SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling
Oleh:
RESTU FAUZIAH NIM. 15 300 800 083
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGARI (IAIN) BATUSANGKAR
i
ABSTRAK
Restu Fauziah, NIM. 15 300 800 083, judul skripsi “HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN KOTA SOLOK”. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah melihat hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi, yang dimana siswa kelas XI (1) MAN Kota Solok, yang menjadi sampel penelitian yaitu 68 orang yaitu kelas XI MIA 1 dan XI IIS1. Data yang peneliti kumpulkan dengan menyebarkan Skala likert. Teknik analisis data peneliti menggunakan analisis data chi square, yang peneliti olah dengan cara manual dan dibantu dengan menggunakan SPSS 20. Hasil penelitin ini dianalisis data dengan menggunakan uji-X2t.
Berdasarkan hasil X20 dengan X2 tabel, bahwa H0 ditolak sedangkan Ha diterima,
maksudnya terdapat hubungan yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok. Sedangkan hipotesis nihil (H0)
ditolak, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang siknifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. Wb
Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur kepada ALLAH SWT, yang telah menentukan segala sesuatu berada di tangan-Nya, sehinggan tidak ada setetes embun pun dan segelintir jiwa manusia yang lepas dari ketentuan dan ketetapan-nya. Alhamdulillah atas hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN KOTA SOLOK”. Selawat beserta salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW, yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan surga. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana (S.Pd), pada jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri (IAIN) Batusangkar.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis masih membutuhkan bimbingan, motivasi, pengorbanan berbagai pihak, dan kerjasama dari semua pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada :
1. Ucapan terimakasih kepada bapak Dr. Kasmuri, M.A selaku Rektor IAIN Batusangkar, bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan Dan Konseling, dan kepada dosen staf IAIN Batu sangkar yang membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
2. Ucapan terimakasih juga diaturkan kepada dosen pembimbing akademik (PA) yaitu ibuk Dr. Wahidah Fitriani, S.Psi., M.A dan ibuk Dra. Hadiarni, M.Pd., Kons selaku pembimbing 1 serta bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing II, yang telah membimbing dan mengrahkan penulis dalam penulisan skripsi sampai terselesaikan skripsi ini.
3. Ucapan termakasih juga untuk bapak Dr. Masril, M.Pd., Kons selaku penguji I seminar proposal dan dan sidang skripsi, serta ibuk Dra. Fadhilah Syafwar, M.Pd selaku penguji sidang skripsi, yang telah memberikan memberikan saran, arahan. Masukan yang sangat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Ucapan terimakasih yang sangat tidak terhingga penulis sampaikan kepada
pihak sekolah yaitu kepala Sekolah, Wakil Kesiswaan, TU, beserta guru, dan siswa MAN Kota Solok, karna telah mengizinkan, mendampingi, dan ikut serta dalam kelancaran penelitian yang penulis laksanakan di sekolah.
5. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Junaidi dan ibunda Yusneni, berkat motivasi, do’a, dorongan, dan bantuan yang diberikan beliau penulis bisa seperti sekarang ini dan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, selanjutnya kepada adek tercinta Miftahul jannah yang telah memberikan dukungan beserta doa.
6. Ucapan terimakasih juga untuk rekan, sahabat yang telah memberikan bantuan sumbangan pemikirannya dan beserta doa untuk kelancaran pembuatan skripsi ini.
Akhir kata disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita semua. Aamiin.
Batusangkar, 25 Oktober 2019 Penulis
Restu Fauziah NIM. 15300800083
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
PERSYARATAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1
B. Identifikasi masalah ... 11 C. Batasan masalah ... 11 D. Perumusan masalah ... 11 E. Tujuan penelitian ... 11 F. Kegunaan penelitian ... 11 G. Definisi operasional ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 14
1. Prestasi belajar ... 14
a. Pengertian prestasi belajar ... 14
b. Faktor mempengaruhi prestasi belajar ... 16
c. Faktor habatan prestasi belajar ... 18
d. Ciri-ciri prestasi unggulan ... 20
e. Kegunaan prestasi belajar ... 21
f. Penyebab permasalahan turunya prestasi siswa ... 21
2. Keharmonisan keluarga ... 23
a. Pengertian keharmonisan keluarga ... 23
c. Pelaksanaan fungsi-fungsi kelurga ... 25
d. Ciri-ciri keluarga harmonis ... 26
e. Hak dasar anak dalam keluarga ... 27
f. Aspek-aspek keluarga harmonis ... 28
3. Hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar ... 31
B. Penelitian yang relevan ... 33
C. Kerangka berfikir ... 35
D. Hipotesis penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 37
B. Tempat dan waktu penelitian ... 38
C. Populasi dan sampel ... 38
D. Teknik pengumpulan data ... 40
E. Pengembangan instrumen ... 45
F. Teknik analisis data ... 52
BAB VI HASIL PENELTIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi data penelitian ... 55
1. Deskripsi data keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI (1) MAN Kota Solok ... 55
a. Deskripsi data keharmonisan keluarga siswa ... 55
1) Keharmonisan Keluarga Indikator 1 ... 59
2) Keharmonisan Keluarga Indikator 2 ... 62
3) Keharmonisan Keluarga Indikator 3 ... 64
4) Keharmonisan Keluarga Indikator 4 ... 67
5) Keharmonisan Keluarga Indikator 5 ... 70
6) Keharmonisan Keluarga Indikator 6 ... 72
b. Deskripsi data prestasi belajar siswa ... 75
c. Deskripsi data hubungan kedua variabel ... 78
1. Data berdistribusi normal ... 80
2. Data harus homogen ... 81
3. Tipe interval atau rasio ... 82
C. Pengujian hipotesis ... 83
1. Analisis korelasi chi square ... 83
2. Interprestasi data ... 88 D. Pembahasan ... 90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93 B. Implikasi….. ... 94 C. Saran…….. ... 94 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Populasi penelitian ... 39
Tabel 2 Siswa MAN Kota Solok sebagai sampel penelitian ... 40
Tabel 3 Skor Skala Likert dengan Alternative Jawaban ... 41
Tabel 4 Perhitungan devinisi standar keharmonisan keluarga (X) ... 41
Tabel 5 Rentan skor keharmonisan keluarga ... 43
Tabel 6 Perhitungan devinisi standar prestasi belajar (Y) ... 43
Tabel 7 Rentan skor prestasi belajar ... 45
Tabel 8 kisi-kisi instrumen keharmonisan keluarga ... 49
Tabel 9 Hasil validasi instrument penelitian keharmonisan keluarga ... 50
Tabel 10 Reabilitas keharmonisan keluarga ... 52
Tabel 11 Klasifikasi keharmonisan keluarga... 56
Tabel 12 Persentase skor keharmonisan keluarga siswa ... 58
Tabel 13 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 1 ... 59
Tabel 14 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 1... 61
Tabel 15 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 2 ... 62
Tabel 16 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 2... 64
Tabel 17 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 3 ... 64
Tabel 18 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 3... 66
Tabel 19 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 4 ... 67
Tabel 20 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 4... 69
Tabel 21 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 5 ... 70
Tabel 22 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 5... 72
Tabel 23 Klasifikasi keharmonisan keluarga sub 6 ... 72
Tabel 24 Persentase skor keharmonisan keluarga sub 6... 74
Tabel 25 Rentan skor prestasi belajar ... 75
Tabel 26 Rekapitulasi prestasi belajar siswa ... 75
Tabel 27 Persentase skor prestasi belajar siswa ... 77
Tabel 28 Deskripsi Rata-Rata Keharmonisan Keluarga dan Rata-Rata Nilai Kenaikan Kelas ... 78
Tabel 29 test of normality ... 80
Tabel 30 Tabel anova ... 81
Tabel 31 Rentan skor keharmonisan keluarga siswa ... 82
Tabel 32 Rentan skor prestasi belajar siswa ... 83
Tabel 33 Frekuensi yang diharapkan muncul mengenai keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar ... 85
Tabel 34 Tabel chi square keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa MAN Kota Solok ... 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berfikir ... 36 Gambar 2 Rancangan Penelitian... 39
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor dari kemajuan suatu bangsa, kualitas pendidikan dapat dilihat dari tercapainya kemajuan hasil belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran, di sekolah peran guru amat penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang berprestasi dan bermotivasi tinggi, yang dimana guru adalah orang tua kedua bagi siswa, yang memberikan pengetahuannya tentang suatu ilmu kepada peserta didiknya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi. Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah menerima pelajaran. Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Setiap pendidik tentu sangat mengharapkan anak didiknya agar berprestasi seoptimal mungkin baik pada jalur akademik maupun non akademik. Prestasi memiliki pengertian yang sangat luas. Apabila peserta didik dapat mencapai cita-cita atau minimal dapat menyelesaikan tugas dari guru maupun orang lain maka ia disebut berprestasi. Menurut Tohirin (2005: 151) belajar adalah “suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa belajar merupakan usaha sadar untuk mendapatkan perubahan akan menciptakan sebuah pemahaman baru dan juga perubahan sikap dari individu.
Selain itu Astuti (2015 : 70) menjelaskan bahwa definisi prestasi belajar, yaitu.
2
Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu berdasarkan hal tersebut, prestasi adalah hasil yang telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Biasanya ukuran prestasi belajar siswa dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau kata. Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi dengan menggunakan standar tertentu, baik berdasarkan norma kelompok atau norma yang tidak ditetapkan.
Pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan ilmu pengetahuan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, dan prestasi diukur dalam bentuk angka yang disajikan didalam bentuk rapor yang dibuat oleh guru yang sesuai dengan prestasi yang telah diperoleh selama kegiatan belajar mengajar. Hasil prestasi belajar siswa dalam lapor tersebut menjadi tolak ukur apakah pelaksanaan dari proses belajar dan pelbelajaran yang dilaksanakan siswa dan guru di kelas terlaksana dengan baik atau tidak, tercapainya tujuan pembelajaran atau tidak.
Penjelasan tersebut diperkuat di dalam buku Tu’u (2004: 75) prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Jadi dari definisi Tuu dapat dipahami bahwa prestasi belajar di dapat oleh seorang siswa di dalam mata pelajaran dan memperoleh hasil dari pembelajarannya tersebut, hasil tersebut dituangkan di dalam bentuk angka yang diberikan oleh seorang guru melalui berbagai pertimbangan.
Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan pendidikan, maka dari itu pentingknya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yang dimana banyak hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa disekolah yaitu: Dipahami bahwa tujuh faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa baik itu faktor yang ada didalam diri siswa seperti kecerdasan, bakat, minat motif, cara belajar siswa, dan juga faktor dari luar diri siswa tersebut yakninya lingkungan
3
keluarga dan juga lingkungan sekolah siswa. Lebih jelasnya salah satu point menjeskan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah
“Faktor lingkungan keluarga yang dapat dipahami bahwa lingkungan keluarga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dikarenakan lingkungan keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa” (Tu’u 2004 : 78-81). Maka dari itu dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar baik dari dalam diri maupun di luar diri siswa tersebut harus saling bekerjasama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu kesadaran diri individu dan dukungan serta bantuan dari luar diri siswa.
Maka dari itu prestasi belajar dapat meningkat dan menurun karna hal tersebut perlu untuk ditindak lanjuti, kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya bukan hanya sebagai tolak ukur kemampuan siswa menurut Siagian (2015: 125) yaitu “Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”. Penjelasan teresebut dipahami bahwa prestasi belajar tersebut merupakan tolak ukur seorang siswa dalam menempuh pendidikan karna hal tersebut salah satu kegunaan prestasi belajar yaitu untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi seorang guru BK. Guru BK sangat dibutuhkan dalam menangani permasalahan siswa, terutama permasalahan menurunnya prestasi siswa dengan berbagai layanan yang dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Masalah yang timbul dalam kehidupan anak didik di sekolah yang bisa menggangu mental secara serius dan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa, dapat disebutkan antara lain: masalah dalam keluarga atau dirumah, masalah di sekolah, masalah pengisian waktu luang, tidak mempunyai hobi, tidak puas karna membuang waktu dengan “ngeluyur”, pengatuh jelek dari teman yang membawa kebentuk-bentuk rekreasi yang merugikan, pacaran, dan masalah dengan dirinya sendiri.
4
Salah satu point tersebut terdapat permasalahan keluarga atau di rumah yang menjadi salah satu penyebab turunnya prestasi belajar, yang dijelaskan bahwa “Interaksi antara anggota-anggota keluarga kurang harmonis, perpecahan rumah tangga (broken home), keadaan ekonomi yang terlalu kurang atau terlalu mewah, perhatian orang tua terhadap prestasi di sekolah kurang atau keterlaluan dengan menuntut terlalu banyak” (Djamarah. 2017 : 114).
Berdasarkan pemaparan tersebut salah satu permasalahan yang mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun adalah faktor keluarga atau di rumah, hal tersebut dikarenakan berbagai permasalahan ketidak pedulian, pertengkaran atau perselisihan, penelantaran, ekonomi yang terlalu kurang dan terlalu mewah dan sebagainya, hal tersebut sangat berdampak buruk terhadap konsentrasi, minat dan kemauan siswa untuk belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Hal yang dapat memberikan sebuah konstribusi bagi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar.
Seperti yang telah disebutkan, lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi belajar di sekolah. Karna sebagian waktu siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik-kakak siswa adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga merupkan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa. Maka sepatutnya orang tua mendorong, memberi semangat, membimbing dan memberi tauladan yang baik kepada anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak serta keadaan keuangan yang tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa (Tu’u. 2004: 80). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah lingkungan keluarga, yang mana keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
5
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, dimana mereka tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh kepala keluarga. Keluarga sosialisasi primer yang artinya lingkungan masyarakat pertama yang dikenal seseorang ketika lahir. Sebagai media sosialisasi primer, sudah tentu keluarga lah yang paling berpengaruh dalam membentuk karakter dalam diri seseorang. Sebagaimana orang tersebut hidup, bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat, bagaimana cara dalam menyelesaikan problem didalam hidupnya, dan segala permasalahan yang ada yang berhubungan langsung dengan kehidupan kita adalah karena faktor keluarga.
Banyak hal yang mempengaruhi faktor prestasi belajar siswa terutama permasalahan yang terjadi disekitar hidupnya, baik itu permasalahan lingkungan, orang tua dan kesehatan. Salah satunya adalah.
Faktor orang tua, orang tua merupakan model bagi seorang anak, dan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jika seorang anak dididik dengan penuh kasih sayang, memberikan sritauladan yang baik oleh orang tua, hal tersebut merupakan sebuah alat yang bisa digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak dirumah, agar anak dapat meningkatkan mutu belajarnya (Nasution, 1989 : 71-73).
Khairuddin (dalam Irma, 2018: 3) “keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan”. Keluarga merupakan unit terkecil didalam masyarakat yang dimana disana terdapat hubungan darah disana terdiri dari ayah, ibu, anak-anaknya.
Menurut Gunarsa (dalam Handayani, 2016: 410) bahwa keharmonisan keluarga merupakan suatu keadaan keluarga yang utuh dan bahagia, serta didalamnya ada ikatan kekeluargaan yang memberikan rasa aman dan tentram bagi setiap anggotanya. Dalam keluarga harmonis terdapat hubungan yang baik antar anggota keluarga, yaitu hubungan antara orang tua (ayah-ibu), dan anak-anaknya.
6
Menurut pemaparan tersebut keharmonisan yang tercipta di dalam suatu keluarga harus memliki keutuhan, kebahagiaan, rasa aman, tentram, hubungan yang baik yang terjadi antara anggota keluarga. Sedangkan Basri (1996 : 111) keharmonisan keluarga, yaitu.
Keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.
\
Salah satu fungsi dan tanggung jawab orang tua yang mendasar terhadap anak adalah memperhatikan pendidikannya dengan serius. Memperhatikan pendidikan anak, bukan hanya sebatas memenuhi perlengkapan belajar anak atau biaya yang dibutuhkan, melainkan yang terpenting adalah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi kepada anak, agar anak berprestasi dalam belajar. Oleh karena itu, kedua orang tua bertanggung jawab dalam memperhatikan pendidikan anak, baik perlengkapan kebutuhan sekolah dan juga memberikan perhatian terhadap belajar anak dirumah dan disekolah.
Dukungan kondisi keluarga yang harmonis juga dapat menstimulus siswa untuk meningkatkan aktifitasnya dalam belajar agar prestasi belajarnya disekolah akan tercapai dengan baik. Namun jika kondisi keluarganya tidak harmonis dan kurang mendapat dukungan dari keluarga bisa saja mengakibatkan siswa kurang dalam kegiatan belajar dan akan mempengaruhi prestasi belajarnya, dengan demikian kondisi keharmonis keluarga mempunyai peranan penting. Menurut (Setiawati, 2015: 328) orang tua adalah.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak. pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua, masyarakat, dan sekolah. Orangtua adalah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan. Hubungan antara orang tua dan anak sangat penting dalam menentukan kemajuan belajar anak. Menurut Cheng menjelaskan bahwa Family support is a set of beliefs and an approach to strengthening and empowering families, wich will prositively affect children’s development and learning. Dapat dimaknai bahwa dukungan lingkungan keluarga merupakan seperangkat
7
keyakinan dan pengembangan yang bersifat positif dalam membentuk perkembangan dan belajar anak, Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak, karna keluarga merupakan orang-orang terdekat baginya.
Dipahami bahwa orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anak, peran keluarga terutama orang tua sangat berpengaruh pada perkembangannya, karna hal tersebut anak berhak mendatkan pendidikan dan pengajaran dari orang tuanya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Darahim, 2015 : 132) “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan jati dirinya sesuai dengan potensi kecerdasan dan kemampuan intelektual yang dimiliki”. Dapat dipahami bahwa orang tua wajib untuk memenuhi hak anak termasuk dalam memberikan dan memfasilitasi pendidikan dan pengembangan anaknya, karna hal tersebut untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan intelektual yang dimiliki, dan mendapatkan prestasi untuk masa depan yang diinginkannya dan hal tersebut juga merupakan hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam berpendidikan.
Dalam kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari keluarga yang bahagia yang dapat menunjang prestasi anak dalam belajar kurang terealisasikan dikarenakan sering terjadi permasalahan di dalam keluarga, baik itu permasalahan komunikasi dalam keluarga yang kurang baik, pertengkaran atau percekcokan ayah dan ibu, antara orang tua dan anak, komunikasi dalam keluarga yang kurang baik yang menyebabkan terpengaruhnya hasil belajar siswa. Apabila hal ini berlangsung terus maka akan menyebabkan terjadinya perceraian. Iklim keluarga yang tidak sehat ini akan mempengaruhi perkembangan emosi anak, kemudian berpengaruh terhadap perilaku anak, yang akhirnya prestasi belajarnya mundur.
8
Setiap orang tua bertanggung jawab terhadap anaknya, karena anak adalah amanah dari Allah SWT, sehingga apa yang kita lakukan terhadap anak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Allah SWT berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At- Tahrim/66:6).
Berdasarkan pemaparan di atas orang tua memiliki peran dan tanggung jawab terhadap anaknya yaitu :
1. perawatan. Tanggung jawab orang tua dalam menjaga kebersihan serta kesehatan anak.
2. Pengasuhan. Memenuhi kebutuhan pangan(mangkanan yang cukup dan bergizi), papan (kebutuhan pakaian anak yang bersih, sehat, dan layak untuk anak) dan sandang (kebutuhan tempat tinggal yang aman, nyaman, dan menyenangkan).
3. Pendidikan. Dalam hal pendidikan orang tua bertanggung jawab untuk memberikan keteladanan dan pembiasaan untuk membangun karakter positif anak dalam kehidupannya, serta memberikan ransangan dan latihan agar kemampuannya meningkat (Subdit bina keluarga sakinah, 2017:101).
Jadi berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memberikan pendidikan kepada anak yaitu menjadi sritauladan bagi anak untuk menjadi karakter yang baik dimasa depan. Serta meningkatkan semangat dan keinginan anak untuk meraih sesuatu hal yang baik, dan membantu anak untuk meningkatkan kemampuannya seperti kemampuan belajar anak disekolah agar anaknya menjadi anak yang berprestasi di sekolah.
9
Hawari (dalam Isminayah dan Supandi 2016: 236) bahwa keharmonisan keluarga sendiri mempunyai beberapa kualifikasi yaitu menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga, saling menghargai sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim dan adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Setiap orang pasti mendambakan keluarga yang harmonis, keluarga yang penuh dengan rasa aman, tenang, riang gembira dan saling menyayangi diantara anggota keluarga. Keluarga harmonis akan tercipta jika setiap anggota keluarga menyadari dan mengakui hak dan kewajiban masing-masing. Untuk menciptakan keharmonisan dalam keluarga juga diperlukan adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Dengan terciptanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga, hal itu akan menumbuhkan rasa saling pengertian, rasa aman dan ketenangan bagi anak. Dengan adanya rasa saling pengertian, rasa aman dan ketenangan tersebut akan berpengaruh pada proses belajar anak, dan hal itu akan berdampak pada prestasi belajarnya. Menurut penulis apabila dalam sebuah keluarga seorang anak mendapatkan bimbingan, pengawasan, rasa aman, perhatian, sikap saling pengertian dan kasih sayang dari anggota keluarga lain maka hal itu akan mengakibatkan anak menjadi termotivasi untuk belajar sehingga anak bisa meraih prestasi belajar yang baik.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 12 September 2018 dengan Guru BK MAN Kota Solok menyatakan bahwa, ada sebagian siswa yang mengalami permasalahan di dalam keluarganya yang menyebabkan siswa sering tidak berkonsentrasi dalam belajar, dan juga siswa tidak semangat dalam memelaksanakan segiatan belajar, yang menyebabkan nilai siswa mengalami penurunan, permasalahan tersebut yaitu.
1) Orang tua siswa yang hanya peduli akan prestasi yang diperoleh anaknya tanpa memberikan perhatian karna sibuk dengan pekerjaannya, orang tua hanya mengharapkan seorang anak dapat berprestasi dalam belajar tetapi orang tua lupa memberikan perhatian kepada anaknya seperti acuh saat anak pulang sekolah tampa menanyakan sesuatu hal kepadanya.
10
2) Keluarga selalu beranggapan bahwa kegiatan belajar di sekolah sudah cukup untuk memenuhi pendidikan anaknya, orang tua beranggapan pendidikan seorang anak cukup hanya disekolah saja, sedangkan pendidikan dirumah biasanya berkaitan dengan prembentukan karakter anak yang sesuai dengan adat dan norma dalam keluarga tersebut, dan jika hal tersebut dilupakan oleh orang tua maka pendidikan karakter anak sangatlah kurang.
3) Sering terjadi percekcokan atau kegaduhan antara kedua orang tua ataupun orang tua dengan anaknya yang dimana hal tersebut menyebabkan anak tidak nyaman dirumah.
4) Broken home atau single perent, seorang anak yang mengalami permasalahan seperti pertengkaran orang tua, kekerasan yang dilakukan oleh ayah ataupun ibu, dan juga hidup hanya dengan ibu saja tampa seorang ayah yang membimbingnya.
5) Permasalahan ekonomi, yang dimana perekonomian keluarga yang terlalu rendah dan terlalu mewah, seperti tidak berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi kebuthan anak untuk sekolahnya.
Hal ini menyebabkan menurunnya motivasi anak dalam belajar karna hal tersebut siswa menjadi sering melamun, tidak semagat dalam belajar di sekolah, rendah diri, sering bolos sekolah, membangkang kepada guru, berusaha mencari perhatian orang lain dengan tindakan yang meresahkan dan lain sebagainya, hal tersebut berakibat pada prestasi belajar siswa yang menurun.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di MAN Kota Solok untuk mengetahui hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa. Untuk memudahkan dalam menemukan informasi yang lebih akurat, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok”.
11
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan hal di atas sebagai berikut :
1. Hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok.
2. Hubungan interaksi sosial dengan prestasi belajar siswa.
3. Upaya guru BK dalam menagani permasalahan menurunnya prestasi belajar siswa.
4. Banyaknya permasalahan siswa dalam belajar yang disebabkan oleh masalah keluarga.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada, “hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok”.
D. Perumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “apakah terdapat korelasi yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok”.
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumudsn diatas, adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok.
F. Kegunaan penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Kota Solok.
12 a. Bagi Keluarga
Diharapkan orang tua bisa memahami pentingnya mewujudkan keharmonisan dalam keluarga, memberikan perhatian, pengawasan dan motivasi belajar pada anak-anaknya agar memperoleh prestasi belajar yang optimal.
b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui pentingnya menjalin hubungan yang baik dalam keluarga yang nantinya akan berdampak pada prestasi belajar mereka.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pendidik dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat belajar, sehingga peserta didik semakin termotivasi untuk belajar agar bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasional, konkrit, dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari variabel penelitian berikut :
Keharmonisan keluarga menurut Hawari (dalam Isminayah dan Supandi 2016: 236) bahwa.
Keharmonisan keluarga sendiri mempunyai beberapa kualifikasi yaitu menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga, saling menghargai sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim dan adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Keharmonisan keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang dapat menciptakan kehidupan yang beragama di dalam keluarga, mempunyai waktu berkumpul dan bercerita dengan keluarga, mempunyai komunikasi yang baik dan efektif antar anggota keluarga, saling menghargai antar anggota keluarga, memiliki konflik yang minim dan adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
13
Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil usaha belajar yang telah dicapai seseorang siswa, prestasi belajar ditunjukkan dalam jumlah nilai raport atau tes nilai sumatif yaitu nilai rata-rata raport ujian semester genap dari seluruh mata pelajaran siswa kelas XI (1) MAN Kota Solok.
14 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu kegiatan yang telah dilakukan, di dalam lingkup pendidikan setiap jangka waktu tertentu, diadakan suatu tes untuk mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan, berdasarkan hasil tersebut selanjutnya guru mengadakan penilaian terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajarannya. Dari hasil evaluasi tersebut, guru akan memberikan penilaian terhadap prestasi belajar yang dicapai setiap siswa. Prestasi belajar merupakan pengukuran terhadap siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, mengalami atau melakukannya. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap atau tingkah laku ke arah yang lebih baik. Jadi dengan belajar orang akan dapat merasakan hasilnya dan yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu (Partiyem. 2016: 32).
Penjelasan tersebut tujuan dari aktivitas belajar adalah perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Kemajuan yang diperoleh itu tidak saja berupa ilmu pengetahuan, tapi juga berupa kecakapan atau keterampilan, semuanya bisa diperoleh di bidang suatu mata pelajaran tertentu.
kemudian untuk mengetahui penguasaan setiap siswa terhadap mata pelajaran tertentu itu dilaksanakanlah evaluasi, dari evaluasi itulah akan dapat diketahui kemajuan siswa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
Pendapat lain dari Astuti (2015 : 70) menjelaskan bahwa definisi prestasi belajar, yaitu:
Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu berdasarkan hal tersebut, prestasi adalah hasil yang telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Biasanya ukuran prestasi belajar siswa dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau kata. Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi dengan menggunakan standar tertentu, baik berdasarkan norma kelompok atau norma yang tidak ditetapkan.
Pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar tersebut merupakan penguasaan ilmu pengetahuan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Prestasi ini berguna untuk mengukur seberapa pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah.
Diperjelas oleh Tu’u (2004: 75) bahwa “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Dapat dipahami bahwa prestasi belajar tersebut merupakan usaha kerja atau belajar yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti sebuah tes, menunjukkan kecakapan yang dicapai dalam berbentuk nilai, kemudian diukur dan dinilai dalam bentuk berupa angka atau suatu peryataan yang dicatat kedalam bukti lapor yang diberikan pada akhir semester pembelajaran. Prestasi belajar ini merupakan alat ukur pemahaman siswa terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap bagai mana siswa di sekolah.
b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Banyak hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa baik itu dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar diri individu itu sendiri yang sebagaimana dijelaskan menurut Merson. U. Sangalang ada beberapa faktor dan mendasar yang memberi kontribusi bagi keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1) Kecerdasan, tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar.
2) Bakat, bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir.
3) Minat dan perhatian. Minat dan perhatian yang tinggi pada matap elajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.
4) Motif, motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu.
5) Cara belajar.
6) Lingkungan keluarga, , keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa.
Dipahami bahwa tujuh faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa baik itu faktor yang ada didalam diri siswa seperti kecerdasan, bakat, minat motif, cara belajar siswa, dan juga faktor dari luar diri siswa tersebut yakninya lingkungan keluarga dan juga lingkungan sekolah siswa. Lebih jelasnya salah satu point menjeskan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah faktor lingkungan keluarga yang dapat dipahami bahwa lingkungan keluarga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dikarenakan lingkungan keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa.
Nasution menjelaskan bahwa dalam mencapai prestasi belajar yang baik seorang anak selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang terjadi disekitar hidupnya, baik itu terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulannya dalam masyarakat.
1) Faktor lingkungan: faktor lingkungan ini sangat besar perannya dalam mempengaruhi perkembangan dan kegiatan belajar seorang anak. Bila lingkungan tempat anak bergaul terdiri dari orang-orang yang rajin belajar, makan dengan sendirinya anakpun akan terpengaruh pula, sehingga si anak akan bergiat pula belajar dalam mengejar prestasi yang baik, begitupun sebaliknya.
2) Faktor orang tua: orang tua merupakan model yang akan ditiru anak dalam gerak kehidupannya. Bila dalam kehidupan keluarga, tingkah laku orang tua dapat dijadikan sebagai alat pendidikan bagi anak-anak, yang dapat ditiru dan diteladaninya, maka akan memudahkan anak-anak untuk meningkatkan mutu belajar. Sehingga anak akan lebih terarah lagi untuk dapat mendisiplin dirinya sendiri dalam mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
3) Faktor kesehatan: kesehatan memegang peran yang sangat penting sebab seorang anak yang selalu sakit-sakitan tidak akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga hasil yang akan dicapainya pun tidak akan mengembirakan. (Nasution, 1989 : 71-73).
Banyak hal yang mempengaruhi faktor prestasi belajar siswa terutama permasalahan yang terjadi disekitar hidupnya, baik itu terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulannya dalam masyarakat. Seperti yang telah dijabarkan di atas salah satunya adalah faktor orang tua, orang tua merupakan model bagi seorang anak, dan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jika seorang anak dididik dengan penuh kasih sayang, memberikan sritauladan yang baik oleh orang tua, hal tersebut merupakan sebuah alat yang bisa digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak dirumah, agar anak dapat meningkatkan mutu belajarnya. c. Penghambat prestasi siswa
Para siswa pada masa sekarang ini, memang menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai dalam pembelajaranpun terhambat dan belum optimal. Selain hambatan dan tantangan tersebut, ada hal-hal lain yang dapat menghambat optimalisasi prestasi siswa. Hambatan itu antara lain dapat berasal dari dalam dirinya, tetapi juga daru luar dirinya .
1) Faktor penghambat dari dalam
Faktor penghambat dari dalam meliputi sebagai berikut.
a) Faktor kesehatan. Siswa yang kesehatannya sering menganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat, hal itu membuatnya tertinggal pelajaran.
b) Faktor kecerdasan. Siswa yang tingkat kecerdasannya yang rendah akan menyebabkan kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat.
c) Faktor perhatian. Perhatian disini terdiri dari perhatian dalam belajar dirumah dan disekolah. Perhatian yang kurang memadai tersebut akan berdampak kurang baik bagi hasil pembelajaran.
d) Faktor minat. Minat adalah kecendrungan yang tinggi terhadap sesuatu.
e) Faktor bakat. Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, potensi
selanjutnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi (Tu’u. 2004 : 82-83).
Berdasarkan pemaparan diatas merupakan penghambat bagi prestasi siswa, bisa terjadi karena diri siswa itu sendiri, baik ia yang rendah diri tau tidk percaya diri terhadap dirinya, kemampuan dirinya, minat yang kurang untuk menempuh pendidikan, dan juga faktor kesehatan yang terganggu. Hal tersebut dapat menggangu proses pembelajaran siswa sehingga dapat menyebabkan nilai prestasi siswa menurun secara drastis.
2) Faktor penghambat dari luar
Penghambat dari luar meliputi sebagai berikut :
a) Faktor keluarga. Faktor ini dapat berupa faktor orang tua. Misalnya, cara orang tua mendidik anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang, hubungan orang tua dengan anak yang kurang baik. Kemudian faktor suasana rumah. Misalnya, suasana rumah yang ramai, hubungan anggota keluarga kurang harmonis dan sering cekcok. Terakhir, faktor ekonomi keluarga. Kalau ekonomi keluarga kurang, kebutuhan hidup dan perlengkapan belajar belum dapat terpenuhi dengan baik. Sebaliknya, bila ekonomi keluarga sangat baik, kebutuhan hidup dan belajar dapat dipenuhi serta dilengkapi bahkan melimpah, Dapat terjadi pula perhatian anak pada pelajaran menjadi kurang, kecendrungan bermain dan santai meningkat. Ketiga faktor tersebut kerap kali menjadi penghambat bagi prestasi belajar siswa.
b) Faktor sekolah. Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran. Misalnya, metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan materi, monoton, kurang variatif, sehingga kurang menarik dan membosankan bagi siswa.
c) Faktor disiplin sekolah, bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar anak.
d) Faktor masyarakat. Faktor media massa, faktor teman gaul yang kurang baik hal tersebut merupakan yang paling banyak merusak prestasi belajar dan perilaku siswa.
e) Faktor lingkungan tetangga. Misalnya, banyak penganggur, berjudi, mencuri, minum-minum, cara bicara kurang sopan
lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
f) Faktor aktivitas organisasi. Bila siswa sangat potensional, banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar dan juga dapat menggangu hasil belajar apabila siswa tidak mengatur waktu dengan baik. (Tu’u. 2004 : 84-86).
Jadi, ketika seorang siswa gagal dalam studi atau kurang baik hasil belajar atau prestasinya, belum tentu karena tidak pandai atau bodoh. Kegagalan atau kurang baiknya hasil belajar atau prestasi siswa dapat terjadi karna faktor-faktor yang disebutkan di atas. Terutama adalah faktor keluarga yang dimana pola pendidikan, asuhan serta dukungan dari keluarga yang tidak memadai maka hal ini sangat menyebabkan hambatan bagi seorang anak dalam meraih prestasi belajar.
d. Ciri-ciri berprestasi unggulan
Seorang siswa yang memiliki prestasi belajar yang bagus disekolah dapat dilihat dari berbagaihal baik itu dari bagaimana cara belajar dan sikap yang ditunjukkan oleh siswa tersebut tang dimana menurut Tu’u (2004: 15) ciri-ciri siswa yang unggul adalah.
1) Motivasi berpikir dan berkarya yang berorientasi pada prestasi unggul.
2) Motivasi dalam mengembangkan bakat dan potensi diri untuk mencapai unggulan.
3) Daya saing sekaligus daya kerja sama yang tinggi; daya nalar yang tinggi serta matang dan berkeseimbangan.
4) Kemampuan untuk berprakarsa; kemampuan untuk memperhitungkan resiko, sikap pencapaiaan prestasi dalam rangka persaingan.
Sedangkan menurut Hamzah (2006: 23) ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi dalam dirinya adalah :
1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan.
3. Mempunyai dan menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4. Lebih sering bekerja secara mandiri. 5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
7. Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah atau soal-soal.
Jika seorang siswa memiliki ciri-ciri di atas, maka kegitan belajar dapat diikuti dengan baik. Siswa tersebut cendrung tekun dalam mengerjakan tugas sekolah, ulet dalam mengerjakan dan memecahkan berbagai masalah dan hambatannya secara mandiri. Siswa tersebut juga tidak akan terjebak kepada rutinitas yang tidak efektif, dapat mempertahankan pendapatnya serta memiliki pandangan yang rasional dengan permasalahan hidup atau apapun yang dihadapinya.
e. Kegunaan prestasi belajar
Prestasi belajar bukan hanya sebagai pengukur kemapuan siswa dan pemahaman dalam belajar siswa tetapi juga banyak hal seperti yang dikemukakan oleh, Siagian (2015: 125) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya antara lain sebagai “Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, untuk menentukan kebijakan sekolah”.
Dari penjelasan di atas dipahami bahwa prestasi belajar tersebut merupakan tolak ukur seorang siswa dalam menempuh pendidikan. Karena hal tersebut salah satu kegunaan prestasi belajar yaitu untuk keperluan sebagai data dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan penyuluhan atau bimbingan konseling bagi seorang guru BK.
f. Penyebab permasalahan turunnya prestasi siswa
Berbagai hal yang dapat menyebabkan prestasi belajar siswa menrun baik itu karna faktor diri individu itu sendiri maupun dari lingkungan individu tersebut yang menyebabkan turunya prestasi
belajanya, dimana menurut Winkel (dalam Djamarah 2017: 113-114) masalah yang timbul dalam kehidupan anak didik di sekolah yang bisa menggangu mental secara serius dan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar beraneka ragam, dapat disebutkan antara lain :
1) Masalah dalam keluarga atau di rumah, interaksi antara anggota-anggota keluarga kurang harmonis, perpecahan rumah tangga (broken home), keadaan ekonomi yang terlalu kurang atau terlalu mewah, perhatian orang tua terhadap prestasi disekolah kurang atau keterlaluan dengan menuntut terlalu banyak.
2) Masalah di sekolah atau dalam belajar dirumah, motivasi belajar yang kurang sesuai, pilihan jurusan yang keliru, taraf prestasi belajar yang mengecewakan, cara belajar yang salah, kesukaran dalam mengatur waktu, guru bertindak kurang pedagogid atau malahan kejam, peraturan sekolah yang terlalu ketat atau terlalu lunak, retak hubungan baik dengan teman-teman sekelas, dan lain sebagainya.
3) Masalah pengisian waktu luang ,tidak mempunyai hobi, tidak puas karna membuang waktu dengan “ngeluyur”, pengatuh jelek dari teman yang membawa ke bentuk-bentuk rekreasi yang merugikan, pacaran dengan semua problemnya (cinta monyet, rasa iri, dan cemburu, cinta segi tiga, simpati, dan antipati).
4) Masalah dengan dirinya sendiri, penilaian terhadap dirinya sendiri yang terlalu tinggi atau rendah sehingga timbil pemberontakan dengan kenyataan, gelisah karna cita-citanya mungkin tidak tercapai dan sebagainya.
Banyak hal yang membuat prestasi siwa menurun baik itu permasalahan di dalam diri siswa itu sendiri dan juga permasalahan yang terjadi dilingkungannya siswa. Berbagai macam permasalahan tersebut menyebutkan terdapat persoalan yang ditimbulkan dari dalam keluarga atau rumah siswa, baik itu keluarga yang kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada siswa, permasalahan keluarga yang sering terjadi keributan, dan keadaan ekonomi keluarga yang sangat kurang atau terlalu mewah, hal-hal tersebutlah yang sering dialami oleh siswa.
2. Keharmonisan Keluarga
a. Pengertian keharmonisan keluarga
Keluarga sebagai salah satu agent of change menjadi tempat penting bagi setiap anggota yang berada di dalamnya. Secara emosional, dukungan keluarga menjadi kebutuhan dari setiap anggotanya. Hal ini dikarenakan keluarga menjadi tempat untuk seseorang memperoleh kenyamanan, cinta, dukungan emosional. Semua itu menjadi kebutuhan dari setiap anggota keluarga agar mereka menjadi bahagia, sehat, dan aman.
Keluarga merupakan lambang terkecil dalam masyarakat, yang dapat menentukan derajat kesejahteraan masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada kesejahteraan perorangan yang dipengaruhi oleh kesejahteraan keluarga. Demikian pula kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan hidup keluarganya. Keluarga terbentuk melalui sebuah perkawinan yang akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, karena perkawinan sangat dianjurkan oleh islam bagi yang telah mempunyai kemampuan (Ghazaly, 2006:13).
Keluarga adalah saling memberikan rasa kasih sayang, harmonis, jujur dan adil dengan berusaha untuk saling isi mengisi satu sama lain dengan penuh jiwa toleransi dan kasih sayang serta saling menghargi perbedaan satu sama lain. Karena itu, keharmonisan adalah pondasi (landasan) untuk menciptakan suasana kehidupan suatu keluarga yang aman, damai dan tentram serta bahagia dan sejahtera. Keharmonisan tersebut adanya keseimbangan, keserasian, saling pengertian dan saling memahami serta keteraturan. Gunarsa berpendapat bahwa keharmonisan berasal dari kata “harmonis” yang artinya adalah selaras, serasi, atau hal atau keadaan yang selaras atau serasi dalam rumah tangga.
Keharmonisan keluarga, yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996: 111).
Senada dengan itu, Darahim (2015: 128) menyebutkan bahwa pengertian “keluarga harmonis adalah keluarga yang hidup dengan penuh suasana saling pengertian dan toleransi satu sama lain terhadap kelebihan dan kekerungn dari pasangan hidupnya, karena tidak ada manusia yang sempurna”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga harmonis adalah keluarga yang hidup antara ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga tersebut ada rasa cinta, kasih sayang, kenyamanan dan saling melindungi atau menjaga satu sama lain agar tercipta keluarga yang bahagia, sehat, aman dan sejahtera.
b. Landasan keluarga harmonis
Keluarga harmonis, bahagia, dan sejahtera adalah keluarga yang dibentuk dan dibina melalui komitmen yang kuat yang didasari oleh beberapa landasan, yang dijeaskan Darahim (2015: 130-132) sebagai berikut :
1) Keluarga dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah menurut hukum dan agama yang diyakininya sehingga tercatat secara sah melalui pemberian surat nikah yang diberikan kepada pasangan suami-istri tersebut.
2) Keluarga bisa hidup bahagia sejahtera apabila mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar (sandang, papan, pangan, dan perkerjaan) dan terbina rasa kasih sayang, toleransi dan salng menghargai satu sama lain tampa harus menggantungkan diri pada orang lain termasuk dari orang tua masing-masing.
3) Kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera dapat memberi pengaruh kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan suami-istri serta anak-anaknya Kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai wujud dari manusia yang beragama dan pandai berterima kasih kepada tuhan sebagai penguasa alam semesta ini.
4) Keluarga sejahtera berkewajiban untuk membina dan memelihara hubungan yang baik, selaras, serasi dan seimbang antar unsur dalam keluarga (internal) serta hubungan dan kerjasama sengan keluarga besar lain (eksternal) baik dari pihak keluarga suami maupun keluarga istri.
5) Keluarga yang bisa membina hubungan yang harmonis ke dalam dan dengan anggota keluarga besar lainnya akan mudah untuk
membina kerjasama dengan warga masyarakat di lingkungan tempat tinggal atau di lingkungan tempat kerja atau usaha suami atau istrinya.
Dari berbagai landasan yang membuat keharmonisan keluarga tercipta itu membutuhkan kerjasama antar anggota keluarga baik itu dari suami, istri, anak dan keluarga besar lainnya baik itu dari pernikahan yang sah menurut agama dan Negara, juga mengerti dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga serta hubungan dan berkomunikasi dengan keluarga dengan baik. Apabila landasan tersebut terpenuhi oleh sebuah keluarga maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga yang harmonis.
c. Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga
keluarga memiliki fungsi bagi keberlangsungan hidup seorang individu karna keluarga merupakan hal paling terdekat, dan yang memiliki hubungan yang erat dan sah, oleh karna itu keluarga memiliki fungsi untuk menciptakan keharmonisan dan dikerjakan secara kompak dan bekerja sama sebagaimana PP No. 21 tahun 1994 (dalam Darahim, 2015: 142-147) tentang “pembangunan keharmonisan keluarga ada 8 fungsi keluarga, tetapi perlu ditambah menjadi 10 fungsi keluarga yang harus dijalankan suami istri baik sebagai pasangan hidup maupun sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Tugas fungsi ini harus dikerjakan bersama dengan konsekuen, konsisten, dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga. Setiap fungsi harus dikerjakan suami istri baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan sadar dan bertanggung jawab di dunia dan di akhirat, kepada anak, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta agama”. Tugas fungsi itu adalah :
1) Fungsi keagamaan. 2) Fungsi sosial budaya.
3) Fungsi cinta dan kasih sayang. 4) Fungsi perlindungan.
6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan. Karena itu anak adalah kewajiban pertama dan utama orang tua kemudian baru diserahkan ke sekolah dan lain-lain. Itulah sebabnya orang tua harus terdidik dan pintar agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik.
7) Fungsi ekonomi
8) Fungsi keselarasan lingkungan
9) Fungsi pembinan hidup disiplin, tertib dan teratur 10) Fungsi pembinaan menegakkan hukum dan keadilan.
Didalam pelaksanaan fungsi keluarga tersebut ada point ke enam tentang fungsi sosialisasi dan pendidikan. Dapat dipahami bahwa seorang suami istri didalam suatu keluarga yang telah memiliki seorang anak, orang tua paham betul akan kelarga adalah tempat pendidikan pertama bagi anak, baik itu merawat, membimbing dan mengarahkan, maka sangat pentinglah seorang ayah dan ibu harus berpendidikan agar mendidik anak-anaknya dengan baik.
d. Ciri-ciri keluarga harmonis
Masyarakat Indonesia mempunyai istilah yang beragam terkait dengan keluarga yang harmonis, ada yang memggunakan istilah keluarga sakinah, keluarga sakinah mawaddah wa rohmah (keluarga samara), keluarga maslahah (maslahul usrah), keluarga samawa dan berkah, keluarga maslahah, keluarga sejahtera dan lain-lainnya. Semua konsep keluarga harmonis dengan nama yang berbeda ini sama-sama mensyaratkan terpenuhinya kebutuhan batiniyah dan lahiriyah dengan baik.
Keluarga harmonis menurut Nahdatul Ulama dalam Subdit Bina Keluarga Sakinah (2017 : 14) “menggunakan istilah maslahah yaitu keluarga yang dalam hubungan suami-istri dan orang tua-anak menerapkan prinsip-prinsip keadilan (I’tidal), keseimbangan (tawazzun), moderat (tawasuth) toleransi (tasamuh) dan amar ma’ruf nahi mungkar, berakhlak karimah, samawa, sejahtera lahir batin,
serta berperan aktif mengupayakan kemaslahan lingkungan sosial dan alam sebagai perwujudan islam rahmatan lil’alamin”.
Dalam Subdit Bina Keluarga Sakinah (2017: 14) dijelaskan bahwa keluarga maslahah atau harmonis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Suami dan istri yang saleh, yakni bias mendatangkan mamfaat dan faedah bagi dirinya, anak-anaknya, dan lingkungannya, sehingga darinya, anak-anaknya, dan lingkungannya sehingga darinya tercermin perilaku dan perbuatan yang bias menjadi taladan (uswatun hasanah) bagi anak-anaknya maupun orang lain.
2) Anak-anaknya baik (abrar), dalam arti berkualitas, berakhlak mulia, sehat ruhani dan jasmani, produktif dan kreatif sehinggan pada saatnya dapat hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain dan masyarakat.
3) Pergaulannya baik, maksudnya pergaulan anggota keluarga itu terarah, mengenal lingkungan yang baik, dan bertetangga dengan baik tampa mengorbankan prinsip pendirian hidupnya.
4) Berkecukupan rizki (sandang, pangan, dan papan). Artinya tidak harus kaya atau berlimpah harta, yang penting bias membiayai hidup dan kehidupan keluarganya, dari kebutuhan sandang, pangan dan papan, biaya pendidikan dan ibadahnya. Penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa keluarga yang harmonis adalah dimana setiap anggota keluarga mendapatkan hak dan juga melaksanakan kewajiban mereka masing-masing, baik itu hak dan kewajiban seorang ibu, ayah atau pun anak. Menciptakan keluarga harmonis tersebut hal yang mempengaruhinya lagi adalah lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerja dan sekolah.
e. Hak-hak dasar anak dalam keluarga
Menciptakan keluarga harmonis dan sejahtera dalam keluarga berhak mendapatkan kewajiban dan hak mereka masing-masing baik itu suami, istri maupun anak. Seorang anak berhak mendapatkan haknya, yang mana perlindungan anak telah diatur tentang hak-hak
dasar anak secara hukum, yang harus ditunaikan oleh orang tua, masyarakat dan Negara sesuai dengan penjelasan Darahim (2015: 131-132) dalam UU NO. 23 Tahun 2002 antara lain sebagai berikut :
1) Setiap anak berhak hidup, tumbuh kembang. 2) Setiap anak berhak atas suatu nama.
3) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, bepikir dan berekspresi.
4) Setiap anak berhak memperoleh kesehatan dan jaminan social dengan kebutuhan fisik, mental dan spiritual serta social bagi anak.
5) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan jati dirinya sesuai dengan potensi kecerdasan dan kemampuan intelektual yang dimiliki.
6) Setiap anak tidak boleh diperlakukan diskriminatif, eksploitatif dan penelantaran.
Setiap anggota keluarganya berhak mendapatkan hak dan mengerjakan kewajibannya di dalam keluarga, baik itu hak seorang anak yang dijelaskan di atas, orang tua maupun anggota keluarga lainnya wajib untuk memenuhi hak anak baik itu dari segi hidup. Banyak kasus orang tua yang menggugurkan kandungannya karna berbagai alasan yang tidak masuk akal, hak seorang anak atas sebuah nama yang baik, beribadah sesuai dengan arahan orang tuanya tampa suatu paksaan, memperoleh kesehatan jasmani dan rohani, memperoleh pendidikan yang cukup dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan jati dirinya sesuai dengan potensi kecerdasan dan kemampuan intelektual yang dimiliki, dan tidak mendapatkan perlakuan diskriminatif dari kelurga maupun dari lingkungannya.
f. Aspek-aspek keharmonisan keluarga
Keluarga yang harmonis memiliki aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh setiap anggota keluarga untuk bisa terciptanya keluarga yang harmonis, yang dimana Menurut Hawari (dalam Isminayah dan
Supandi 2016: 236) bahwa keharmonisan keluarga sendiri mempunyai beberapa kualifikasi yaitu :
1) Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. 2) Mempunyai waktu bersama keluarga.
3) Mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga. 4) Saling menghargai sesama anggota keluarga. 5) Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
6) Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Dari pemaparan diatas tentang kualifikasi prestasi belajar dapat dijelaskan bahwa.
1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. Orang tua didalam keluarga harus mampu menciptakan kehidupan yang beragama taat dan bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan menjalankan segala apa yang harus dikerjakan dan menjauhkan segala apa yang dilarang atau tidak boleh dilakukan.
2. Mempunyai waktu bersama keluarga. Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak. Dalam kebersamaan tersebut anak merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak betah tinggal dirumah.
3. Mempunyai komunikasi yang baik antar keluarga. Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Menurut Kartini Kartano (2003: 76) mengemukakan bahwa
remaja akan merasa aman apabila orang tuanya tampak rukun, karena akan memberikan rasa aman dan ketenagan bagi anak. Komunikasi yang baik dalam keluarga juga dapat membantu remaja untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapinya diluar rumah. Dalam hal ini, agar anak lebih leluasa dan terbuka dalam menyampaikan semua permasalahan. 4. Saling menghargai sesama anggota keluarga. Keluarga yang
harmonis adalah yang memberikan tempat bagi setiap anggotanya untuk menghargai perubahan yang terjadi dan mengerjakan keterampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas.
5. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim. Factor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim. Jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, maka suasana rumah tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga keharmonisan setiap anggota berusaha menyelesaikan masalah dengan kepala dingi dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan yang dihadapi. 6. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota
keluarga. Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan keharmonisannya sebuah keluarga. Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat,maka antar anggotanya tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwijudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling menghargai.
Oleh karena itu, keenam aspek memiliki hungan yang erat antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, menciptakan keluarga harmonis peran orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat menentukan apakah keluarga tersebut bisa menjadi keluarga harmonis atau tidak.
3. Hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar. Hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar bahwa salah satu fungsi keluarga yaitu PP No. 21 tahun 1994 tentang pembangunan keharmonisan keluarga ada 8 fungsi keluarga, tetapi perlu ditambah menjadi 10 fungsi keluarga yang harus dijalankan suami istri baik sebagai pasangan hidup maupun sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Dan salah satunya yaitu didalam fungsi sosialisasi dan pendidikan yang dimana dijelaskan bahwa
Hidup keluarga merupakan proses sosialisasi dan sekaligus pembelajaran dalam menyatukan kebersamaan dan menghargai perbedaan satu sama lain. Fungsi tersebut semakin jelas dalam merawat, membimbing, dan mengarahkan perkembangan anak dari balita, usia sekolah dan usia remaja sampai dewasa. Karena itu anak adalah kewajiban pertama dan utama orang tua kemudian baru diserahkan ke sekolah dan lain-lain. Itulah sebabnya orang tua harus terdidik dan pintar agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik (Darahim, 2015 : 145).
Berdasarkan penjelasan di atas keluarga adalah pendidikan pertama bagi seorang anak, sebelum seorang anak diserahkan persoalan pendidikan anak-anaknya kesekolah, tapi bukan berarti kewajiban mendidik anak lepas dari kedua orang tuanya, keluarga atau orang tua bertugas menjaga dan membimbing dan mengarahkan anaknya untuk membantu perkembangan anak menjadi lebih baik.
Kemudian kita beranjak kedalam prestasi belajar yang dimana di dalam prestasi belajar tersebut terdapat faktor-faktor penentu prestasi belajar anak. Dimana dapat dijelaskan hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar, yakninya yang telah dijelaskan di dalam buku tambrin nasution tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan perestasi belajar, bahwa dalam mencapai prestasi belajar yang baik seorang anak selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang terjadi disekitar hidupnya, baik itu terjadi di rumah tangga maupun didalam