• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun oleh : DEVITASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun oleh : DEVITASARI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN

MENTAL PADA TN. S DENGAN MASALAH GANGGUAN

KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

DIRUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

JAKARTA TIMUR TANGGAL 08 S/D 10 Mei 2018

Disusun oleh :

DEVITASARI

2015750010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” yang merupakan bagian persyaratan yang harus dipenuhi dalam menempuh ujian akhir Diploma III Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun karya tulis ilmiah.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis berikan kepada:

1. Dra. Muhammad Hadi, S.KM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp. Kep.An, selaku KA. Prodi Akademi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ns. Nuraenah, S.Pd, M. Kep, selaku penguji 1, wali akademik serta dosen pembimbing penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

4. Ns. Isnaini, S.Kep.M.Kes, selaku penguji II yang telah memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

5. Seluruh dosen serta staff Program D III Keperawatan FIK UMJ selaku dosen pembimbing institusi yang telah memberikan bekal ilmunya kepada penulis selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

(5)

iv

6. Kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga saya atas do’a dan kasih sayang yang tulus dan besar kepada saya, sehingga saya dapat terus bersemangat dan mewujudkan cita-cita.

7. Kepada teman-teman tim KTI Keperawatan Jiwa yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dan memberikan dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Akademi Keperawtan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 33, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik agar penulis dapat gunakan sebagai perbaikan pada masa yang akan dating. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dibidang kesehatan. Amin.

Alhamdulillahirabil’alamin

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Jakarta, Mei 2018 Penulis

DEVITASARI 2015750010

(6)

v DAFTAR ISI Hal Lembar Persetujuan...i Lembar Pengesahan...ii Kata Pengantar...iii Daftar Isi...v BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Tujuan Penulisan...7 C. Ruang lingkup...8 D. Metode Penulisan...8 E. Sistematika Penulisan...9

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia...10

B. Definisi...11

C. Psikodinamika...13

1. Etiologi...13

2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah...14

3. Komplikasi...14 D. Rentang Respon...15 E. Pengkajian Keperawatan...16 F. Pohon Masalah...22 G. Diagnosa Keperawatan...22 H. Perencanaan Keperawatan...23 I. Penatalaksanaan Keperawatan...29 J. Evaluasi Keperawatan...32

BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan...33 B. Pohon Masalah...42 C. Diagnosa Keperawatan...43 D. Perencanaan Keperawatan...44 E. Penatalaksanaan Keperawatan...50 F. Evaluasi Keperawatan...59 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan...64 B. Diagnosa Keperawatan...67 C. Perencanaan Keperawatan...68 D. Penatalaksanaan Keperawatan...69 E. Evaluasi Keperawatan...71

(7)

vi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...73 B. Saran...76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KEGIATAN HARIAN

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Sheila L. Videback, 2008).

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU kesehatan Jiwa No.3 tahun 1966).

Sedangkan menurut (WHO dalam buku konsep dasar keperawatan jiwa, 2011), kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

ANA (America Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kaitnya (Stuart, 2007). Sedangkan menurut (Depkes RI, 1998), setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien.

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku, hal itu terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku dan persepsi (penangkapan panca indera).

(9)

2

Gangguan jiwa menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart, 2016). Menurut Townsend (2010) gangguan jiwa adalah respons maladaptif terhadap stressor dari lingkungan dalam atau luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural serta mengganggu sungsi sosial, kerja, dan fisik individu.

Menurut American Psychiatric Association (2011), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis, yang terjadi pada seseorang berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respons tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.

Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech, Wiliam dan Rawlin, 2009). Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2006). Salah satu gangguan jiwa adalah skhizofrenia.

Skizofrenia adalah suatu psikosis fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni antara proses pikir, afek atau emosi.

(10)

3

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia adalah sindrom etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan distur gangguan kognisi, emosi, persepsi, pemikiran, dan perilaku. (Ns. Sutejo, M.Kep., Sp. Kep. J dalam buku Keperawatan Kesehatan Jiwa). Skhizofrenia adalah sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku socialnya (Melinda Hermann, 2008).

Survei WHO (2006) terhadap 982 keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa menunjukkan 51% klien kambuh akibat berhenti minum obat, dan 49% kambuh akibat mengubah dosis obat tanpa anjuran dokter. Di Indonesia, pravalensi penderita skizofrenia mencapai 0,3 sampai 1% dan biasanya mulai tampak pada usia sekitar 18 sampai 45 tahun, namun ada pula yang mulai menunjukkan skizofrenia pada usia 11 sampai 12 tahun. Sehingga dapat di asumsikan, jika penduduk Indonesia sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut WHO (2008), kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak mengalami gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang merupakan perawatan langsung, komunikasi, dan manajemen yang bersifat positif, menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian setiap individu. Dengan demikiran seseorang dikatakan sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal amupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir & Muhitd, 2011).

(11)

4

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2009). Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000). Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah merupakan evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).

Komponen-komponen konsep diri (Struart, 2009) sbb: 1. Citra tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang dimiliki.

2. Ideal tubuh

Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. 3. Harga diri

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. 4. Peran

Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di ambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.

5. Identitas diri

Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

(12)

5

Klien yang mengalami Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah tidak diatasi akan beresiko melakukan perilaku kekerasan baik pada diri sendiri ataupun orang lain sehingga pentingnya peran perawat. Peran perawat dalam menanggulangan klien dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah meliputi upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative.

Adapun promotif adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gangguan jiwa harga diri rendah pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mulai dari pengertian, penyebab, sampai kompilkasi ketika tidak ditangani untuk meningkatkan kesehatan jiwa. Sedangkan preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh tim perawat dalam mencegah terjadinya Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Kuratif adalah peran perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah secara mandiri serta memberikan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan pasien Harga Diri Rendah mengenali aspek positif yang dimiliki. Rehabilitative adalah usaha mengembalikan penderita kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat terutama dengan gangguan jiwa pada pasien Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2016, kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia

(13)

6

untuk jangka panjang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Berdasarkan data statistik di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.

No. Masalah 2016 2017 2018

(Januari-April)

1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

546 jiwa 393 jiwa 54 jiwa

2. Resiko perilaku kekerasan

170 jiwa 43 jiwa 4 jiwa

3. Isolasi sosial 18 jiwa 24 jiwa 3 jiwa 4. Gangguan konsep

diri : Harga diri rendah

8 jiwa 2 jiwa 2 jiwa

Berdasarkan hasil analisa data di atas angka klien Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah berada pada urutan keempat, jika klien dengan harga diri rendah tidak ditangani akan berakibatkan individu tersebut mengisolasi diri dari orang lain, tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Kondisi yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan sensori persepsi: Halusinasi, jika gangguan persepsi sensori halusinasi tidak di tangani akan mengakibatkan resiko perilaku kekerasa, sehingga pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan manusia seutuhnya meliputi biologis, psikologis, social, budaya dan spiritual, yang sangat dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sehingga sangat diharapkan sekali dapat

(14)

7

membangun kembali kepercayaan dirinya dalam membina hubungan dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya secara bertahap.

Oleh karena itu penulis sangat tertarik sekali untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmuah dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Paikososial dan Kesehatan Mental Pada Tn. S Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur” selama 3 hari dari tanggal 8 s/d 10 Mei

2018.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah agar dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan masalah Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

b. Mampu menentukan masalah keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawtan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

(15)

8

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus dalam praktik Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat serta dapat mencari solusi/alternatif pemecahan masalah pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membahas tentang Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikosisoal dan Kesehatan Mental pada Tn. S dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan, dimana penulis menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada Tn. S Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender dalam bentuk narasi. Sedangkan tehnik yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan neknik wawancara, observasi dimana penulis terlihat langsung semala 3 hari dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan.

(16)

9 E. Sistematika Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini di tulis dalam 5 bab yang ditulis secara sistematika tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab:

BAB I : Pendahulan

Berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Konsep Dasar

Berisi definisi, etiologi, proses terjadinya masalah, rentang respon, komplikasi dan asuhan keperawatan.

BAB III : Tinjauan Kasus

Berisi pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evalusi.

BAB IV : Pembahasan

Berisi perbandingan masalah konsep dan kasus. BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka

Daftar Lampiran Hidup Lampiran

(17)

10 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan psikologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 1997).

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar menusia dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai berikut. 1. Penyakit

Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

2. Hubungan Keluarga

Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.

3. Konsep Diri

Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

(18)

11

4. Tahap Perkembangan

Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

B. DEFINISI

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2009). Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi idividu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara individu memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan spiritual (Bech, Wiliam dan Rawlin, 2006).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita, harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia (Budi anna keliat, 2009). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000). Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau

(19)

12

kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).

Komponen-komponen konsep diri (stuart, 2009) 1. Citra Tubuh (Body Image)

Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang dimiliki. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.

2. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal yang diyakini. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita- cita, keinginan, harapan tentang dirinya sendiri.

3. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. 4. Peran Diri (Self Role)

Peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.

5. Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Pembentukan identitas dimulai

(20)

13

pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

C. PSIKODINAMIK

1. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Menurut Abdul Muhith (2015) berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :

(dalam buku Pendidikan Keperawatan Jiwa, Abdul dan Muhith, hal 110)

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku dengan harga diri yang rendah, kerancuan identitas, dan depersonalisasi.

2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya Harga Diri Rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri Harga Diri Rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. (dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, hal 262)

1) Situasional : Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma secara tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, perkosaan, dipenjara, perceraian, putus sekolah, putus hubungan kerja,

(21)

14

Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.

2) Kronik : Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik adalah perasaan negativ terhadap diri berlangsung lama, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah

Coopersmith dalam buku stuart dan sundeen (2002) menyatakan bahwa ada empat hal yang dapat meninggkatkan Harga Diri Rendah, yaitu: (dalam buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.pdf, hal 94)

a. Memberi kesempatan untuk berhasil. b. Menanamkan idealisme.

c. Mendukung aspirasi/ide. d. Membantu membentuk koping.

3. Komplikasi

Komplikasi Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain bisa mengakibatkan resiko perilaku kekerasan.

D. Tanda dan Gejala

Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, menurut Fitria (2009) :

1. Mengkritik diri sendiri 2. Perasaan tidak mampu

3. Pasangan hidup yang pesimistis 4. Tidak menerima pujian

5. Penurunan produktivitas

(22)

15

7. Kurang memperhatikan perawatan diri

8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan bicara

9. Lebih banyak menunduk

10. Bicara lambat dengan nada suara lemah

E. Rentang Respon

Menurut Stuart G.W, 2006 :

Adaptif Maladaptif

Aktuali Konsep Gangguan Kekacuan Depersonalisasi sasi Diri Diri Harga diri Identitas / tidak personal diri

Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rantang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptive (Stuart G.W, 2006) sebagai berikut : 1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien menghadapi suatu

masalah dapat menyelesaikan masalah dengan baik :

a. Aktualisasi diri adalah penyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

b. Konsep diri positif adalah merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta idntitas dirinya yang positif.

2. Respon mal-adaptif Gangguan konsep diri adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.

(23)

16

a. Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

b. Kerancuan identitas meurapakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan sebagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

F. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan meliputi factor predisposisi, factor presipitasi perilaku klien dan mekanisme koping klien.

(Dalam buku ajar Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Harga Diri, Ns. Muhammad Suhron, hal 10)

1. Factor Predisposisi a. Citra Tubuh

1) Operasi kehilangan atau kerusakan bagian tubuh.

2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat tumbuh kembang atau penyakit.

3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.

4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi atau ketergantungan terhadap mesin.

b. Harga diri

1) Penolakan orang tua.

2) Ideal diri yang tidak realistis. 3) Gangguan fisik dan mental.

4) Sistem keluarga yang tidak berfungsi. 5) Pengalaman traumatik yang berulang. c. Ideal diri

1) Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

2) Faktor budaya yang mempengaruhi individu menetapkan ideal diri

(24)

17

3) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas, dan rendah diri.

4) Kebutuhan yang realistis

5) Keinginan untuk menghindari kegagalan 6) Perasaan cemas dan rendah diri

d. Peran

1) Konflik peran interpersonal. 2) Contoh peran yang tidak adekuat. 3) Kehilangan hubungan yang penting. 4) Perubahan peran seksual.

5) Keragu-raguan peran.

6) Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua.

7) Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran. 8) Ketergantungan obat.

9) Kurangnya keterampilan sosial. 10) Perbedaan budaya.

11) Harga diri rendah

12) Konflik antar peran yang sekaligus diperankan. e. Identitas diri

1) Ketidak percayaan orang tua. 2) Tekanan dari teman sebaya. 3) Perubahan struktur social.

2. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal atau eksternal seperti :

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

(25)

18

Menurut Hermann (2011) faktor presipitasi meliputi : a. Hilangnya sebagian anggota tubuh.

b. Berubahnya penampilan atau bentuk tubuh. c. Mengalami kegagalan

d. Menurunnya produktivitas

3. Perilaku

Menurut Stuart (2006) (Dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Diri , hal 7).

a. Citra tubuh

1) Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yg berubah. 2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. 3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri. 4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh

5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang. 6) Mengungkapkan keputusasaan

7) Mengungkapkan ketakutan ditolak. 8) Depersonalisasi

9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. b. Harga diri rendah

1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain. 2) Penurunan produktivitas.

3) Gangguan dalam berhubungan. 4) Perasaan tidak mampu.

5) Rasa bersalah. 6) Keluhan fisik.

7) Pandangan hidup yang bertentangan. 8) Mudah tersinggung atau marah berlebihan. 9) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri. 10) Menarik diri secara sosial.

11) Menarik diri dari realitas. 12) Khawatir.

(26)

19

c. Peran

1) Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran.

2) Mengingkari atau menghindari peran. 3) Kegagalan transisi peran.

4) Ketegangan peran.

5) Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran. 6) Proses berkabung yang tidak berfungsi.

7) Kejenuhan pekerjaan. d. Kerancuan identitas

1) Tidak ada kode moral.

2) Sifat kepribadian yang bertentangan. 3) Perasaan hampa.

4) Perasaan mengambang tentang diri sendiri. 5) Kerancuan gender.

6) Tingkat ansietas yang tinggi.

7) Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain. 8) Kehilangan keautentikan.

9) Masalah intimasi. e. Depersonalisasi

1) Afektif

a) Mengalami kehilangan identitas b) Perasaan terpisah dari diri sendiri.

c) Perasana tidak aman, rendah, takut, malu. d) Perasaan tak realistis

2) Perseptual

a) Halusinasi pendengaran dan penglihatan. b) Kebingungan tentang seksualitas diri.

c) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain. d) Gangguan citra tubuh.

(27)

20

3) Kognitif a) Bingung

b) Disorientasi waktu

c) Gangguan berpikir, daya ingat, penilaian.

d) Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama.

4) Perilaku

a) Afek yang tumpul.

b) Keadaan emosi yang pasif dan tida berespons. c) Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik. d) Kurang spontanitas dan animasi.

e) Khilangan kendali terhadap impuls.

f) Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan.

g) Menarik diri secara sosial.

G. Mekanisme Koping

a. Jangka Pendek

1) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga, kontes popularitas).

2) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas (musik keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus).

3) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagamaan, politik).

4) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara (penyalahgunaan obat).

b. Jangka Panjang

Menutup identitas dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri. Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang lain.

(28)

21

c. Identitas Negatif

Yaitu asumsi identitas yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai dan harapan masyarakat.

d. Pertahanan ego

Yaitu reaksi individu untuk memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta harga diri. (Dalam buku ajar Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Harga Diri, Ns. Muhammad Suhron, hal 10)

1) Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru. 2) Disasosiasi adalah respons yang tidak sesuai dengan stimulus. 3) Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan

luar.

4) Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dan dilontarkan pada orang lain.

5) Displacement adalah mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

(29)

22 H. Pohon Masalah

Pohon masalah yang ada pada Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah sebagai berikut:

(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, hal )

Resiko Isolasi Sosial Akibat

C/P

Ideal Diri Penyebab

Stuart, 2006

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu dan keluarga, masalah kesahatan atau proses kehidupan atau actual maupun potensial (Nanda, 2011).

Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :

(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, hal ) 1. Harga Diri Rendah

2. Resiko Isolasi Sosial 3. Citra Tubuh (Body image)

(30)

23 J. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mngurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

No. Dx

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

TUM: Klien memiliki konsep diri yang positif.

TUK:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

1. Setelah … kali pertemuan klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:  Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal. Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

(31)

24

klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.  Perkenalkan diri dengan sopan.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.  Jelaskan tujuan pertemuan.  Jujur dan menepati janji.  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.  Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2) Klien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

2. Setelah … kali pertemuan klien menyebutkan:  Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien. 2.1 Diskusikan dengan klien tentang  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan. Diskusikan tingkat kemampuan klien menilai realitas, control diri atau integritas ego

sebagai dasar asuhan keperawatan.

(32)

25  Aspek positif keluarga.  Aspek positif lingkungan klien.  Kemampuan yang dimiliki klien. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.  Kemampuan yang dimilki klien.

2.3 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin mendapat pujian. 3) Klien dapat menilai kemampuan yang

dimiliki untuk dilaksanakan.

3. Setelah … kali pertemuan klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan. 3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasat untuk berubah.

(33)

26 3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya. Pengertian tantang kemampuan yang dimiliki diri

motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya. 4) Klien dapat merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4. Setelah … kali pertemuan klien membuat rencana kegiatan harian. 4.1 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:  Kegiatan mandiri  Kegiatan dengan bantuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Klien perlu bertindak sevara realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiata.

(34)

27

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

5. Setelah … kali pertemuan klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat. 5.1 Anjurkan klien untuk meaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

5.2 Pantau kegitan yang

dilaksanakan klien.

5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan Memberikan kesempatan kepada klien dirumah. Mengetahui kegiatan apa saja yg sudah dilakukan oleh klien.

Reinforment positif akan meningkatkan harga diri. Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa

(35)

28

6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

6. Setelah … kali peremuan klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga. 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah. Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah. Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah.

(36)

29 K. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan keperawatan. Jenis tindakan pada penatalaksanaan keperawatan ini terdiri dari tindakan mandiri. Saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan atau ketergantungan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan (Ernawati, dkk, 2009).

1. Komunikasi Terapeutik

Menurut stuart G, W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahap yaitu: tahap persiapan atau tahap prainteraksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik terdiri dari :

a. Fase Prainteraksi

Prainteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontrak pertama.

b. Fase Perkenalan atau Orientasi

Fase ini mulai dengan pertemuan dengan kilen dalam memulai hubungan, tugas utama pada fase hubungan ini adalah membina hubungan rasa saling percaya, pengertian, penerimaan, dan berkomunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Membuat kontrak merupakan proses timbal balik dimana klien berpartisipasi secara penuh. Kontrak dimulai dengan perkenalan perawat dan klien, saling mengenalkan nama, penjelasan tentang peran termasuk tanggung jawab dan harapan klien dan perawat, kesepakatan tentang tujuan dan kerahasiaan.

(37)

30

Pada fase kerja, perawat dank lien mengeksplorasikan atau menggali stressor yang tepat dan mendorong atau meningkatkan perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan perubahan klien. Perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif merupakan fokus pada fase ini. d. Fase Terminasi

Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik antara perawat dank lien. Tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas persiapan yang tidak dapat diingkari. Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping kesiapan.

1) TAK Stimulasi Persepsi

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaikan masalah.

a. Tujuan : Tujuan umum

TAK stimulasi persepsi: Harga Diri Rendah adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.

Tujuan khusus

1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.

2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

3) Klien dapat menilai hal positif dirinya yang dapat digunakan. 4) Klien dapat memilih hal positif dirinya yang akan dilatih. 5) Klien dapat melatih hal positif dirinya yang telah dilatih

(38)

31

6) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.

b. Aktivitas dan indikasi

Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.

1) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.

a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi: menonton televisi.

b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi: membaca majalah/Koran/artikel.

c) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi: melihat gambar.

2) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan Harga Diri Redah.

Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:

a) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengidentifikasi aspek yag membantu harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup (dirumah dan dirumah sakit).

b) Terapi Aktvitas Kelompok stimulasi persepsi: melatih kemampuan yang dapat digunakan dirumah sakit dan dirumah.

c. TAK stimulasi

Dibagi menjadi dua sesi yaitu:

Sesi 1 : Mengidentifikasi hal yang positif pada diri.

(39)

32

L. Evaluasi Keperawatan (Ernawati, dkk, 2009)

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau simotif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum, dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola piker, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri: Harga Diri Rendah : 1. Klien mampu mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

2. Klien mampu memilih hal positif dirinya yang dapat digunakan. 3. Klien mampu memilih hal positif diri yang akan dilatih atau dilakukan. 4. Klien mampu memperagakan hal positif diri yang telag dipilihnya. 5. Klien mampu menjadwalkan penggunaan kemampuan atau hal positif

(40)

33 BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menyajikan pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. S dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, yang dimulai pada tanggal 8 s/d 10 mei 2017 dengan melalui pendekatan dan proses keperwatan yang diawali dengan pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. Untuk mendapatkan data yang sesuai dalam mendukung karya tulis ilmiah ini, penulis melakukan metode wawancara dengan pasien, melalui pendekatan dan mencari fakta-fakta dan data pendukung dari pasien (Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah).

A. Pengkajian

Terlampir 1. Data dasar

2. Resume kasus tanggal 8 s/d 10 mei 2018

Nama klien Tn. S berusia 35 tahun, status belum menikah (masih bujangan), pasien anak pertama dari empat bersaudara, pasien beragama Islam, suku berasal dari Medan, pendidikan terakhir S1 ekonomi, saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan, klien tinggal di Jalan Hankam Raya, Ujung aspal, kelurahan jatiranggon.

Pasien rawatan yang ke 2, pernah dirawat inap sebelumnya di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender 1 tahun yang lalu dan pernah diruqyah tetapi pengobatan belum berhasil dengan alasan masuk tidak mau minum obat, pasien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender diantar oleh keluarganya (ibunya) pada tanggal 5 Mei 2018 dengan alasan masuk “klien gelisah sudah 4 hari, mulai ada perubahan perilaku, cemas berlebihan, sering menyendiri dikamar, keluarga mengatakan klien suka marah-marah tidak jelas dan klien tidak mau meminum obat”. Pada saat dikaji tanggal 8 Mei 2018 klien mengatakan sedang pusing dan depresi, merasa malu dan minder sama orang lain dan keluarganya karena klien belum menikah di usia yang sekarang ini 35 tahun, klien mengatakan ingin segera menikah, mempunyai pasangan serta anak, klien mengatakan

(41)

34

dirinya tidak berharga, klien mengatakan kecewa terhadap dirinya, klien mengatakan sering disakiti hatinya oleh perempuan-perempuan, klien mengatakan sering putus cinta, klien mengatakan tidak ada wanita yang mau dengan klien, klien mengatakan ingin seperti adiknya-adiknya yang sudah menikah, klien mengatakan sudah tidak bekerja lagi dikarenakan klien merasa tidak sesuai dengan orang sekitar, klien mengatakan merasa sering di bully atau dilecehkan dengan teman kerjanya, klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh keluarganya, klien mengatakan lebih senang menyendiri dikamar, klien mengatakan tidak dianggap oleh keluarganya, klien mengatakan saat klien sedang marah-marah keluarga hanya mengabaikannya, kontak mata kurang, klien mengatakan tidak mau minum obat, klien selalu memalingkan wajahnya kebawah tidak mau menatap perawat, klien tidak bisa duduk tegak, klien tampak mudah tersinggung, klien tampak berbicara keras, ekspresi klien tampak kesal, klien tampak selalu menyendiri dan berdiam diri dikamar, klien tampak sensitif saat disinggung soal pernikanan, klien tampak gelisah, klien tampak ketakutan, klien tidak bisa duduk tenang, wajah klien tampak murung dan sedih.

Klien adalah anak ke 1 dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama dengan ibunya, karena ayahnya sudah meninggal dunia kurang lebih 5 tahun yang lalu dan sedangkan adiknya sudah berkeluarga semua, oleh karna itu klien merasa minder dan malu karena belum menikah sampai saat ini di usia 35 tahun. Dalam anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, baik dari pihak anggota keluarga ibu ataupun dari pihak anggota keluarga ayahnya. Keluarga klien mengatakan selama dirumah klien jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah, dan klien tidak bekerja, klien tidak pernah ikut kegiatan masyarakat didaerah rumahnya. Keluarga klien mengatakan klien orang yang sangat tertutup jika ada masalah tidak pernah cerita dengan ibu atau anggota keluarga lainnya (adiknya), klien lebih memilih memendam masalahnya sendiri. klien mengatakan orang yang paling

(42)

35

berarti dalam dirinya adalah kedua orangtuanya karena menurut klien ibu dan almarhum ayahnya adalah orang yang sangat baik dan sayang kepada pasien. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD 130/90 mmHg, N 88 x/m, SH 36°C, RR 20 x/m.

Pasien berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender dibawa oleh ibunya karena terdapat perubahan perilaku dan klien tidak mau minum obat. Untuk kebutuhan dasar seperti makan, minum, berpakaian, mandi, BAB/BAK klien dapat melakukan secara mandiri.

Terapi medikal Oral: a. Clozapine 25 mg 2x1 tablet b. Seroquel 200 mg 1x1 tablet c. Heximer 2 mg 1x1 tablet 3. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif 1. Klien mengatakan sedang

pusing dan depresi. 2. Merasa malu dan minder

sama orang lain dan keluarganya karena klien belum menikah di usia yang sekarang ini 35 tahun. 3. Klien mengatakan ingin

segera menikah.

4. Klien mengatakan ingin mempunyai pasangan serta anak.

5. Klien mengatakan sering disakiti hatinya oleh perempuan-perempuan.

1. Kontak mata kurang. 2. Klien selalu memalingkan

wajahnya kebawah tidak mau menatap perawat.

3. Klien tampak mudah tersinggung.

4. Klien tampak selalu

menyendiri dan berdiam diri dikamar.

5. Pandangan mata klien tampak kosong

6. Klien tampak sensitif saat disinggung soal pernikanan. 7. Klien tampak gelisah.

(43)

36

6. Klien mengatakan sering putus cinta.

7. Klien mengatakan tidak ada wanita yang mau dengan klien.

8. Klien mengatakan dirinya tidak berharga.

9. Klien mengatakan kecewa terhadap dirinya.

10. Klien mengatakan ingin seperti adiknya-adiknya yang sudah menikah. 11. Klien mengatakan sudah

tidak bekerja lagi

dikarenakan klien merasa tidak sesuai dengan orang sekitar.

12. Klien mengatakan merasa sering di bully atau dilecehkan dengan teman kerjanya.

13. Klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh

keluarganya.

14. Klien mengatakan minder jika ada orang yang lebih dari dirinya.

15. Klien mengatakan ingin tidur/istirahat ketika ingin diajak ngobrol oleh perawat. 16. Klien mengatakan lebih

senang menyendiri.

9. Pandangan mata klien tampak tajam.

10. Ekspresi wajah klien tampak kesal.

11. Wajah klien tampak murung. 12. Klien tampak sedih.

13. Klien tampak malu untuk menceritakan statusnya. 14. Klien tidak bisa duduk tegak. 15. Klien belum menikah.

16. Klien pernah di rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender 1 tahun yang lalu. 17. Menurut keluarga klien putus

obat sejak beberapa bulan yang lalu.

18. Klien mengatakan tidak mau minum obat.

19. Klien mengatakan minum obat hanya membuat dirinya semakin lemah.

20. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil :

TD : 136/90 MMhG Nadi : 88 x/menit Suhu : 36 °C

Pernafasan : 20x/menit 21. Klien seorang sarjana

ekonomi

22. Mendapatkan terapi medikal : Clozapine 25 mg 2x1 tablet Seroquel 200 mg 1x1 tablet

(44)

37

17. Klien mengatakan tidak mau minum obat.

18. Klien mengatakan minum obat hanya membuat dirinya semakin lemah.

19. Ketika klien marah-marah keluarga hanya mengabaikan dirinya.

20. Klien merasa tidak dianggap oleh keluarganya.

Heximer 2 mg 1x1 tablet

4. Analisa Data Nama klien : Tn. S Usia : 35 tahun

Tanggal/jam Data fokus Masalah Keperawatan 8 Mei 2018

Jam 08.30

Data Subjektif :

1. Klien mengatakan sedang pusing dan depresi

2. Merasa malu dan minder sama orang lain dan keluarganya karena klien belum menikah di usia yang sekarang ini 35 tahun

3. Klien mengatakan ingin segera menikah

4. Klien mengatakan ingin mempunyai pasangan serta anak

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

(45)

38

5. Klien mengatakan sering disakiti hatinya oleh perempuan-perempuan

6. Klien mengatakan sering putus cinta

7. Klien mengatakan tidak ada wanita yang mau dengan klien

8. Klien mengatakan dirinya tidak berharga

9. Klien mengatakan kecewa terhadap dirinya.

10. Klien mengatakan sudah tidak bekerja lagi

dikarenakan klien merasa tidak sesuai dengan orang sekitar

11. Klien mengatakan merasa sering di bully atau dilecehkan dengan teman kerjanya

12. Klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh

keluarganya

13. Klien mengatakan minder jika ada orang yang lebih dari dirinya

Data Objektif :

1. Kontak mata klien kurang.

(46)

39

3. Ekspresi wajah klien tampak murung.

4. Klien tampak selalu menyendiri.

5. Klien selalu memalingkan pandangannya saat diajak ngobrol.

6. Klien tampak malu untuk menceritakan statusnya.

7. Klien belum menikah

8 Mei 2018 Jam 09.00

Data Subjektif

1. Klien mengatakan ingin tidur/istirahat ketika ingin diajak ngobrol oleh perawat. 2. Klien mengatakan lebih

senang menyendiri.

Data Objektif :

1. Klien tampak kurang berkomunikasi.

2. Klien tampak selalu berdiam diri dikamar.

3. Klien tampak menghindar saat diajak ngobrol oleh perawat.

4. Klien lebih sering memalingkan wajah dan sering menundukkan kepalanya.

(47)

40

8 Mei 2018 Jam 10.00

Data Subjektif :

1. Keluarga klien mengatakan saat dirumah klien selalu marah-marah.

2. Keluarga klien mengatakan saat dirumah klien selalu kesal dengan orang lain ataupun keluarganya.

Data Objektif :

1. Klien tampak sensitive ketika disinggung soal pernikahan.

2. Pandangan mata klien tampak tajam.

3. Ekspresi wajah klien tampak kesal Resiko Perilaku Kekerasan 8 Mei 2018 Jam 10.20 Data Subjektf :

1. Klien mengatakan pernah dirawat sebelumnya 1 tahun yang lalu

2. Klien mengatakan tidak mau minum obat

3. Klien mengatakan minum obat hanya membuat dirinya semakin lemah

Data Objektif :

1. Klien pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender selama 1 minggu.

Regiment Therapy in Efektif

(48)

41

2. Keluarga klien mengatakan klien pernah di ruqyah 3. Pengobatan kurang berhasil. 8 Mei 2018

Jam 10.45

Data Subjektif :

1. Klien merasa tidak dianggap oleh keluarganya.

2. Ketika klien marah-marah keluarga hanya mengabaikan dirinya.

Data Objektif :

1. Klien tampak diam 2. Klien tampak sedih 3. Klien tampak murung

Mekanisme koping keluarga tidak efektif 8 Mei 2018 Jam 11.00 Data Subjektif :

1. Klien mengatakan belum menikah.

2. Klien mengatakan ingin mempunyai istri dan anak. Tetapi diusia yang ke 35 tahun klien belum menikah, memiliki anak dan pasangan. 3. Klien mengatakan ingin

seperti adiknya-adiknya yang sudah menikah

4. Klien mengatakan merasa minder jika ada seseorang yang lebih dari dirinya. 5. Klien mengatakan tidak

bekerja.

(49)

42

Data objektif :

1. Klien tampak malu dan ragu untuk menceritakan

statusnya.

2. Klien tampak sedih 3. Klien belum menikah. 4. Klien seorang sarjana S1

Ekonomi.

5. Klien tampak tidak percaya diri.

B. Pohon Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan pohon masalah pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah sebagai berikut.

Resiko Perilaku kekerasan Resiko Isolasi Sosial C

Regiment threapy

In efektif CP

Mekanisme Koping

Keluarga tidak efektif Gangguan Ideal diri P Gangguan Konsep Diri :

Harga diri rendah

(50)

43 C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Resiko Isolasi sosial

3. Resiko perilaku kekerasan 4. Koping keluarga tidak efektif 5. Regiment therapy in efektif 6. Gangguan ideal diri

(51)

44 D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mngurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010).

No. Dx

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

TUM: Klien memiliki konsep diri yang positif.

TUK:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

1. Setelah 3 kali pertemuan klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:  Sapa klien dengan ramah, baik verbal Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

(52)

45

nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. maupun non verbal.  Perkenalkan diri dengan sopan.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.  Jelaskan tujuan pertemuan.  Jujur dan menepati janji.  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.  Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2) Klien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

2. Setelah 3 kali pertemuan klien menyebutkan:  Aspek positif dan kemampuan 2.1 Diskusikan dengan klien tentang  Aspek positif yang dimiliki Diskusikan tingkat kemampuan klien menilai realitas, control diri atau integritas ego

(53)

46 yang dimiliki klien.  Aspek positif keluarga.  Aspek positif lingkungan klien. klien, keluarga, lingkungan.  Kemampuan yang dimiliki klien. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.  Kemampuan yang dimilki klien.

2.3 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.

sebagai dasar asuhan keperawatan.

Reinforcement positif akan

meningkatkan harga diri.

Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin mendapat pujian. 3) Klien dapat menilai kemampuan yang

dimiliki untuk dilaksanakan.

3. Setelah 3 kali pertemuan klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan. 3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasat untuk berubah.

(54)

47 3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya. Pengertian tantang kemampuan yang dimiliki diri

motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya. 4) Klien dapat merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4. Setelah 3 kali pertemuan klien membuat rencana kegiatan harian. 4.1 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:  Kegiatan mandiri  Kegiatan dengan bantuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien lakukan Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Klien perlu bertindak sevara realistis dalam kehidupannya.

Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiata.

(55)

48

5) Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai rencana yang dibuat.

5. Setelah 3 kali pertemuan klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat. 5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. 5.2 Pantau kegitan yang dilaksanakan klien.

5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan Memberikan kesempatan kepada klien dirumah. Mengetahui kegiatan apa saja yg sudah dilakukan oleh klien. Reinforment positif akan meningkatkan harga diri.

Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa

dilakukan. 6) Klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

1. Setelah … kali peremuan klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga. 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah.

(56)

49 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 6.3 bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah. Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah.

(57)

50 E. Pelaksanaan Keperawatan

Berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien (Tn. S) dengan masalah gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah dapat evaluasi sebagai berikut : Hari Tgl/J am No. Dx KEP/ TUK Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi ( S O A P ) Nama / Paraf Selasa , 8 Mei 2018 J: 13.00 Dx :1 Sp :1 Point : 1-3 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan.

3. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien. Subjektif :  Klien mengatakan saat berada dirumah “setiap pagi klien merapikan tempat tidur, mandi, makan, menonton tv dan sholat 5 waktu”.  Klien mengatakan masih mampu merapihkan tempat tidur dan dan sholat kadang mengaji.

 Klien mengatakan selama di rumah sakit kegiatan yang masih dapat digunakan adalah merapihkan tempat tidur, menonton tv, dan sholat. Devita

(58)

51 Objektif :  Klien mampu menyebutkan kemampuan yang dimiliknya seperti: “menonton tv, merapihkan tempat tidur, minum obat teratur dan sholat 5 waktu.  Klien tampak mampu menilai kegiatan yang masih bisa digunakan di rumah sakit seperti “merapihkan tempat tidur dan sholat”.  Kontak mata klien kurang.  Pasien berbicara pelan dan lembut.  Klien tampak selalu ingin menyudahi pembicaraan dengan perawat.

(59)

52 Analisa : Sp 1 point 1-3 teratasi. Planning :  Pasien diharapkan mampu menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya seperti: “menonton tv, merapihkan tempat tidur, sholat 5 waktu”  Pasien diharapkan dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan seperti: “merapihkan tempat tidur dan sholat 5 waktu”  Perawat dapat memberikan motivasi kepada pasien dalam menyebutkan

(60)

53 kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya. Rabu, 9 mei 2017 J: 12 Dx : 1 Sp : 1 Point: 4-6 4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih. 5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien. 6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Subjektif :  Klien mengatakan kegiatan yang masih dapat digunakan adalah merapihkan tempat tidur, menonton tv dan kadang mengaji sehabis sholat.  Klien mengatakan senang melakukan kegiatan bersama.  Klien mengatakan akan memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian. Objektif :  Klien tampak senang setelah Devita

(61)

54 memperaktekkan kegiatan yang telah dipilihnya  Klien membuat jadwal kegiatan bersama perawat. Analisa : Sp 1 point 4-6 teratasi. Lanjut Sp 2. Planning :  Pasien diharapkan dapat memilih kemampuan yang dimilikinya seperti: “merapihkan tempat tidur, menonton tv, sholat tepat waktu dan mengaji”.  Perawat dapat memotivasi agar pasien selalu melakukan kegiatan positif yang telah dimilikinya.

(62)

55 Kamis /10 mei 2017 J: 12 Dx : 1 Sp : 2 Perte-muan: 1 1. Mengeveluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih kemampuan yang kedua pasien. 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Subjektif :  Klien mengatakan tidak lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.  Klien mengatakan mencuci tangan hanya sekedar dibilas dengan air.  Klien mengatakan tidak tahu cara mencuci tangan dengan benar. Objektif :  Klien tampak tidak mengerti cara mencuci tangan yang bersih dan benar.  Perawat

mengajarkan cara mencuci tangan 6 langkah yang baik dan benar.

 Klien tampak kooperatif.

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama-sama menggunakan

When  Ricky  was  mentioned  in  prayer  in  our  church,  an  uncomfortable  event that happened all the time, Mrs. Dockery was quick to jump forward  and 

Prinsip dasar pendekatan pada perilaku menurut Skinner adalah bahwa perilaku manusia terjadi menurut hukum-hukum tertentu. Perilaku manusia terjadi sebagai akibat dari

Muata n karakter yang terdapat pada semua buku adalah kreatif, peduli sosial, komunikatif, percaya diri, peduli lingkungan, mandiri, disiplin, tanggungjawab,

Sedangkan manajer lapis tengah memerlukan kemampuan berimbang antara administratif dan teknis di satu pihak dengan kemampuan konseptual di pihak lain (Muhtarom, 1997: 44).

sehingga karyawan mampu memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 2) Dari sisi self efficacy yang perlu dilakukan karyawan adalah harus lebih mampu melakukan

Hasil penghitungan koloni menunjukkan bahwa jumlah koloni Escherichia coli terbanyak ada pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 85,7 ± 10,81 diikuti kelompok perlakuan