STI]DI TENTANG PERUBAHAN KADAR
IODIUM
DAI{ SIFAT
ORGANOLEPTIK PADA
PROSES
PEMBUATAN DAN WAKTU
SIMP^dN
TELUR ASIN
Study about
of
Change
lod
and
Properties of Organoleptic
on
Prosses qnd Time
of
Storage Salt
Egg
Wikanastri
II"
danNurrahmanb
a. Staf pengajar Fakultas Teknik
UNIMUS
b. Staf pengajar Fakultas
Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan I-INIMUSABSTRAK
Making of
salt
eggby
iod propousefor
preservationor
long of
storage andproperties
of
organoleptic egg. Soeffirt,
preventive toill
thatmalnutrition
of iod(GAKI)
The research propouse to lvtoweffectfrom
addition of iod in salt onKIO3
concentration and properties of organoleptic on salt egg. The research was donein
two leve, the/irst
level was making of salt egg by additionKIO3
5.000, 10.000, 15.000 and 20.000ppm.
The tvvice level, the salt eggs was done storagea
long of 5,10,
l5
and 20 days.The result
of
research could to lvtow that effectof
interaction betweenKIO3
concentration andlong
of storage had beenKIO3
concentrationin salt
egg.
Dffirence
ofKIO3
concentrationdid not
be elfect
of
organoleptic
properties.
Long
of
storage
did
be
effect
of
organoleptic properties.Keywords: iod, storage and egg
PENDAHULUAN
Gangguan
Akibat
KekuranganIodium
(
GAKI
)
merupakansalah
satu masalahdi
Indonesia. Kekurangan iodiumbanyak terdapat
di
daerah
pegununganyang
jauh dari laut,
karena
tanahnyakurang
mengandungiodium,
Kekurangan iodium berupa gondok endemic merupakan salah satu masalahgizittama di
Indonesiayang
terdapat
secara
merata
di
daerahpegunungan
diseluruh propinsi,
kecualiDKI
Jakarta.Kebutuhan
gizi
iodium
dipengaruhioleh
pertumbuhan,
berat
badan,
jeniskelamin,
iklim
dan penyakit.
Kebutuhaniodiun
seharisekitar
1-2
mikrogram
per berat badan. Widyakarya Pangan danGizi
(
1998
),
menganjurkan
AKG
untukiodium
padabayi
50-70 mikrogram, balitadan
anak
sekolah 70-120
mikrogram,remaja
dan
dewasa 150
mikrogram,
ibu
harnil
ditambah
25
mikrogram
dan
ibu
menyusui
dengan
penambahan
50 mikrogram.Penanggulangan
masalah GAKI
secara
khusus
dilakukan
melaluipemberian
kapsul minyak
beryodium kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah dasardi
daerahendemic.
Secaraumum
pencegahan
GAKI
dilakukanmelalui
fortifikasi
iodium
pada
garamdapur dalam bentuk
KIO:.
Menurut
SNI0l-3556-1994 bahwa kadar
KIO3
padagaram
di
Indonesia
sekitar 30-80
ppm.Fortifikasi
iodium
dapatpula
dilakukan pada makanan atau air minum.Garam sangat
efektif
digunakansebagai
media
perbaikan
gizi
atau makanan.Garam
juga
berfungsi
sebagai pencipta rasa yang khas sekaligus sebagaibahan
pengawet.
Salah
satu
bahan makananyang
diawetkan
dengan garam adalah telur.Telur
merupakanbahan
makananyang
mudah mengalami
kerusakan yaitu kerusakanfisik, kimia,
maupun kerusakanoleh
mikroba.
Salah
satu
cara
untukmemperkecil
kerusakandan
memperbaikigizi
adalah dengan
cara
pengasinanmenggunakan
medium pengasin
bubuk batu bata/
abu gosok. Sebagai bahan bakuuntuk
pernbuatantelur
asin
disini
adalahgafirm beriodium,
sebabmenurut
Kepresno. 69
tahun
1994 tentang
pengadaan garam beriodium bahwa garam yang dapat diperdegangkan untuk keperluan konsumsimanusia
/
ternak,
pengasinanikan
ataubahan penolong industri
pangan
adalahgaram beriodium yang telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia ( SNI ).Telur
asin
merupakan
produkpengawetan
telur
bentuk
olahan
yangmengalami proses penggaraman,
umurlnya
dijual
dalambentuk
matang. Keuntungan pengasinantelur
ini
adalah
mempunyai usia simpanlebih
dari
satu bulan, rasanyaenak,
siap dimakan
nilai
gizinya
tetap terjamin.Pada
pembuatan
telur
asin beriodium, salah satu pengolahannya yaitudengan perebusan
yang
memungkinkanKIO:
menguap
dan
larut
dalam
air.Menurut
Dahro
(
1996
),
besarnyakerusakan
iodium
tergantung
pada
tipe pengolahandan
jenis
pemasakan, waktupengolahan
dan
variasi
bumbu.
Padapenelitian
ini
akan
diteliti
mengenai bagaimana pengaruh penambahaniodium
pada garam terhadap kadar
KIOI
dan sifatorganoleptik
telur
asin
serta
pengaruhpenyimpanan
telur
asin
terhadap
kadarKIOI
dan sifat organoleptik telur asin. Pengasinantelur
merupakan salah satu upaya untuk mengawetkantelur
segar(memperpanjang
masa
simpan), membuangbau
amistelur
(terutamatelur
bebek) serta menciptakan rasa yang khas.Ada
banyak macam
pengasinan
telur, secaratradisional
masyarakat
kita
telahmengawetkan
telur dengan
cara pengasinan menggunakanadonan
garam,yaitu
garam
yang
dicampur
dengan komponen-komponenlainnya
seperti
abu gosok,batu
bata merah,kapur,
tanahliat
juga
dapat dilalcukan dengan menggunakanmedia
cair
yaitu
dengan
larutan
garam jenuh (Astawan, 1988).Masukkanya
garum
dalam
telurselama proses
pemeraman
melaluimekanisme
difusi. Difusi
merupakanperistiwa
dimana
partikel
akan
bergerakdari
konsentrasitinggi
menuju rendah danmelewati
membrane
semi
permeable,sehingga tercapai konsentrasi kedua
zatseimbang
(Gaman,
1989).
MenurutWinarno,
Fudiaz dan
Fardiaz
(1980),peristiwa
difusi
garam pada
telur
dapatterjadi karena
adanyasifat
permeablitasdari
cangkangdan
membran telur.Peristiwamasuknya
gararr, dapur ke dalamtelur
melalui difusijuga
diikuti
olehgaram
lain
yang
terdapat
dalam
gar,Im dapur sepertiKIOI.
KIOI
atau
Kalium Yodat
adalahserbuk
hablur warna
putih
dan
tidak berbau, serta mempunyaiBMZl4.
Kalium
Yodat
mudah
larut
dalam
air
dan mudahrusak
bila
terkena cahaya
dan
panas.Penggunaan
dalam
makanan
adalah sebagai pematang, pengatur adonan serta pelengkapdiit
(DepkesRI,
1995).KIOI
stabil dalam keadaan murni tetapidalam
yodisasi
garam sudahtidak
murnilagi,
karena telah tercampur dengan garamserta
zat-zat
lain
yang
terkandung
didalamnya.
KIO3
juga
merupakan
zatpengoksidasi
(oksidator)
kuat,
sehinggamudah berubah
menjadi
iodium
yang mudah menguap. Reaksiini
lambat dalamlarutan netral dan
cepat
dalam
keadaan asamdan
panas.(Day,
1989)KIO3 akanbereaksi
menjadi
Kalium Iodida
danIodium
apabila
terkena panasdan
dalam suasanaasam,
dimana iodium
berwarnacoklat
dan
bersifat mudah
menguap (Depkes,1995).Di
Indonesia dalam pembuatan garamberiodium berkadar
30-80
ppm (Djokomoelyanto, 1 9 8 9). Biasanyakonsumsi gararn setiap hari rata-rata 5
-
15gram,
jumlah
iodium yang
terkonsumsi berkisardari
380-
1140mikrogr.
Jumlahkonsumsi
iodium yang
lebih
dari
1000mikrogr
nampaknya
tidak
berbahaya (Winarno,1989).Menurut Almatsier
(2001),
iodisasigaram
dapur
merupakan
salah
satupencegahan
GAKI
secara
umum.Fortifikasi iodium
selain pada garam dapatdilakukan dengan
menambah
sejumlahkecil
iodium
pada makanan
atau
cairan yang umum dipakai oleh masyarakat yangmenjadi sasaran (Winarno dan
Tuti,
1994).Menurut Astawan
(1,996), fortifikasi
minerakl
tidak
menyebabkan perubahanpada warna,
citarasa,metode
penyiapan,penampakan.Sedangkan
menurutNasoetion
dan
Karyadi
(1991),
bahwamanusia sehingga dapat diterima
oleh kelompok masyarakat.METODE
A.
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan melaluidua
tahap.
Tahap pertama
dilakukan pembuatan telur asin dengan menggunakan garam dapur yang ditambahKalium
Iodatsebanyak
5000,10000,15000,dan
20000ppm.
Tahap
kedua
dilakukan penyimpanantelur
asin
selama5,
10,
15dan
20
hari.
Untuk
melihat
perubahaniodium
dan
citarasa
telur
asin
selamaproses
pengolahan
dan
peyimpanandilakukan
analisa
kadar
KIOI
dan
sifat organoleptik.1. Pembuatan
telur
asinDipilih
telur
bebek
yang
baikkemudian
dicuci
bersih
denganair
yangmengalir
untuk
menghilangkan
semua kotoran yang ada padakulit
telur kemudianditiriskan,
setelahitu
disiapkan yangterdiri
dari
garam
sesuai
perlakuan serta
abugosok
denagn perbandingan
I :
2.Campuran
ini
diaduk
sampai
rata,kemudian ditambahkan
air
secukupnyasampai terbentuk adonan
yang
kental, adonanini
dilumurkan
padatelur
sampaisemua permukaan
telur
tertutup
oleh adonankira-kira
setebal3
cm.
Kemudiantelur disimpan dalam ruang terbuka selama
10 hari.
2.
Analisa
kadar
KIOr
Analisa kadar
KIO3
dilakukan padatelur
asinmentah,
saattelur
asin
selesai direbus, setelah telur asin disimpan selama 5, 10, 15 dan20hai.
Analisa kadar
KlO3
menggunakanmetode
yodometri.
Ditimbang
denganteliti
25
gram
sampel
telur
asin
secaraanalitik,
kemudian
dihaluskan
dandilarutkan
menggunakan aquades
lalu
dimasukkan
dalam
erlenmeyer
tertutup. Ditambahkan asamsulfat 6
N
sebanyak 2ml dan
KI
10 persen 1ml
lalu
ditutup dandikocok kira-kira
sampai
rata,
kemudianditambahkan
indikator
amilum
1
persensebanyak
1-2
ml.
Campuran
tersebutdititrasi
denganNatrium thiosulfat
0.05N
sampai warna biru hilang.
3.
Analisa Sifat
Organoleptik
Analisa
Sifat
Organoleptikdilakukan pada
telur asin
mentah,
saat telur asin selesai direbus, setelahtelur
asin disimpan selama 5, 10,l5
dan20hari.
Analisa
Sifat
Organoleptikdilakukan
untuk menilai
rasa,
aroma,wama dan teksfur
dengan menggunakan metodehedonik.
Skala
yang
digunakan sangatsuka
(5),
suka(4), agak suka
(3),Panelis yang
digunakan dengan kriteria
agak terlatih sebanyak 25
-
30 orang.B.
Rancangan PercobaanUntuk
rnelihat perubahaniodium
dansifat
organoleptik
selama pengolahan danpenyimpanan
telur
asin
dilakukaneksperimen
dengan
menggunakanrancangan
acak
lengkap
(RAL)
dan ulangan sebanyak3
kali.
Variabel
bebastsrdiri dari
konsentrasi
Kalium
Yodat (5000,i0000,
15000 dan 20000 ppm) yangditambahkan pada garam dapur dan lama penyimpanan
(0,
5,
10,
15 dan
20
hari), sedangkanvariabel
terikatnya kadarKIO:
dan sifat organoleptik.IIASIL
DAN PEMBAHASAN
Telur asin yang
digunakan
padapenelitian
ini
dibuat
dengan manambahkanKIO:
pada garam
sebanyak
5.000
ppm, 10.000ppm,
15.000ppm
dan 20.000
ppm.Analisa dilakukan untuk
mengetahui adakah pengaruh penambahanKIO3
pada garam danwaktu
simpantelur
asin terhadap kadarKIOI
dan sifat organoleptik telur asin.
A.
Pengaruh penambahan
KIO3
pada,
g"r"I dan lama
penyimpanan
terhadap
kadar KIOI
dalam
telur
asin.Pengaruh
penambahan
KIO:
pada garam dan lama penyimpanan terhadap kadarKIOr
dalam
telur
asin
pada
penelitian ini
Grafik perubahan kadar KlO3 telur asin selama penyimpanan
23
Lama penyimpanan (hari)
Dari grafik
I
dapat diketahui bahwa
kadarKIO3
selama
penyimpanan
cenderung mengalami penurunan.Hal ini
dimungkinkankarena
sifat dari
iodium
yalg
mudah menguapdan larut
dalam
air,
serta mudahrusak
bila
terkena
cahaya.(Departemen Kesehatan, 1995).Pada penelitian
ini
untuk menganalisakadar
KIOI
dalam
telur
digunakan
anovafaktor
tunggal. Adapun
hasilnya
dapat diketahui bahwa pada penambahan KIO3 padagaram
dan
lama
penyimpanan
telur
asin, masing-masingtidak
berpengaruh nyata pada kadar KIO3 dalamtelur
asin, namun interaksiantara
keduanya
berpengaruh
nyata
pada kadarKIOI
dalamtelur
asin ,dariuji
statistik untuk interaksi antara kadarKIOI
dalamtelur
asin dan lamawaktu
penyimpanan diperoleh p < 0,05 sehingga tolak Ho dan terima Ha.B.
Pengaruh
waktu
simpan
telur
asinterhadap sifat organoleptik
telur.
Analisa
organoleptik dilakukan
padatelur
asin setelah disimpan selama5,
10,
15dan
20 hari,
menggunakan analisa FriedmenTest.
Perubahancitarasa
telur
asin
selamapenyimpanan
dapat
dilihat
pada
grafik
di
Gambar 2. Graflk pengaruh lama penyimpanan terhadap cltarasa
Dari grafik
2 di
atas dapat diketahui bahwasecara
umum
semakin
lama
telur
asindisimpam
maka
citarasanya
mengalamipenunrnan.
Hal
ini
disebabkan
oleh
dayasimpan
telur
asin yang
mempunyai
batas kadaluarsa, sehingga semakin lama disimpanmaka
citarasa
telur
asin
akan
semakin menurun.Dari
hasiluji
statistik dapatdilihat
bahwapada
telur
asin
dengan
penambahan KIO3 5.000 ppm dan 15.000 ppm didapatkan hasil p<
0,05
dengandemikian lama
penyimpanan berpengaruhnyata pada
citarasatelur
asin.Pada
telur
asin
dengan
penambahan KIO3 10.000ppm
dan 20.000
ppm
diperolehp
>0,05 oleh karenanya lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata pada citarasa telur asin.
Untuk
uji
statistik gabungan antara kadarKIOr
dan lama
penyimpanandiperoleh
p
<0,05
sehingga gabungan antarakadar KIOI
pada
garam
dan
lama
penyimPanan berpengaruhnyata pada
citarasatelur
asin, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.C.
Pengaruh penambahan
kadar
KIO3
pada garam
terhadap
sifat
organoleptik
telur.
Untuk
mengetahui
pengaruh penambahan kadar KIO3 pada garam terhadap sifat organoleptiktelur
asin digunakan analisaanova
factor tunggal.
Dari
uji
statistik ini
diperoleh bahwa p < 0,05 sehinga Ho diterima
KIO3
pada garam
sebesar5.000,
10.000, 15.000dam
20.000
ppm tidak
berpengaruh nyata pada citarasa telur asin.KESIMPULAN
Dari hasil analisa pada penelitian
ini
dapatdisimpulkan:
1.
Interaksi antara
kadar
KIO:
yangditambahkan
pada
garam
padapembuatan
telur
asin
dan
lamapenyimpanan berpengaruh nyata pada
kadar KIO3 dalam
telur
asin.2.
Interaksi antara
kadar
KIO:
yangditambahkan
pada
garam
padapembuatan
telur
asin
dan
lama penyimpananjuga
berpengaruh nyata pada citarasa telur asin.3.
Penambahan KIO3 pada garam sebesar5.000, 10.000, 15.000
dam
20.000ppm tidak
berpengaruh
nyata
pada citarasa telur asin.DAFTAR PUSTAKA
Aminah Fauzi Alatas. 2002. Pengaruh
Penambahan Iodium pada Garam
terhadap Kadar
KIO3
dan CitarasaTelur Asin.
AKZI
Muhammadiyah,Semarang.
Astawan,
M.
1996. Pelatihan PengendalianMutu
dan Keamanan Pangan BagiStaf Pengajar. Kerjasama Pusaka
Studi Pangan dan
Gizi
(CFNS)-IPBdengan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
dan Departemen PendidikanBudaya, Bogor.
&
N. Astawan. 1988. TeknologiPengolahan Pangan Hewani Tepat
Guna. Akademi Pressindo, Jakarta.
Dahro,
A.
M.
1996. Kestabilan Iodium DalamBerbagai Tipe dan Resep Masakan.
Puslitbang Gizi, Bogor.
Departemen Perindustrian
R.I.
1984.Stabilisasi Yodat Dalam Garam
Konsumsi. Semarang.
Nasoetion,
A.H.,
&
D.Karyadi.
1991.Mineral. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sukarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
Oleh Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhatara Karya Aksara,
Syarief, R.H.,