• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILOSOFI KWANGEN SEBAGAI SIMBOLIS TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FILOSOFI KWANGEN SEBAGAI SIMBOLIS TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FILOSOFI KWANGEN

SEBAGAI SIMBOLIS TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh:

Ni Gusti Ayu Putu Suryani

NIP. 19660915 199903 2 001

UPT-PPKB

(2)

KATA PENGANTAR

"Om Swastyastu"

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yaitu makalah yang berjudul "FILOSOFI KWANGEN SEBAGAI SIMBOLIS TUHAN YANG MAHA ESA".

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari yang namanya kata sempurna, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian.

Demikian sepatah kata yang dapat kami sampaikan, kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan wawasan kepada para khalayak umum serta para pembaca sekalian.

"Om Santih, Santih, Santih, Om"

Denpasar, 27 Januari 2020

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI... ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... ... 2 1.3 Metode Penulisan.... ... 2 1.4 Tujuan Penulisan ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3 2.1 Filosofi Kwangen ... 3

2.2 Unsur-unsur Estetika Kwangen.. ... 4

2.3 Hubungan Bentuk, Estetika, dan Fungsi ... 6

2.4 Komposisi Keindahan Kwangen ... 7

2.5 Solusi Agar Masyarakat Mengetahui Pentingnya Makna Kwangen ... 8

BAB III PENUTUP ... 10

3.1 Kesimpulan... ... 10

3.2 Saran ... 10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan keagamaan Hindu tak pernah lepas dari simbolisasi nilai-nilai agama yang diaplikasikan langsung ke dalam budaya lokal setempat daerah agama Hindu itu berkembang. Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan ritual. Pelaksanaan ritual dengan jenis upakara tertentu memiliki makna dan tujuan tertentu sesuai dengan jelas yadnya yang dilaksanakan. Demikian halnya yang terjadi di Bali, hampir sebagian besar dan bahkan secara keseluruhan nilai-nilai agama itu menjiwai kebudayaan Bali. Upakara memiliki kekuatan saling ketergantungan dengan puja, weda, sehe dan atmanastuti, karena upakara memiliki kekuatan jnana prawrti jnana, jnana dan kedua kekuatan itu adalah sebagai kekuatan Lingga atau kekuatan bhakti dan sradhanya umat hindu kehadapan Sang Hyang Widhi. Pembuatan upakara pada suatu upacara agama, sudah jelas dilihat dulu tattwa agamanya, agar fungsi dan tujuan dari upacaranya tidak melenceng dari tujuan si pelaksananya. Salah satu dari upakaranya adalah kwangen. Kwangen digunakan pada saat pelaksaan panca yajna. Kwangen memiliki lambang sebagai simbol Tuhan atau Om-kara. Meskipun bentuknya yang mungil dan terlihat sangat praktis dalam pembuatannya namun banyak sekali makna-makna penting yang terkandung di dalam setiap unsur pembentuk kwangen itu sendiri.

Kwangen adalah suatu tanda atau isyarat agar umat atau bhakta senantiasa mengingat, mengucapkan, dan mengharumkan nama suci Tuhan. Keberadaan kwangen sangat penting dalam upacara persembahyangan karena memiliki makna simbolik yang dipuja yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Widhi Wasa). Dalam lontar Siwagama disebutkan bentuk kwangen sebagai simbol "Om Kara" dalam bentuk upakara, kwangen memiliki ukuran bentuk yang kecil, yaitu bagian bawah lancip dan bagian atas mekar seperti bunga sedang kembang.

(5)

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa filosofi kwangen?

1.2.2 Apa saja unsur-unsur estetika pembentuk kwangen?

1.2.3 Apa hubungan antara bentuk, estetika, serta fungsi dari kwangen? 1.2.4 Bagaimana komposisi keindahan kwangen?

1.2.5 Bagaimana solusi agar masyarakat tahu makna kwangen?

1.3 Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah; metode observasi, dan metode perpustakaan.

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Agar kita mengetahui filosofi dari kwangen.

1.4.2 Agar kita mengetahui unsur-unsur estetika pembentuk dari kwangen.

1.4.3 Agar kita mengetahui hubungan antara bentuk, estetika, serta fungsi dari kwangen.

1.4.4 Agar kita mengetahui komposisi keindahan kwangen.

1.4.5 Agar kita mampu memberikan solusi yang tepat untuk memberitahukan masyarakat mengenai kwangen.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Kwangen

Kwangen berasal dari kata dasar "wangi" dalam bahasa j awa kuno yang artinya harum. Kemudian mendapatkan awalan 'ke' dan akhiran 'an' menjadi kewangian disandikan menjadi kwangen artinya keharuman yang berfungsi untuk mengharumkan nama Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa. Jika dikaitkan dengan huruf suci, kwangen merupakan sejenis upakara simbol "Om kara" (Niken Tambang Rara, 2006:2) "Om" adalah huruf suci, singkat dan mudah diingat. Demikian juga dalam bentuk upakaranya berupa kwangen yang memiliki bentuk kecil, mungil, praktis, dan indah serta berbau harum keharuman kwangen merupakan suatu pertanda atau isyarat agar umat atau bhakta senantiasa mengingat, mengucapkan, dan mengharumkan nama suci Tuhan. Keberadaan kwangen sangat penting dalam upacara persembahyangan karena memiliki makna simbolik yang dipuja yaitu Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sebagai simbolik Tuhan, tentunya 'kwangen' dibuat dengan bentuk yang indah dari bahan-bahan yang indah juga dan harum. Hal ini dapat dimaknai bahwa Tuhan adalah indah, harum, dan suci sehingga menarik untuk dipuja dan dimuliakan. Dalam lontar Siwagama disebutkan bentuk kwangen sebagai simbol "om kara" dalam bentuk upakara, 'kwangen' memiliki ukuran bentuk yang kecil, yaitu bagian bahwa lancip dan bagian atas mekar seperti bunga sedang berkembang. Kwangen biasanya terdiri dari ; kojong dari daun pisang, plawa, porosan, pis bolong, sampian kwangen, dan bunga-bunga harum yang ditusuk dengan semat. Semua bahan tersebut dipadukan atau disatukan. Porosan dan plawa dimasukkan kedalam kojong. Selanjutnya sampian kwangen, bunga-bunga harum, dan terakhir adalah pis bolong. Kwangen digunakan sebagai sarana dalam upacara yaitu sebagai pelengkap upakara atau bebantenan. Kwangen paling banyak digunakan dalam upacara persembahyangan. Selain itu juga sebagai pelengkap dalam upara untuk upacara Panca Yandya.

(7)

2.2 Unsur-unsur Estetika Kwangen

Keindahan (estetika) hasil dari kreativitas manusia baik sengaja atau tidak, pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kepuasan bathun atau rohani bagi masyarakat. Kehidupan manusia dalam kesehariannya selalu memerlukan keindahan untuk memenuhi kepuasan bathinnya, baik yang diperoleh dari keindahan alami maupun keindahan karya manusia. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan keindahan (estetika), karena keindahan sebagai penyeimbang logika manusia. Keindahan dan seni sebagai penghalus hidup manusia. Tanpa keindahan (estetika), hidup manusia akan terasa kaku dan kehilangan nilai rasa. Oleh karena itu kahadiran karya estetika sangat dibutuhkan manusia sebagai penghalus rasa dalam kehidupannya. Demikian juga halnya dalam simbol upakara "Omkara" dalam bentuk 'Kwangen' yang merupakan hasil buatan manusia yang mengandung nilai estetika. "Kwangen" memang bukan karya seni, karena tidak sengaja diciptakan untuk keperluan seni.

Akan tetapi tanpa disadari 'kwangen' yang merupakan sarana dalam persembahyangan umat Hindu di Bali memiliki keindahan (estetika). "Kwangen" sebagai sarana dalam persembahyangan yang ditujukan kepada Tuhan, hendaknya membawa suasana bathin yang indah, senang, suci, kusyuk dan nyaman sehingga memudahkan berkonsentrasi dalam memuja atau memulikan Tuhan. Karena itulah "kwangen" dibuat dengan bentuk yang indah yang mampu menciptakan suasana senang, suci, kusyuk dan nyaman dalam sembahyang.

Adapun unsur-unsur estetika dari kwangen, diantaranya:

1. Kojong kwangen

Kojong kwangen dibuat dari daun pisang, bagian bawahnya dibentuk lancip, bagian atas lebih lebar, dan bagian depan atas terlihat ada lekukan atau cekungan. Unsur ini dibentuk mengikuti kaidah-kaidah seni bentuk (seni rupa) sehingga bentuk yang ditampilkan indah untuk dilihat. Lekukan kojong kewangen melambangkan "Arda Candra", badan kojong melambangkan 'Suku Tunggal'.

(8)

2. Plawa

Plawa adalah sejenis daun-daunan (cukup selembar), daun yang dimaksud bisa dari daun kemuning, daun pandan harum, daun kayu (puring) atau daun sejenisnya. Pelawa tersebut melambangkan ketenangan dan kejernihan pikiran. Pelawa juga memiliki bentuk dan warna yang menarik sehingga dapat mendukung estetika "kwangen".

3. Porosan silih asih

Porosan silih asih adalah dua lembar daun sirih yang digabung berhadap-hadapan, ditengahnya berisi kapur sirih dan buah pinang. Porosan silih asih simbol dari kedekatan umat dengan Dewa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Unsur ini juga melengkapi keindahan komposisi dari bentuk 'kwangen'.

4. Sampian kwangen

Sampian kwangen berbentuk cili dari daun kelapa (busung) dan dihiasi dengan bunga-bunga yang harum. Sampian kwangen sebagai simbol "Nada". Unsur ini paling dominan terlihat dalam mendukung estetika kwangen. Sampian kwangen dari rangkaian tuesan/ rerunggitan daun kelapa yang melambangkan rasa ketulusan hati, dibuat mengikuti unsur-unsur keindahan bentuk dan dipadukan dengan bunga warna-warni serta harum serta penataan yang mengikuti komposisi seni bentuk (seni rupa) tentu akan menambah keindahan (estetika) sebuah 'kwangen'.

5. Pis bolong

Pis Bolong atau uang kepeng adalah sejenis uang yang diperlukan dalam upacara keagamaan umat Hindu. Uang kepeng melambangkan sesari / sarining manah. Selain itu uang kepeng berfungsi sebagai penebus segala kekurangan yang ada. Kalau kita perhatikan dengan seksama, uang kepeng juga memiliki keindahan tersendiri yang terdapat huruf mandarin dan Sanskerta pada sisi uang tersebut. Keindahan uang kepeng ini tentu juga mendukung estetika dari 'kwangen'. Uang kepeng simbol dari "Windu" (O), yaitu penyatuan Siwa Budha.

(9)

6. Bunga

Bunga yang digunakan adalah bunga yang berbau harum dan tidak layu. Bunga merupakan simbol dari rasa cinta kasih dan rasa bhakti. Contoh bunga yang digunakan adalah bunga jepun (kamboja), pacah (pacar air), sandat (kenanga), kembang kertas, dan lain-lain.

2.3 Hubungan Bentuk, Estetika, dan Fungsi

Kwangen berasal dari bahasajawa kuno yaitu kata 'wangi' yang artinya harum. Mendapat awalan 'ke' dan akhiran 'an' menjadi kewangian yang kemudian berubah menjadi kwangen yang artinya keharuman yang berfungsi untuk mengharumkan nama Ida Sang Hyang Wihi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kwangen yang kecil dan mungil serta seolah-olah berbentuk segitiga terbalik tentu telah memperhitungkan fungsi dari kwangen tersebut. Fungsi yang dimaksud adalah saat digunakan untuk sembahyang, yaitu 'kwangen' dipegang atau dijepit pada cakupan kedua telapak tangan tepat sejajar dengan ubun-ubun dan menghadap pada diri kita. Artinya 'kwangen' nyaman digunakan untuk sembahyang, tidak susah untuk dipegang, tidak mudah jatuh dan tidak mengganggu konsentrasi.

Keserasian antara bentuk dan fungsi mutlak harus dikondisikan. Keindahan suatu bentuk jangan sampai mengganggu fungsi dan sebaliknya fungsi jangan sampai mengganggu bentuk. Jika diperhatikan pada bagian badan 'kwangen' dibuat polos atau sederhana tanpa hiasan, hal ini untuk memudahkan untuk dipegang (dijepit) pada cakupan kedua telapak tangan. Demikian juga keindahan bentuk jangan sampai terganggu akibat salah menggunakan atau memegang 'kwangen'. Keserasian bentuk dan fungsi 'kwangen' akan memberikan kepuasan bathin saat memandangi estetika 'kwangen' seperti dapat menimbulkan kesenangan, menyejukkan pikiran, dan kedamaian hati. Demikian juga saat digunakan untuk sembahyang dapat memberikan kekushukan dan kesucian bathin.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa estetika kwangen nampak pada bentuknya yang kecil dan mungil yang tersusun atas komposisi unsur-unsur yang indah dan bermakna simbolik serta dihiasi dengan bunga-bunga yang harum. Keindahan (estetika) kwangen memiliki keserasian bentuk dan fungsi sehingga nyaman digunakan pada saat sembahyang baik secara fisik maupun bathin. Kwangen digunakan sebagai

(10)

sarana dalam upacara yaitu sebagai pelengkap upakara atau bebantenan. Kwangen paling banyak digunakan dalam upacara persembahyangan. Selain itu juga sebagai pelengkap dalam upakara untuk upacara Panca Yadnya.

1. Dewa Yadnya, sebagai pelengkap banten tetebasan, prascita, dan berbagai j enis sesayut.

2. Rsi Yadnya, juga sebagai pelengkap banten tetebasan.

3. Pitra Yadnya, dipakai dalam upacara menghidupkan mayat secara simbolis untuk diupacarakan yaitu pada setiap persendian tubuhnya.

4. Manusa Yadnya, digunakan pada setiap upacara ngotonoin, potong gigi, perkawinan, dan pelengkap banten.

5. Bhuta Yadnya, digunakan dalam upacara memakuh, macam, dan lain-lain.

2.4 Komposisi Keindahan Kwangen

Komposisi merupakan penataan unsur-unsur yang membentuk keindahan suatu karya. Komposisi keindahan 'kwangen' adalah menata atau menyusun unsur-unsur kwangen itu sendiri, seperti menata atau menyusun kojong kwangen, pelawa, porosan silih asih, pis bolong, sampian kwangen, dan bunga-bunga sehingga menjadi bentuk yang indah dan menarik.

1. Keseimbangan

Penataan unsur-unsur 'kwangen' dengan memperhatikan keseimbangan antara bagian kiri dan kanan dengan menerapkan keseimbangan simetris yaitu bagian kiri dan kanan diusahakan unsur-unsurnya memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang sama. Hal ini dilakukam agar 'kwangen' tidak berkesan berat sebelah. 2. Kesatuan

Penataan unsur-unsur 'kwangen' agar berkesan suatu keutuhan bentuk. Unsur yang mendukung unsur yang lainnya sehingga tidak ada kesan yang lepas atau terpisah antara bagian-bagian dari 'kwangen' itu sendiri. Penataan ini perlu dilakukan agar pandangan orang terhadap 'kwangen' terfokus pada keutuhan bentuk

(11)

3. Irama

Penataan unsur-unsur 'kwangen' berdasarkan irama untuk menimbulkan keharmonisan bentuk 'kwangen'. Penataan ini dapat dilakukan dengan mengatur gradiasi bentuk, ukuran, dan warna unsur misalnya dari bentuk kecil ke bentuk yang lebih besar dan kembali ke bentuk yang kecil, atau dari warna yang terang ke warna yang lebih gelap dan kembali ke warna yang terang.

4. Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan dalam penataan unsur-unsur pembentuk 'kwangen' termasuk ketepatan penempatan posisi dari masing-masing bagian dari 'kwangen' seperti penempatan sampian kwangen pada bagian belakang pis bolong pada bagian depan dan sebagainya. Penempatan unsur-unsur kwangen yang tepat pada posisinya tentu akan mendukung keindahan kwangen.

2.5 Solusi Agar Masyarakat Mengetahui Pentingnya Makna Kwangen

Sesungguhnya kwangen ini tidak hanya menjadi hiasan belaka. Namun didalamnya sarat makna simbolisnya, dimana kwangen sebagai media bagi umat untuk menghubungkan diri dengan sang pencipta yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Seperti yang kita ketahui bahwasanya kwangen tidak hanya digunakan atau dipakai pada upacara persembahyangan saja tetapi juga dipakai sebagai pelengkap upacara-upacara Panca Yadnya sebagai contohnya adalah pada upacara Bhuta Yadnya kwangen ditempatkan diatas kulit binatang yang dipersembahkan, upacara Pitra Yadnya diletakkan pada persendian-persendian seseorang yang sudah meninggal ataupun pada puspa (sekah), upacara Dewa Yadnya kwangen dipakai sebagai pelengkap pedagingan. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui makna serta fungsi dari kwangen. Seharusnya mereka perlu diberi pengarahan atau bimbingan akan pentingnya dari kwangen yang kita gunakan di setiap upacara keagamaan. Adapun langkah atau solusi agar masyarakat tahu pentingnya makna kwangen adalah sebagai berikut:

a. Setiap ada acara ngayah di suatu pura setidaknya diberikan arahan kepada ibu-ibu atau memberitahukan beliau akan pentingnya kwangen serta filosofi dari kwangen itu sendiri.

b. Perlunya peran ketua PKK dalam mengatur serta menyampaikan informasi mengenai kwangen agar diteruskan kepada ibu-ibu PKK lainnya.

(12)

c. Rajin-rajin ikut acara yang berkaitan dengan upacara keagamaan seperti ngayah mejejaitan, dharma wacana yang berkaitan dengan j ejaitan, dan lain-lain.

d. Rajin browsing internet jika sempat karena jaman sekarang sudah canggih, segala informasi mudah untuk diakses.

e. Perlu diadakan pesantren budi pekerti tiap sebulan sekali di tiap-tiap banjar karena biasanya kegiatan yang dilaksanakan tidak jauh-jauh dari mejejaitan.

(13)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agama Hindu terkenal dengan agama yang memiliki banyak sekali upacara ritual serta sarana upakaranya. Upakara ritual pun kaya dengan jenis dan bentuk. Baik dari bentuk yang paling kecil dan sederhana, sampai yang paling besar dan rumit. Sebagai contoh dalam pelaksanaan upacara keagamaan atau dalam persembahyangan diperlukan beberapa sarana, seperti penjor, gebogan, daksina, dan sebagainya. Termasuk juga salah satunya adalah 'kwangen'. Kwangen memiliki makna dan arti yang sangat penting, yaitu agar kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus selalu mengingat, mengucap, dan selalu bersyukur kepada Tuhan. Dalam persembahan kwangen ini biasanya disediakan berbagai macam sesajian seperti bunga yang indah dan harum serta buah yang segar. Disini dapat diartikan bahwa Tuhan itu indah, harum, dan suci untuk dipuja dan dimuliakan.

3.2 Saran

Sesungguhnya kwangen ini tidak hanya menjadi hiasan belaka. Namun didalamnya sarat makna simbolisnya, dimana kwangen sebagai media bagi umat untuk menghubungkan diri dengan sang pencipta yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Seperti yang kita ketahui bahwasanya kwangen tidak hanya digunakan atau dipakai pada upacara persembahyangan saja tetapi juga dipakai sebagai pelengkap upacara-upacara Panca Yadnya sebagai contohnya adalah pada upacara Bhuta Yadnya kwangen ditempatkan diatas kulit binatang yang dipersembahkan, upacara Pitra Yadnya diletakkan pada persendian-persendian seseorang yang sudah meninggal ataupun pada puspa (sekah), upacara Dewa Yadnya kwangen dipakai sebagai pelengkap pedagingan. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui makna serta fungsi dari kwangen. Seharusnya mereka perlu diberi pengarahan atau bimbingan akan pentingnya dari kwangen yang kita gunakan di setiap upacara keagamaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

https://hindualulcta.blogspotxom/2015/04/makna-dan-fungsi-kwangen.html

https://baliexpress.jawaposxoiTL/read/2017/07/30/4472/kwangen-punya-fungsi- khusus-dalam-rsi-dan-pitra-yadnya

http://putriandiniidaaymrias.blogspotxom/2016/12/makna-kwangen

http://apps0450.trksmm 10.1ive/?utm camDaign=bKMuT7EMVXU5Z6UwSHQNGlf u-vV43iC8T8uYixAFxsl&t=main9 182a083c060afd&f=l

Referensi

Dokumen terkait

b) Hari Candra (2014) dengan judul Faktor–Faktor yang memengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor

Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan definisi kebudayaan, terutama pada pertanyaan tentang kehamilan merupakan proses alamiah sebagai kodratnya sebagai perempuan,

Secara umum penerapan perubahan tutupan lahan sub optimal menjadi agroforestry tanaman pangan mampu meningkatkan hasil produksi pangan, tetapi perlu dianalisis

Pengujian ini, terlebih dahulu dilakukan analisis perbandingan nilai durasi berdasarkan kalimat. Hasil perbandingan durasi Klatt dan durasi penutur terhadap 10 kalimat uji

Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat Minyak Jarak dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).. Skripsi

Saran yang dapat diberikan terkait dengan sistem sanksi dalam hukum Islam adalah: Negara Indonesia seharusnya tidak membatasi keberlakuan hukum Islam di Indonesia

Dampak dari terlambatnya informasi kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari pemegang saham untuk menganalisa dan memberikan masukan kepada perusahaan atas