21
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA PADA BALITA (0-4 TAHUN) (STUDI KASUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MANNA
TAHUN 2016)
Meywin Sumarni Akademi Kebidanan Manna
Abstrak: Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna belum mengerti upaya perilaku hidup bersih dan sehat serta Ibu jarang membersihkan pekarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk. Meskipun ibu memiliki kelambu di rumah, namun tidak dipergunakan setiap malam dalam menutup tempat tidur anak dan masih ada ibu yang belum mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap penyakit malaria dalam kehidupan sehari-hari, namun anak masih terkena sakit malaria. Tujuan penelitian ini untk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap cara pencegahan malaria pada anak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif berjenis deskriptif dengan bentuk studi kasus. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan pada tingkat promosi kesehatan yang pernah diterima masyarakat berupa penyuluhan kesehatan, meskipun belum maksimal secara keseluruhan karena hanya sebagian yang pernah mendapatkan penyuluhan. Pencegahan pada tingkat perlindungan khusus adalah dengan melakukan pengasapan (membakar dedaunan kering, kayu) untuk mengusir vektor nyamuk. Sedangkan penggunaan kelambu dan obat nyamuk sangat jarang dilakukan. Pencegahan pada tingkat diagnosi dini yang lebih mengarah kepada pemahaman masyarakat menemukan gejala dan pengobatan sendiri.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Pencegahan, Malaria, Balita PENDAHULUAN
Belum adanya penelitian
mengenai ini di perpustakaan Akbid Manna membuat peneliti tertarik mengambil judul Gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang cara
pencegahan malaria pada balita (Umur 0 – 4 Tahun) di Puskesmas Pasar Manna. Dimana masih belum mengerti upaya perilaku hidup bersih
dan sehat serta Ibu jarang
membersihkan pekarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk. Meskipun ibu memiliki kelambu di rumah, namun tidak dipergunakan setiap malam dalam menutup tempat tidur anak dan masih ada ibu yang belum mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap penyakit malaria dalam kehidupan sehari-hari, namun anak masih terkena sakit malaria.
Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderitanya serta semakin luas penyebarannya mulai dari pedesaan sampai perkotaan. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan sub tropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik.
Hasil studi epidemiologik
menunjukkan bahwa malaria
menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria biasanya terjadi di daerah yang biasa
terkena penyakit malaria dan
berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk penyebab penyakit malaria pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk. (Sumarmo dkk, 2010).
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Pasar Manna di dapatkan pada Tahun 2015 dari 86 orang yang positif malaria setelah cek hasil leb ada sebanyak 12
orang anak balia 0 – 4 tahun yang positif malaria sedangkan 10 penyakit terbanyak di puskesmas Pasar Manna Tahun 2015, yang paling tinggi penyakit ISPA 539 orang, penyakit pulpa 214 orang, Gastritis sebanyak 124 orang, Malaria sebanyak 86 orang, Reumatik sebanyak 85 orang, Hipertensi 63 orang, Dermatitis sebanyak 53 orang, Diare sebanyak 46 orang, Typod sebanyak 39 orang dan Alergi sebanyak 24 orang.
Kenapa masyarakat masih ada yang terkena penyakit malaria di karenakan masih banyak masyarakat belum melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta pengetahuan masyarakat masih kurang tentang cara pencegahan terhadap nyamuk malaria, tidak memasang kelambu pada malam hari sehingga peneliti
perlu melakukan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat dimana pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat harus direncanakan
dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada.
Pengetahuan Ibu yang
merupakan upaya positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang
berarti guna meminimalkan
terserangnya penyakit malaria bagi
keluarganya. Tindakan menjaga
kebersihan, pemakaian obat malaria, menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu atau kasa
anti nyamuk, vaksin malaria,
memelihara ikan pemakan jentik di kolam/ bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari keluar rumah pada waktu malam hari. METODE
Penulis dalam penelitian ini
menggunakan desain penelitian
kualitatif berjenis deskriptif dengan bentuk studi kasus. Menurut Sulistyo Basuki (2010) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat atau kepercayaan, yang tidak dapat diukur dengan angka.
Obyek dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu tentang cara
pencegahan malaria pada balita sedangkan subyek penelitian adalah
ibu di wilayah kerja puskesmas Pasar Manna. Ibu memiliki balita (0-4 Tahun) yang berada di wilayah kerja puskesmas Pasar Manna yang menjadi subyek penelitian ini.
Jenis penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel, tetapi menggunakan istilah informan untuk memberikan informasi secara akurat mengenai hal yang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan kriteria seperti: ibu-ibu yang memiliki balita, mudah untuk ditemui, memiliki akses yang besar untuk mengetahui kondisi lingkungannya, komunikatif, tidak mempunyai tujuan atau kepentingan tertentu dalam penelitian sehingga dapat diperoleh informasi yang obyektif serta bersedia memberikan
informasi. Sedangkan jumlah
informan dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan secara spesifik, data dari informan dianggap cukup jika telah mampu menjawab tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis memutuskan informan yang tepat untuk memperoleh data tentang
kebutuhan informasi yaitu dengan mendapatkan data langsung dari ibu yang sering berkunjung ke Puskesmas di Wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna sehingga data kebutuhan informasi masyarakat tidak bersiat obyektif dan personal, tetapi mampu mewakili pengetahuan masyarakat tentang pencegahan malaria pada Balita usia 0-4 tahun. Pemilihan informan ini juga mempertimbangkan rekomendasi dari pihak Puskesmas yang lokasinya berada di wilayah Pasar Manna serta melibatkan Kepala
Puskesmas yang dianggap
mengetahui kondisi masing-masing wilayahnya.
Fokus terhadap masalah yang dikaji harus dilakukan peneliti untuk menjamin keakuratan hasil penelitian. Sehingga untuk fokus terhadap kajian, peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat yang berobat ke puskesmas yang termasuk bagian wilayah Puskesmas Pasar Manna.
Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran langsung
kondisi ibu dengan beragam aktivitas dan program yang dilaksanakan. Agar data yang diperoleh dan analisis dapat dilakukan secara maksimal, penelitian
akan dilakukan selama lebih dari dua bulan sejak Maret hingga Akhir Mei 2016.
HASIL
Pencegahan pada tingkat
promosi kesehatan yang pernah diperoleh masyarakat di wilayah puskesmas Pasar Manna berupa adanya penyuluhan untuk menambah informasi serta sumber informasi lain
yang diterima masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa pernah mendapatkan sosiasilasi dan penyuluhan oleh petugas kesehatan. Adapun materi yang diterima pada saat penyuluhan tentang pola hidup sehat . Untuk
melakukan pencegahan menurut
informan dari informasi yang
diterima pada penyuluhan adalah dengan membersihkan pekarangan rumah. Untuk lebih jelasnya berikut adalah hasil wawancaranya: “Pernah, yaitu penyuluhan tentang upaya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan kebersihan perkarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk, apalagi masih banyak ibu yang jarang membersihkan seperti selokan yang
harus dibersihkan dan bagi ibu yang memiliki kelambu harus dipakai terutama bagi yang memiliki anak-anak Karena lebih rentan terhadap penyakit malaria maka untuk itu kami akan menggunakan kelabu yang telah diberikan ” (Ny N, 35 Thn, 8 Juni 2016).
“Pernah, penyuluhan pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah-rumah warga, lalu kami diberikan kelambu yang sudah diberi obat anti nyamuk, lalu mereka menyarankan pemakaian obat malaria pada anak dan memberikan obat itu tetapi saya kurang tanggap dengan apa yang mereka telah sampaikan pada saat itu saya hanya tau tentang pemakaian kelambu (Ny M, 19 Tahun, 8 Juni 2016).
Sedangkan informan yang
menyatakan tidak pernah
memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan berikut hasil wawancara: “Saya belum pernah mendapat penyuluhan tentang malaria baik dari Puskesmas maupun dari Tenaga Kesehatan belum ada dilakukan RT kami padahal di daerah ketapag ini
endemic malaria terutama saat musim hujan”(Tn A, 33 Thn, 9 Juni 2016).
Selanjutnya informan
menegaskan bahwa upaya Promosi Kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan seperti penyuluhan tentang
malaria, memberikan informasi
kepada pasien atau masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Berikut hasil wawancaranya:
“saya pernah dapat penyuluhan kesehatan tentang malaria dari anggota medis puskesmas Pasar Manna, pada saat saya datang berobat bersama anak saya yang berumur 4 tahun dan saya bertanya bagaimana cara mecegah dari penyakit malaria terutama pada anak apalagi di daerah pasar bawah termasuk edemik malaria dimana banyak sampah dan botol minuman bekas pengunjung yang dibuang sembarangan dan adanya rawa-rawa dekat sungai dan saya mendapat jawaban jangan sering membawa anak keluar rumah pada malam hari apalagi tanpa membawa jaketdan obat pelindung anti nyamuk dan jangan membawa anak ke daerah
yang berpotensi malaria” (Ny. MJ, 26 Tahun, 10 Juni 2016).
Perlindungan khusus yang dilakukan oleh masyarakat adalah upaya untuk menghindari penyakit
terjangkitnya penyakit malaria.
Olehnya berbagai macam yang dilakukan dalam upaya sepsific protection atau perlindungan khusus, mulai dari kebiasaan keluar pada waktu malam hari, penggunaan pelindung diri dari gigitan nyamuk. Berikut hasil wawancaranya:
“iya saya sering membawa anak yang berumur 2 tahun ini jalan-jalan dengan ayahnya membelikan makanan karena di rewel terus apalagi di luar dingin saya memakaikannya jaket agar anak saya tidak kedinginan dan terhindar dari gigitan nyamuk. Kalau diluar rumah Cuma duduk-duduk diteras bersama anak dan neneknya dan biasanya saya tidak memakaikannya jaket atau pun lotion anti nyamuk karena takut masuk kedalam mulut anak” (Tn A, 33 Tahun, 9 Juni 2016).
“keluar rumah jarang, kegiatan keluar jahu paling pergi sebentar untuk membawa anak saya naik
kereta keliling karena anak saya umur 2 tahun sering sekali rewel makanya saya ajak sebentar, kalau dekat rumah Cuma ngobrol dengan tetangga dekat rumah hanya sebentar sekitar 1 jam” (Ny. D, 30 Tahun, 10 Juni 2016).
Sedangkan lamanya waktu informan berada diluar rumah pada waktu malam hari itu berbeda. Rata-rata mereka keluar malam cuma beberapa jam saja dan menurut informan mereka juga memakai jaket
dan menggunakan lotion anti
nyamuk. Berikut hasil
wawancaranya:
“kurang lebih 2 jam, kadang-kadang saja saya memakaikan lotion anti nyamuk pada anak terkadang hanya memakai jaket saja” (Ny N, 35 Tahun, 8 Juni 2016).
“paling lama kurang lebih 3 jam, pelindung yang saya gunakan hanyalah jaket saja ” (Ny D, 30 Tahun, 10 Juni 2016).
Selanjutnya informasi yang diperoleh dalam hasil penelitian ini yang terkait perlindungan khusus dalam upaya pencegahan penyakit malaria adalah penggunaan obat anti
nyamuk atau semacamnya apada saat tidur. Berikut hasil wawancaranya: “ketika anak tidur malam hari saya memasangkan kelambu dan memakai semprotan” (Ny Mj, 26 Tahun, 10 Juni 2016).
“kadang-kadang pakai kelambu untuk anak saya tetapi panas maka terkadang menggunakan semportan dan obat nyamuk bakar” (Ny N, 35 Tahun, 8 Juni 2016).
Upaya untuk dignosa dini dan pengobatan berupa gejala awal yang dirasakan oleh informan, dan upaya pencarian pengobatan. Berikut hasil wawancaranya:
“Dari bu bidan kasih tau kalau dia malaria… saat itu panas tinggi anak saya tetapi tenggah malam tidak panas lalu saya bawa ke bidan lalu ibu bidan periksa tensi dia darah lalu kasih obat paracetamol minum tetapi masih begitu-begitu saja panas setengah mati sampe berteriak-berteriak sampai saya ketakutan” (Ny D, 30 Tahun, 10 Juni 2016). “Pertama sakit anak saya minum obat paracetamol obat penurun panas kebetulan saya selalu sedia
jaga-jaga kalau anak panas, namun sampai besoknya belum juga turun dan saya heran kenapa anak saya panasnya pada saat-saat tertentu saja, lalu atas saran tetangga saya yang pernah mengalami di suruh cex darah untuk mengetahui kena penyakit malaria atau apa…setelah saya cek darah besoknya memang benar positif malaria langsung saya bawa ke puskesmas untuk di obati” (Ny M, 19 tahun, 8 Juni 2016).
Dijelaskan oleh informan lain bahwa apabila ada kasus yang terjadi
dilapangan (masyarakat terkena
malaria) dengan mengambil sampel darah dan mengenali gejalanya.
Apabila positif malaria, anak
langsung diberikan tindakan seperti
pengobatan di puskesmas dan
pemberian obat, selain itu juga langsung dilakukan penyuluhan pada
wilayah yang terdapat kasus
malarianya yang disertai dengan pembagian kelambu.
“Kalau ada dalam 1 rumah yang terkena malaria 2 atau 3 berarti kami turun lapangan dan pengabilan sampel darah untuk satu rumah untuk pemberiksaan lab kalau ada yang
temui smpel darahnya ada gejala-gejala malaria kami langsung memberikan obat malaria itu Arterakine dan darplex sesuai anjuran pengunaan obat sama penyuluhan dan pembagian abatte” (Tn J, 35 Tahun, 13 Juni 2016). PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua informan yang
menyatakan pernah memperoleh
penyuluhan dengan informasi seputar dengan penyakit malaria walau pada saat pembagian kelambu.
Hasil penelitian Mayasari, (2012) bahwa pengetahuan dan sikap
menunjukkan hubungan yang
bermakna dimana ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan pengetahuan dan sikap responden. Namun Mayasari, dkk. Juga menemukan bahwa antara
penyuluhan dan perilaku atau
tindakan tidak menunjukkan
pengaruh yang bermakna namun terlihat ada peningkatan perilaku
positif masyarakat. Tingginya
kejadian malaria dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga terhada
pencegahan dan pemberantasan
malaria. Oleh karena itu, dengan
jarangnya mendapat penyuluhan
kesehatan tantang malaria, maka mungkin juga upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh masyarakat pun lebih jarang karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang up untuk melakukan pencegahan tersebut.
Menurut Achmadi (2008)
bahwa sebagian responden
melakukan aktifitas berada di luar rumah malam hari seperti ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah ataupun kebiasaan duduk berkumpul di pance sore atau malam hari. Tidak adanya hubungan antara kebiasaan beraktifitas di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria diduga karena aktifitas menggigit nyamuk pada umumnya jam 21.00 lebih,
sedangkan responden biasanya
kerumah dibawah jam 21.00.
Seringnya berada di luar rumah dan
informan tidak menggunakan
pelindung diri dari gigitan nyamuk seperti jaket atau lotion. Mereka melakukan hal-hal tersebut misalnya menggunakan jaket hanya pada saat cuaca dan kondisi lingkungan yang
tidak memungkinkan seperti cuaca dan kondisi lingkungan yang dingin
ataupun hanya pada saat
berkenderaan pada waktu malam. Kebiasaan penduduk berda di luar rumah pada malam hari dan kebiasaan tidak berpakaian sangat
berhubungan dengan kejadian
malaria.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusdatin (2013) bahwa kebiasaan keluar rumah malam hari termasuk kegiatan berkumpul di warung kopi dan melaksanakan kegitan pada waktu malam mulai dari jam 17.00 sampai dengan jam 20.03 merupakan faktor yang mempengarahui angka kejadian malaria. Masyarakat sejauh ini telah meyadari pentingnya menghindari gigitan nyamuk, namun belum
maksimal melakukan upaya
pencegahan dengan menggunakan
obat anti nyamuk maupun
menggunakan kelambu. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa, masyarakat yang tinggal di daerah wilayah kerja Puskesmas Pasar
Manna ini lebih memilih
menggunakan obat anti nyamuk tetapi, ada masyarakat yang memilih
untuk tidak menggunakan obat anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk dengan alasan tidak suka dengan bau yang dikeluarkan oleh obat anti nyamuk tersebut karena dapat membuat sesak napas dan batuk dan menggunakan kelambu karena terasa udaranya panas.
Menurut Pusdatin (2013)
bahwa ada dua gejala malaria. Pertama, gejala malaria ringan yakni; demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala, pucat karena kurang darah, kadang-kadang di mulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah tidak nafsu makan. Kedua, gejala malaria berat; kejang-kejang, kehilangan kesadaran, kuning pada mata, panas tinggi, kencing berwarna teh tua, nafas cepat, muntah terus, dan pingsan bahkan sampai koma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan melakukan pengobatan segera dengan meminum obat
paracetamol yang diperolehnya dengan
menyimpan di rumah untuk jaga-jaga, guna meredakan demam. Selain itu, informan menyatakan bahwa ketika dia sakit, orang tuanya (ibu) membawanya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat
(puskesmas) untuk mendapatkan pengobatan segera.
SIMPULAN
Masyarakat sejauh ini telah meyadari pentingnya menghindari gigitan nyamuk, namun belum
maksimal melakukan upaya
pencegahan dengan menggunakan
obat anti nyamuk maupun
menggunakan kelambu. Masyarakat yang tinggal di daerah wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna ini lebih memilih menggunakan obat anti nyamuk tetapi, ada masyarakat yang memilih untuk tidak menggunakan obat anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk dengan alasan tidak suka dengan bau yang dikeluarkan oleh obat anti nyamuk tersebut karena dapat membuat sesak napas dan batuk dan menggunakan kelambu karena terasa udaranya panas.
Upaya pencegahan pada
tingkat promosi kesehatan pada
masyarakat di wilayah kerja
pukesmas Pasar Manna adalah penyuluhan kesehatan, meskipun belum maksimal secara keseluruhan karena hanya sebagian yang pernah mendapatkan penyuluhan sedangkan
pada Upaaya pencegahan pada tingkat perlindungan khusus adalah menggunakan obat anti nyamuk, kelambu dan menggunakan jaket apabila keluar ruma.
Disarankan kepada Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota dan Petugas Kesehatan Puskesmas untuk perlu adanya penyuluhan yang
dilakukan kepada masyarakat
mengenai malaria ini lebih sering lagi untuk lebih menambah pengetahuan dan informasi masyarakat tentang malaria sehingga masyarakat bisa melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit sedini mungkin terkait malaria, walaupun tingkat kejadian malaria telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai keberhasilan perilaku
masyarakat terhadap pencegahan
malaria disarankan agar dapat
mengembangkan variabel-variebel
yang belum ada, serta dapat melakukan penelitian yang mendalam dan terarah yang terkait dengan
perilaku penderita terhadap
RUJUKAN (Daftar Pustaka)
Achmadi, Supri. (2013). Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. (Tesis). Semarang : Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Penaku
Mayasari R. (2012). Dampak
Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Desa Sukajadi Kabupaten Oku. (Jurnal). Baturaja, OKU. Loka
Litbang P2B2 Baturaja.
Pembangunan Manusia ; 6 (3) : 6-7.
Pusdatin. (2013). Pencegaha Malaria dalam Lingkungaa. Jakarta. Sumarno. (20110). Perbedaan Gejala
Klinis Dan Efek Samping Pengobatan Pada Malaria Falciparum dan Vivax Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan. (Jurnal). Baturaja :
Departemen Parasitologi,
Fak.Kedokteran Univ.Gadjah
Mada. Pembangunan Manusi ; 6 (2) 8-9