• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. CABAI MERAH

 Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 49,19 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 51,55 persen terhadap total pengeluaran (Rp 19,72 juta).

B. CABAI RAWIT

 Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 54,17 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 70,74 persen (Rp 27,49 juta).

C. BAWANG MERAH

 Total biaya produksi usaha tanaman bawang merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 43,96 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman bawang merah yang paling besar adalah biaya untuk benih sebesar 36,00 persen (Rp 15,82 juta).

D. JERUK

 Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 4,59 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 27,45 persen (Rp 1,26 juta).

 Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang ditebaskan tahun 2014 mencapai Rp 7,18 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 25,44 persen (Rp 1,16 juta).

No. 71/12/73/Th. II, 23 Desember 2014

S

TRUKTUR

O

NGKOS

U

SAHA

T

ANAMAN

C

ABAI

M

ERAH

,

C

ABAI

R

AWIT

,

B

AWANG

M

ERAH

,

DAN

J

ERUK

T

AHUN

2014

PROVINSI

SULAWESI

SELATAN

TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER SATU HEKTAR UNTUK SEKALI

MUSIM TANAM YANG DIPANEN SENDIRI TAHUN 2014 MENCAPAI RP 49,19 JUTA

Lampiran 1.b.

(2)

1.

PENDAHULUAN

Data ST2013 subsektor hortikultura dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan

dalam mewujudkan swasembada pangan. Salah satu upaya mencapai swasembada pangan

melalui pengembangan komoditas lokal strategis sebagai substitusi impor untuk menekan laju

volume impor yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan target Nawa Cita ke 7 yaitu

mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

domestik dengan membangun kedaulatan pangan.

Survei Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura (SHR 2014) merupakan rangkaian

kegiatan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) yang dirancang untuk menyediakan informasi

mengenai biaya produksi dan struktur ongkos usaha tani di subsektor tanaman hortikultura.

Informasi terkait struktur ongkos usaha tanaman hortikultura mencakup biaya penggunaan benih,

pupuk, pestisida, BBM, jaring pelindung, mulsa, upah pekerja, sewa lahan, dan pengeluaran

lainnya yang dibutuhkan dalam usaha tanaman hortikultura. Selain itu, sebagai data pendukung

dikumpulkan informasi mengenai sumber pembiayaan dan distribusi penjualan hasil usaha

hortikultura.

Berita Resmi Statistik (BRS) ini menyajikan struktur ongkos komoditas strategis tanaman

semusim hortikultura, meliputi cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah yang ditanam pada

Musim Kemarau (MK) dan Musim Hujan (MH) serta dipanen sendiri. Sedangkan tanaman

tahunan hortikultura, seperti jeruk disajikan menurut usaha yang dipanen sendiri dan ditebaskan.

2.

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per hektar untuk sekali musim tanam

yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 49,19 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai

merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 51,55 persen terhadap total

pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk sewa lahan dan pemupukan juga tergolong besar,

yaitu mencapai 11,46 persen dan 11,13 persen (Gambar 2).

Gambar 1. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Bibit/benih 4,32% Pupuk 11,13% Pestisida 5,38% BBM 0,72% Jaring Pelindung 0,58% Mulsa Upah Pekerja Sewa Lahan 11,46% Alat Sarana Usaha

2,43%

Lainnya 8,55%

(3)

Biaya produksi tanaman cabai merah yang ditanam pada MK (Rp 56,29 juta) lebih tinggi

dibandingkan MH (Rp 31,25 juta). Perbedaan biaya produksi cabai merah yang ditanam MK dan

MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp 3,59 juta,

sewa lahan sebesar Rp 2,13 juta dan pupuk sebesar Rp 1,41 juta. Biaya produksi terbesar cabai

merah yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja masing-masing sebesar

Rp 20,74 juta (50,22 persen) dan Rp 17,15 juta (56,10 persen).

Tabel 1. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah Menurut Musim Tanam di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Uraian

Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 56.296.24 - 31.252.25 - B. Ongkos/Biaya Produksi 41.305,54 100,00 30.573.73 100,00 Bibit/benih 1.856,00 4,49% 1.142,16 3,74% Pupuk 4.660,98 11,28% 3.248,37 10,62% Pestisida 1.966,00 4,76% 2.297,81 7,52% BBM 312,62 0,76% 185,03 0,61% Jaring Pelindung 170,72 0,41% 345,53 1,13% Mulsa 1.701,32 4,12% 922,65 3,02% Upah Pekerja 20.741,89 50,22% 17.150,51 56,10% Sewa Lahan 4.986,96 12,07% 2.858,71 9,35%

Alat Sarana Usaha 1.097,17 2,66% 513,17 1,68%

Lainnya 3.811,88 9,23% 1.909,80 6,25%

3.

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI RAWIT

Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam

yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 54,17 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai

rawit yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 70,74 persen terhadap total

pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk sewa lahan dan pemupukan juga tergolong besar,

yaitu mencapai 12,26 persen dan 5,82 persen (Gambar 3).

(4)

Gambar 2. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Biaya produksi tanaman cabai rawit yang ditanam pada MK (Rp 56,15 juta) lebih tinggi

dibandingkan MH (Rp 18,71 juta). Perbedaan biaya produksi cabai rawit yang ditanam MK dan

MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp 30,04 juta,

sewa lahan sebesar Rp 3,54 juta, dan pengeluaran untuk BBM sebesar Rp 1,37 juta. Biaya

produksi terbesar cabai rawit yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja

masing-masing sebesar Rp 41,37 juta (73,67 persen) dan Rp 11,32 juta (60,49 persen).

Tabel 2. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit Menurut Musim Tanam Di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Uraian

Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 84.154.83 - 19.208.94 - B. Ongkos/Biaya Produksi 56.153,42 100,00 18.710.94 100,00 Bibit/benih 964,24 1,72% 478,02 2,55% Pupuk 2.633,91 4,69% 1.826,05 9,76% Pestisida 1.010,62 1,80% 677,53 3,62% BBM 1.393,76 2,48% 19,10 0,10% Jaring Pelindung 31,05 0,06% 4,45 0,02% Mulsa 7,62 0,01% 5,16 0,03% Upah Pekerja 41.368,35 73,67% 11.318,92 60,49% Sewa Lahan 6.399,92 11,40% 2.858,99 15,28%

Alat Sarana Usaha 1.234,61 2,20% 745,57 3,98%

Lainnya 1.109,36 1,98% 777,15 4,15% Bibit/benih 1,90% Pupuk 5,82% Pestisida 2,20% BBM 1,95% Jaring Pelindung 0,05% Mulsa 0,02% Upah Pekerja 70,74% Sewa Lahan 12,26%

Alat Sarana Usaha 2,60% Lainnya

2,46%

Total Ongkos: Rp 34.014.402 Total Ongkos: Rp 54,17 Juta

(5)

4.

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN BAWANG MERAH

Total biaya produksi usaha tanaman bawang merah per satu hektar untuk sekali musim

tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 43,96 juta. Biaya produksi usaha tanaman

bawang merah yang paling besar adalah biaya untuk benih sebesar 36,00 persen terhadap total

pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk upah pekerja dan biaya pestisida juga tergolong

besar, yaitu mencapai 22,26 persen dan 13,57 persen (Gambar 4)

Gambar 3. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Bawang Merah

di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Biaya produksi tanaman bawang merah yang ditanam pada MK (Rp 43,18 juta) lebih

rendah dibandingkan MH (Rp 44,99 juta). Perbedaan biaya produksi bawang merah yang

ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja

sebesar Rp 1,13 juta, beli benih sebesar Rp 1,6 juta, dan sewa lahan sebesar Rp 650,65 ribu.

Biaya produksi terbesar pada musim kemarau adalah biaya untuk bibit/benih sebesar Rp 15,13

juta (35,04 persen) dan musim hujan adalah juga untuk biaya untuk benih sebesar Rp 16,75 juta

(37,22 persen).

Tabel 3. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Bawang Merah Menurut Musim Tanam di Sulawesi Selatan Tahun 2014

Uraian Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 59.089.076 - 63.789.85 - B. Ongkos/Biaya Produksi 43.180.15 100,00 44.999.59 100,00 Bibit/benih 15.130,55 35,04% 16.748,54 37,22% Pupuk 4.343,84 10,06% 4.589,38 10,20% Pestisida 6.207,30 14,38% 5.639,47 12,53% Upah Pekerja 9.298,02 21,53% 10.432,96 23,18% Sewa Lahan 4.264,67 9,88% 3.614,01 8,03% Sewa Alat/Sarana 819,57 1,90% 710,91 1,58% BBM 275,96 0,64% 220,57 0,49% Jaring Pelindung 4,86 0,01% 2,10 0,00% Lainnya 2.835,37 6,57% 3.041,63 6,76% Bibit/benih 36,00% Pupuk 10,12% Pestisida 13,57% Upah Pekerja 22,26% Sewa Lahan 9,07% Sewa Alat/Sarana 1,76% BBM 0,57% Jaring Pelindung 0,01% Lainnya 6,65%

(6)

5.

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JERUK

Total biaya produksi tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri

mencapai Rp 4,59 juta dan yang ditebaskan mencapai Rp 7,18 juta. Persentase biaya produksi

terbesar tanaman jeruk yang dipanen sendiri adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 27,45

persen (Rp 1,26 juta) dan yang ditebaskan adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 25,44 persen

(Rp 1,16 juta).

Gambar 4. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Jeruk Menurut Cara Pemanenan di Sulawesi Selatan ahun 2014

Perbedaan biaya produksi terbesar usaha tanaman jeruk yang ditanam sendiri dan

ditebaskan adalah biaya untuk sewa lahan, yaitu sebesar Rp 1,56 Juta. Selain itu, perbedaan

biaya produksi untuk pemupukan antara dipanen sendiri dan ditebaskan juga tergolong tinggi.

Biaya pemupukan tanaman jeruk yang ditebaskan mencapai Rp 1,65 juta, sedangkan biaya

pemupukan tanaman jeruk yang dipanen sendiri sebesar Rp 822,77 ribu.

Tabel 4. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Jeruk Menurut Cara Pemanenan Tahun 2014

Uraian

Dipanen Sendiri Ditebaskan

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 7.065.39 - 10.367.66 - B. Ongkos/Biaya Produksi 4.587,84 100,00 7.180.30 100,00 Bibit/benih 60,35 1,32% 2,21 0,03% Pupuk 822,77 17,93% 1.653,24 23,02% Pestisida 300,56 6,55% 258,07 3,59% Upah Pekerja 1.259,59 27,45% 1.112,38 15,49% Sewa Lahan 1.166,97 25,44% 2.729,16 38,01% Sewa Alat/Sarana 159,27 3,47% 159,27 2,22% BBM 235,60 5,14% 763,97 10,64% Bibit/beni h 0,03% Pupuk 23,02% Pestisida 3,59% Upah Pekerja 15,49% Sewa Lahan 38,01% Sewa Alat/Saran a 2,22% BBM 10,64% Jaring Pelindung 0,00% Lainnya 6,99% Ditebaskan Bibit/benih 1,32% Pupuk 17,93% Pestisida 6,55% Upah Pekerja 27,45% Sewa Lahan 25,44% Sewa Alat/Sarana 3,47% BBM 5,14% Jaring Pelindung 0,00% Lainnya 12,70% Dipanen Sendiri

Total Ongkos: Rp 4.59 Juta Total Ongkos: Rp 7,18 Juta 5.315.089

(7)

6. METODOLOGI, KONSEP, DAN DEFINISI

A. METODOLOGI

Survei usaha rumah tangga tanaman hortikultura menggunakan 2 jenis kerangka sampel yaitu kerangka sampel pemilihan blok sensus dan pemilihan rumah tangga. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST2013 yang distratifikasi menurut jenis tanaman hortikultura utama dan luas tanam setahun yang lalu (cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah) atau jumlah pohon menghasilkan pada saat pencacahan ST2013-L (jeruk) yang diurutkan menurut strata. Blok sensus yang memenuhi syarat (eligible) adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga usaha tanaman hortikultura hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus terpilih yang diurutkan menurut jenis tanaman hortikultura utama.

Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size dengan

size jumlah rumah tangga usaha tanaman hortikultura hasil ST2013-L. Tahap kedua, dari kerangka

sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik.

Rumah tangga usaha tanaman hortikultura dikategorikan sebagai sampel rumah tangga jika

memenuhi syarat Batas Minimal Usaha (BMU) cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah masing-masing sebesar 200 m2, 200 m2, dan 140 m2 dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan untuk

tanaman jeruk sebesar 25 pohon dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.

Jumlah sampel untuk komoditas tanaman cabai merah sebanyak 19.632 rumah tangga yang terdiri dari komoditas tanaman cabai merah musim kemarau sebanyak 13.542 rumah tangga dan komoditas tanaman cabai merah musim hujan sebanyak 6.090 rumah tangga. Jumlah sampel untuk komoditas tanaman cabai rawit sebanyak 34.332 rumah tangga yang terdiri dari komoditas tanaman cabai rawit musim kemarau sebanyak 24.067 rumah tangga dan komoditas tanaman cabai rawit musim hujan

sebanyak 10.265 rumah tangga. Jumlah sampel untuk komoditas tanaman bawang merah sebanyak 9.597 rumah tangga yang terdiri dari komoditas tanaman bawang merah musim kemarau sebanyak 6.604 rumah tangga dan komoditas tanaman bawang merah musim hujan sebanyak 2.993 rumah tangga.

Jumlah sampel untuk komoditas tanaman jeruk yang dipanen sendiri oleh petani sebanyak 5.547 rumah

tangga. Jumlah sampel untuk komoditas tanaman jeruk yang dipanen dengan ditebaskan sebanyak 1.753 rumah tangga.

B. KONSEP DAN DEFINISI

Rumah tangga usaha hortikultura adalah rumah tangga yang salah satu anggota rumah tangganya

menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman hias dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas segala resiko.

Periode tanam musim kemarau (MK) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman

hortikultura pada periode Februari – September 2013 dan atau Februari – Mei 2014.

Periode tanam musim hujan (MH) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman

hortikultura pada periode Oktober 2013 – Januari 2014.

Ongkos/biaya produksi adalah rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk usaha

satu hektar tanaman hortikultura per musim tanam untuk tanaman semusim (cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah) dan per 100 pohon untuk tanaman tahunan yang menghasilkan (jeruk) pada periode pencacahan subsektor. Total biaya produksi tersebut hanya mencakup kegiatan produksi hingga kualitas

(8)

standar (tidak termasuk kegiatan pasca panen) dan sudah memperkirakan/mengimputasi besarnya sewa lahan milik sendiri/bebas sewa, sewa alat/sarana usaha milik sendiri/bebas sewa, upah pekerja tidak dibayar/keluarga, dan bunga kredit modal sendiri/bebas bunga.

Bentuk produksi standar cabai merah dan cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai. Bentuk

produksi standar bawang merah adalah umbi kering panen dengan daun. Bentuk produksi standar jeruk adalah buah segar.

Dipanen sendiri apabila pemanenan dilakukan sendiri oleh rumah tangga petani termasuk menggunakan

tenaga kerja dibayar, menggunakan tenaga kerja tidak dibayar, maupun secara borongan/bawon.

Ditebaskan apabila tanaman dijual dilokasi kepada penebas pada saat tanaman sudah siap untuk dipanen.

Petani akan menerima harga yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak dan pelaksanaan panen menjadi tanggung jawab penebas (pembeli).

Tanaman menghasilkan adalah jumlah pohon tanaman tahunan yang menghasilkan selama setahun yang

Gambar

Gambar 1. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah   di Sulawesi Selatan Tahun 2014
Tabel 1. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah Menurut Musim Tanam  di Sulawesi Selatan Tahun 2014
Gambar 2. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit   di Sulawesi Selatan Tahun 2014
Gambar 3. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Bawang Merah   di Sulawesi Selatan Tahun 2014
+2

Referensi

Dokumen terkait

FAKTOR RISIKO BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) PADA BAYI BARU LAHIRDI RSUD BANJARNEGARATAHUN 20112. Etika Dewi Cahyaningrum 1) , Wirantika Dwi Nency

Berdasarkan hasil review HAZOP yang dilakukan pada hydrofinishing plant high pressure , potensi bahaya yang memiliki risiko tertinggi yaitu berupa pelepasan gas

Pada sekitar pertengahan tahun lepas, YAB Perdana Menteri Malaysia telah mengarahkan keempat-empat negeri tersebut supaya mengambil tindakan untuk menggubal undang-undang

Selain itu, berdasarkan penilaian dari pengguna (siswa) terhadap penggunaan media dari 6 kriteria sebesar 3,04 termasuk kategori.. Pratini, PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ...

Walaupun kelima kelompok organisme tersebut dapat digunakan sebagai indikator biologik perairan, tetapi indikator biologik sebaiknya dipilih dari kelompok

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA9. BAB

Perancangan sistem informasi penagihan piutang PT Adira Finance bertujuan untuk membantu pihak kolektor untuk melihat tagihan pelanggan sehingga kolektor tidak perlu datang

Bahan yang digunakan untuk membangun sarang sangat tergantung pada. makanan dan bahan yang tersedia