• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Terletak di lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian +1.447 m di atas permukaan laut. Luas lahan untuk membudidayakan tanaman Selada Kepala (Lactuca sativa var.capitata) adalah 200 m2 dengan jenis tanah andosol. Di dunia pertanian, tanah merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian. Tanah sebagai alat produksi, memiliki peranan sebagai berikut: tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber air bagi tanaman, tempat peredaran udara untuk bernafasnya akar tanaman. Oleh karena itu, tanaman sayuran membutuhkan tanah yang dalam, gembur, serta banyak mengandung bahan-bahan organik. Andosol mengandung bahan organik yang juga lebih banyak daripada tanah non-vulkanik dalam keadaan lingkungan yang serupa. Hal ini karena dekomposisi bahan organik dalam andosol terhambat oleh hidroxida aluminium yang amorf (Kosaka et al., 1962). Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi. Tanah andosol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik. Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik untuk ditanami. Selain unsur hara, tanah andosol memiliki kandungan zat-zat organik yang berada di lapisan tengah dan atas sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsur hara dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnya pun sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain (Hardjowigeno, 2010). Adapun curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan hujan rata-rata 150 – 190 hari per tahun. Tanaman sayuran hanya dapat diusahakan di tempat-tempat yang tidak kekurangan air. Suhu udara di sekitar

(2)

lahan pertanaman rata-rata setiap harinya maksimum mencapai 25º – 29º C dan minimum 18º– 20º C. Tinggi rendahnya suhu menimbulkan reaksi pada tanaman sayuran. Pertumbuhan sayuran yang baik memerlukan batas-batas suhu tertentu.

B. Teknik Budidaya

Teknik Budidaya yang digunakan selama Tugas Akhir meliputi: 1. Pengolahan Lahan dan Pemberian Pupuk Dasar

Kegiatan pengolahan lahan dilakukan sebelum tanaman dipindahkan dari persemaian. Mula-mula tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam kurang lebih 30 cm agar tanah menjadi gembur dan menjadi remah, sehingga aerasinya berjalan baik dan zat-zat beracun pun akan hilang. Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar mampu tumbuh dengan baik. Kemudian tanah ini diistirahatkan selama 3 atau 4 hari untuk memperbaiki keadaan tata udara atau aerasi. Langkah selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar yang menggunakan pupuk kandang (Gambar 4.1) yang membutuhkan dosis sebanyak 200 kg/200 m2 atau dosis 10 ton/Ha. Pupuk kandang diaplikasikan dengan cara dibenam menggunakan cangkul. Pembenaman pupuk kandang dilakukan dengan meletakkan pupuk dalam jalur yang telah dibuat sepanjang bedengan sebanyak + 8 Kg, kemudian ditutup lagi dengan pembalikan ke bagian atas lahan yang sudah diolah

Gambar 4.1. Pupuk Bokashi Gambar 4.2 Pemberian Pupuk bokashi (Power dan Pupuk Kandang)

(3)

Pupuk merupakan unsur hara yang diberikan pada tanaman untuk memacu serta membantu pertumbuhan dan perkembangan. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk menjaga serta memelihara keseimbangan unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk pada tanaman juga harus memenuhi 3 syarat, yaitu tepat dosis, waktu, dan aplikasinya agar hasil atau produksi tanaman dapat maksimal dan efisiensi pemupukan pada tanaman. Pupuk kandang merupakan kotoran hewan yang mengandung nitrogen, asam fosfat, dan kalium (Warsito, 1970). Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk kandang yang dipergunakan adalah pupuk kandang yang telah masak, yakni yang sudah tidak melakukan proses penguraian dan pembusukan. Jika belum, pupuk dapat menghasilkan panas. Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh: (1) makanan hewan yang bersangkutan, (2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja, (3) jenis atau macam hewan; dan (4) jumlah dan

jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

2. Pemasangan dan Pelubangan Mulsa

Sebelum melakukan kegiatan pemasang mulsa terlebih dahulu lahan yang sudah diolah dan diberi pupuk dasar yaitu membuat bedengan. Fungsi dari bedengan sendiri yaitu sebagai area untuk tanaman di budidayakan. Selain itu manfaat bedengan yaitu memudahkan pembuangan air hujan, melalui jalan antar petakan, mempermudah pemeliharaan, mempermudah meresapnya air hujan atau pengairan dan menghindari pemadatan tanah karena injakan. Jumlah bedengan yang dibuat untuk tugas akhir kali ini yaitu sebanyak 24 bedengan dengan panjang setiap bedengnya 3,5 m dan lebar 1 m, sedangkan untuk jarak antar bedengan yaitu selebar 80 cm (Gambar 4.3)

(4)

Pemasangan mulsa dalam membudidayakan tanaman Selada Kepala Organik merupakan hal penting untuk dilakukan. Pemberian mulsa ini bertujuan untuk melindungi permukaan tanah dari erosi, menjaga kelembaban dan struktur tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa yang digunakan berukuran lebar 120 cm dengan plastik hitam perak (MPHP) (Gambar 4.4). Setelah dipasang mulsa pada bedengan penanaman, adalah pelubangan mulsa dengan menggunakan alat pelubang mulsa (Gambar 4.5). Jarak tanam yang digunakan pada budidaya Selada Kepala adalah 25 cm × 25 cm. Setiap bedengnya terdapat 39 lubang tanam, sehingga untuk jumah tanaman yang dapat ditanam pada lahan seluas 200m² dengan jumlah bedeng 24 yaitu 936 tanaman. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga mudah ditarik dan pemasangan mulsa sebaiknya dikerjakan oleh 2 orang atau lebih. Untuk menguatkan plastik mulsa tersebut, diberikan sujen/bambu kecil yang telah dipotong-potong sekitar 10 – 15 cm. Pemberian sujen/bamboo kecil ini diberikan di setiap sisi kanan dan kiri mulsa tersebut yang membentuk huruf U kemudian ditancapkan ke tanah (Gambar 4.6).

Gambar 4.3 Bedengan yang sudah Gambar 4.4 Bedengan yang sudah jadi dipasang mulsa

(5)

Gambar 4.5 Proses Pelubangan mulsa Gambar 4.6 Bambu/ Sujen 3. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan. Pembibitan adalah kegiatan menyediakan bibit yang sehat. Tujuan dilakukannya pembibitan ini adalah untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi lapangan. Media yang digunakan untuk pembibitan ini adalah tanah dan campuran pupuk kandang yang sudah dihaluskan dan dicampur hingga homogen (Gambar 4.7). Struktur media yang kasar tidak baik untuk pertumbuhan benih/biji Selada Kepala yang baru berkecambah karena perakarannya masih terlalu lembut. Sebagai tempat benih/biji berkecambah, media tanamnya harus terjamin dari segi ketersediaan nutrisi, kelembaban, dan struktur yang baik. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain ketersediaan air, dalam media persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban yang relatif lebih tinggi dari areal tanam biasa. Sebelumnya, polybag yang sudah berisi campuran media dibasahkan terlebih dahulu sampai kapasitas lapang kemudian benih dapat dimasukkan ke dalam polybag sedalam 2 cm. Benih yang digunakan adalah varietas Georgia 953 yang diproduksi oleh Known-You-Seed (Gambar 4.8). Dalam pelaksanaan TA ini melakukan pembibitan sebanyak 1200 bibit yang memnghabiskan kurang lebih 2 pack benih Known-You-Seed.

(6)

Gambar 4.7 Pemasukan media Gambar 4.8 Benih Selada Kepala Ke polybag untuk persemaian

Gambar 4.9 Bibit Selada Kelapa Gambar 4.10 Para-para 4. Penanaman

Penanaman merupakan proses pemindahan bibit dari persemaian ke kebun. Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tidak rusak, terutama akarnya. Penanaman dilakukan pada bibit Selada Kepala Organik ini adalah yang berumur 25 hari, yang memiliki ciri tinggi bibit sekitar 15cm dengan jumlah daun 3-4 helai daun. Penanaman dilakukan pada bibit Selada Kepala yang berumur 25 hari ini karena dipastikan sistem perakarannya sudah kuat. Jarak tanam yang digunakan untuk Selada Kepala adalah 25 cm x 25 cm. Penanaman/proses transplanting dilakukan pada sore hari agar menghindari stress yang berlebih pada tanaman. Sebelum dilakukan penanaman di semprot menggunakan power, yang bertujuan untuk mencegah berkembangnnya hama

(7)

penyakit Penanaman dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu sedalam + 7 cm dengan menggunakan jari (Gambar 4.11). Kemudian selanjutnya adalah mengambil bibit dengan mengepal polybag yang berisi bibit tersebut agar memudahkan dalam mengeluarkan bibit (Gambar 4.12). Setelah bibit dikeluarkan dari polybag, bibit ditanam sampai batas leher akar (Gambar 4.13). Kemudian setelah memasukkan bibit ke dalam lubang tanam, menutupnya dengan tanah hingga tegak.

Gambar 4.11 Membuat lubang Gambar 4.12 Mengepal polybag

sedalam + 7 cm yang berisi bibit

Gambar 4.13 Memasukkan Bibit Gambar 4.14 Lahan pada Awal ke dalam Lubang Tanam sampai Penanaman

(8)

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman sangatlah penting dilakukan. Karena selama masa pertumbuhan, tanaman tidak selamanya menghasilkan tanaman yang sehat dan terkadang mengalami gangguan. Pemeliharaan juga merupakan salah satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman. Semakin baik cara pemeliharaan tanaman, maka semakin tinggi pula produktivitas tanaman dan begitu juga sebaliknya. Tanaman selada sering menghadapi ancaman serangan hama maupun penyakit. Maka dari itu, pemeliharaan yang dilakukan untuk budidaya Selada Kepala Organik ini meliputi:

a) Penyiangan

Penyiangan merupakan kegiatan pemeliharaan yang rutin dilakukan. Rumput-rumput yang tumbuh mengganggu di lahan sayuran harus dicabut dan dibuang dengan menggunakan arit atau secara manual dengan tangan (Gambar 4.15). Gulma ini tak hanya menjadi pesaing dalam memperoleh unsur hara dengan sayur yang ditanam, melainkan juga dapat menjadi sumber bersarangnya hama dan penyakit

Gambar 4.15 Penyiangan pada Selada Kepala b) Penyulaman

Tindakan penyulaman pada tanaman sayuran dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh di lahan. Penyulaman dapat dilakukan 2 hari setelah tanam sampai 7 hari setelah tanam, hal ini bertujuan untuk mengganti benih atau bibit yang tidak tumbuh, mati, atau jelek pertumbuhannya.

(9)

c) Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan apabila tanah terlihat padat atau akar mulai timbul di permukaan, lakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak akar. Tujuan dari pembumbunan ini adalah untuk memperbaiki aerasi tanah dan menekan pertumbuhan gulma.

Gambar 4.16 Pembumbunan Pada Tanaman Selada Kepala

d) Pemberian pupuk susulan

Pemupukan merupakan faktor yang cukup berpengarh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Unsurr-unsur serta komposisi yang ada pada pupuk perlu diperhatikan karena dengan ketepatan jumlah pupuk serta jenis pupuk maka optimalisasi serta kualitas yang tinggi akan diperoleh. Pemilihan pupuk yang akan diberikan harus diperhatikan, hal ini berkaitan dengan mudah atau sulitnya pupuk tersebut diserap oleh tanah dan nantinya oleh akar.

Pemberian pupuk susulan untuk budidaya Selapa Kepala Organik ini menggunakan pupuk organik cair bermerk “POWER”. Pengaplikasian pupuk organik cair ini menggunakan sprayer otomatis dan dilakukan setiap seminggu sekali setelah penanaman (transplanting) pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00-16.00 karena pada waktu inilah stomata akan terbuka secara maksimal. Jika waktu siang hari sinar matahari terlalu terik dan stomata akan menutup.

(10)

Gambar 4.17 Spayer otomatis 16l Gambar 4.18 POWER takaran Untuk pemupukan POWER 1 tutup botol = 5 cc

Gambar 4.19 Pemberian Pupuk Susulan Pada Tanaman Selada Kepala Organik

Pupuk organik cair “Power” ini merupakan salah satu nutrisi yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ”Power” sangat multiguna untuk segala tanaman karena bisa menjadi fermentor, pupuk lanjutan, dan dapat menjadi zat pengatur tumbuh (ZPT) karena terdapat auksin, sitokinin, giberelin, dan lain-lain. Bahan yang terdapat dalam ”Power” yaitu air kelapa, tetes tebu, nanas, tauge, rumput laut, cincau, dan tempe. Dosis yang digunkan pada pengaplikasian pupuk organik cair ini yaitu 5 cc/ 2l. Untuk mengisi satu tangki sprayer membutuhkan 40 cc POC yang dapat digunakan untuk menyemprot pada tanaman sebanyak 4 bedeng. Sehingga kebutuhan POC selama budidaya

(11)

selada kepala yaitu 1440 cc, dimana dilakukan penyemptotan sebanyak 6 kali.

e) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya Selapa Kepala tidak hanya di lakukan sebelum munculnya gejala ataupun serangan, namun juga setelah munculnya serangan. Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya Selapa Kepala dilakukan dengan dua cara yaitu membunuh langsung hama yang terlihat atau dengan cara pemberian pestisida nabati atau disebut dengan “ces pleng”. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari antara pukul 05.00 – 07.00 dimana pada waktu tersebut masih banyak aktifitas hama yang dilakukan sehingga tujuan penyemprotan secara kontak dapat terpenuhi. Selain itu penyemprotan juga bisa dilakukan pada waktu sore hari sekitar pukul 17.00 – 18.00 dimana pada waktu tersebut aktifitas hama mulai berlangsung sehingga sangat efektif untuk dilakukan penyemprotan. Pemberian pestisida nabati dilakukan setelah dua minggu setelah tanam kepada Tanaman. Penyemprotan Pestisida Nabati diberikan pada tanaman yang dilakukan perlakuan saja, sedangkan sebagai kontrol tidak perlu disemprot pestisida nabati melainkan dengan pengendalian secara manual.

Pestisida yang digunakan untuk pencegahan serangan hama pada tanaman selada kepala yaitu terbuat dari campuran bahan alami yaitu biji bengkoang, air panas dan air kelapa. Biji bengkoang mengandung zat-zat seperti rotene, pachyrrhizid, pachyrrhizine, saparin dan lain-lain yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan akarisisda. Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari serangga hama. Hama yang teracuni mati kelaparan, hal tersebut disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut.

Cara pembuatannya yaitu dengan cara sebagai berikut : 3 kg biji bengkuang disiram dengan air panas secukupnya, didiamkan selama ± 3

(12)

hari,kemudian ditiriskan selama 5 jam. Langkah selanjutnya biji bengkuang di blender hingga halus dan setelah itu hasil blender disaring di ambil airnya. Setelah didapat air saringan, air saringan tersebut ditambah dengan air kelapa kemudian difermentasi selama 2-3 hari. Untuk 3 kg biji bengkuang dapat menghasilkan CP sebanyak ± 12 liter CP. Pengaplikasian pestisida nabati dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dosis yang digunakan yaitu 10 cc pestisida nabati diencerkan dalam 2 liter.

Gambar 4.20 Perendaman Biji Gambar 4.21 Penghalusan Biji Bengkuang Bengkuang

(13)

6. Pemanenan

Pemanena untuk Selada Kepala dilakukan ketika tanaman sudah berumur 55 hari. Kriteria selada kepala yang sudah siap panen adalah daunnya sudah padat dan keras. Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak hujan dan berkabut. Bila dipanen selagi daun masih basah, dapat menyebabkan daun rapuh, mudah rusak, dan mudah terinfeksi. Panen juga lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar menghambat penguapan pada produk sayuran tersebut sehingga tidak mudah layu. Cara panen tanaman Selada Kepala ada dua cara, yaitu tanaman dicabut bersama akarnya (Gambar 4.26) atau memotong tanaman bagian di atas daun yang menyentuh permukaan tanah (Gambar 4.27) untuk mencegah adanya jamur.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 7. Pemasaran

Pemasaran dilakukan di dua tempat yaitu disetorkan langsung di Kelompok Tani P4S Tranggulasi yaitu untuk selada kepala dengan kualitas yang paling baik (Grade A) dengan harga Rp.10.000/kg. Sedangkang untuk selada kepala yang masuk dalam kategori Grade B dijual pada tengkulak yang selanjutnya akan di pasarkan pada pasar tradisional seperti pasar Ngablak dan pasar Getasan dengan harga Rp. 8000/kg.

Gambar 4.24 Mencabut Selada Kepala sampai Akarnya

Gambar 4.25 Memotong Selada Kepala Pada Bagian Daun yang Menyentuh Permukaan Tanah

(14)

C. Hasil Pengamatan

1. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Tabel 4.1 Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Selada Kepala Lahan Kontrol Lahan Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanama (cm) Jumlah Daun Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun 20 15 26 20 Sumber : Data Pengamatan

Dari grafik pengamatan, pada lahan perlakuan rata-rata tinggi tanaman lebih baik dari pada tinggi tanaman yang ada di lahan control. Rata rata jumlah daun pada lahan perlakuan juga lebih banyak dari pada lahan kontrol, Hal ini disebabkan karena pertumbuhan daun pada lahan kontrol terhambat oleh penyakit atau serangan hama yang membuat daun baru terkena penyakit atau terserang hama hingga mati, sehingga jumlah daun tanaman yang berada pada lahan kontrol lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah daun pada lahan perlakuan.

2. Berat Brangkasan Segar dan Diameter Crop 0 5 10 15 20 25 30 Tinggi Tanaman Lahan Kontrol Lahan Perlakuan 0 5 10 15 20 Ju m lah Dau n Perlakuan Lahan Kontrol Lahan Perlakuan

(15)

Tabel 4.2 Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Selada Kepala

Lahan Kontrol Lahan Perlakuan Rata-rata Berat Brangkasan Segar Diameter Crop Berat Brangkasan Segar Diameter Crop 0,20 8,3 0,35 14,2 Sumber : Data Pengamatan

Gambar 4.28 Berat Berangkasan Gambar 4.29 Diameter Crop

Berdasrkan grafik pengamatan berat brangkasan pada tanaman dengan perlakuan lebih besar dibandingkan dengan tanaman kontrol. Begitu juga dengan diameter crop pada tanaman dengan perlakuan juga lebih besar. Hal ini disebabkan tanaman dengan perlakuan hama yang menyerang sangatlah minim sehingga pertumbuhan selada krop maksimal. Sedangkan pada tanaman kontrol diserang oleh hama sehingga daun banyak yang berlubang sehingga saat panen daun yang berlubang harus dibuang sehingga menyebabkan jumlah daun ukuran crop semakin kecil.

3. Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang pada Selada Kepala a. Ulat Jengkal (Trichoplusia ni Hubner)

Serangan ulat jengkal diawali di bagian bawah, kemudian memakan daun-daun muda. Pengendalian ulat jengkal ini dilakukan dengan cara diambil secara manual, lalu dimatikan. Berikut ini gambar ulat jengkal.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4

Lahan Kontrol Lahan Perlakuan 0

2 4 6 8 10 12 14 16 Dia m et er Cro p Lahan Kontrol Lahan Perlakuan

(16)

b. Siput (Agriolimax sp.)

Siput merupakan hewan dengan warna kulit cokelat dengan tubuh lunak, bergerak sangat lambat (gambar 4.31). Siput menyerang tanaman pada malam hari. Gejala pada selada kepala yang diserang siput daunnya banyak yang berlubang tetapi tidak merata. Sering dijumpai alur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya. Siput dikendalikan dengan cara diambil secara manual lalu dimatikan.

Gambar 4.31 Siput

c. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufin.)

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufin.) merupakan hama yang menyerang hampir semua jenis tanaman (Gambar 4.32). ulatnya berwarna coklat sampai hitam, berukuran 4-5 cm. ulat tersebut memakan atau memotong tanaman yang masih muda pada bagian titik tumbuhnya. Pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah. Ulat tanah aktif pada sore hari atau Gambar 4.30 Ulat Jengkal

(17)

senja. Pengolahan tanah yang intensif dan irigasi yang baik akan menekan kehidupan larva dan pupa serta dapat juga menggunakan pestisida nabati.

Ganbar 4.32 Ulat Tanah d. Busuk daun

Gejalanya, pada daun terlihat bercak kuning muda sampai tua. Bila serangan meluas, bercak akan saling berhubungan dan warna menjadi cokelat, biasanya busuk daun diakibatkan karena meningkatnya kelembaban udara dan meningkatnya kandungan air dalam tanah. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: sisa-sisa tanaman yang sakit dikumpulkan dan dibakar, gulma dibersihkan, setelah dicangkul dibiarkan beberapa hari atau minggu, dilakukan rotasi tanaman.

(18)

Berdasarkan grafik pengamatan intensitas populasi serangan hama di lapang hama yang menyerang tanaman Selada Kepala antara lain yaitu Ulat Jengkal, Siput, dan Ulat Tanah. Populasi hama pada tanaman kontrol lebih banyak yaitu Ulat Jengkal sebanyak 31 ulat, Siput sebanyak 38 siput, dan Ulat Tanah sebanyak 25 ulat. Sedangkan intensitas populasi serangan hama pada tanaman yang diberikan perlakuan lebih sedikit hama yang menyerang, hal ini disebabkan karena pemberian pestisida nabati yang dapat menghambat perkembangan hama dan mematikan hama yang menyerang. Ulat jengkal yang ada pada lahan tanaman perlakuan sebanyak 5 ulat, siput sebanyak 20 siput, dan untuk Ulat Jengkal sebanyak 15 ulat.

D. Perbandingan Hasil Panen Tanaman Menggunakan Perlakuan Pestisida Nabati dan Tanaman Kontrol

Pada budidaya tanaman Selada Kepala terdapat dua perlakuan yaitu menggunakan pestisida nabati dan kontrol (tanpa menggunakan pestisida). Untuk mengetahui perbandingan hasil panen antara tanaman yang menggunakan pestisida nabati dan kontrol dari 24 bedeng saya bagi menjadi 2 yaitu 12 bedeng dengan perlakuan dan 12 tanpa perlakuan (kontrol). Hasil Panen antara lain :

0 20 40 60 80 100 Ulat Jengkal Siput Ulat Tanah 0% 20% 40% 60% 80% 100% Ulat Jengkal Siput Ulat Tanah Gambar 4.34 Intensitas Populasi Serangan Hama

Gambar 4.35. Presentase Serangan Hama

(19)

Tabel 4.3 Penjualan Selada Kepala Dengan Sistem Perlakuan

Tanggal Grade Volume Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp) 28 April 2016 A 15 kg 10.000 150.000 30 April 2016 A 17,5 kg 10.000 175.000 2 Mei 2016 A 15 kg 10.000 150.000 3 Mei 2016 A 12,5 kg 10.000 125.000 6 Mei 2016 A 11 kg 10.000 110.000 9 Mei 2016 B 10 kg 8.000 80.000 10 Mei 2016 B 11 kg 8.000 88.000 12 Mei 2016 B 10 kg 8.000 80.000

Total Produksi Grad A 71 kg Total Produksi Grade B 31 kg

Total Penerimaan 958.000

Sumber : Data Primer

Tabel 4.4 Penjualan Selada Kepala Dengan Sistem Kontrol

Tanggal Grade Volume Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp) 30 April 2016 B 7kg 8.000 56.000 2 Mei 2016 A 12 kg 10.000 120.000 3 Mei 2016 A 13 kg 10.000 130.000 4 Mei 2016 B 11 kg 8.000 88.000 6 Mei 2016 B 12 kg 8.000 96.000 7 Mei 2016 A 6,5 kg 10.000 65.000 9 Mei 2016 B 11kg 8.000 88.000 10 Mei 2016 A 9 kg 10.000 90.000 12 Mei 2016 B 12 kg 8.000 96.000

Total Produksi Grade A 40,5 kg Total Produksi Grade B 53 kg

Total Penerimaan 829.000

(20)

E. Perbandingan R/C Pada Tanaman Selada Kepala Menggunakan Pestisida Nabati dengan Tanaman Selada Kepala dengan Sistem Kontrol

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Biaya tetap yang dilakukan untuk budidaya Selada Kepala organik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Biaya Tetap Budidaya Selada Kepala per 200 m2 Selama 3 Bulan

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa total biaya tetap dalam budidaya Selada Kepala Organik ini adalah sebesar Rp. 279.500. Biaya tetap terbesar dalam membudidayakan Selada Kepala organik ini terdapat pada sewa lahan.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel yaitu biaya yang tergantung dari besar kecilnya produksi yang dilakukan. Biaya variabel yang dilakukan untuk budidaya Selada Kepala organik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Keterangan Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomis (bulan) Biaya (Rp)

1 Sewa Lahan 200 m2 Meter 200.000 - 200.000

2 Sewa Cangkul 1 Buah 150.000 10.000 - 10.000

3 Sewa Gembor 1 Buah 25.000 7.000 - 7.000

4 Sewa Sprayer 1 Buah 400.000 20.000 - 20.000

5 Sewa Pisau 1 Buah 10.000 1.500 - 1.500

6 Sewa Keranjang

Plastik 1

Buah 30.000 5.000 - 5.000

7 Sewa Ember 2 Buah 15.000 3.000 - 3.000

8 Sewa Alat Pelubang

Mulsa 1 Buah 15.000 4.000 - 4.000 9 Pengikat sujen/bambu 1 Paket 40.000 40.000 24 5000 10 Mulsa 6 Kg 32.000 192.000 24 24.000

(21)

Tabel 4.6 Biaya Variabel Budidaya Selada Kepala per 100 m2 dengan Perlakuan Selama 3 Bulan

No Keterangan Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 Benih 1 Pack 50.000 50.000 2 Pemupukan Power 1 Liter 30.000 30.000 3 Bokashi 100 Kg 1.250 125.000

4 Pestisida Nabati 1 Liter 30.000 30.000

5 Tenaga Kerja a. Pengolahan Lahan 2 HOK 30.000 60.000 b. Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk 2 HOK 30.000 60.000 c. Pemasangan Mulsa dan

Lubang Tanam 1 HOK 30.000 30.000

d. Penyemprotan

Pupuk Power 1 HOK 30.000 30.000

e. Penyemprotan

Pestisida Nabati 1 HOK 30.000 30.000

f. Pemanenan

1 HOK 30.000 30.000

Total Biaya Variabel 475.000

Sumber : Data Primer .

(22)

Tabel 4.7 Biaya Variabel Budidaya Selada Kepala per 100 m2 Kontrol Selama 3 Bulan

No Keterangan Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 Benih 1 Pack 50.000 50.000 2 Pemupukan Power 1 Liter 30.000 30.000 3 Bokashi 100 Kg 1.250 125.000 4 Tenaga Kerja a. Pengolahan Lahan 2 HOK 30.000 60.000 b. Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk 2 HOK 30.000 60.000 c. Pemasangan Mulsa dan

Lubang Tanam 1 HOK 30.000 30.000

d.Penyemprotan

Pupuk Power 1 HOK 30.000 30.000

e. Pemanenan

1 HOK 30.000 30.000

Total Biaya Variabel 415.000

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa total biaya variabel dalam membudidayakan Selada Kepala organik dengan perlakuan ini adalah sebesar Rp. 475.000,00. Dimana biaya yang harus dikeluarkan terbesar adalah pada tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan hanya 1 orang dengan upah perharinya sebesar Rp. 30.000,00 dengan waktu kerja mulai dari pengolahan lahan sampai pemanenan adalah selama 8 hari. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp. 240.000,00. Sedangkan biaya variabel terendah terdapat pada penggunaan pupuk “Power” dimana selama sekali masa tanam menghabiskan sebanyak 1 liter atau 1 botol, dengan harga perliter/botolnya adalah Rp. 30.000, dan penggunaan pestisida nabati

(23)

sebanyak 1 liter atau 1 botol, dengan harga perliter/botolnya adalah Rp. 30.000. Sedangkan untuk Tabel 4.7 yaitu membudidaya Selada Kepala dengan sistem kontrol pada biaya variebel nya sebesar Rp 415.000,00. Perbedaan biaya variable kontrol dengan perlakuan yaitu terletak pada penggunakan Pestisida Nabati diamana pada siatem kontrol tidak menggunakan Pestisida Nabati.

3. Analisis Rugi Laba

Tabel 4.8 Analisis Rugi Laba untuk Budidaya Selada Kepala per 100 m2 dengan Perlakuan Selama 3 Bulan

Jenis Biaya Jumlah

Biaya Tetap Rp 139.750

Biaya Variabel Rp 475.000

Hasil Penjualan Rp 958.000

Total Pendapatan (Hasil Penjualan – Biaya Produksi ) Rp 343.250 Sumber : Laporan Data Pengeluaran

Tabel 4.9 Analisis Rugi Laba untuk Budidaya Selada Kepala per 100 m2 kontrol Selama 3 Bulan

Jenis Biaya Jumlah

Biaya Tetap Rp 139.750

Biaya Variabel Rp 415.000

Hasil Penjualan Rp 829.000

Total Pendapatan (Hasil Penjualan – Biaya Produksi ) Rp 274.250 Sumber : Laporan Data Pengeluaran

4. Analisa Perhitungan Budidaya Selada dengan Perlakuan a. Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp. 139.750 + Rp. 475.000 = Rp. 614.750

b. Penerimaan = Harga / kg x Produksi Selada Kepala per 100 m2 = (Rp. 10.000 x Grade A ) + (Rp. 8000 x Grade B) = (Rp. 10.000 x 71 kg) + (Rp. 8.000 x 31)

= Rp 710.000 + Rp 248.000 = Rp 958.000

(24)

= Rp 958.000 – Rp 505.000 = Rp 343.250

d. RC/ Ratio = Penerimaan/Total Biaya = 958.000/614.750

= 1,55 (R/C Ratio >1 = layak) 5. Analisa Perhitungan Budidaya Selada Kontrol

a. Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp. 139.750 + Rp. 415.000 = Rp. 554.750

b. Penerimaan = Harga / kg x Produksi Selada Kepala per 100 m2 = (Rp. 10.000 x Grade A ) + (Rp. 8000 x Grade B) = (Rp. 10.000 x 40.5 kg) + (Rp. 8.000 x 53kg) = Rp 405..000 + Rp 424.000

= Rp 829.000

c. Pendapatan = Penerimaan – Total Biaya = Rp 829.000 – Rp 554.750 = Rp 274.250

d. RC/ Ratio = Penerimaan/Total Biaya = 829.000/554.750

= 1,49 (R/C Ratio >1 = layak)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas R/C pada tanaman selada kepala yang menggunakan perlakuan pestisida nabati R/C Ratio >1 yaitu 1,55. Sedangkan pada tanaman selada kepala dengan system kontrol R/C Ratio >1 1,49. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan. Namun jika dilihat dari besarnya R/C Ratio pada tanaman yang menggunakan system perlakuan pestisida Nabati lebih besar sehingga keuntungan yang didapat juga lebih besar.

(25)

F. Analisa Usahatan Budidaya Selada Kepala Secara Keseluruhan (200m2)

Analisa usaha dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dilakukan. Adapun dalam usaha budidaya selada kepala ini dilakukan pada areal dengan luas 200 m2 dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Berikut adalah analisis usaha untuk pembudidayaan sayuran Selada Kepala Organik yang diantaranya adalah

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Biaya tetap yang dilakukan untuk budidaya Selada Kepala organik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10 Biaya Tetap Budidaya Selada Kepala per 200 m2 Selama 3 Bulan

Sumber : Data Primer 2. Biaya Variabel

Biaya variabel yaitu biaya yang tergantung dari besar kecilnya produksi yang dilakukan. Biaya variabel yang dilakukan untuk budidaya Selada Kepala organik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Keterangan Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomis (bulan) Biaya (Rp)

1 Sewa Lahan 200 m2 Meter 200.000 - 200.000

2 Sewa Cangkul 1 Buah 150.000 10.000 - 10.000

3 Sewa Gembor 1 Buah 25.000 7.000 - 7.000

4 Sewa Sprayer 1 Buah 400.000 20.000 - 20.000

5 Sewa Pisau 1 Buah 10.000 1.500 - 1.500

6 Sewa Keranjang

Plastik 1

Buah 30.000 5.000 - 5.000

7 Sewa Ember 2 Buah 15.000 3.000 - 3.000

8 Sewa Alat

Pelubang Mulsa 1 Buah 15.000 4.000

- 4.000 9 Pengikat sujen/bambu 1 Paket 40.000 40.000 24 5000 10 Mulsa 6 Kg 32.000 192.000 24 24.000 Total Biaya Tetap 279.500

(26)

Tabel 4.11 Biaya Variabel Budidaya Selada Kepala per 200 m2 dengan Perlakuan Selama 3 Bulan

No Keterangan Volume Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 Benih 2 Pack 50.000 100.000 2 Pemupukan Power 2 Liter 30.000 60.000 3 Bokashi 200 Kg 1.250 250.000 4 Pestisida Nabati 1 Liter 30.000 30.000 5 Tenaga Kerja a. Pengolahan Lahan 4 HOK 30.000 120.000 b. Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk 4 HOK 30.000 120.000 c. Pemasangan Mulsa dan

Lubang Tanam 2 HOK 30.000 60.000

d. Penyemprotan

Pupuk Power 2 HOK 30.000 60.000

e. Penyemprotan Pestisida Nabati 1 HOK 30.000 30.000 f. Pemanenan 2 HOK 30.000 60.000

Total Biaya Variabel 890.000

Sumber : Data Primer 3. Analisis Rugi Laba

Tabel 4.12 Analisis Rugi Laba untuk Budidaya Selada Kepala per 200 m2 Selama 3 Bulan

Jenis Biaya Jumlah

Biaya Tetap Rp 279.500

Biaya Variabel Rp 890.000

Hasil Penjualan Rp 1.787.000

Total Pendapatan (Hasil Penjualan – Biaya Produksi ) Rp 617.500 Sumber : Laporan Data Pengeluaran

(27)

4. Analisis Perhitungan a. Total Biaya

Total Biaya merupakan penjumlahan antara biaya total tetap dengan biaya total variabel.

Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 279.500+ Rp 890.000 = Rp 1.169.500

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui jika biaya tetap yang dikeluarkan untuk membudidayakan Selada Kepala ini adalah Rp. 279.500,00 dan biaya variabelnya adalah sebesar Rp. 890.000,00 sehingga total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 1.169.500,00

b. Penerimaan

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima atas produksi Selada Kepala. Dimana dalam pemasarannya, produksi Selada Kepala dijual ke 2 tempat berbeda dengan harga jual yang berbeda juga. Diantaranya adalah ke gudang milik P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Tranggulasi (Grade A) dan ke tengkulak (Grade B). Berikut ini tabel penjualan Selada Kepala selama kegiatan Tugas Akhir.

Penerimaan = Harga / kg x Produksi Selada Kepala per 200 m2 = (Rp. 10.000 x Grade A ) + (Rp. 8000 x Grade B) = (Rp. 10.000 x 111.5 kg) + (Rp. 8.000 x 84) = Rp 1.115.000 + Rp 672.000

= Rp 1.787.000

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui jika total penerimaan yang diperoleh dari usahatani Selada Kepala mencapai Rp. 1.787.000,00. Penerimaan tersebut diperoleh dari akumulasi penerimaan dari Gudang P4S (Grade A) sebesar Rp. 1.115.000,00. Sedangkan dari Tengkulak sebesar Rp. 672.000,00.

(28)

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima dari suatu aktivitas. Dalam usahatani pendapatan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan total biaya (biaya yang dikeluarkan).

Pendapatan = Penerimaan – Total Biaya = Rp 1.787.000 – Rp 1.169.500 = Rp 617.500

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui jika pendapatan yang diterima dalam usahatani Selada Kepala ini adalah sebesar Rp. 617.500,00 dengan mengurangi total penerimaan yang sebesar Rp. 1.787.000,00 dengan total biaya yang dikeluarkan, yaitu Rp. 1.169.500,00.

d. R/C Ratio

R/C Ratio merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha dengan melihat keuntungan yang diperoleh. Semakin besar R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang diterima. R/C Ratio =

=

= 1,53 (R/C Ratio >1 = layak)

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa R/C Ratio lebih dari 1, artinya usaha tersebut layak untuk dijalankan. R/C Ratio 1,53 berarti setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,53. Dengan kata lain, hasil penjualan Selada Kepala mencapai 1,53% dari modal yang digunakan.

e. B/C Ratio

B/C ratio digunakan untuk menetukan kelayakan sebuah usaha dalam hal ini yaitu budidaya tanaman sayuran, apakah budidaya tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan

(29)

B/C ratio = =

= 0,53

B/C ratio diketahui sebesar 0,53 hal ini menunjukan setiap pengeluaran Rp 1, maka diperoleh pengembalian sebesar Rp 0,53.

f. Analisa BEP (Break Event Point)

Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu usaha tidak mendapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya). Analisis BEP untuk usahatani Selada Kepala ini menggunakan BEP totalitas karena Selada Kepala dijual dengan harga jual yang berbeda-beda, yaitu ke Gudang milik P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Tranggulasi dengan harga Rp. 10.000,00, dan ke Tengkulak Rp. 8.000,00,. BEP (Rp) totalitas dapat dihitung sebagai berikut:

BEP (Rp) Totalitas = = = = Rp. 548.039

Sales mix (nilai produksi) = Penerimaan Gudang P4S : Penerimaan Tengkulak

= Rp 1.115.000 : Rp. 672.000

= 1.115 : 672

Total perbandingan nilai produksi = 1.115 + 672

= 1.787

BEP Harga Grade A =

×BEP Totalitas

=

(30)

= Rp. 341.949 BEP Produksi Grade A (Kg) =

= = 34,1 Kg

BEP Harga Grade B = ×BEP Totalitas = × Rp. 548.039

= Rp. 206.089 BEP Produksi Grade B (Kg) =

= = 25,76 Kg

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa petani tidak untung dan tidak rugi jika nilai produksi yang diperoleh dari usaha Selada Kepala organik mencapai Rp. 548.039,00 dengan kombinasi produksi Selada Kepala yang dijual ke Gudang milik P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Tranggulasi (Grade A) sebesar 34,1 Kg atau seharga Rp. 341.949,00, dan ke Tengkulak (Grade B) sebesar 25,76 Kg atau seharga Rp. 206.089,00.

Gambar

Gambar 4.1. Pupuk Bokashi           Gambar 4.2 Pemberian Pupuk bokashi                                                        (Power dan Pupuk Kandang)
Gambar 4.5 Proses Pelubangan mulsa          Gambar 4.6 Bambu/ Sujen  3.  Pembibitan
Gambar 4.15 Penyiangan pada Selada Kepala  b)  Penyulaman
Gambar 4.25 Memotong Selada  Kepala Pada Bagian Daun yang  Menyentuh Permukaan Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

memenuhi persyaratan air minum. Pada pengerjaan beton, air merupakan salah satu bahan yang diperlukan dalam pencampuran beton, karena mampu membantu mempercepat terjadinya

Permasalahan yang ada pada PDAM Tirta Bumi Wibawa Kota Sukabumi ini adalah sering terciptanya keadaan kantor yang kurang baik dikarenakan perilaku individu yang kurang

Total hasil skoring pada Tabel 7 menje- laskan bahwa hasil penilaian terhadap keselu- ruhan aspek menghasilkan bahwa teknologi pe- nangkapan yang paling tepat (prioritas

Australian SDS Statement Diklasifikasikan sebagai bahan tidak berbahaya berdasarkan kriteria Keselamatan Kerja Australia GHS - Klasifikasi Bahaya Kesehatan Tidak Berbahaya Bahaya

Semua karyawan AsiaPR, Pak Kaezar, Mbak Dede, Mas Randy, Mbak Wida, Mbak Ariza, Mbak Lidya, Mbak Ika, Mbak Leonella, Mbak Fentya, Mbak Deri, Mbak Intan, Mbak Palupi,

BIDANG PENDAPATAN BIDANG ANGGARAN BIDANG AKUNTANSI BIDANG ASET BIDANG INVESTASI KUASA BUD BIDANG PERBENDAHARAAN • Memungut Pendapatan • Mengelola Pendapatan

` Perpektif kekuatan memandang bahwa kekuatan yang dimiliki oleh setiap orang tersebut dapat membuatnya mampu mencapai tujuan yang ia miliki, ataupun ia mampu

Menetralkan permukaan logam untuk mencegah bahan pembersih terbawa ke dalam proses Phosphating, sebab pembersih yang bersifat basa yang terbawa oleh benda kerja akan menetralisasi