• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2 Tinjauan Pustaka"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perancangan infrastruktur teknologi informasi (TI) sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan judul “Arsitektur Sistem Informasi Untuk Perguruan Tinggi di

Indonesia”. Dalam penelitian tersebut, dibahas mengenai

perencanaan arsitektur sistem informasi organisasi yang merupakan sebuah proses yang kompleks menggunakan kerangka TOGAF dan COBIT, oleh karena itu proses perencanaan harus dikelola berdasarkan suatu petunjuk yang jelas dengan tujuan menyelaraskan strategi bisnis organisasi dan strategi teknologi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi organisasi. Saat penelitian tersebut dilakukan, belum terdapat kerangka dasar yang khusus untuk melakukan perancangan arsitektur teknologi informasi untuk institusi pendidikan. The Open Group

Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM) adalah metode di dalam TOGAF untuk

melakukan perencanaan arsitektur sistem informasi (SI) organisasi. Sedangkan COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah suatu metodologi

yang memberikan kerangka dasar untuk menciptakan teknologi informasi (TI) yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, COBIT dapat digunakan untuk melakukan pengukuran

(2)

(maturity level) dari TI suatu organisasi. Dengan menggunakan perpaduan prinsip-prinsip dalam TOGAF ADM dan COBIT dapat dirancang kerangka dasar SI untuk institusi pendidikan di Indonesia yang sekaligus mampu mengukur performansi dari hasil implementasi kerangka dasar tersebut (Mutyarini dan Sembering, 2006).

Penelitian lainnya adalah dengan judul “Studi dan

Implementasi Framework Zachman dalam Pembangunan Sistem Informasi, Studi Kasus: Sistem Informasi Potensi Keramik Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung”. Pada penelitian

tersebut, dijelaskan bagaimana memahami pembangunan SI secara lebih dan bagaimana framework Zachman dapat menjembatani gap yang biasa terjadi antara pihak perencana dan pembangun sistem serta implementasi penggunaan framework

Zachman pada pembangunan SI Potensi Keramik Daerah di Balai

Besar Keramik Bandung. Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah framework Zachman dengan objek penelitian pada Balai Besar Keramik Bandung (Adhinugraha, 2005).

Pemodelan mengenai EA dalam suatu organisasi juga pernah dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Pemodelan

Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik di Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung”. Dalam penelitian tersebut, dibahas bagaimana cara

(3)

untuk menentukan bentuk SI yang dapat memenuhi syarat bisnis dan selaras dengan pertumbuhan bisnis organisasi yaitu dengan mengembangkan EA. Konsep EA menetapkan sebuah proses untuk mengatur dan mengarahkan rencana pengembangan SI, yang terdiri dari arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi untuk mendapatkan komitmen dan dukungan manajemen dalam mengintegrasikan implementasi pengembangan SI. Metodologi yang digunakan di dalam model arsitektur ini adalah Enterprise Achitecture Planning (EAP). EAP menentukan sebuah proses dari EA yang menekankan pada kemampuan dan teknik individu untuk mengelola proyek EA, yang terdiri dari komitmen pengelolaan, mendeskripsikan rencana pengelolaan dan mengarahkan organisasi melalui transisi dari implementasi perencanaan. Objek penelitian atau studi kasus adalah pada Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung (Nisar dan Triloka, 2008).

2.2. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, maka yang menjadi keunikan dari penelitian ini terletak pada gaya penerapan metodologi, kasus dan hasil penelitian yang berbeda. Metodologi yang digunakan adalah TOGAF ADM yang menyediakan tahapan proses dalam pengembangan arsitektur enterprise yang berbasis pada infrastruktur TI. Hasil dari penelitian ini akan menghasilkan sebuah blueprint EA yang dapat digunakan oleh

(4)

Pemda Kabupaten Sumba Barat dalam membangun suatu arsitektur SI/TI.

2.3. Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu Pemerintahan adalah semua kegiatan lembaga-lembaga atau badan-badan publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara (pemerintah dilihat dari aspek dinamikanya). Kemudian, pengertian pemerintahan dapat dibedakan dalam pengertian luas dan sempit. Pengertian pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara, sedangkan dalam arti sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif saja.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jadi, dengan demikian pekerja dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai dasar dari seluruh badan usaha. Organisasi (Syafiie, 2003) merupakan:

(5)

Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi.

Terjadinya berbagai hubungan antar individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluarga.

Terjadinya kerja sama dan pembagian tugas.

Berlangsungnya prosess aktivitas berdasarka kinerja masing - masing.

Pelayanan pemerintahan di tingkat provinsi merupakan tugas dan fungsi utama kepala daerah provinsi sebagai kepala wilayah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Kepala daerah menerima pelimpahan sebagai kewenangan pemerintahan dari pusat yang mempunyai tugas pelaksanaan kegiatan pemerintahan di daerah provinsi, pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum serta pertanggungjawaban kepada dewan perwakilan rakyat daerah propinsi (DPRD) sebagai lembaga legislatif di daerah. Hal ini berkaitan dengan fungsi dan tugas utama pemerintah secara umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat maka pemerintah akan dapat mewujudkan tujuann negara yaitu menciptakan kesejateraan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

(6)

2.4. Keterbukaan Informasi Publik

Salah satu tema penting dalam perbincangan demokratisasi di Indonesia adalah keterbukaan informasi publik. Tujuan utama keterbukaan informasi di setiap negara adalah memastikan bahwa lembaga publik akan lebih akuntabel dan kredibel dengan menyediakan informasi dan dokumen sesuai permintaan publik (Bolton, 1996). Regulasi yang berkaitan dengan kebebasan informasi atau lebih dikenal keterbukaan informasi publik di Indonesia akan selalu memuat hak setiap orang untuk memperoleh informasi, kewajiban badan publik menyediakan dan melayani permintaan informasi secara cepat dan tepat waktu, biaya ringan (proporsional), dan cara sederhana, adanya pengecualian informasi bersifat ketat dan terbatas, serta kewajiban badan publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan informasi (Mendel, 2008).

Regulasi untuk kebebasan atau keterbukaan informasi publik di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) Nomor 4 tahun 2008 yang menjamin hak warga atas informasi. Artinya, harapan akan terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel sudah terlembagakan. Masyarakat sudah memiliki jaminan hukum yang mengatur haknya untuk mengakses informasi dari badan publik. Mereka dapat meminta informasi yang dibutuhkan dalam rangka ikut mengawasi jalannya pemerintahan. Selain itu, UU KIP menjadi katalis dalam pemisahan antara informasi yang berhak

(7)

didapatkan oleh masyarakat dengan informasi yang bersifat rahasia. Beberapa hal yang menjadi kewajiban badan publik sebagaimana terdapat dalam UU KIP antara lain:

Mendokumentasikan, menyediakan dan melayani permintaan informasi publik (Pasal 1 ayat 9).

Menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan (Pasal 7 ayat 1).

Menyediakan informasi publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan (Pasal 7 ayat 2).

Membangun dan mengembangkan SI dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah (Pasal 7 ayat 3).

Membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik (Pasal 7 ayat 4).

Memberikan pertimbangan secara tertulis dalam setiap kebijakan yang memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara (Pasal 7 ayat 5).

Memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-elektronik (Pasal 7 ayat 6).

Menyusun kearsipan dan pendokumentasian informasi publik (pasal 8 ).

(8)

Menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (Pasal 13 ayat 1).

2.5. Infrastruktur Teknologi Informasi

Infrastruktur TI mencakup jaringan komunikasi, perangkat pemrosesan informasi (server, workstation, dan peripheral pendukungnya), software system (sistem operasi dan database RDBMS), dan media penyimpanan data (Depkominfo, 2007).

Infrastruktur TI memberikan pondasi dasar bagi kapabilitas TI yang digunakan untuk membangun aplikasi bisnis dan biasanya dikelola oleh kelompok SI (Broadbent dan Weill, 1996). Tingkat paling dasar dari komponen infrastruktur TI adalah komponen TI, seperti komputer dan teknologi komunikasi, yang saat ini merupakan komoditi utama dan dapat dengan mudah diperoleh di market place. Pada lapisan kedua terdiri dari serangkaian pelayanan yang tersedia seperti: management of

large scale data processing, provision of electronic data interchange (EDI) capability, atau management of firm-wide database. Komponen tingkat dasar diubah ke dalam penggunaan

pelayanan infrastruktur TI oleh human information technology

infrastructure yang merupakan kombinasi dari knowledge, skill

dan experience. Dengan demikian, human information technology

infrastructure mengubah komponen infrastruktur TI menjadi

serangkaian pelayanan infrastruktur TI yang dapat dipercaya. Investasi TI yang digunakan, dan terletak di atas, merupakan

(9)

aplikasi infrastruktur, seperti order entry pembukaan rekening bank, analisis penjualan dan sistem pembayaran, yang merupakan bentuk proses bisnis sesungguhnya.

Terdapat empat (4) dimensi dalam infrastruktur teknologi aspek manusia yaitu: (1) pengetahuan dan keahlian manajemen tentang TI, (2) pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis, (3) keahlian interpersonal dan manajemen, dan (4) pengetahuan dan keahlian teknikal. Pengetahuan dan keahlian manajemen tentang teknologi berhubungan dengan dimana dan bagaimana menyebarkan TI secara efektif dan menguntungkan untuk mencapai tujuan-tujuan strategi bisnis. Pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis meliputi tingkat pengetahuan dan variasi fungsi di dalam bisnis dan kemampuan untuk mengetahui semua lingkungan bisnis. Keahlian interpersonal dan manajemen meliputi kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan personal dalam area fungsional dan untuk bekerja di dalam suatu lingkungan kolaborasi, serta kemampuan untuk memimpin tim proyek. Pengetahuan dan keahlian teknikal mengukur dalam dan luasnya keistimewaan teknik TI (sistem operasi, bahasa pemrograman, sistem manajemen database,

network, telekomunikasi, dan lain-lain) di dalam organisasi

(10)

2.6. Enterprise

Menurut para ahli, enterprise didefinisikan sebagai berikut: 1. Enterprise adalah keberfungsian seluruh komponen

organisasi yang dioperasikan di bawah kepemilikan atau kontrol dari organisasi tunggal. Enterprise dapat berupa bisnis, layanan (service) atau merupakan keanggotaan dari suatu organisasi, yang terdiri dari satu atau lebih usaha, dan dioperasikan pada satu atau lebih lokasi (Bureau, 2004). 2. Enterprise adalah kumpulan organisasi yang memiliki

sekumpulan perintah guna mencapai tujuan (Marc, 1998). Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa enterprise merupakan kumpulan dari integrasi sistem yang ada di suatu organisasi di bawah kontrol atau pengendalian berupa bisnis, layanan, maupun keanggotaan guna mencapai tujuan organisasi.

2.7. Architecture

Architecture berdasarkan definisi para ahli, antara lain:

1. Architecture merupakan dasar sistem organisasi yang terdiri dari sekumpulan komponen yang memiliki hubungan satu sama lainnya serta memiliki kerterhubungan dengan lingkungan sistem, dan memiliki aturan untuk perancangan dan evaluasi (The Open Group, 2009).

(11)

2. Architecture adalah cara dimana sebuah sistem yang terdiri dari networks, hardware dan software distrukturkan. Arsitektur pada dasarnya menceritakan bagaimana bentuk konstruksi sebuah sistem, bagaimana setiap komponen sistem disusun, dan bagaimana semua aturan dan interface (penghubung sistem) digunakan untuk mengintegrasikan seluruh komponen yang ada tersebut. Arsitektur juga mendefinisikan fungsi, deskripsi dari format data dan prosedur yang digunakan komunikasi diantara setiap node dan workstation (IBM, 1981).

2.8. Enterprise Architecture

Enterprise architecture (EA) atau lebih dikenal dengan

arsitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. EA adalah sebuah sistem atau sekumpulan sistem (Osvalds, 2001).

Bagaimana implementasi dari EA bisa digunakan oleh organisasi adalah sebaiknya organisasi mengadopsi sebuah metode atau framework yang bisa digunakan dalam melakukan pengembangan arsitektur enterprise tersebut. Sehingga, dengan ada metode EA diharapkan dapat mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan di investasikan (Kourdi, 2007). Contoh dari penerapan EA pada suatu organisasi adalah seperti terlihat pada Gambar 2.1.

(12)

Gambar 2.1. Integrasi Domain Arsitektural pada Enterprise Architecture

(Sumber: Jonkers, 2006)

2.9. Strategi Sistem Informasi/Teknologi Informasi

Strategi SI/TI meliputi dua (2) strategi yaitu strategi SI menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Esensi dari strategi SI adalah menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur dan keahlian khusus yang terkait atau guna menjawab pertanyaan “bagaimana?” (Ward dan Peppard, 2002).

2.10. Unified Modelling Language

Unified Modelling Language (UML) adalah himpunan

struktur dan teknik untuk pemodelan desain object oriented

programming (OOP) serta aplikasinya. UML adalah metodologi

untuk mengembangkan sistem OOP dan sekelompok perangkat atau tools untuk mendukung pengembangan sistem. UML adalah

(13)

suatu bahasa yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu SI. UML adalah bahasa standar yang digunakan untuk menentukan, visualisasi, membangun, dan mendokumentasikan artefak sistem perangkat lunak (IBM, 1997).

Konsep UML bukan sebuah metoda tapi notasi, dan tidak memiliki sebuah tahapan proses (Berclay dan Savage, 2004). Hal terpenting dari UML adalah pemodelan dalam bentuk diagram yang memiliki peranan terpenting dalam pengembangan perangkat lunak berbasis objek. Tujuan utama dalam perancangan UML adalah memberikan dasar formal untuk memahami pemodelan bahasa.

Bentuk diagram UML yang akan dijelaskan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Use Case Diagram

Diagram use case merupakan salah satu diagram untuk

memodelkan prilaku sistem dan merupakan pusat pemodelan prilaku sistem, subsistem dan kelas. Masing-masing diagram use

case menunjukan sekumpulan use case, aktor dan hubungannya

(Bambang, 2004). Use case adalah sekumpulan skenario yang menjelaskan interaksi antara user dan sistem (IBM, 1997). Tujuan utama pemodelan use case adalah (Bambang, 2004): a) Memutuskan dan mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan

(14)

b) Memberikan deskripsi jelas dan konsisten dari apa yang seharusnya dilakukan, sehingga model use case digunakan diseluruh proses pengembangan untuk mengacu sistem harus memberikan fungsionalitas yang dimodelkan pada use case. c) Menyediakan basis untuk melakukan pengujian sistem yang

memverifikasi sistem.

d) Menyediakan kemampuan melacak kebutuhan fungsional menjadi kelas - kelas dan operasi - operasi aktual di sistem.

Diagram use case memiliki dua komponen penting yaitu aktor dan use case. Aktor merepresentasikan user atau sistem lain yang berinterkasi dengan sistem yang akan dimodelkan sedangkan Use case merupakan pandangan luar sistem yang merepresentasikan sebuah aksi user.

2. Activity Diagram

Activity diagram merupakan diagram yang merepresentasikan fungsionalitas dari sistem untuk menjelaskan aktivitas sistem. Activity diagram berupa operasioperasi dan aktivitas di uses case, diagram ini dapat digunakan untuk menjelaskan mekanisme dari aliran kerja bisnis, aksi pemrosesan, dan aliran eksekusi dari use case.

Beberapa komponen yang digunakan dalam activity

diagram yang meliputi activity, activity initial dan join flow. Activity merepresentasikan aktivitas sistem atau user, activity initial merepresentasikan dimulainya aktivitas sistem atau user, join flow merepresentasikan aktivitas paralel.

(15)

3. Class Diagram

Class diagram merupakan diagram yang paling umum

dipakai disemua pemodelan berorientasi objek digunakan untuk mejelaskan tipe objek dan hubungannya. Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class terdiri dari tiga bagian yaitu class name, attribute dan operation.

2.11. Analisa Critical Success Factor

Critical Success Factor (CSF) atau faktor kritikal/kunci

keberhasilan merupakan metode untuk mengidentifikasi beberapa aktivitas yang bersifat kritis yang harus dilakukan organisasi agar sukses. Peranan CSF dalam perencanaan strategis SI/TI adalah sebagai penghubung antara strategi bisnis organisasi dengan strategi SI/TI. Analisa ini dapat digunakan mulai dari tingkat yang lebih luas seperti secara keseluruhan, skala organisasi, skala bisnis unit/fungsi sampei pada tingkat kebutuhan manajer secara individu.

(16)

2.12. Analisa Value Chain

Analisa Value Chain menguraikan organisasi menjadi aktivitas-aktivitas yang relevan secara strategis untuk memahami perilaku biaya dan sumber diferensiasi yang sudah ada dan yang potensial. Metode yang diperkenalkan oleh Michael Porter ini digunakan untuk memeriksa seluruh kegiatan organisasi, baik aktifitas utama maupun pendukung (Porter, 1985). Model value

chain dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Model Value Chain (Sumber: Porter, 1985)

2.13. The Open Group Architecture Framework

The Open Group Architecture Framework (TOGAF)

memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan EA dan SI yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (The Open Group, 2009). Elemen kunci dari TOGAF adalah ADM yang

(17)

memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan EA (Lise, 2006). ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun EA, tahapan-tahapan ADM ditunjukkan pada Gambar 2.3, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengantifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.

Gambar 2.3. ADM Cycle (Sumber: The Open Group, 2009)

Gambar 2.3 juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan EA, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan

(18)

dari pengembangan EA oleh organisasi (The Open Group, 2009), prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Prinsip Enterprise

Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.

2. Prinsip Teknologi Informasi (TI)

Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.

3. Prinsip Arsitektur

Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya.

Langkah awal yang perlu diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, serta menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan dikembangkan (Harrison dan Varveris, 2006).

Tahapan dari TOGAF ADM secara ringkas bisa dijelaskan sebagai berikut:

(19)

A. Architecture Vision

Menciptakan keseragaman pandangan mengenai pentingnya arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi yang dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan arsitektur yang ideal.

B. Business Architecture

Mendefinisikan kondisi awal arsitektur bisnis, menentukan model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasarkan skenario bisnis. Pada tahap ini tools dan metode umum untuk pemodelan seperti: BPMN, IDEF dan UML bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.

C. Information System Architecture

Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur SI dikembangkan. Pendefinisian arsitektur SI dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitekur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi lebih menekan pada bagaimana kebutuhan aplikasi direncanakan dengan menggunakan Application Portfolio Catalog, serta menitik beratkan pada model aplikasi yang akan dirancang. Teknik

(20)

yang bisa digunakan meliputi: Application Communication

Diagram, Application and User Location Diagram dan

lainnya.

D. Technology Architecture

Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang digunakan meliputi Environment and Location Diagram,

Network Computing Diagram, dan lainnya.

E. Opportunities and Solution

Pada tahapan ini lebih menekan pada manfaat yang diperoleh dari EA yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi, sehingga menjadi dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan ini dalam rancangan bisa menggunakan teknik

Project Context Diagram dan Benefit Diagram.

F. Migration Planning

Pada tahapan ini akan dilakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sistem informasi. Biasanya pada tahapan ini untuk pemodelannya menggunakaan matrik penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan

(21)

pendukung dalam organisasi terhadap impelentasi sistem informasi.

G. Implementation Governance

Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola implementasi yang sudah dilakukan, tatakelola yang dilakukan meliputi tatakelola organisasi, tatakelola teknologi informasi, dan tatakelola arsitektur. Pemetaaan dari tahapan ini bisa juga dipadukan dengan framework yang digunakan untuk tatakelola seperti COBIT dari IT Governance Institute (ITGI) (The Open Group, 2009).

H. Arcitecture Change Management

Menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal serta menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan EA berikutnya. TOGAF juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah di implementasikan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini dan Sembiring, 2006).

Gambar

Gambar 2.1. Integrasi Domain Arsitektural pada Enterprise Architecture  (Sumber: Jonkers, 2006)
Gambar 2.2. Model Value Chain (Sumber: Porter, 1985)
Gambar 2.3. ADM Cycle  (Sumber: The Open Group, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Silitonga (2010) bahwa jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun Rhizopora mucronata yang belum mengalami dekomposisi (kontrol) dan yang

pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal. 7) Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik

menyimpulkan bahwa penampilan produksi ayam pedaging yang dipelihara pada lantai 3 lebih baik dibandingkan pada lantai 1 dengan indikator konsumsi dan konversi pakan pada

Berdasarkan grafik 7 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 56% masyarakat setuju bahwa rumah sakit syariah tidak hanya menerapkan prinsip ajaran islam namun juga menerapkan

Namun, anggapan semacam itu sudah tidak berlaku ketika orang keturunan Cina sudah memeluk agama Islam, paling tidak saya melihat dan merasakan ini pada warga yang berkunjung

Form yang digunakan untuk menambahkan transaksi penjualan yang dapat dilakukan oleh user dan akan mengisikan data barang yang dibeli oleh pembeli. Berikut rancangan dan tampilan

Laporan ini menyajikan data dan informasi terkait target dan capaian Indikator Kinerja tahun 2016 yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Inspektorat tahun 2015 - 2019

khususnya pembangunan dalam hukum pidana, tidak hanya mencakup pembangunan yang bersifat struktural, yakni pembangunan lembaga-lembaga hukum yang bergerak dalam