• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Pencegahan, Malaria, Balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Pencegahan, Malaria, Balita"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

21 

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA PADA BALITA (0-4 TAHUN) (STUDI KASUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MANNA

TAHUN 2016)

Meywin Sumarni Akademi Kebidanan Manna

Abstrak: Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna belum mengerti upaya perilaku hidup bersih dan sehat serta Ibu jarang membersihkan pekarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk. Meskipun ibu memiliki kelambu di rumah, namun tidak dipergunakan setiap malam dalam menutup tempat tidur anak dan masih ada ibu yang belum mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap penyakit malaria dalam kehidupan sehari-hari, namun anak masih terkena sakit malaria. Tujuan penelitian ini untk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap cara pencegahan malaria pada anak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif berjenis deskriptif dengan bentuk studi kasus. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan pada tingkat promosi kesehatan yang pernah diterima masyarakat berupa penyuluhan kesehatan, meskipun belum maksimal secara keseluruhan karena hanya sebagian yang pernah mendapatkan penyuluhan. Pencegahan pada tingkat perlindungan khusus adalah dengan melakukan pengasapan (membakar dedaunan kering, kayu) untuk mengusir vektor nyamuk. Sedangkan penggunaan kelambu dan obat nyamuk sangat jarang dilakukan. Pencegahan pada tingkat diagnosi dini yang lebih mengarah kepada pemahaman masyarakat menemukan gejala dan pengobatan sendiri.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Pencegahan, Malaria, Balita PENDAHULUAN

Belum adanya penelitian

mengenai ini di perpustakaan Akbid Manna membuat peneliti tertarik mengambil judul Gambaran tingkat

pengetahuan ibu tentang cara

pencegahan malaria pada balita (Umur 0 – 4 Tahun) di Puskesmas Pasar Manna. Dimana masih belum mengerti upaya perilaku hidup bersih

dan sehat serta Ibu jarang

membersihkan pekarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk. Meskipun ibu memiliki kelambu di rumah, namun tidak dipergunakan setiap malam dalam menutup tempat tidur anak dan masih ada ibu yang belum mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap penyakit malaria dalam kehidupan sehari-hari, namun anak masih terkena sakit malaria.

(2)

 

Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderitanya serta semakin luas penyebarannya mulai dari pedesaan sampai perkotaan. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan sub tropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik.

Hasil studi epidemiologik

menunjukkan bahwa malaria

menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria biasanya terjadi di daerah yang biasa

terkena penyakit malaria dan

berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk penyebab penyakit malaria pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk. (Sumarmo dkk, 2010).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Pasar Manna di dapatkan pada Tahun 2015 dari 86 orang yang positif malaria setelah cek hasil leb ada sebanyak 12

orang anak balia 0 – 4 tahun yang positif malaria sedangkan 10 penyakit terbanyak di puskesmas Pasar Manna Tahun 2015, yang paling tinggi penyakit ISPA 539 orang, penyakit pulpa 214 orang, Gastritis sebanyak 124 orang, Malaria sebanyak 86 orang, Reumatik sebanyak 85 orang, Hipertensi 63 orang, Dermatitis sebanyak 53 orang, Diare sebanyak 46 orang, Typod sebanyak 39 orang dan Alergi sebanyak 24 orang.

Kenapa masyarakat masih ada yang terkena penyakit malaria di karenakan masih banyak masyarakat belum melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta pengetahuan masyarakat masih kurang tentang cara pencegahan terhadap nyamuk malaria, tidak memasang kelambu pada malam hari sehingga peneliti

perlu melakukan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat dimana pendidikan yang diberikan kepada

masyarakat harus direncanakan

dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada.

Pengetahuan Ibu yang

(3)

 

merupakan upaya positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang

berarti guna meminimalkan

terserangnya penyakit malaria bagi

keluarganya. Tindakan menjaga

kebersihan, pemakaian obat malaria, menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu atau kasa

anti nyamuk, vaksin malaria,

memelihara ikan pemakan jentik di kolam/ bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari keluar rumah pada waktu malam hari. METODE

Penulis dalam penelitian ini

menggunakan desain penelitian

kualitatif berjenis deskriptif dengan bentuk studi kasus. Menurut Sulistyo Basuki (2010) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut

pandangan manusia yang diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat atau kepercayaan, yang tidak dapat diukur dengan angka.

Obyek dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu tentang cara

pencegahan malaria pada balita sedangkan subyek penelitian adalah

ibu di wilayah kerja puskesmas Pasar Manna. Ibu memiliki balita (0-4 Tahun) yang berada di wilayah kerja puskesmas Pasar Manna yang menjadi subyek penelitian ini.

Jenis penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel, tetapi menggunakan istilah informan untuk memberikan informasi secara akurat mengenai hal yang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan kriteria seperti: ibu-ibu yang memiliki balita, mudah untuk ditemui, memiliki akses yang besar untuk mengetahui kondisi lingkungannya, komunikatif, tidak mempunyai tujuan atau kepentingan tertentu dalam penelitian sehingga dapat diperoleh informasi yang obyektif serta bersedia memberikan

informasi. Sedangkan jumlah

informan dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan secara spesifik, data dari informan dianggap cukup jika telah mampu menjawab tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis memutuskan informan yang tepat untuk memperoleh data tentang

(4)

 

kebutuhan informasi yaitu dengan mendapatkan data langsung dari ibu yang sering berkunjung ke Puskesmas di Wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna sehingga data kebutuhan informasi masyarakat tidak bersiat obyektif dan personal, tetapi mampu mewakili pengetahuan masyarakat tentang pencegahan malaria pada Balita usia 0-4 tahun. Pemilihan informan ini juga mempertimbangkan rekomendasi dari pihak Puskesmas yang lokasinya berada di wilayah Pasar Manna serta melibatkan Kepala

Puskesmas yang dianggap

mengetahui kondisi masing-masing wilayahnya.

Fokus terhadap masalah yang dikaji harus dilakukan peneliti untuk menjamin keakuratan hasil penelitian. Sehingga untuk fokus terhadap kajian, peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat yang berobat ke puskesmas yang termasuk bagian wilayah Puskesmas Pasar Manna.

Observasi dilakukan untuk

memperoleh gambaran langsung

kondisi ibu dengan beragam aktivitas dan program yang dilaksanakan. Agar data yang diperoleh dan analisis dapat dilakukan secara maksimal, penelitian

akan dilakukan selama lebih dari dua bulan sejak Maret hingga Akhir Mei 2016.

HASIL

Pencegahan pada tingkat

promosi kesehatan yang pernah diperoleh masyarakat di wilayah puskesmas Pasar Manna berupa adanya penyuluhan untuk menambah informasi serta sumber informasi lain

yang diterima masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa pernah mendapatkan sosiasilasi dan penyuluhan oleh petugas kesehatan. Adapun materi yang diterima pada saat penyuluhan tentang pola hidup sehat . Untuk

melakukan pencegahan menurut

informan dari informasi yang

diterima pada penyuluhan adalah dengan membersihkan pekarangan rumah. Untuk lebih jelasnya berikut adalah hasil wawancaranya: “Pernah, yaitu penyuluhan tentang upaya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan kebersihan perkarangan rumah yang sering menjadi sarang nyamuk, apalagi masih banyak ibu yang jarang membersihkan seperti selokan yang

(5)

 

harus dibersihkan dan bagi ibu yang memiliki kelambu harus dipakai terutama bagi yang memiliki anak-anak Karena lebih rentan terhadap penyakit malaria maka untuk itu kami akan menggunakan kelabu yang telah diberikan ” (Ny N, 35 Thn, 8 Juni 2016).

“Pernah, penyuluhan pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah-rumah warga, lalu kami diberikan kelambu yang sudah diberi obat anti nyamuk, lalu mereka menyarankan pemakaian obat malaria pada anak dan memberikan obat itu tetapi saya kurang tanggap dengan apa yang mereka telah sampaikan pada saat itu saya hanya tau tentang pemakaian kelambu (Ny M, 19 Tahun, 8 Juni 2016).

Sedangkan informan yang

menyatakan tidak pernah

memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan berikut hasil wawancara: “Saya belum pernah mendapat penyuluhan tentang malaria baik dari Puskesmas maupun dari Tenaga Kesehatan belum ada dilakukan RT kami padahal di daerah ketapag ini

endemic malaria terutama saat musim hujan”(Tn A, 33 Thn, 9 Juni 2016).

Selanjutnya informan

menegaskan bahwa upaya Promosi Kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan seperti penyuluhan tentang

malaria, memberikan informasi

kepada pasien atau masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Berikut hasil wawancaranya:

“saya pernah dapat penyuluhan kesehatan tentang malaria dari anggota medis puskesmas Pasar Manna, pada saat saya datang berobat bersama anak saya yang berumur 4 tahun dan saya bertanya bagaimana cara mecegah dari penyakit malaria terutama pada anak apalagi di daerah pasar bawah termasuk edemik malaria dimana banyak sampah dan botol minuman bekas pengunjung yang dibuang sembarangan dan adanya rawa-rawa dekat sungai dan saya mendapat jawaban jangan sering membawa anak keluar rumah pada malam hari apalagi tanpa membawa jaketdan obat pelindung anti nyamuk dan jangan membawa anak ke daerah

(6)

 

yang berpotensi malaria” (Ny. MJ, 26 Tahun, 10 Juni 2016).

Perlindungan khusus yang dilakukan oleh masyarakat adalah upaya untuk menghindari penyakit

terjangkitnya penyakit malaria.

Olehnya berbagai macam yang dilakukan dalam upaya sepsific protection atau perlindungan khusus, mulai dari kebiasaan keluar pada waktu malam hari, penggunaan pelindung diri dari gigitan nyamuk. Berikut hasil wawancaranya:

“iya saya sering membawa anak yang berumur 2 tahun ini jalan-jalan dengan ayahnya membelikan makanan karena di rewel terus apalagi di luar dingin saya memakaikannya jaket agar anak saya tidak kedinginan dan terhindar dari gigitan nyamuk. Kalau diluar rumah Cuma duduk-duduk diteras bersama anak dan neneknya dan biasanya saya tidak memakaikannya jaket atau pun lotion anti nyamuk karena takut masuk kedalam mulut anak” (Tn A, 33 Tahun, 9 Juni 2016).

“keluar rumah jarang, kegiatan keluar jahu paling pergi sebentar untuk membawa anak saya naik

kereta keliling karena anak saya umur 2 tahun sering sekali rewel makanya saya ajak sebentar, kalau dekat rumah Cuma ngobrol dengan tetangga dekat rumah hanya sebentar sekitar 1 jam” (Ny. D, 30 Tahun, 10 Juni 2016).

Sedangkan lamanya waktu informan berada diluar rumah pada waktu malam hari itu berbeda. Rata-rata mereka keluar malam cuma beberapa jam saja dan menurut informan mereka juga memakai jaket

dan menggunakan lotion anti

nyamuk. Berikut hasil

wawancaranya:

“kurang lebih 2 jam, kadang-kadang saja saya memakaikan lotion anti nyamuk pada anak terkadang hanya memakai jaket saja” (Ny N, 35 Tahun, 8 Juni 2016).

“paling lama kurang lebih 3 jam, pelindung yang saya gunakan hanyalah jaket saja ” (Ny D, 30 Tahun, 10 Juni 2016).

Selanjutnya informasi yang diperoleh dalam hasil penelitian ini yang terkait perlindungan khusus dalam upaya pencegahan penyakit malaria adalah penggunaan obat anti

(7)

 

nyamuk atau semacamnya apada saat tidur. Berikut hasil wawancaranya: “ketika anak tidur malam hari saya memasangkan kelambu dan memakai semprotan” (Ny Mj, 26 Tahun, 10 Juni 2016).

“kadang-kadang pakai kelambu untuk anak saya tetapi panas maka terkadang menggunakan semportan dan obat nyamuk bakar” (Ny N, 35 Tahun, 8 Juni 2016).

Upaya untuk dignosa dini dan pengobatan berupa gejala awal yang dirasakan oleh informan, dan upaya pencarian pengobatan. Berikut hasil wawancaranya:

“Dari bu bidan kasih tau kalau dia malaria… saat itu panas tinggi anak saya tetapi tenggah malam tidak panas lalu saya bawa ke bidan lalu ibu bidan periksa tensi dia darah lalu kasih obat paracetamol minum tetapi masih begitu-begitu saja panas setengah mati sampe berteriak-berteriak sampai saya ketakutan” (Ny D, 30 Tahun, 10 Juni 2016). “Pertama sakit anak saya minum obat paracetamol obat penurun panas kebetulan saya selalu sedia

jaga-jaga kalau anak panas, namun sampai besoknya belum juga turun dan saya heran kenapa anak saya panasnya pada saat-saat tertentu saja, lalu atas saran tetangga saya yang pernah mengalami di suruh cex darah untuk mengetahui kena penyakit malaria atau apa…setelah saya cek darah besoknya memang benar positif malaria langsung saya bawa ke puskesmas untuk di obati” (Ny M, 19 tahun, 8 Juni 2016).

Dijelaskan oleh informan lain bahwa apabila ada kasus yang terjadi

dilapangan (masyarakat terkena

malaria) dengan mengambil sampel darah dan mengenali gejalanya.

Apabila positif malaria, anak

langsung diberikan tindakan seperti

pengobatan di puskesmas dan

pemberian obat, selain itu juga langsung dilakukan penyuluhan pada

wilayah yang terdapat kasus

malarianya yang disertai dengan pembagian kelambu.

“Kalau ada dalam 1 rumah yang terkena malaria 2 atau 3 berarti kami turun lapangan dan pengabilan sampel darah untuk satu rumah untuk pemberiksaan lab kalau ada yang

(8)

 

temui smpel darahnya ada gejala-gejala malaria kami langsung memberikan obat malaria itu Arterakine dan darplex sesuai anjuran pengunaan obat sama penyuluhan dan pembagian abatte” (Tn J, 35 Tahun, 13 Juni 2016). PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua informan yang

menyatakan pernah memperoleh

penyuluhan dengan informasi seputar dengan penyakit malaria walau pada saat pembagian kelambu.

Hasil penelitian Mayasari, (2012) bahwa pengetahuan dan sikap

menunjukkan hubungan yang

bermakna dimana ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan pengetahuan dan sikap responden. Namun Mayasari, dkk. Juga menemukan bahwa antara

penyuluhan dan perilaku atau

tindakan tidak menunjukkan

pengaruh yang bermakna namun terlihat ada peningkatan perilaku

positif masyarakat. Tingginya

kejadian malaria dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga terhada

pencegahan dan pemberantasan

malaria. Oleh karena itu, dengan

jarangnya mendapat penyuluhan

kesehatan tantang malaria, maka mungkin juga upaya pencegahan yang telah dilakukan oleh masyarakat pun lebih jarang karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang up untuk melakukan pencegahan tersebut.

Menurut Achmadi (2008)

bahwa sebagian responden

melakukan aktifitas berada di luar rumah malam hari seperti ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah ataupun kebiasaan duduk berkumpul di pance sore atau malam hari. Tidak adanya hubungan antara kebiasaan beraktifitas di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria diduga karena aktifitas menggigit nyamuk pada umumnya jam 21.00 lebih,

sedangkan responden biasanya

kerumah dibawah jam 21.00.

Seringnya berada di luar rumah dan

informan tidak menggunakan

pelindung diri dari gigitan nyamuk seperti jaket atau lotion. Mereka melakukan hal-hal tersebut misalnya menggunakan jaket hanya pada saat cuaca dan kondisi lingkungan yang

(9)

 

tidak memungkinkan seperti cuaca dan kondisi lingkungan yang dingin

ataupun hanya pada saat

berkenderaan pada waktu malam. Kebiasaan penduduk berda di luar rumah pada malam hari dan kebiasaan tidak berpakaian sangat

berhubungan dengan kejadian

malaria.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusdatin (2013) bahwa kebiasaan keluar rumah malam hari termasuk kegiatan berkumpul di warung kopi dan melaksanakan kegitan pada waktu malam mulai dari jam 17.00 sampai dengan jam 20.03 merupakan faktor yang mempengarahui angka kejadian malaria. Masyarakat sejauh ini telah meyadari pentingnya menghindari gigitan nyamuk, namun belum

maksimal melakukan upaya

pencegahan dengan menggunakan

obat anti nyamuk maupun

menggunakan kelambu. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa, masyarakat yang tinggal di daerah wilayah kerja Puskesmas Pasar

Manna ini lebih memilih

menggunakan obat anti nyamuk tetapi, ada masyarakat yang memilih

untuk tidak menggunakan obat anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk dengan alasan tidak suka dengan bau yang dikeluarkan oleh obat anti nyamuk tersebut karena dapat membuat sesak napas dan batuk dan menggunakan kelambu karena terasa udaranya panas.

Menurut Pusdatin (2013)

bahwa ada dua gejala malaria. Pertama, gejala malaria ringan yakni; demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala, pucat karena kurang darah, kadang-kadang di mulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah tidak nafsu makan. Kedua, gejala malaria berat; kejang-kejang, kehilangan kesadaran, kuning pada mata, panas tinggi, kencing berwarna teh tua, nafas cepat, muntah terus, dan pingsan bahkan sampai koma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan melakukan pengobatan segera dengan meminum obat

paracetamol yang diperolehnya dengan

menyimpan di rumah untuk jaga-jaga, guna meredakan demam. Selain itu, informan menyatakan bahwa ketika dia sakit, orang tuanya (ibu) membawanya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

(10)

 

(puskesmas) untuk mendapatkan pengobatan segera.

SIMPULAN

Masyarakat sejauh ini telah meyadari pentingnya menghindari gigitan nyamuk, namun belum

maksimal melakukan upaya

pencegahan dengan menggunakan

obat anti nyamuk maupun

menggunakan kelambu. Masyarakat yang tinggal di daerah wilayah kerja Puskesmas Pasar Manna ini lebih memilih menggunakan obat anti nyamuk tetapi, ada masyarakat yang memilih untuk tidak menggunakan obat anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk dengan alasan tidak suka dengan bau yang dikeluarkan oleh obat anti nyamuk tersebut karena dapat membuat sesak napas dan batuk dan menggunakan kelambu karena terasa udaranya panas.

Upaya pencegahan pada

tingkat promosi kesehatan pada

masyarakat di wilayah kerja

pukesmas Pasar Manna adalah penyuluhan kesehatan, meskipun belum maksimal secara keseluruhan karena hanya sebagian yang pernah mendapatkan penyuluhan sedangkan

pada Upaaya pencegahan pada tingkat perlindungan khusus adalah menggunakan obat anti nyamuk, kelambu dan menggunakan jaket apabila keluar ruma.

Disarankan kepada Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota dan Petugas Kesehatan Puskesmas untuk perlu adanya penyuluhan yang

dilakukan kepada masyarakat

mengenai malaria ini lebih sering lagi untuk lebih menambah pengetahuan dan informasi masyarakat tentang malaria sehingga masyarakat bisa melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit sedini mungkin terkait malaria, walaupun tingkat kejadian malaria telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai keberhasilan perilaku

masyarakat terhadap pencegahan

malaria disarankan agar dapat

mengembangkan variabel-variebel

yang belum ada, serta dapat melakukan penelitian yang mendalam dan terarah yang terkait dengan

perilaku penderita terhadap

(11)

 

RUJUKAN (Daftar Pustaka)

Achmadi, Supri. (2013). Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. (Tesis). Semarang : Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Penaku

Mayasari R. (2012). Dampak

Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Desa Sukajadi Kabupaten Oku. (Jurnal). Baturaja, OKU. Loka

Litbang P2B2 Baturaja.

Pembangunan Manusia ; 6 (3) : 6-7.

Pusdatin. (2013). Pencegaha Malaria dalam Lingkungaa. Jakarta. Sumarno. (20110). Perbedaan Gejala

Klinis Dan Efek Samping Pengobatan Pada Malaria Falciparum dan Vivax Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan. (Jurnal). Baturaja :

Departemen Parasitologi,

Fak.Kedokteran Univ.Gadjah

Mada. Pembangunan Manusi ; 6 (2) 8-9

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -

Prinsip kerja dari sistem ini adalah ketika terjadi suatu yang abnormal di dalam rumah baik itu kemalingan maupun asap yang tidak wajar, ada api, dan suhu

Dengan menggunakan model tersebut diperoleh variabel yang signifikan terhadap TPAK perempuan Jawa Timur adalah TPAK laki-laki, persentase penduduk miskin, PDRB perkapita, UMK,

Menurut Kemenkes RI (2014), klasifikasi hipertensi dibedakan menjadi sebagai berikut. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder.

Sudiadnyana, Eka, Yudha dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Transformasi desain bangunan tradisional Souraja pada bangunan kantor pemerintah di Palu meliputi transformasi : bentuk bangunan (bentuk panggung), bentuk geometri

Dengan adanya pembelian barang yang tinggi sehingga harus adanya pengendalian internal yang baik di dalam Hotel Shangri-La Surabaya khususnya dalam siklus

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 25 November 2013 dengan melakukan observasi kepada 5 perawat instalasi rawat inap kelas utama dan 5 perawat instalasi rawat inap kelas