon Fabricus 1798).. Fields-Virology (Two

Uji Lapang Teknologi Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon Fabr.), lkan Bandeng (Chanos chanos Forskal) dan Rumput Laut (Gracillaria verrucosa) di Tambak

Parameter kualitas air penggunaan probiotik pada dosis berbeda terhadap pertumbuhan relatif dan kelangsungan hidup postlarva udang windu (Penaeus monodon Fabr.) selama