PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Mubyarto (1989) dalam pembicaraan sehari-hari usahatani yang bagus sering dinamakan sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani produktif berarti usahatani itu memiliki produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Jadi secara teknis produktivitas adalah perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas.
Menurut Soekartawi (1993) dalam buku Pengantar Agroindustri bahwa pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebenarnya merupakan satu mata rantai yang saling berhubungan yang biasa dikenal dengan sistem agribisnis. Agribisnis merupakan satu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan sub sistem produksi, pengolahan dan pemasaran.
Menurut Gultom (1996) tataniaga atau pemasaran pada prinsipnya merupakan tindakan yang berkaitan dengan pergerakan barang dan jasa hingga konsumen. Pemasaran hasil pertanian memiliki corak tersendiri bila dibandingkan dengan pemasaran produk-produk industri. Hal ini disebabkan karena tempat usahatani yang terpencar-pencar dan jumlah hasil yang dijual sedikit, sehingga membutuhkan suatu sistem pemasaran yang menghimpun barang tersebut ke tempat pengumpulan yang kemudian diangkut ke pusat lokasi konsumen dan pusat pengolahan.
Di sepanjang perjalanan barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi terbentuk lembaga tataniaga seperti pedagang perantara, processor, pengangkutan, agen dan sebagainya. Perjalanan yang dilalui barang ini disebut mata rantai saluran tataniaga (channel of marketing) (Gultom, 1996).
Di Indonesia, daerah penyebaran sukun hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan (Koswara, 2006).
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari-Februari dan panen susulan pada bulan Juli-Agustus (Koswara, 2006).
Prospek usahatani sukun dapat dikatakan cukup cerah. Komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tanaman sukun relatif cepat berproduksi pada umur 4-5 tahun. Harga buah dapat mencapai Rp. 4000,00/kg dan setiap buah memilki bobot maksimal 2,5 kg (Triwiyatno, 2003).
Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin C dan tinggi kalori tetapi miskin akan vitamin B2. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun
lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah.
Sumber : Koswara, 2007
Tanaman sukun memilki manfaat bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan pangan dan penghijauan. Tanaman sukun merupakan bahan pangan pokok alternatif. Di daerah Sangir Talaud, sukun dimanfaatkan sebagai pengganti nasi. Di berbagai daerah lain di Indonesia sukun di manfaatkan sebagai makanan cemilan. Potensi tanaman sukun sebagai pengganti padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman pendamping padi yang lain karena pemanenan buah sukun dapat dilakukan setiap waktu tanpa mengenal musim. Tanaman sukun bermanfaat sebagai tanaman peneduh dan tanaman penghijauan. Sosok tanaman sukun yang tinggi, dengan perakaran tanaman yang tidak terlalu dalam tetapi kokoh, membuat tanaman sukun sangat cocok untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuk tanaman yang besar mampu mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh angin kencang. (Triwiyatno, 2003).
Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman
Unsur-unsur Sukun muda Sukun masak
Air (g) 87.10 69.10 Kalori (Kal) 46.00 108.00 Protein (g) 2.00 1.30 Lemak (g) 0.70 0.30 Karbohidrat (g) 9.20 28.20 Kalsium (mg) 59.00 21.00 Fosfor (mg) 46.00 59.00 Besi (mg) - 0.40 Vitamin B1 (mg) 0.12 0.12 Vitamin B2 (mg) 0.06 0.06 Vitamin C (mg) 21.00 17.00 Abu (g) 1.00 0.90 Serat (g) 2.20
-untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, jantung, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal (Koswara, 2006).
Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap (Koswara, 2006).
Penduduk Fiji mengawetkan buah sukun dengan cara fermentasi. Buah yang telah direbus, dibuang kulitnya, kemudian dilumatkan dan difermentasi hingga menjadi pasta yang homogen. Fermentasi berlangsung dua hari sampai sembilan bulan, tergantung pada kebutuhan. Sebelum dikonsumsi sebagai mandrai (fiji bread), hasil fermentasi tersebut dibakar atau dikukus dahulu. Di Jawa Timur juga ada pengolahan sukun secara fermentasi, yaitu dibuat tape (Koswara, 2006).
Usaha pengawetan buah sukun dengan pengeringan secara tradisional banyak dilakukan oleh orang Polynesia, yaitu dengan cara membakarnya di atas bara api. Apabila sukun kering tersebut disimpan di atas para-para dapur, dapat tahan sampai satu tahun atau lebih (Koswara, 2006).
Perbedaan sukun dengan tanaman lainnya adalah sukun bukan tanaman semusim sehingga dapat dipanen berulang kali, dan kelebihan lain di samping sebagai tanaman tahunan yang berumur hingga puluhan tahun apabila memungkinkan, dengan demikian para petani/penduduk tidak perlu repot harus melakukan penanaman secara terus menerus/menanam ulang untuk mendapatkan buah sukun. Sukun merupakan tanaman yang tidak rewel baik mulai penanaman dan perawatannya, bahkan tanaman sukun hanya dibiarkan tumbuh seadanya
masih mampu berproduksi dengan baik. Walaupun ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman sukun rata-rata bukanlah penyebab kegagalan panen atau bahkan sampai mematikan pohon sukun tersebut (Sudiro, 2007).
Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan. Jaman dahulu di Hawai sukun digunakan sebagai makanan pokok. Di Madura digunakan sebagai obat sakit kuning. Bunganya dapat diramu sebagai obat. Bunganya dapat menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada gusi yang giginya sakit. Daunnya selain untuk pakan ternak, juga dapat diramu menjadi obat. Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan meringankan asma. Daun yang dihancurkan diletakkan di lidah untuk mengobati sariawan. Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk infeksi kulit. Bubuk dari daun yang dipanggang digunakan untuk mngobati limpa yang membengkak. Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Getah yang ditambah air jika diminum dapat mengobati diare. Di Caribia sebagai bahan membuat permen karet. (Irwanto, 2007).
Bahan olahan sukun adalah beraneka ragam yaitu apabila akan dimanfaatkan dalam jangka waktu relatif lama, buah sukun perlu diproses terlebih dahulu menjadi gaplek sukun, tepung sukun atau berbagai masakan dari buah sukun seperti keripik, apem, bolu cup, cake, donat, dodol, getuk, kroket, kolak, lapis, pastel, puding, risol, tape, wajik serta bisa dibuat lauk pauk seperti bregedel, rendang, sayur lodeh dan sambal goreng (Pitojo, 1992).
Keripik merupakan hasil olahan dari tanaman sukun. Keripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian atau buah-buahan
yang mengandung pati. Biasanya pembuatan keripik melalui tahap pengupasan kulit, pengirisan/pemotingan tipis, perendaman air kapur, penirisan, pencelupan larutan pemanis/pemberian bumbu, pengeringan/penjemuran, penggorengan. Keripik dapat berasa dominan asin, manis, gurih atau paduan dari kesemuanya (Anonimous, 2007).
Pentingnya sukun bagi pendapatan petani yaitu dapat meningkatkan penghasilan walaupun tanaman sukun ini bukan merupakan komoditi unggulan di daerah penelitian tapi kontribusinya terhadap pendapatan petani ada walaupun tidak banyak. Kontribusi komoditi sukun bagi perekonomian daerah penelitian juga memberikan hasil, hal itu dapat dilihat dari adanya pajak yang dikutip oleh badan perpajakan dengan adanya pemasaran keripik sukun di daerah penelitian tersebut.
Menurut Dinas Pertanian Serdang Bedagai daerah produsen sukun berada di Kabupaten Dolok Masihul. Berikut dapat dilihat data perkembangan jumlah pohon/luas tanam, produksi, dan produktivitas sukun di Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Dolok Masihul.
Tabel 2. Luas Tanam (Ha), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas (Kwintal/Ha) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Sebelum PemekaranTahun 2003-2004
No Kecamatan Tanam(Ha)
Tahun 2003 Tanam (Ha) Tahun 2004 Produksi (Kw) Produktivitas(Kw/Ha) Produksi (Kw) Produktivitas(Kw/Ha) 1. Lububk Pakam 0,4 2,0 5,0 0,5 5,0 10,0 2. Pagar Merbau 0,2 2,0 10,0 0,2 2,0 10,0 3. Beringin 10,0 75,0 7,5 10,0 10,0 9,6 4. Perbaungan 2,0 18,0 9,0 2,0 20,0 10,0 5. Pantai Cermin 1,0 9,0 9,0 1,0 9,0 9,0 6. Sei Rampah 5,1 48,0 9,4 5,1 50,0 9,8 7. Teluk Mengkudu - - - - -8. Tj. Beringin - - - - -9. Tebing Tinggi 2,5 22,0 8,8 2,5 24,0 9,6 10. Bandar Khalifah 2,0 19,0 9,5 2,0 20,0 10,0 11. Dolok Merawan - - - -12. Sipispis 2,0 19,0 9,5 2,0 19,0 9,5 13. Dolok Masihul 12,0 116,0 9,7 12,0 120,0 10,0 14. Galang - - - -15. Bangun Purba 0,3 2,0 6,7 0,2 1,0 5,0 16. Kotarih - - - -17. Gunung Meriah 1,0 1,0 9,0 1,0 9,0 9,0 18. Biru-biru - - - -19. Patumbak 1,0 9,0 9,0 1,0 7,0 7,0 20. STM Hulu - - - -21. Deli Tua - - - -22. Pancur Batu - - - -23. Namorambe - - - 2,0 19,0 9,5 24. Sibolangit - - - -25. Kutalimbaru - - - -26. Sunggal - - - -27. Hamparan Perak 0,03 0,3 10,0 0,1 1 10,0 28. Labuhan Deli 0,4 4,0 10,0 1,0 6,0 6,0 29. Batang Kuis 1,0 9,0 9,0 1,0 9,0 9,0
30. Percut Sei Tuan 1,0 6,0 8,6 1,0 9,0 9,0
31. Pantai Labu 0,1 1,0 10,0 - -
-32. Tjg. Morawa 0,7 7,0 10,0 1,0 9,0 9,0
33. STM Hilir - - -
Tabel 3. Jumlah Pohon (Phn), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas (Kwintal/Pohon) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2007
No Kecamatan Tanaman Produktif Yang sedang Menghasil kan (Phn) Tahun
2005 Tahun2006 TanamanProduktif Yang sedang Menghasil kan (Phn) Tahun 2007 Produk si (Kw) Produktivi tas (Kw/Phn) Produk si (Kw) Produktivi tas (Kw/Phn) Produk si (Kw) Produktivi tas (Kw/Phn) 1. Perbaungan 390 720 1,85 646 1,66 200 331 1,66 2. Pantai Cermin 335 510 1,52 551 1,64 170 280 1,65 3. Sei Rampah 950 1.829 1,93 1.558 1,64 150 246 1,64 4. Teluk Mengkudu 47 71 1,51 77 1,64 80 129 1,61 5. Tj. Beringin - - - - - -6. Tebing Tinggi 490 882 1,8 800 1,63 700 1143 1,63 7. Bandar Khalifah 72 81 1,13 117 1,63 42 68 1,62 8. Dolok Merawan 50 - - - - 110 98 0,90 9. Dolok Masihul 1.590 1.783 1,12 2.601 1,64 2720 4449 1,64 10. Sipispis - - - -11. Kotarih 19 26 1,37 31 1,63 9 15 1,67
Sumber : Dinas Pertanian Serdang Bedagai, 2008
Dari data pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Dolok Masihul pada tahun 2003 memiliki tanaman sebanyak 12 Ha, dengan produksi sebesar 116 Kw dan produktivitas sebesar 9,7 Kw/Ha. Pada tahun 2004 memiliki tanaman sebanyak 12 Ha dengan produksi sebesar 120 Kw dan produktivitas sebesar 10 Kw/Ha. Pada tahun 2005 memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon dengan produksi sebesar 1.783 Kw dan produktivitas sebesar 1,12 Kw/Phn. Pada tahun 2006 Kecamatan Dolok Masihul memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon dengan produksi sebesar 2.601 Kw dan Produktivitas sebesar 1,64 kw/Phn. Sedangkan pada tahun 2007 memiliki tanaman sebanyak 2.720 pohon dengan produksi sebesar 4.449 Kw dan produktivitas sebesar 1,64 Kw/phn.
Identifikasi Masalah
1. Berapa jumlah hasil produksi minimal usahatani sukun dan harga jual hasil produksi minimal usahatani sukun agar dapat memberi keuntungan dan melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian ?
2. Berapa biaya produksi maksimal usahatani sukun agar dapat memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian? 3. Berapakah besar pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah
penelitian ?
4. Apakah ada pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian ?
5. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian ?
6. Berapakah jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal agar usaha pengolahan sukun melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian?
7. Berapa biaya pengolahan maksimal agar usaha pengolahan sukun dapat memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian ?
8. Berapakah besar pendapatan usaha pengolahan sukun minimal di daerah penelitian ?
9. Berapa peningkatan nilai tambah (Value Added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ?
10. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah produksi minimal usahatani sukun dan harga jual minimal usahatani sukun yang memberi keuntungan dan melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui biaya produksi maksimal usahatani sukun yang memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah
penelitian.
4. Untuk mengetahui pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal hasil
usaha pengolahan sukun agar melampauii titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian.
7. Untuk mengetahui biaya pengolahan maksimal komoditi sukun yang memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian. 8. Untuk mengetahui pendapatan minimal dari usaha pengolahan sukun di daerah
penelitian.
9. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah (Value Added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.
10. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pengolahan komoditi sukun di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani dan usaha pengolahan sukun di dalam mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan komoditi sukun baik untuk pertimbangan akademis maupun ekonomis.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan topik penelitian ini.