• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Pala (Myristica fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.

Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt.

2) Myristica argentea Ware. 3) Myristica fattua Houtt. 4) Myristica specioga Ware. 5) Myristica sucedona BL. 6) Myristica malabarica Lam.

Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula (Renstra, 2006).

Tanaman pala berbuah bundar, dengan kerut menurut panjangnya buah dan terbagi dalam dua belah. Biji pala yang diperdagangkan berwarna merah, tertutup oleh mantel berdaging berupa daun (fuli atau arillus, dengan corak merah tua halus), daging buah keras, berwarna keputih-putihan, mengandung getah putih,

(2)

dan rasanya kelat, enak dimakan dengan gula atau sirup ( Gambar 1 ). Pala merupakan salah satu komoditas ekspor penting, karena 60% kebutuhan pala dunia dipasok dari IndonesiaTanaman ini sudah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan sudah sampai di Grenada, Amerika Tengah, Asia dan Afrika (Rismunandar, 1988).

Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.

1) Kulit batang dan daun

Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.

2) Fuli

Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.

3) Biji pala

Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempahrempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus.

(3)

4) Daging buah pala

Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya : manisan pala, kolak pala, selai pala, sirup pala dll.

Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu:

(1) Yang gemuk dan utuh (2) Yang kurus atau keriput (3) Yang cacat (Sunanto, 1993).

Gambar 1. Bagian – bagian Buah Pala

Pengolahan Pala

Menurut Albert Y. Leung dalam BPS, 2002 agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benar-benar tua / telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakan burung, umumnya merupakan buah yang

(4)

tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapat diharapkan. Adapun tahap pengolahan biji pala ialah sebagai berikut :

1. Pemisahan biji dari daging buah.

2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung ke arah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi.

3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah, prosesnya yaitu : a. Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperoleh

biji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandungan lemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyak berkurang.

b. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan. c. Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40ºC.

d. Dilakukan terus menerus selama 10 - 15 hari sampai kadar air biji menjadi 8 -10%

e. Pengeringan fuli lebih sederhana, fuli disebar di atas tampi/nyiru f. Dijemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10 -12%

(5)

4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya.

Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untuk melindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah dengan mesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada biji akan menurunkan kualitasnya. Pala dan fuli yang telah dikeringkan terlampir dalam Gambar

5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gas racun). Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan dari cangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport. Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dan setelah pengepakan menjelang dieksport.

6. Sortasi.

Sortasi biji pala dilakukan menurut ukuran, warna, keriput/tidak, pecah– basah– lubang/tidak. Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masing dapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas, diantaranya :

a. Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yang cukup tua dan permukaan biji licin.

b. Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karena berasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalami pemanasan lebih dari 45º C.

c. Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yang kurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yang mengalami kerusakan dalam pengolahan.

Sortasi fuli, dilakukan dengan menggunakan ayakan kawat dan pemilihan dengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I, kemudian disortir

(6)

menjadi 2 kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke dua kualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasional menjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa dan Gruis II/Eropa. Selanjutnya masing-masing sub kualitas dimasukkan dalam mesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah (broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak, menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siap untuk di bungkus ( BPS, 2002).

Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25-40 % minyak lemak ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut. Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan selama ±10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika Serikat (Hanafiah, 2007).

Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masih muda (berumur 2 - 5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinya dijemur dipanas matahari selama 2 - 3 hari, kemudian disortir menurut mutunya. Untuk produk minyak nilam , Indonesia memegang peranan yang cukup besar , sekitar 90% kebutuhan minyak nilam didunia bersal dari Indonesia (BPEN, 1983).

(7)

Prinsip penyulingan dengan cara pengolahan minyak atsiri dengan uap air adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Pada cara ini bahan yang disuling tidak berhubungan langsung dengan air tetapi bahan diletakkan diatas piringan. Piringan dibuat dari plat atau seng yang diberi lubang ( seperti ayakan ) dan terletak beberapa sentimeter diatas air ketel. Setelah air mendidih , uap air akan keluar melalui lubang – lubang piringan dan terus mengalir melalui sela – sela bahan. Bersamaan dengan uap air ini akan ikut terbawa minyak pala yang terkandung dalam bahan , baik minyak uang berasal dari fuli maupun yang berasal dari biji pala. Melalui penyulingan fuli diperoleh minyak atsiri yang jernih. Kadar minyak atsiri fuli berkisar antara 7 – 18 % dengan rata–rata 11 %. Dari daging biji pala dapat juga diperoleh lemak dan minyak atsiri. Rata–rata kandungan lemak biji pala 30 – 40 % (Harris, 1987).

2.2. Landasan Teori Analisis SWOT

Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) dalam Tesis Junardi (2012) yang berjudul “Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret” ada beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, keuangan. Sedangkan beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu, ekonomi, kebijakan pemerintah dan politik, teknologi, pesaing, ancaman pendatang baru.

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dimana alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT

(8)

adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

1. Matriks faktor strategi eksternal, 2. Matriks faktor strategi internal, dan 3. Matriks posisi

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang tediri atas tiga model yaitu:

(9)

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel Internal Factors Analysis Summary ( IFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

(10)

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel External Factors Analysis Summary (EFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing-masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagi berikut :

(11)

3. Matrik Posisi

Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

(12)

Kuadran III Kuadran I

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

turn-around agresif

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

Defensive deversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

Gambar 3. Matriks Posisi Analisis SWOT Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan.

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

KEKUATAN

INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN

INTERNAL

(13)

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III

a. Posisi dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan tidak dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

1. Strategi SO yaitu strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST yaitu strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO yaitu strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(14)

4. Strategi WT yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 2. Matriks Analisis SWOT

Kekuatan (strengths) Kelemahan (Weakness) Peluang

(opportunities)

Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman ( Threats) Strategi S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 2009

Keterangan :

Strengths (S) : tentukan 3-5 faktor kekuatan internal Weakness (W) : tentukan 3-5 faktor kelemahan internal Opportunities (O) : tentukan 3-5 faktor peluang eksternal Threats (T) : tentukan 3-5 faktor ancaman eksternal 2.3. Kerangka Pemikiran

Agroindustri pala merupakan suatu usaha yang mengolah bahan baku utamanya pala dengan teknologi tertentu menjadi berbagai produk olahan untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis.

Dalam melakukan usaha pengolahan pala bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan daya simpan yang lama sehingga meningkatkan nilai jual dari hasil olahan pala tersebut. Berbagai hasil olahan pala antara lain manisan pala, sirup pala, minyak pala, balsem pala, dan lain lain.

(15)

Industri pengolahan pala juga akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang hidup disekitar area lokasi pengolahan pala untuk memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin untuk kelangsungan hidupnya.

Oleh karena itu, diperlukan penentuan alternatif strategi dalam pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dan faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam usaha industri pengolahan pala.

Setelah dilakukan analisis faktor SWOT dalam usaha tersebut, maka kita dapat menentukan strategi pengembangan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk mengembangkan usaha industri pengolahan pala.

(16)

Secara Sistematis kerangka pemikiran itu dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 4 . Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan Hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam mengembangkan usaha agroindustri pala.

2. Ada beberapa strategi pengembangan agroindustri pala di daerah penelitian. Agroindustri Pala Faktor-Faktor SWOT Strengths ( Kekuatan) Internal Strategi Pengembangan Agroindustri Pala Weakness ( Kelemahan) Eksternal Threats (Ancaman) Opportunitie s (Peluang)

Gambar

Gambar 1.  Bagian – bagian Buah Pala
Gambar 2.   Pala dikeringkan
Gambar 3. Matriks Posisi Analisis SWOT  Kuadran I
Tabel 2. Matriks Analisis SWOT
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apabila berkurangnya permintaan uang kuasi maka likuiditas lembaga keuangan (perbankan) rendah, sehingga tidak mampu memenuhi transaksi jangka pendek dan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh senyawa 2’,4’-dimetil-3,4- metilendioksikalkon dari 2,4-dimetilasetofenon dan piperonal melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt

Dikatakan semakin baik karena lamanya penjualan persediaan barang dagang dapat dijual dalam jangka waktu yang relatif semakin singkat sehingga perusahaan tidak

DINAS KESEHATAN KOTA LUBUK LINGGAU PUSKESMAS MEGANG.. Jalan Nangka Rt.01

pengetahuan dari pakar atau sekelompok ahli, yang nantinya pengetahuan tersebut untuk akan digunakan untuk membangun sistem berbasis pengetahuan.  Akuisisi pengetahuan pasti

Melalui model pembelajaran  problem based learning dan  problem based learning dan project based learning project based learning ,, peserta didik menggali informasi peserta

(3) Komponen tarif rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk obat-obatan, tindakan medik, tindakan medik gigi, penunjang medik, keperawatan,