79
Masyarakat (Ditlitabmas) Dirjen Dikti atas pendanaan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada LPPM IKIP Saraswati beserta jajarannya atas pemantauan yang telah diberikan. Terima kasih pula Kepada kepala sekolah dan staf serta guru-guru sekolah sampel yang telah membantu menilai draft buku yang kami sampaikan. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan tersusunnya tulisan ini.Daftar Pustaka Akker, J.V. (1999).PrinciplesandMethodsofDevel opmentResearch.InJ.vamden Akker,RBranch,K Gustafson,N Nieveen andTj.Plomp(Eds).Design Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 1-14). Dodrecht : Kluwer AcademicPublisher
BSNP. 2014. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Tahun 2014. Available from: pada http://bsnp-indonesia.org/id/?p=1340. Cited: 2 Juni 2015.
Barokah, W. 2013. Kearifan Lokal Dalam Sastra Lisan Sebagai Materi Pembelajaran Karakter Di Sekolah Dasar. Surabaya: UPBJJ-UT
Kemendiknas.(2010).
PembinaanPendidikanKarakterdiSek olahMenengahPertama. Jakarta Kemdikbud. 2013. Kurikulum 2013: Kompetensi
Dasar Sekolah Dasar
(SD)/Madarasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kemdikbud
Lickona,Thomas.(1991).
EducatingforCharacter:HowOurschoo lscanteachrespect and responsibility. New York: Bantam Books
Maduriana,I. M dan Seniwati, N.P. 2014.Pengembangan Pendidikan KarakterBerbasis Tradisi Lisan Terintegrasi dalam Materi PelajaranIPA di Sekolah Dasar.Prosiding Senari ke-2. Lemlit UndikshaISSN:2339-1553. di Grand Inna Kuta Bali 21-22 Nov. 2014. Pusat Perbukuan Depdiknas. (2003). Standar
Penilaian Buku Pelajaran Sains. (Online). available from: http/www.dikdaski.go.id. (cited 20 Juni 2015).
Pusat Perbukuan Depdiknas. (2003). Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. (Online). available from: http/www.dikdaski.go.id. (cited 20 Juni 2015). Plomp.(2001).DevelopmentResearchin/onEducation Development.Makalah disajikan padaSeminarNasional PendidikanMatematikaRealistik Indonesia.diUSD Yogyakarta: 14-15 November
Suja, I.W. 2011. Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Sains SD Bermuatan Pedagogi Budaya Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 44, Nomor 1-3,
April 2011, hlm.84- 92
(SD)/Madarasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kemdikbud
PENGEMBANGAN BUKU AJAR BOTANI TUMBUHAN TINGGI
BERBASIS ETNOBOTANI MASYARAKAT HINDU BALI
I Ketut Surata1*, I Wayan Gata2
Pendidikan Biologi, FP MIPA IKIP Saraswati, Tabanan1* Pendidikan Sejarah, FP IPS IKIP Saraswati, Tabanan, Indonesia2 [email protected] , [email protected]
Abstrak
Pelestarian kearifan lokal masyarakat Hindu Bali terkait dengan pengetahuan mereka tentang berbagai jenis tumbuhan yang mereka manfaatkan perlu dilakukan. Pelestarian tersebut dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya pada kajian yang mempelajari tumbuhan, salah satunya adalah botani tumbuhan tinggi. Penelitian ini mencoba menjawab tantangan tersebut melalui pengembangan buku ajar botani tumbuhan tinggi berbasis etnobotani masyarakat Hindu Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan.Data awal dikumpulkan dengan pendekatan penelitian eksploratori. Lokasi penelitian meliputilimaperguruan tinggi, lima Desa Pakraman, dan delapan perpustakaan di Provinsi Bali. Data dikumpulkan melalui analisis dokumen, wawancara mendalam, dan observasi. Narasumber ditentukan dengan tekniksnow ball sampling. Semua data dianalisis secara
80
deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis data awal, disusun draf buku ajar. Draf buku diuji validitas isi melibatkan 10 desen ahli pendidikan dan budaya dari 4 perguruan tinggi di Bali. Buku direview mengacu pada instrumen penilaian buku yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan ditambah dengan indikator khusus unsur etnobotani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sangat memungkinkan untuk mengintegrasikan etnobotani masyarakat Hindu Bali dengan botani tumbuhan tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa draf buku ajar yang disusun tergolong baik dan layak untuk diterapkan lebih lanjut.
Kata kunci: buku ajar, botani tumbuhan tinggi, etnobotani, Bali Abstract
Preservation of local wisdom of Balinese Hindu community related to their knowledge of the various types of plants that they take advantage needs to be done. Preservation can be done by integrating that to the study of plants, one of which is a high plant botany. This study tries to answer these challenges through the development of high plants botany textbook that ethnobotany-based of Hindu community in Bali.
This study is the development research. Preliminary data collected by the exploratory research approach. Location of the study includes five universities, five Pakraman vilages, and eight libraries in the province of Bali. Data were collected through analysis of documents, interviews, and observations. Informant determined with snow ball sampling technique. All data were analyzed by descriptively qualitative. Based on preliminary data analysis, prepared a draft textbook. The draft of the book examined the validity of the content involves 10 educational and cultural experts lecturer from four universities in Bali. The book was reviewed referring to the book assessment instruments developed by the National Education Standards agency and coupled with a special indicator elements of ethnobotany.
The results showed that it is possible to integrate ethnobotany of Balinese Hindu community with high plant botany. The results also show that the draft textbook prepared quite well and deserves to be applied further.
Keywords : textbook, high plant botany, ethnobotany, Bali
Pendahuluan
Kearifan lokal memiliki berbagai terminologi lain, seperti kearifan tradisional, pengetahuan tradisional, kearifan ekologi tradisional, kearifan pribumi, kearifan etnosains,kearifan rakyat, sains lokal dan pengetahuan nonformal. Akan tetapi semua istilah tersebutmengacu pada satu pengertian, yaitu pengetahuan lokal, tradisional dan unik, yang dipeliharadan dikembangkan oleh komunitas tertentu melalui sejarah interaksi yang panjang denganlingkungan alam sekitarnya (Sukarata, 1999). Kearifan lokal menjadi dasar pengambilan keputusan pada tingkat lokal dalam berbagaiaspek kehidupan sehari-hari. Kearifan itu diimbaskan antar generasi melalui pendidikantradisional dalam berbagai bentuk seperti upacara, peniruan, hafalan, pertemuan desa, ceriterarakyat, tabu dan mitologi.
Kebudayaan masayarakat Hindu Bali memiliki berbagai macam kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Kemajuan sains danteknologi memberikan perubahan yang luar biasa dalam bidang kesehatan, pangan dan lingkungan. Kemajuan IPTEKS sebagai hasil kajian ilmiah tentang penomena alam tidak terlepas dari adanya kontribusi besar kearifan lokal, berupa pengetahuan informal masyarakat tradisional berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari. Hal tersebut membuka pemahaman akan besarnya potensi kearifan lokal dalam turut menyumbangkan
baik gagasan, data awal, bahkan sumber inspirasi dalam upaya menguak rahasi alam. Masyarakat tradisional secara turun temurun selalu mengembangkan kearifan lokal tentang pengetahuan nonformal yang bermanfaat praktis bagi kelangsungan hidup dan perkembangan budaya mereka.
Salah satu potensi tersebut adalah pengetahuan lokal pengelolaan tumbuhan yang berkaitan dengan aspek etnobotani, yaitu kajian tentang sistem pengetahuan yang
berfungsi mendokumentasikandan
menjelaskan hubungan kompleks antara
budaya dan penggunaan tumbuhan
denganfokus utama pada bagaimana
tumbuhan digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagailingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, praktik keagamaan, kosmetik,pewarna, tekstil, pakaian, konstruksi, alat, mata uang, sastra, ritual, serta kehidupan sosial (Mesfin, K., Tekle, G., & Tesfay, T., 2013). Hasil kajian etnobotani tersebut berpotensi untuk dikembangkan ataupun diintegrasikan dalam bidang pendidikan, seni, budaya, kesehatan, pangan, dan lain sebagainya, sehingga secara tidak langsung turut membangun sejalan dengan perkembangan IPTEKS dengan tetap melestarikan kearifan lokal budaya kita.
Namun demikian, potensi yang begitu besarnya tidaklah berbarti jika tidak adanya upaya nyata sebelumnya untuk tetap melestarikan kearifan lokal tersebut. Aset
81
pengetahuan yang begitu berharga dapat kapan saja hilang jika tidak terus dilestarikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu usaha nyata dalam melestarikan kearifan lokal budaya kita yang sangat luar biasa. Salah satu contohnya ialah pengetahuan tradisional masyarakat Hindu Bali berkaitan dengan tumbuhan. Namun masih banyak generasi muda yang tidak mengetahui jenis tanaman lokal Bali (Adiputra, 2011), padahal masyarakat Hindu Bali tidak bisa lepas dari yang namanya tumbuhan, bunga dan buah, karena dibutuhkan dalam kehidupan mereka.Pelestarian dapat dilakukan melalui dunia pendidikan. Salah satunya dengan mengembangkan buku ajar botani tumbuhan tinggi berbasis etnobotani masyarakat Hindu bali. Pemilihan botani tumbuhan tinggi dilakukan atas dasar keterkaitan dengan kearifan lokal terkait etnobotani masyarakat Bali yang banyak memanfaatkan tumbuhan tingkat tinggi dalam kehidupannya. Penelitian ini berusaha menjawab tantangan tersebut sekaligus turut melestarikan koarifan lokal yang sangat bernilai.
Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian pengembangandengan tahapan : 1) penelitian pendahuluan, 2) pengembangan produk awal, 3) validasi ahli dan revisi, 4) uji coba lapangan skala kecil, dan 5) uji coba lapangan skala besar (Richey, R.C., & Klein, J.D., 2014)
Penelitian pendahuluan dilakukan
menggunakan pendekatan penelitian
eksploratori yang secara umum digunakan untuk meneliti/ menggali informasi suatu yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenal dengan baik (Marczyk, G., DeMatteo, D., & Festinger, D., 2005).
Lokasi penelitian meliputi: 1) limaperguruan tinggi yang memiliki Jurusan Pendidikan Biologi (Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja, Universitas Panji Sakti(UNIVAS) Singaraja, IKIP Saraswati Tabanan, IKIP PGRI Denpasar, dan
Universitas Mahasaraswati (UNMAS)
Denpasar), 2) lima Desa Pakraman di Bali yang tersebar pada lima kabupaten/kota (Desa Pakraman JatiluwihTabanan, Desa Pakraman
SukawatiGianyar, Desa Pakraman
PenglipuranBangli,Desa Pakraman
TengananKarangasem, dan Desa Pakraman Banyuning Buleleng), dan 3) delapan perpustakaan di Provinsi Bali (Museum Bali, Gedung Kertya Singaraja, Pusat Dokumentasi kebudayaan (PUSDOK) Bali, Perpustakaan Wilayah Daerah Bali, Perpustakaan Fakultas
Sastra Universitas Udayana (FS UNUD), Perpustakaan Universitas Dwijendra, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTPB) di Denpasar, dan Museum Subak di Tabanan).
Untuk menjamin validitas hasil penelitian, triangulasi data, yaitu pendekatan
multimetode yang dilakukan dalam
pengumpulan data (Basrowi & Suwandi, 2008), dilakukan melalui analisis dokumen, wawancara mendalam, dan observasi. Analisis dokumen dilakukan secara kualitatif terhadap teks, gambar dan simbul untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, memahami makna, signifikansi serta relevansinya dalam pengelolaan dan pemanfatan tumbuhan dalam upacara keagamaan. Narasumber dalam wawancara mendalam ditentukan dengan tekniksnow ball sampling, dimulai dengan narasumber yang diperkirakan memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenai kearifan lokal yang berkaitan dengan tumbuhan. Selanjutnya dari narasumber ini diminta menunjuk narasumber berikutnya untuk diwawancarai, demikian seterusnya sampai diperoleh informasi yang relatif jenuh. Aspek yang ditanyakan mencakuppengenalan, pengklasifikasian, pemberian nama, dan pemanfatan, dan pengimbasan etnobotani dari generasi tua ke generasi muda.
Observasi dilakukan terhadap lima Desa Pakraman di lima kabupaten berbeda. Pemilihan sampel desa pakraman didasarkan atas pertimbangan: 1) masyarakat Desa
Pakraman masih memegang teguh
pemanfaatan tumbuhan untuk kegiatan adat dan budaya Bali; 2) praktik ritual keagamaan yang berhubungan dengan penggunaan tumbuhan sebagai sarana upakara masih lestari; 3) tradisi dalam pemanfaatan tumbuhan tinggi yang relatif berbeda; 4) topografi kelima desa pekraman berbeda (Desa Pakraman Jatiluwih di Pegunungan, Desa Pakraman Penglipuran di daerah pertengahan, dan Desa Pakraman Sukawati di pesisir pantai, Desa Pakraman Tenganan merupakan desa wisata dan termasuk desa kuno, dan Desa Pakraman Banyuning termasuk semi urban). Perbedaan lokasi ini diharapkan dapat mengungkap kekayaan dan keragaman kearifan lokal dalam pengelolaan tumbuhan.
Draf buku ajar botani tumbuhan tinggi diuji validitas isi melibatkan 10 desen ahli pendidikan dari 4 perguruan tinggi di Bali. Kesepuluh dosen tersebut diantaranya: empat orang dari IKIP Saraswati Tabanan, 2 orang dari IKIP PGRI Bali, 2 orang dari Universitas Mahasaraswati Denpasar (UNMAS), dan yang terakhir 2 orang dari Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja (UNDIKSHA). Buku
82
direview berdasarkan instrumen penilaian buku yang dikembangkan mengacu pada instrumen penilaian buku yang dikembangkan oleh BSNP ditambah dengan indikator khusus unsur etnobotani. Kualifikasi skor yang diberikan seperti yang tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Pedoman Kualifikasi Skor Penilaian Draf Buku Botani Tumbuhan Tinggi Terintegrasi EtnobotaniTabel 1. Pedoman Kualifikasi Skor Penilaian Draf Buku Ajar IPA SD Terintegrasi Kearifan Lokal
Rentang Skor skor rata-rata
Kualifikasi Kelayakan 9 – 10 Baik sekali Sangat Layak
6 – 8 Baik Layak
3 – 5 Kurang Tidak layak 1 – 2 Kurang sekali Sangat tidak
layak (BSNP, 2014)
Semua data yang didapatdianalisis secara deskriptifdengan bantuan Microsoft Office Excel 2007.
Hasil dan Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil penelusuran dokumendari delapan perpustakaan yang ada di Bali, ditemukan 20 dokumen terkait etnobotani. Hasil rinci terangkum sesuai dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Buku Terkait Etnobotani
No Sumber dokumen Jumlah buku Jumlah halaman
terkait
1 Museum Bali 1 42
2 Gedung Kertya Singaraja 2 170
3 Pusat Dokumentasi kebudayaan (PUSDOK) Bali 6 249
4 Perpustakaan Wilayah Daerah Bali 1 183
5 Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana (FS UNUD) 1 58
6 Perpustakaan Universitas Dwijendra 1 45
7 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTPB) Denpasar 4 163
8 Museum Subak Tabanan 4 44
Total 20 954
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa, dokumen yang terkait etnobotani sebanyak 20 buku, jumlah yang sangat terbatas. Jumlah total halaman 954. Jumlah halaman terkait etnobotani terbanyak diperoleh dari PUSDOK Bali dengan persentase 26%. Sedangkan jumlah halaman terkait yang paling sedikit diperoleh dari Museum Bali yaitu sebesar 4%.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap para pakar sarana ritual Hindu/ Srati, para ahli pengobatan tradisional Bali, rserta tokoh masyarakat, diketahui bahwa identifikasi dan klasifikasi tumbuhan didasarkan atas persamaan ciri-ciri morfologis yang dimiliki tumbuhan. Ciri morfologis utama yang digunakan adalah bagian daun dan batang tumbuhan. Selain dari daun dan batang, membedakan jenis tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya juga berdasarkan bentuk bunga, buah, dan bijinya. Pemberian nama tumbuhan secara lokal untuk bisa membedakan jenis tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya tidak dapat dijelaskan. Semua responden memberikan jawaban bahwa nama tumbuhan yang dikenalnya merupakan warisan yang diperoleh dari orang tuanya. Namun pada beberapa kasus, pemberian nama khususnya pada bambu berdasarkan atas kegunaan bambu tersebut untuk kehidupan masyarakat. Contohnya
pemberian nama ―bambu tali‖, karena bambu tersebut digunakan sebagai tali.
Berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan untuk berbagai kebutuhan hidup,masyarakat Hindu Bali memiliki tradisi kuat yang tumbuh di masyarakat yaitu
masyarakat Hindu Bali memberikan
penghormatan kepada tumbuhan sebagai bentuk terima kasih terhadap kesejahteraan yang diperolehnya melalui upacara Tumpek Bubuh/ Tumpek Wariga. Dalam ritual ini, masyarakat menghaturkan sesajen berupa
banten yang ditujukan kehapan Dewa
Sangkara (manifestasi Tuhan) sebagai penguasa dunia tumbuhan.
Hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan bahwa, pengetahuan tradisional tentang identifikasi, klasifikasi, dan pemanfaatan tumbuhan tinggi diimbaskan melalui praktik peniruan, praktik budidaya, praktik pembuatan sarana upakara, dan pengimbasan secara oral dari mulut ke mulut. Responden menyebutkan bahwa pengetahuan etnobotani tanaman upacara hanya sedikit diimbaskan melalui tulisan (buku/lontar). Pengimbasan melalui tulisan hanya terjadi pada kalangan masyarakat tertentu seperti di kalangan kasta Brahmana yang memamng lebih banyak memiliki lontar dibandingkan masyarakat umumnya.
Dari hasil wawancara, dan observasi dari lima Desa Pakraman di Bali, diperoleh data mengenai jumlah keanekaragaman
83
tumbuhan tinggi yang teridentifikasi dan sering dimanfaatkan oleh masayarakat, jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dalam sarana upacara, dan jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dalam sarana pengobatan tradisional Bali seperti yang terangkum dalam Tabel 3.Tabel 3. Jumlah Keanekaragaman Tumbuhan Tinggi, Tumbuhan Upacara Ritual, dan Tumbuhan Obat Tradisional Bali
Keterangan Jumlah
Keanekaragaman tumbuhan tinggi dari 5
Desa Pakraman
224
Tumbuhan Upacara 90 jenis Tumbuhan Obat 29 jenis
Data penelitian awal kemudian menjadi bekal dalam pengembangan draf buku. Berkaitan dengan pengembangan draf buku ajar, rincian hasil analisis skor rata-rata masing komponen buku dari
masing-masing reviewer, rata-rata total komponen buku beserta kualifikasinya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rincian Hasil Uji Validitas Isi Draf Buku Ajar Botani Tumbuhan Tinggi Terintegrasi Etnobotani Masing-masing Komponen dan Total Komponen.
Komponen Rata-rata Komponen Kualifikasi/ Kelayakan Kelayakan isi 7,80 Baik Penyajian 7,60 Baik Kebahasaan 7,58 Baik Kegrafikaan 7,44 Baik Total 7,60 Baik/ Layak
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilukiskan rangkuman skor rata-rata untuk masing-masing komponen dan total komponen seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Skor Rata-rata draf Buku Botani Tumbuhan Tinggi Terintegrasi Etnobotani untuk Masing-masing komponen dan Total Komponen
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa skor rata-rata seluruh komponen penilaian (kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikaan) tergolong dalam kualifikasi baik. Demikian juga skor total draf buku sebesar 7,60 yang tergolong ke dalam kualifikasi baik.
Pembahasan
Berdasarkan hasil studi dokumen yang telah dilakukan, untuk sementara, secara umum dapat dikatakan bahwa dokumen terkait etnobotani Hindu Bali masih sangat minim. Kemungkinan besar minimnya hasil tersebut berkaitan dengan budaya masyarakat bali yang masih dominan budaya tutur, berbeda dengan budaya bangsa eropa yang lebih dominan dengan budaya tulis. Namun demikian, mengingat keterbatasan peneliti, kemungkinan besar dokumen yang terkait ritual keagamaan sebagian besar masih tertuang dalam bentuk lontar yang hanya dimiliki dan dipahami oleh segelintir tokoh atau masyarakat biasa. Temuan ini membuka
peluang bagi pemerintah, praktisi, maupun pemerhati budaya untuk mulai melakukan dokumentarisasi segala hal yang berkaitan dengan etnobotani yang sangat penting maknanya dalam melestarikan warisan budaya kepada generasi penerus. Dengan catatan, usaha dokumentarisasi tersebut hasilnya haruslah mudah dipahami oleh segala kalangan dan berbasis teknologi kekinian sehingga dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja. Hasil studi dokumen setidaknya memberikan bayangan dasar tentang etnobotani untuk dijadikan dasar dalam lebih mengenal ritual keagamaan yang berkaitan dengan tumbuhan. Berkaitan dengan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakaukan, dapat kita gambarkan secara umum bahwa cara
masyarakat Bali dalam mengenal,
mengelompokkan, serta memberi nama, masih dilakukan secara tradisional berbasis panca indera melalui ciri-ciri morfologis yang tampak pada tumbuhan mulai dari bentuk batang, daun, bunga, buah, dan bijinya. Teknik
SK OR R A TA -R A TA KOMPONEN
84
ini sudah dilakukan sejak jaman dulu. Teknik pengidentifikasian tersebut dipilih karena nilai kepraktisannya bagi pengguna. Cara ini tidak banyak diimbaskan lewat dokumen tertulis. Pengimbasan pengetahuan tradisional lebih banyak dilakukan secara oral dan melalui pengalaman langsung.Berkaitan dengan pengembangan draf buku, masih diperlukan adanya revisi untuk menyempurnakan kualitas daraf buku yang telah disusun pada seluruh komponen. Perhatian perbaikan yang lebih diperlukan pada komponen penyajian, kebahasaan dan kegrafikaan. Sesuai catatan para reviewer, dalam hal penyajian perlu diperhatikan kembali kerunutan serta konsistensi materi. Bab awal merupakan prasyarat untuk menguasai bab selanjutnya sehingga pembaca dari awal dituntun untuk lebih mudah dalam memahami isi buku selanjutnya. Materi dari awal terus terkait dengan materi setelahnya sehingga pengetahuan pembaca secara berangsur-angsur terus ditingkatkan dan pada akhir buku pembaca memiliki pengetahuan yang runut dan komprehensif. Berkaitan dengan komponen kebahasaan, reviewer ahli bahasa menekankan perlunya penulisan sesuai dengan ejaan baku yang telah disempurnakan. Draf buku yang disusun terintegrasi dengan etnobotani kehidupan budaya masyarakat Bali. Dengan demikian sangat banyak penggunaan istilah-istilah, nama tumbuhan, nama kegiatan, dan yang lainnya dalam bahasa daerah Bali yang perlu direvisi untuk memenuhi aturan EYD. Berkaitan dengan komponen kegrafikaan, sesuai dengan catatan reviewer, revisi besar-besaran perlu dilakukan mulai dari sampul sampai ilustrasi dalam isi buku. Masukan untuk sampul buku adalah adanya desain yang mampu mengilustrasikan isi buku yaitu gabungan antara botani tumbuhan tinggi dan etnobotani. Dari segi ilustrasi dalam isi buku perlu dirombak terutama tata letak dan proporsi serta kualitas foto-foto yang perlu diperbesar dan diperjelas sehingga tidak kelihatan buram. Disamping itu, ukuran huruf juga mendapat sorotan karena huruf yang digunakan dirasa terlalu kecil yaitu calibri 11. Untuk komponen yang lain, walaupun secara umum tergolong ke dalam kualifikasi baik, juga akan tetap diperbaiki khususnya butir-butir yang mendapat catatan perbaikan oleh para
reviewer. Dengan demikian, harapannya kualitas draf buku akan lebih meningkat. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya banyak peluang dalam upaya mengintegrasikan etnobotani masyarakat Hindu Bali ke dalam buku ajar botani tumbuhan tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hasil pengembangan draf buku ajar tergolong baik dan layak untuk diuji coba pada tahap selanjutnya.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang turut berkontribusi dalam penelitian khususnya kepada para narasumber yang telah bersedia diwawancarai serta staf perpustakaan yang kami kunjungi atas bantuan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Adiputra, Nyoman. (2011). Tanaman Obat, Tanaman Upacara, dan Pelestarian Lingkungan. Jurnal Bumi Lestari, 11(2), 346-354.
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta.
Marczyk, G., DeMatteo, D., & Festinger, D. (2005). Essentials of Reasearch Design and Methodology. USA: John Wiley & Sons, Inc
Mesfin, K., Tekle, G., & Tesfay, T. (2013). Ethnobotanical Study of Traditional Medicinal Plants Usedby Indigenous People of Gemad District, Northern Ethiopia. Journal of Medicinal Plants
Studies,1(4), 32-37.
[Online]http://www.plantsjournal.
com/vol1Issue1/Issue_july_2013/11.1.pdf. diakses 21 Agustus 2014.
Richey, R.C., & Klein, J.D. (2014). Design and Development Research: Method, Strategies, and Issues. London: Routledge Sukarata, Made. (1999). ― Pengenalan dan
PemahamanLocal Genius Menghadapi Era Globalisasidi Indonesia‖, dalam Nirmala, Surabaya,Jurusan Desain Komunikasi Visual,Fakultas Seni dan Desain-UniversitasKristen Petra, 1(1), H 43.