• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA

Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

(3)

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah

dan nilai tukar yang stabil”

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional,

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional,

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

TUGAS BANK INDONESIA

(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi :

Tim Ekonomi Moneter

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate

Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

(4)

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, Mei 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA

Budiyono Kepala Perwakilan

(5)

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GRAFIK vi

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA viii

RINGKASAN UMUM x

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1

1.1 Kondisi Umum 1

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12

BOKS I KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM 23

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 28

2.1 Kondisi Umum 28

2.2 Pendapatan Daerah 31

2.3 Belanja Daerah 33

2.4 Defisit dan Pembiayaan

BAB III INFLASI DAERAH 35

3.1 Kondisi Umum 35

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 36

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 43

BAB IV SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 49

4.1 Kondisi Umum Perbankan 49

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 55

BAB V SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOAAN UANG 59

5.1 Kondisi Umum 59

5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 59

5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 63

BOKS II PERKEMBANGAN PENOLAKAN UANG LOGAM 67

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 69

6.1 Kondisi Umum 69

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 69

6.3 Pengangguran 72

6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 73

6.5 Tingkat Kemiskinan 76

(7)

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 79

7.1 Prospek Perekonomian Makro 79

7.2 Prospek Inflasi Daerah 81

7.3 Prospek Perbankan 82

(8)

Halaman

Tabel 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 3

Tabel 1.2 Realisasi Investasi Triwulan I 2014 di Maluku Utara 7

Tabel 1.3 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 13

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 15

Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 16

Tabel 1.6 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 16

Tabel 1.7 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 20

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemprov Maluku Utara

(dalam miliar rupiah) 30

Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemprov Maluku Utara

(dalam miliar rupiah) 30

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara

(dalam juta rupiah) 32

Tabel 2.4 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemprov Maluku Utara

(dalam juta rupiah) 32

Tabel 2.5 Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara

(dalam juta rupiah) 33

Tabel 2.6 Perkembangan Anggaran Belanja Pemprov Maluku Utara

(dalam miliar rupiah) 34

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa

(%) 36

Tabel 3.2 Kondisi Inflasi/Deflasi & Andil Kelompok Pengeluaran Kota Ternate 37

Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

Jasa (%) 38

Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I 2014 62

Tabel 5.2 Kegiatan Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Triwulan I 2014 62

Tabel 5.3 Perkembangan Cek/BG 64

Tabel 5.4 Perkembangan Perputaran Kliring 64

Tabel 5.5 Perkembangan RTGS 65

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 70

Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan 71

Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama 72

Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Di Wilayah Sulampua 74

Tabel 6.5 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor 75

Tabel 6.6 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara 76

Tabel 6.7 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara 77

Tabel 7.1 Perkembangan Produksi Ikan Tangkap 80

(9)

Halaman

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB Maluku Utara 1

Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 2

Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Masyarakat 4

Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4

Grafik 1.5 Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT) 4

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi 4

Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) 5

Grafik 1.8 Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3) 5

Grafik 1.9 Volume Bongkar Telur (Ton/M3) 5

Grafik 1.10 Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3) 6

Grafik 1.11 Volume Bongkar Bawang (Ton/M3) 6

Grafik 1.12 Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3) 6

Grafik 1.13 Total Volume Bongkar (Ton/M3) 6

Grafik 1.14 Perkembangan Investasi di Maluku Utara 7

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi 7

Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Semen 7

Grafik 1.17 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 8

Grafik 1.18 Perkembangan Giro Pemerintah 8

Grafik 1.19 Perkembangan PDRB Sektor Ekspor 9

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Ekspor 10

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Ekspor 10

Grafik 1.22 Perkembangan Ekspor Kopra 11

Grafik 1.23 Perkembangan Ekspor Nikel 11

Grafik 1.24 Perkembangan Harga Internasional 11

Grafik 1.25 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate 12

Grafik 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor 12

Grafik 1.27 Perkembangan Kegiatan Impor 12

Grafik 1.28 Struktur PDRB Sisi Penawaran 13

Grafik 1.29 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 14

Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Pertanian 17

Grafik 1.31 Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap 17

Grafik 1.32 Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR 18

Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Sektor PHR 19

Grafik 1.34 Perkembangan TPK 19

Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 19

Grafik 1.36 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 22

Grafik 1.37 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian 22

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 28

Grafik 2.2 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam miliar rupiah) 29

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 36

Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 39

Grafik 3.3 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Januari

2014 40

Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa

Februari 2014 41

Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut Kelompok Barang & Jasa Maret 43

(10)

Grafik 3.6 Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya 44

Grafik 3.7 Pergerakan Harga Nikel dan Emas Internasional 45

Grafik 3.8 Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate 45

Grafik 3.9 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 46

Grafik 3.10 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap 47

Grafik 3.11 Perkembangan Harga Ikan Tangkap 47

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 50

Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 50

Grafik 4.3 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 51

Grafik 4.4 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 52

Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 53

Grafik 4.6 Perkembangan BPR/S 54

Grafik 4.7 Perkembangan NPL’s Perbankan 55

Grafik 4.8 Struktur Aliran Dana Kredit Sektoral 55

Grafik 4.9 Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga 56

Grafik 4.10 Pangsa Kredit UMKM 57

Grafik 5.1 Aliran Kas Uang Kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 60

Grafik 5.2 Perkembangan Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Malut 60

Grafik 5.3 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 61

Grafik 5.4 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov. 63

Grafik 5.5 Perkembangan RTGS Kota Ternate 65

Grafik 6.1 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Maluku Utara 71

Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara 73

Grafik 6.3 Perkembangan NTP Maluku Utara 74

(11)

A.

Inflasi dan PDRB

2014

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 133,20 134,73 135,68 136,87 138,49 138,68 148,78 150,25 112,16

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4,5 4,3 3,9 3,3 4,0 2,9 9,66 9,78 8,80

PDRB - harga konstan (Milyar Rp) 279,75 284,53 287,77 287,76 1139,81 289,47 288,85 292,17 294,28 - Pertanian 33,8 31,9 32,9 33,9 132,4 33,9 33,4 33,4 28,57 - Pertambangan & Penggalian 97,13 98,30 99,38 98,21 393,02 100,25 102,88 104,50 107,89

- Industri Pengolahan 3,98 4,05 4,15 4,23 16,41 4,18 4,31 4,35 4,60

- Listrik, Gas & Air Bersih 16,33 17,03 17,56 17,78 68,69 17,31 17,63 17,93 18,18

- Bangunan 241,55 246,61 259,41 265,32 1012,89 268,65 280,00 288,35 301,78

- Perdagangan, Hotel & Restoran 67,71 69,06 71,04 72,03 279,84 71,74 72,45 73,94 76,69 - Pengangkutan & Komunikasi 30,88 31,45 32,29 32,32 126,94 32,33 33,58 34,38 35,28 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 65,95 68,28 70,02 71,22 275,47 69,61 72,37 74,32 75,89

- Jasa 837,07 851,22 874,48 882,73 3445,50 887,45 905,45 923,30 943,17

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 7,3 7,3 6,3 5,8 6,0 6,4 5,6 6,5 6,3

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 0,17 0,09 0,11 0,18 0,19 0,18 0,15 0,20 0,02

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3,86 1,89 2,36 4,56 4,62 1,36 3,93 6,38 0,65

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0,0034 0,0058 0,0000 0,0009 0,0002 0,0020 0,0016 0,0008 0,0012 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0,0014 0,0037 0,0000 0,0013 0,0000 0,0043 0,0017 0,0010 0,0003

2013 2012

INDIKATOR

(12)

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

PERBANKAN Bank Umum:

Total Aset (Rp milyar) 5072,35 5266,31 5.477,92 5.791,38 5.906,48 5.959,34 6262,19 6602,52 6461,46 DPK (Rp milyar) 12441,08 12905,37 4.461,72 4.424,58 4.792,54 4.743,51 4.923,28 4.830,80 5080,11 - Tabungan 4056,92 4419,18 2.351,96 2.737,29 2.513,83 2.598,37 2.786,21 3.170,73 2942,67 - Giro 6126,83 6392,95 1.323,81 865,03 1.390,55 1.282,53 1.290,50 779,16 1183,25 - Deposito 2257,34 2273,00 785,95 822,26 888,16 862,61 846,56 880,90 954,19 Kredit (Rp milyar) 3299,83 3552,11 3.708,30 3.864,23 4.025,03 4.375,88 4508,43 4.631,48 4712,95 - Modal Kerja 1119,04 1356,45 1.164,32 1.169,31 1.185,19 1.278,99 1278,46 1.295,95 1279,74 - Konsumsi 300,28 330,14 2.196,47 2.334,80 2.469,36 2.623,35 479,15 483,46 2950,47 - Investasi 1880,50 1865,52 347,51 360,13 370,48 473,54 479,15 483,46 482,74 LDR 76,51 81,61 83,1 87,3 84,0 92,2 91,57 95,87 92,77 Kredit UMKM (Rp milyar)

Kredit Mikro (Rp milyar) 254,13 405,79 222,32 224,39 235,73 255,97 249,11 266,43 271,96 Kredit Kecil (Rp milyar) 650,16 810,30 761,40 805,70 790,40 840,55 820,45 830,03 740,44 Kredit Menengah (Rp milyar) 242,57 299,90 273,13 260,39 282,47 335,78 347,74 355,90 338,81 Total Kredit MKM (Rp milyar) 1.275,70 1.250,02 1.256,85 1.290,48 1.308,60 1.432,30 1.417,30 1452,35 1351,22

NPL 1,94 2,16 2,20 1,98 2,53 2,84 3,17 2,78 3,08

Keterangan:

Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

INDIKATOR

(13)

Ringkasan Umum

GAMBARAN UMUM

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp. 943,16 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.28% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara berada diatas rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 – triwulan I 2014) yang tercatat pada level 5,99%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di pembukaan tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 5,21% (yoy). Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate di triwulan awal 2014 yaitu tercatat sebesar 8,80% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,97% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat sebesar 7,32% (yoy) dan 7.32% (yoy).

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh komponen permintaan kecuali ekspor yang tercatat tumbuh negatif sebesar -8,5% (yoy) yang dipengaruhi oleh terhentinya kegiatan ekspor dari sektor pertambangan . Disisi yang berlawanan, impor tumbuh signifikan sebesar 11,4% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor yang tumbuh negatif adalah pengeluaran konsumsi pemerintah 2,98% (qtq), pembentukan modal tetap bruto -1,05% (qtq) serta ekspor barang dan jasa yang turun lebih dalan dibandingkan data tahunannya sebesar -1,62% (qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi

(14)

sebesar 1,84% (qtq), 4,07% (qtq), dan 1,17% (qtq).

KEUANGAN PEMERINTAH

Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD sebesar Rp1,61 triliun, meningkat 6,22% (yoy) atau naik sebanyak Rp94,87 milyar dibandingkan dengan target pendapatan pada APBD Perubahan (APBD-P) 2013. Sementara itu, target belanja di tahun 2014adalah sebesar Rp1,56 triliun atau turun-3,38% (yoy) atau sebanyak Rp54,77 milyar dibandingkan dengan target pengeluaran APBD-P 2013. Dengan demikian, pada tahun 2014 akan terjadi surplus anggaran sebesar Rp52,50 miliar dimana kondisi ini berbalik dari tahun 2012 dan 2013 dimana Provinsi Maluku Utara selalu defisit dalam APBD. Angka dalam APBD 2014 masih mungkin akan mengalami perubahan dan menjadi APBD-P 2014 jika pemerintah APBD-Provinsi Maluku Utara menganggap perlu koreksi sesuai dengan perubahan kebutuhan sepanjang tahun 2014.

INFLASI DAERAH

Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate di triwulan awal 2014 yaitu tercatat sebesar 8,80% (yoy), jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,97% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat sebesar 7,32% (yoy) dan 7.32% (yoy).

(15)

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2014 menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Walaupun Aset perbankan pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan, namun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tingkat pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diiringi peningkatan rasio Non Performing Loan’s (NPL) yang sedikit meningkat, namun demikian rasio ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan di tahun 2014, akan ada penambahan jaringan kantor Bank Umum Syariah, BPRS dan BPR yang tersebar di wilayah Maluku Utara dan sedang proses perizinan di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Aliran uang kartal pada triwulan I 2014 di Maluku Utara menunjukkan net Inflow yang berarti jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling). Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.059.286 lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar 69,47% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 35,07% dibandingkan triwulan IV 2013. Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara selama triwulan I 2014 sebanyak 10 lembar, naik dibandingkan jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV 2013 yaitu sebanyak 5 lembar atau naik 900% (yoy) dan naik 100% jika dibandingkan triwulan IV 2013.

.

(16)

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Februari 2014 menunjukkan pertumbuhan negatif jika dilihat dari penambahan jumlah pengangguran. Kondisi ini terjadi seiring dengan naiknya jumlah pendudukumur 15 tahun keatas yang diikuti olehbertambahnya jumlah angkatan kerja. Jumlah pengangguran yang meningkat ini pada akhirnya menggiring turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) secara tahunan serta naiknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Maluku Utara.

.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan

tumbuh pada level yang menggembirakan yaitu sebesar 6,06%±1

(

yoy

). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014 diperkirakan masih

berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor

ekonomi Malut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor

pertambangan yang digadangkan menjadi salah satu sektor utama di

masa yang akan datang diperkirakan akan mengalami penurunan

lebih tajam dari triwulan I 2014 terutama dari sisi ekspor yang

merupakan dampak dari pemberlakuan UUD Minerba. Tekanan inflasi

Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan

akan meningkat sepanjang triwulan II 2014 dibandingkan dengan

data historisnya yaitu dikisaran 8,81%±1 (

yoy

). Keputusan Bank

Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5%

diperkirakan akan memberikan dorongan positif terhadap perbaikan

kondisi

Current Account Defisit

(CAD) Indonesia. Namun disisi lain

akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus

menaikkan suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan.

(17)

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp943,16 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.28% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara berada diatas rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 – triwulan I 2014) yang tercatat pada level 5,99%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di pembukaan tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 5,21% (yoy). Perekonomian Indonesia memang diprediksi tumbuh melambat di tahun 2014 dan hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan Maluku Utara. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara tercatat tumbuh tipis sebesar 1,82% (qtq). Perlambatan perekonomian ini juga disumbang oleh menurunnya produktivitas sektor pertambangan pasca implementasi UU Minerba.

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh komponen permintaan kecuali ekspor yang tercatat tumbuh negatif sebesar -8,5% (yoy) yang dipengaruhi oleh terhentinya kegiatan ekspor dari sektor pertambangan . Disisi yang berlawanan, impor tumbuh signifikan sebesar 11,4% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor yang tumbuh negatif adalah pengeluaran konsumsi pemerintah -2,98% (qtq),

-1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 -100,000.0 200,000.0 300,000.0 400,000.0 500,000.0 600,000.0 700,000.0 800,000.0 900,000.0 1,000,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

PDRB g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.1

Perkembangan PDRB Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(18)

pembentukan modal tetap bruto -1,05% (qtq) serta ekspor barang dan jasa yang turun lebih dalan dibandingkan data tahunannya sebesar -1,62% (qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah dan impor terakselerasi pertumbuhannya masing-masing sebesar 1,84% (qtq), 4,07% (qtq), dan 1,17% (qtq).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,28% (yoy) ini disumbangkan oleh seluruh sektor kecuali sektor pertambangan yang tercatat tumbuh negatif sebesar -15,75% (yoy). Sedangkan sektor lainnya terakselerasi secara variatif. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) melesat 12,33% (yoy), listrik, gas dan air bersih 10,07% (yoy), keuangan 9,13% (yoy), dan keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 9,03% (yoy). Sedangkan sektor pertanian sebagai pemilik share terbesar PDRB tumbuh 1,66% (yoy). Proses pemungutan suara pemilihan anggota legislatif (PILEG) berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian force major lainnya yang mengganggu kestabilan di Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan perekonomian hingga akhir triwulan laporan.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 85,28%. Konsumsi pemerintah juga memiliki peran yang cukup besar dengan pangsa sebesar 29,97%. Sementara itu kegiatan pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 8,15%. Ekspor memiliki pangsa sebesar 22,38%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB masing-masing memiliki pangsa sebesar 27,29% dan 8,7%.

Kons. Rumah Tangga, 84.4 % Kons. Swasta, 0.9% Kons. Pemerintah, 30 .0% PMTB, 8.1% Perubahan Stok, -18.5% Ekspor, 22.4% Impor, 27.3% Grafik 1.2

Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(19)

Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan I 2014 sebesar 13,2% (yoy) atau 4,07% (qtq) namun dikarenakan jumlahnya yang kecil sehingga share terhadap PDRB sisi permintaan hanya sebesar 0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang memiliki andil terbesar (84,4%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 7,0% (yoy) atau 1,84% (qtq). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan masih ditopang oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 11,4% (yoy) atau lebih tinggi 1,17% (qtq). Selain itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti semakin tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang-barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Maluku Utara. Ekspor Maluku Utara yang mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -8,5% (yoy) atau -9,01% (qtq) yang disebabkan oleh berhentinya kegiatan ekspor bijih nikel per Februari 2014. Bijih nikel adalah komoditas ekspor utama Maluku Utara dengan rata-rata share sebesar ±98%.

1.2.1 Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada tingkat yang baik dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 7,1% (yoy) atau 0,7% lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi masyarakat adalah naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri sipil atau PNS) serta pelaksanaan PILEG 2014 walaupun andil yang diberikan ketiga faktor terakhir kurang signifikan terhadap konsumsi masyarakat secara aggregat di triwulan laporan karena tingkat konsumsi masyarakat Malut yang notabene sudah tinggi.

Komponen Penggunaan Pertumbuhan (yoy) Kontribusi (%)

Konsumsi Masyarakat 7.1 85.28% Konsumsi Pemerintah 7.9 29.97% PMTB 5.6 8.15% Ekspor -8.5 22.38% Dikurangi Impor 11.4 27.29% PDRB 6.5 6.5 Tabel 1.1

Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(20)

Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan I 2013, yang tercatat sebesar 111,0 yang berarti bahwa kondisi ekonomi masyarakat meningkat dan tingkat optimisme konsumen naik tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 110,83. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini sebesar 114,60 atau naik 12,5%(yoy) atau 3,2% (qtq).

Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar 19,48% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,07% (yoy) maupun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 29,04% (yoy)..

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00% -100,000.00 200,000.00 300,000.00 400,000.00 500,000.00 600,000.00 700,000.00 800,000.00 900,000.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

Kons. Masyarakat g_yoy (aksis kanan)

107.8 108.6 111.7 109.4 102.45 107.15 113.23 110.83111.0 -6.00% -4.00% -2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 96 98 100 102 104 106 108 110 112 114 116 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

ITK g_yoy (aksis kanan)

102.47103.63 110.10 103.82104.98 109.67111.15 104.98 101.88 106.87 112.81 111.04 114.60 -0.06 -0.04 -0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2011 2012 2013 2014 IPRT g_yoy (aksis kanan)

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00% -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014

Kredit Konsumsi g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.3

Perkembangan Konsumsi Masyarakat

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.4

Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.5

Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.6

Perkembangan Kredit Konsumsi

(21)

Sementara itu, nilai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara tercatat sebesar 103,24 pada akhir triwulan laporan atau naik sebesar 2,29% (qtq) atau 2,43% (yoy). NTP Malut menunjukkan tren meningkat sejak oktober.Dengan kata lain, pertumbuhan konsumsi Malut digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.

Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).

-2.00% -1.50% -1.00% -0.50% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 97.00 98.00 99.00 100.00 101.00 102.00 103.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 NTP g_yoy -60.0% -40.0% -20.0% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% 120.0% 140.0% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014

Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan)

-100.0% -50.0% 0.0% 50.0% 100.0% 150.0% 200.0% 250.0% 300.0% 350.0% 400.0% 0 100 200 300 400 500 600 700 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.7

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.8

Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.9

Volume Bongkar Telur (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

(22)

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan I 2014 masih terjaga pada tingkat yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,6% (yoy), walaupun mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 10,7% (yoy). Namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku Utara. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat adanya perlambatan sebesar -1,1% (qtq). Kegiatan investasi pada triwulan laporan digerakkan oleh pembangunan infrastruktur diseluruh wilayah provinsi Maluku Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan. Beberapa kegiatan

-200.0% -100.0% 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 0 200 400 600 800 1000 1200 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014

Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan)

-1000.0% 0.0% 1000.0% 2000.0% 3000.0% 4000.0% 5000.0% 6000.0% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan)

0 5000 10000 15000 20000 25000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 -40.0% -20.0% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013

Volume Bongkar g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.10

Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.11

Volume Bongkar Bawang (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate Grafik 1.12

Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.13

Total Volume Bongkar (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

(23)

pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan smelter nikel di Halmahera Timur, finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan raya Sofifi – Tobelo, pembangunan Duafa Centre, serta berbagai kegiatan pembangunan lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.

Kategori Sektor Tujuan Investasi Jumlah Proyek Nilai Investasi (US$ Ribu)

Primer Pertambangan 5 35,202.8

Sekunder Industri Logam Dasar, Barang

Logam, Mesin dan Elektronik 1 267.5

Listrik, Gas dan Air 1 26.9

Perdagangan dan Reparasi 1

-8 37,214.2 Tersier Total 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

PMTB g_yoy (aksis kanan)

-20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% -100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014

Kredit Investasi g_yoy (aksis kanan)

-100.0% 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014

Konsumsi Semen (ton) g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.14

Perkembangan Investasi di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.15

Perkembangan Kredit Investasi Perkembangan Konsumsi Semen Grafik 1.16

Sumber : ASI Tabel 1.2

Realisasi Investasi Triwulan I 2014 di Maluku Utara

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

(24)

Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit investasi yang disalurkan perbankan hingga Maret 2014 tercatat sebesar Rp482,74 miliar atau naik signifikan sebesar 30,30% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, volume pengadaan semen di Maluku Utara naik sebesar 15,1% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik yang berupa fisik maupun non fisik.

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Kinerja pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan I 2013 tumbuh sebesar 7.86% (yoy), atau turun sebesar -2,98% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berbeda dari data tahunannya, jika dilihat dari data triwulanannya (qtq) yang turun -2,98%% (qtq), sedangkan triwulan IV 2013 tercatat pertumbuhan sebesar 3,83% (qtq). Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga pengeluaran pemerintah memang akan lebih intens jika dibandingkan dengan triwulan awal.

Pengeluaran konsumsi pemerintah juga terlihat dari perkembangan saldo giro pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan I 2014, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar -3,2% dibandingkan posisi di bulan Januari. Secara tahunan, saldo giro pemerintah lebih rendah -32,9% (yoy) jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Saldo giro yang dimiliki pemerintah menandakan sejauh mana program kerja yang sudah dijalankan.

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kons. Pemerintah g_yoy (aksis kanan)

-100.0% -50.0% 0.0% 50.0% 100.0% 150.0% 200.0% 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014

Giro Pemerintah g_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.17

Perkembangan Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.18

Perkembangan Giro Pemerintah

(25)

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Kinerja ekspor diawal tahun 2014 terpantau mengalami pertumbuhan negatif sebagai dampak dari berhentinya kegiatan ekspor biji nikel pasca implementasi UUD Minerba sampai nanti smelter selesai dibangun dan perusahaan tambang dapat kembali beroperasi.

Perkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan negatif yaitu turun sebesar -8,45% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnyaatau turun sebesar 9,01% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja ekspor ini juga terlihat dari kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak turun baik secara nilai maupun beratnya. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, volume ekspor turun sebesar -85,98% (yoy) atau turun -89,86% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari total nilai ekspor, Maluku Utara mengalami penurunan yang tidak kalah tajam dengan volume ekspor yaitu sebesar 88,57% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau -89,06% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. yaitu masing-masing sebesar 40% (yoy) dan 10% (yoy). penurunan yang sangat signifikan ini dikarenakan terhentinya kegiatan ekspor biji nikel yang notabene memiliki share ±98% terhadap total ekspor Maluku Utara setiap bulannya. Penurunan ini diprediksi akan bertahan hingga adanya kegiatan produksi di sektor pertambangan baik untuk produk nikel, emas dan hasil tambang lainnya. Saat ini belum ada perusahaan tambang yang beroperasi di Malut dikarenakan sedang dalam proses pembangunan smelter dan sarana penunjang lainnya.

-10.00% -8.00% -6.00% -4.00% -2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Ekspor g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.19

Perkembangan PDRB Sektor Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(26)

Melesatnya volume dan nilai ekspor Maluku Utara dimotori oleh meningkatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak September 2012 yang merupakan respon dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor raw material (untuk komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menjaga jumlah margin perusahaan paad level aman. Harga nikel pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar USD 15.678/MT, naik 12,6% (qtq) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun -6,3% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Semakin besar volume ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara-negara penghasil

nikel termasuk Indonesia, menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan menarik harga jual

nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada

produksi nikel pig iron sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya

produksi nikel pig iron sehingga harga nikel dunia ikut tertekan. Namun demikian harga nikel kembali terakselerasi sepanjang triwulan I 2014. Terpantau adanya kenaikan yang signifikan setiap bulannya hingga akhir triwulan laporan.

-200.0% -100.0% 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 2011 2012 2013 2014

Volume (Ton) g_yoy (aksis kanan)

-200.0% -100.0% 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0% 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014

Nilai (Juta USD) g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.20

Perkembangan Volume Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.21

Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(27)

Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang juga mencatat pertumbuhan negatif baik secara tahunan

maupun triwulanan. Selama triwulan laporan, tercatat volume muat barang sebesar 5.592 ton/m3

atau turun sebesar -5,8% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan turun signifikan sebesar 13,7% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Volume muat barang di Maluku Utara sangat fluktuatif dimana komoditas ekspor antar daerah Maluku Utara merupakan hasil pertanian, hasil hutan dan perikanan yang notabene sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Sehingga ketika cuaca mendukung dan kapasitas produksi meningkat pada musim panen maka barang yang diekspor ke daerah lain akan berjumlah lebih banyak dari biasanya demikianpun sebaliknya.

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 -100,000.0 200,000.0 300,000.0 400,000.0 500,000.0 600,000.0 700,000.0 800,000.0 900,000.0 1,000,000.0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014

Volume (Ton) Nilai

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014 Volume Nilai 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 5 10 15 20 25 30 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2011 2012 2013 2014 Ri bu $ Nikel Emas Grafik 1.22

Perkembangan Ekspor Kopra

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.23

Perkembangan Ekspor Nikel

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.24

Perkembangan Harga Internasional

Sumber : IMF

(28)

Sementara itu, perkembangan impor Maluku Utara terpantau tumbuh sebesar 11,43% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, impor tumbuh sebesar 1,17% (qtq). Kenaikan volume impor ini menunjukkan bahwa jenis dan jumlah kebutuhan masyarakat Malut sudah bertambah signifikan dibanding tahun sebelumnya. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 sedikit bergeser dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian tidak lagi menjadi penyumbang terbesar PDRB Maluku Utara dengan pangsa 31,2%. Sektor perdagangan,

-100.0% -50.0% 0.0% 50.0% 100.0% 150.0% 200.0% 250.0% 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2011 2012 2013 2014 Volume Muat Barang (Ton) g_yoy (aksis kanan)

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Impor g_yoy (aksis kanan)

-5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Berat Nilai

Grafik 1.25

Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : Pelindo

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.27

Perkembangan Kegiatan Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, Grafik 1.26

Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor

(29)

hotel dan restoran mengambil alih posisi tersebut dengan menorehkan pangsa sebesar 32,0%, sedangkan sektor industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 11,4%. Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor pertambangan dan penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 3,0%.

Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif kecuali sektor pertambangan yang tercatat tumbuh negatif sebesar -15,75% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan penurunan juga terjadi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar -16,9% (qtq). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

merupakan sektor yang pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,33% (yoy) dengan share terbesar

yaitu 32,0% dan berhasil menempatkan sektor pertanian di posisi kedua terbesar.

Pertanian 31% Pertambangan 3% Industri Pengolahan 11% LGA 1% Bangunan 2% PHR 32% Pengangkutan 8% Keuangan 4% Jasa-jasa 8% Sektoral Pertumbuhan (yoy) Share Pertanian 1.66 31.2% Pertambangan -15.75 3.0% Industri Pengolahan 7.62 11.4% LGA 10.07 0.5% Bangunan 5.07 1.9% PHR 12.33 32.0% Pengangkutan 6.90 8.1% Keuangan 9.13 3.7% Jasa-jasa 9.03 8.0% PDRB 6.28 100.0% Grafik 1.28

Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tabel 1.3

Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(30)

1.3.1 Sektor Pertanian

Triwulan IV 2013 ini, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,66% (yoy). Sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,55% (yoy). Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian. Namun demikian, tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun dari waktu ke waktu. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan (triwulan I, II dan III) di 2013 ini adalah pertumbuhan terendah sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Utara sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu sebesar -4,1% (yoy). Salah satu alasan terjadinya tren penurunan pertumbuhan sektor ini karena semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni sektor ini dan mulai beralih ke sektor lain yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti halnya sektor PHR yang memiliki share tertinggi saat ini.

Subsektor kehutanan mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan yaitu sebesar 4,5% (yoy) atau tumbuh sebesar 0,8% (qtq) dengan share sebesar 5,08% terhadap sektor pertanian. Sedangkan subsektor dengan share terbesar adalah subsektor tanaman perkebunan sebesar 53,39% dan tumbuh 2,3% (yoy).

Berdasarkan angka sementara (ASEM) tahun 2013, tanaman padi diprediksi akan memiliki kinerja positif baik dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya. Produksi padi diperkirakan akan mencapai 72.445 ton GKG atau naik sebesar 10,29% atau sebanyak 6.759 ton jika dibandingkan dengan tahun 2012. Produktivitasnya juga diperkirakan naik sebesar 1,79% atau

0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 255.00 260.00 265.00 270.00 275.00 280.00 285.00 290.00 295.00 300.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Pertanian g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.29

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(31)

0,66 kwintal/hektar. Pertumbuhan positif produksi padi pada ASEM 2013 hanya terjadi pada periode September – Desember 10.001 ton atau naik sebesar 61,09%. Sedangkan pada periode Januari – April, Mei – Agustus masing-masing mengalami penurunan sebesar -11,40% atau sebanyak -3,228 ton dan -0,07% atau sebanyak -14 ton dibandingkan dengan produksi pada pada periode yang sama tahun 2012.

Sementara itu, berdasarkan ASEM 2013 produksi jagung Maluku Utara diperkirakan sebesar 29.421 ton pipian kering atau naik sebesar 15,18% atau sebanyak 3.878 dibandingkan tahun 2012. Produksi yang meningkat ini disebabkan oleh naiknya produktivitas sebesar 5,23 kwintal/hektar atau naik 15,18%. Kenaikan ini terjadi walaupun terjadi pengurangan luas lahan sebanyak -679 hektar atau -6,13%. Peningkatan produksi jagung terjadi pada periode Januari – April sebesar 1.688 ton atau 20,60% dan periode September – Desember sebesar 3.900 ton atau 45,06%. Sedangkan pada periode Mei – Agustus tercatat penurunan sebesar 1.710 ton atau -19,68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Volume %

Padi Sawah

1. Luas Panen (ha) 13641 14860 1219 8.94

2. Produktivitas (kw/ha) 41.12 40.89 -0.23 -0.56

3. Produksi (ton) 56095 60757 4662 8.31

Padi Ladang

1. Luas Panen (ha) 4153 4421 268 6.54

2. Produktivitas (kw/ha) 23.09 26.44 3.35 14.51

3. Produksi (ton) 9591 11688 2097 21.86

Padi

1. Luas Panen (ha) 17794 19281 1487 8.36

2. Produktivitas (kw/ha) 36.91 37.57 0.66 1.79

3. Produksi (ton) 65686 72445 6759 10.29

Keterangan : Bentuk produksi padi adalah gabah kering giling (GKG) Perubahan

Jenis ATAP 2012 ASEM 2013

Tabel 1.4

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(32)

Produksi kedelai di Maluku Utara diprediksi sebesar 1.005 ton biji kering pada ASEM 2013, turun sebesar -76 ton atau 5,83% dibandingkan dengan tahun 2012. Penurunan kinerja produksi kedelai diperkirakan karena disebabkan oleh turunnya produktivitas sebesar 1,11 kwintal/hektar atau -8,33% walaupun ada penambahan luas panen seluas 27 hektar atau 2,76%. Penurunan produksi kedelai tahun 2013 terjadi pada periode Mei - Agustus dan September - Desember, masing-masing sebesar -88 ton atau -20,37%, dan -92 ton atau -19,05%, sedangkan pada periode Januari-April meningkat sebesar 104 ton atau 26,80 % dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun 2012 (year on year).

Subsektor tanaman bahan pangan tercatat tumbuh tipis sebesar 0,5% (yoy) atau 2,0% (qtq) dimana subsektor ini memiliki andil sebesar 25,85% terhadap sektor pertanian. Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta sisi produksi internal provinsi yang masih terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor sebagian besar kebutuhan yang berasal dari subsektor ini dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh karena itu, saat ini pemerintah daerah melalui dinas pertanian mulai mengembangkan klaster tanaman holtikultura di seluruh wilayah Maluku Utara untuk mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan tingkat ketergantungan

Volume %

Luas Lahan (ha) 11074 10395 -679 -6.13

Produktivitas (kw/ha) 23.07 28.3 5.23 22.67

Produksi (ton) 25543 29421 3878 15.18

Keterangan : Bentuk produksi jagung adalah pipilan kering

Jagung ATAP 2012 ASEM 2013 Perubahan

Volume %

Luas Lahan (ha) 978 1005 27 2.76

Produktivitas (kw/ha) 13.32 12.21 -1.11 8.33

Produksi (ton) 1303 1227 -76 -5.83

Keterangan : Bentuk produksi jagung adalah pipilan kering

Kedelai ATAP 2012 ASEM 2013 Perubahan

Tabel 1.5

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tabel 1.6

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(33)

terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih terjangkau sehingga mampu menjaga tingkat kesejahteraan riil masyarakat.

Subsektor perkebunan tercatat mengalami kinerja positif dengan tumbuh sebesar 2,3% (yoy) atau 0,4 (qtq) dengan andil sebesar 53,39. Hal ini dikonfirmasi oleh jumlah ekspor kopra yang cukup tinggi di bulan Maret 2014 dan mendorong ekspor Malut dari penurunan yang lebih dalam akibat tidak adanya ekspor biji nikel yang selama ini menjadi komoditas ekspor utama.

Berbeda dari sektor lainnya, sektor perikanan mencatat pertumbuhan negatif pada triwulan I 2014 sebesar -0,3% (yoy) atau -0,5% (qtq). Namun demikian, andil dari subsektor ini cukup besar yaitu 12,10% terhadap sektor pertanian. Hal ini mengingat besarnya kapasitas produksi subsektor ini dan komoditas dari subsektor ini adalah sala satu komoditas idola masyarakat Malut. Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan produksi ikan tangkap di Kota Ternate yang turun sebesar -9,46% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun secara triwulanan tercatat pertumbuhan sebesar 20,46% (qtq). Total produksi ikan tangkap Kota Ternate hingga akhir triwulan laporan adalah sebanyak 1.902,36 ton, naik 323,09 ton dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 1.579,27 ton triwulan IV 2013.

Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak Rp68,09 miliar, tumbuh negatif sebesar -55,1% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 9,5% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp62,19 miliar.

-100.0% -50.0% 0.0% 50.0% 100.0% 150.0% 200.0% 250.0% 300.0% 350.0% 400.0% 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kredit Pertanian g_yoy (aksis kanan)

-2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 -100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013 2014

Volume (per ton) Nilai (dalam Milyar Rp)

Grafik 1.31

Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Grafik 1.32

Perkembangan Produksi Ikan Tangkap

Sumber : PPN Kota Ternate Grafik 1.30

Perkembangan Kredit Pertanian Perkembangan Kinerja Ikan Tangkap Grafik 1.31

(34)

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 12,3% (yoy) pada triwulan I 2014 atau 1,50% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada level 12,1% (yoy). Sektor ini memberikan andil sebesar 32,0% terhadap pembentukan PDRB Maluku Utara triwulan I 2014 atau mengalami kenaikan signifikan dan mampu melampui andil sektor pertanian yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Perkembangan pada sektor ini disokong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang berhasil tumbuh sebesar 12,4% (yoy), subsektor hotel tumbuh 12,6% (yoy) dan subsektor restoran yang tumbuh 2,1% (yoy).

Pertumbuhan tahunan dari ketiga subsektor tersebut memang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut terkonfirmasi dari indeks Tingkat Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 93,14% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 14,33% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selain itu, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor ini juga mengalami yang hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.205 miliar atau meningkat sebesar peningkatan yang tercatat sebesar 136,02% (yoy) namun turun sebesar -1,46% (qtq). Hal ini seiring dengan himbauan Bank Indonesia untuk melakukan pengereman terhadap pertumbuhan kredit untuk menghindari bahaya kredit macet.

0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 0.0% 5000.0% 10000.0% 15000.0% 20000.0% 25000.0% 30000.0% 35000.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

PHR g_yoy (aksis kanan) Grafik 1.32

Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(35)

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan I 2014 adalah sebesar 7,62% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,95% (yoy). namun secara triwulanan, nominal sektor ini naik sebesar 1,77% (qtq). Industri non-migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini dengan andil sebesar 11,4% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan I 2014 atau 1% lebih rendah dari andil triwulan IV 2013.

Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil tumbuh sebesar 19,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,15% (yoy). Secara triwulanan, IMK Maluku Utara tumbuh

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

PHR g_yoy (aksis kanan)

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 TPK g_yoy (aksis kanan)

-1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 85,000.0 90,000.0 95,000.0 100,000.0 105,000.0 110,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014

Industri Pengolahan g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.33

Perkembangan Kredit Sektor PHR Perkembangan TPK Grafik 1.34

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.35

Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(36)

positif 4,72% (qtq). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh industri furnitur sebesar 32,75% (yoy), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang tumbuh 20,20% (yoy), dan industri makanan yang tumbuh 18,06% (yoy). Sementara itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah industri minuman yang tercatat sebesar -18,87% (yoy), industri tekstil -5,90% (yoy) dan industri alat angkut lainnya -6,52 (yoy). pertumbuhan negatif tersebut juga terlihat secara triwulanan (qtq).

qtq ctc yoy

Industri Makanan 5.48 18.06 18.06

Industri Minuman -6.28 -18.83 -18.83

Industri Tekstil -5.90 -5.90 -5.90

Industri Pakaian Jadi 1.50 5.54 5.54

Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman

dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 4.99 10.93 10.93

industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 10.74 15.02 15.02

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

Industri Barang Galian Bukan Logam 2.68 20.20 20.20

Industri Logam Dasar 6.28 8.03 8.03

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 1.74 7.99 7.99

Industri Peralatan Listrik

Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL

Industri Alat Angkutan Lainnya -13.22 -6.52 -6.52

Industri Furnitur 5.54 32.75 32.75

Industri Pengolahan Lainnya 18.57 18.57 18.57

IMK (Industri Mikro dan Kecil) 4.72 19.63 19.63

Ket : qtq : quartal to quartal

ctc : cumulative to cumulative yoy : year on year

Pertumbuhan Jenis Industri

Tabel 1.7

Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(37)

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan seperti yang sudah diproyeksikan pada triwulan sebelumnya dimana pada triwulan ini tercatat pertumbuhan -15,8% (yoy) atau -16,9 (qtq). Penurunan ini merupakan dampak dari implementasi UUD Minerba oleh pemerintah pusat sehingga perusahaan tambang yang memproduksi biji nikel harus berhenti beroperasi karena larangan ekspor biji nikel. Perusahaan tambang harus menjual barang olahan dari biji nikel untuk dapat dijual sehingga mereka harus membangun pabrik pemurnian nikel atau smelter yang saat ini sedang dalam proses pembangunan. Namun karena biaya pembangunan yang besar sehingga hanya perusahaan dengan modal besar yang mampu bertahan dalam bisnis tambang biji nikel.

Subsektor penggalian tercatat masih mengalami pertumbuhan sebesar 7,1% (yoy) namun turun tipis -1,0% (qtq). Subsektor ini masih digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan area untuk mengembangkan usaha mereka. Saat ini pemerintah sedang melakukan review terhadap izin galian tipe C dikarenakan maraknya kasus rusaknya areal sekitar tambang karena proses penambangan yang kurang baik serta merugikan masyarakat sekitar bahkan sebagian berpotensi menyebabkan tanah longsor.

Sementara itu, sektor pertambangan nonmigas tercatat mengalami tumbuh negatif sebesar -19,2% (yoy) atau turun -19,5% (qtq). Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiatan penambangan nikel yang tersebar di kepulauan Halmahera. Oleh karena itu subsektor pertambangan non-migas tercatat mengalami penurunan yang signifikan karena sampai saat ini masih disumbang seluruhnya oleh produksi biji nikel. Kedepannya, Maluku Utara akan mampu memproduksi emas dari berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa contact belum memasuki fase produksi melainkan sedang dalam tahap pembangunan dan persiapan produksi.

(38)

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian

Perkembangan Kredit

Sektor Pertambangan dan Penggalian

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi seperti halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi – Halmahera Selatan. Disisi lain, perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan laporan sebesar -76,95% (yoy) atau sebesar -45,74% (qtq). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan III 2013.

-20.0% -15.0% -10.0% -5.0% 0.0% 5.0% 10.0% -5,000.0 10,000.0 15,000.0 20,000.0 25,000.0 30,000.0 35,000.0 40,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 Pertambangan g_yoy (aksis kanan)

-500.00% 0.00% 500.00% 1000.00% 1500.00% 2000.00% 2500.00% 3000.00% 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 9000.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Pertambangan & Penggalian g_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(39)

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data pendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2010, jumlah UMKM tercatat 52,7 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 99,4 juta tenaga kerja atau 97% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56% dari total PDB. Melihat peran strategis UMKM dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Bank Indonesia menyelenggarakan Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013.

Sebagai surga tropis di Kawasan Indonesia Timur, Provinsi Maluku Utara memiliki sumberdaya alam yang sangat berlimpah. Kekayaan alam Maluku Utara menyimpan beragam potensi ekonomi mulai dari potensi berbasis pertanian dan kelautan hingga wisata. Letak Maluku Utara yang berada di bibir Samudera Pasifik memberi peluang besar untuk meraih beragam keuntungan ekonomi, khususnya dalam percaturan Pasar Pasifik.

KPJU unggulan UMKM di Provinsi Maluku Utara dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional oleh multistakeholder sebagai KPJU UMKM yang secara eksisting (saat ini) telah unggul dalam sejumlah kriteria tertentu dalam mencapai tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, pertumbuhan ekonomi di masa datang. Tujuan penetapan KPJU unggulan yang paling dominan adalah Penciptaan Lapangan Kerja berikutnya menyusul Peningkatan Daya Saing Produk dan Pertumbuhan Ekonomi.

Kriteria seleksi yang digunakan dalam penentuan KPJU unggulan dari yang paling penting berturut-turut adalah Penyerapan tenaga kerja (0,174); Manajemen usaha (0,129); Ketersediaan pasar (0,124); Sumbangan terhadap perekonomian (0,121); Sarana produksi/usaha (0,099); Harga (0,084); Sosial budaya (0,81); Tenaga kerja terampil (0,069); Modal (0,049); Teknologi (0,041); dan Ketersediaan bahan baku (0,030).

(40)

Kpju Unggulan Kabupaten/Kota, Provinsi Dan Pendekatan Penanganannya

Di setiap kabupaten/kota yang diteliti, melalui konfirmasi dan analisis lanjutan dengan pendekatan metode AHP, Borda dan Bayes diperoleh 5 KPJU unggulan lintas sektoral. Lima KPJU Unggulan lintas sektoral tersebut adalah :

 Kabupaten Halmahera Utara : Cabai Merah (skor terbobot 0,049), Ikan Cakalang (tangkap)

(0,048), Ikan Kerapu (tangkap) (0,047), Toko Sembako (0,035), dan Ikan Kakap (tangkap) (0,034).

 Kabupaten Halmahera Timur : Padi Sawah (skor terbobot 0,087), Pala (0,041), Batu Gunung

(0,034), Semangka (0,034) dan Pasir Sungai (0,033).

 Kabupaten Halmahera Barat : Ikan Cakalang (tangkap) (skor terbobot 0,051), Kelapa (0,046),

Pisang (0,044), Ubi kayu (0,034) dan Ayam Buras (0,029).

 Kabupaten Halmahera Selatan : Gula Merah (0,044), Ikan Asin (0,044), Ikan Cakalang (tangkap) (0,043), Kerupuk Ikan (0,039), Kopra (0,036).

 Kabupaten Halmahera Tengah: Ikan Cakalang (tangkap) (0,043), Speedboat (0,039), Pala

(0,037) , Mobil Lintas Malut (0,035), Meubel Kayu (0,031)

 Kabupaten Kepulauan Sula : Ikan Kakap Merah (0,039), Ikan Cakalang (tangkap) (0,038), Hasil

Laut (0,034), Ikan Kerapu (keramba) (0,033), dan Ikan Tuna Tangkap (0,032).

 Kabupaten Pulau Morotai : Rumah Makan (umum) (0,042), Kayu (0,039), Meubel Kayu

(0,037), Truk Barang (0,036), dan Speedboat (0,031).

 Kota Ternate : Truk Barang (0,041), Photo Copy (0,037), Speedboat (0,028), Hotel (melati) (0,027), dan Penyewaan Tenda Kursi (0,027).

 Kota Tidore Kepualauan : Ikan Cakalang (tangkap) (0,048), Cengkeh (0,038), Kelapa Dalam

(0,032), Pala (0,031), dan Ubi Kayu (0,029)

Selain itu, terdapat 10 KPJU Unggulan di Tingkat Provinsi Maluku Utara yang dihasilkan dari penilaian kembali terhadap KPJU Unggulan di tingkat kota/kabupaten dengan metode Borda dan metode Bayes adalah Ikan Cakalang (tangkap) (0,090), Cengkeh (0,035), Padi Sawah (0,035), Pala (0,035), Speedboat (0,033), Kelapa (0,032), Angkutan Barang Truk (0,031), Wisata Alam (0,030) , Meubel Kayu (0,030) dan Rumah Makan (umum) (0,029).

Penanganan dan pengembangan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Maluku Utara, khususnya di 9 (sembilan) kabupaten/kota dan di tingkat provinsi yang diteliti perlu menggunakan

(41)

titik kekuatan (yang selanjutnya dikembangkan menjadi competitive advantages dan nilai jual) dan mengeliminasi titik kritisnya (kelemahan), serta memanfaatkan peluang yang tersedia.

a. Titik kekuatan yang dimaksud secara umum adalah KPJU yang terpilih umumnya memang

KPJU yang sudah unggul di sektornya, baik dalam aspek kapasitas produksinya, luas lahan, serapan tenaga kerja dan kontribusinya bagi perekonomian daerah.

b. Titik kritis yang dimaksud secara umum adalah lebih kepada persoalan biaya produksi/proses

yang masih tinggi, tingkat produktivitas yang belum optimal, teknologi pengembangan yang belum ada/minim, teknologi pasca panen untuk peningkatan nilai tambah, dan perluasan akses pasar.

Rekomendasi

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan

a. Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang diteliti untuk menetapkan 5

KPJU Unggulan dan Potensial hasil penelitian ini (sebagaimana telah disebutkan sebelumnya) sebagai KPJU Unggulan dan Potensial daerah.

b. Direkomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk menetapkan 10 KPJU

Unggulan hasil penelitian ini (sebagaimana telah disebutkan sebelumnya) sebagai KPJU Unggulan Provinsi.

2. Rekomendasi Peran Strategis

Direkomendasikan pembagian peran strategis yang dapat dilakukan antara pemerintah, pelaku/asosiasi pengusaha UMKM, perbankan, dan stakeholder lain dalam pengembangan UMKM dan KPJU unggulannya sebagai berikut.

a. Pemerintah.

Peran pemerintah kini dan masa mendatang dalam pembangunan UMKM adalah sebagai regulator, fasilitator, dan stimulator, yang menekankan upaya kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat, melalui penguatan UMKM basis KPJU Unggulan.

b. Pelaku/Asosiasi Pengusaha UMKM.

(1) Identifikasi akar masalah atas berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi di dalam pengembangan usaha mereka, serta mengkomunikasikan hal tersebut kepada pihak-pihak yang dinilai dapat membantu, seperti: penyedia BDS (Business Development Service), asosiasi UKM, instansi pemerintah terkait dan pihak-pihak strategis lain.

Gambar

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)  seiring dengan naiknya harga beberapa komoditas penyusunnya seperti tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan beberapa komoditas lainnya
Tabel 3.2 Kondisi Inflasi/Deflasi & Andil Kelompok Pengeluaran Kota Ternate
Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Kebijakan bantuan LLR pada bank syariah ini dikenal dengan FPJPS (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah)X adalah fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

Setelah itu adalah penentuan ukuran (mesh size), semakin besar ukuran mesh akan semakin besar pula permeabilitas yang dibuat olehnya. Ukuran mesh berpengaruh pada

Kajian yang dilakukan oleh Andri Ramadhan hanya fokus untuk menyelesaikan permasalahan sistem persamaan linear dalam bentuk riil dengan menggunakan

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Poduk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), jumlah penduduk, konsumsi

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Menunjukkan bahwa, Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital