31 FORMULASI DAN EVALUASI FISIK
SEDIAAN KRIM PELEMBAB DIMETHYLSILANOL HYALURONATE DENGAN PENAMBAHAN BASIS NANO DAN FASE MINYAK KELAPA MURNI
Sani Nurlaela Fitriansyah1,2, Dolih Gozali2
1Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, 2Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Abstrak
Basis nano merupakan aplikasi hasil nanoteknologi dalam farmasi. Penelitian formulasi dan evaluasi fisik sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dilakukan untuk melihat kestabilan fisik sediaan krim tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi fisik (pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas), pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi, pengamatan distribusi sediaan krim, dan pengujian iritasi pada kulit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara fisik sediaan krim dengan fase minyak kelapa murni stabil dan memenuhi standar, bahkan sediaan krim dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% memberikan stabilitas dan penampilan fisik terbaik. Hasil distribusi pada sediaan krim, menunjukkan tidak adanya penumpukan globul dan globul-globul dalam sediaan krim tersebut terlihat merata Hasil pengujian iritasi sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate 6% dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% tidak mengiritasi kulit.
Kata kunci: Krim, pelembab, dimethylsilanol hyaluronate, krim, minyak kelapa murni Abstract
Nano base is the application of result nanotechnology in the pharmacy field. A research about the formulation and evaluation of physical stability of dimethylasilanol hyaluronate moisturizing cream with nano base and the phase of virgin coconut oil had been carried out to observe the physical stability of the cream dosage form. This research had through the physical evaluation (which included the organoleptic, pH, and viscosity), the physical stability using centrifugation method, the distribution of the nano cream dosage form in macroscopic and microscopic, and a skin irritation test. The result of observation indicated that dosage form of dimethylsilanol hyaluronate cream between nano bases 10% and 10% phase of virgin coconut oil gave the stability and the best physical performance so far. The distribution of cream preparation showed inagglomerate globules and looked smooth. The result of skin irritation test of 6% dimethylsilanol hyaluronate cream in 10% nano bases and 10% phase of virgin coconut oil had been proven as-non irritating.
Keywords: Cream, moisturizing, dimethylsilanol hyaluronate, nano cream, virgin coconut oil.
PENDAHULUAN
Pemeliharaan kulit membutuhkan suatu perhatian khusus, karena kulit merupakan lapisan terluar yang menutupi hampir semua permukaan tubuh manusia (Harry, 1975). Bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan untuk perawatan
kulit adalah bentuk sediaan krim. Penggunaan krim lebih disukai karena krim lebih mudah menyebar dengan rata dan lebih mudah dibersihkan dan dicuci (Ansel, 1989). Namun demikian, beberapa pemakaian sediaan krim pada kulit dapat meninggalkan lapisan putih serta
32 mempunyai tekstur yang cenderung terlihat
kasar. Hal tersebut diakibatkan salah satunya oleh ukuran partikel dalam sediaan krim tersebut cenderung besar.
Perkembangan teknologi semakin pesat hingga muncul teknologi nano atau sering disebut dengan istilah nanoteknologi. Nanoteknologi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan teknologi yang berkaitan dengan materi super kecil (nanopartikel) (Sharma, et. al., 1999). Pada bidang farmasi dan medis, perkembangan nanoteknologi telah dicapai dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia (Rochman, 2007).
Aplikasi nanoteknologi dalam farmasi pada bidang kosmetik salah satunya adalah penggunaan basis nano (Latiefah, 2008). Basis nano terdiri dari kombinasi potassium lauroyl wheat amino acid, palm glyceride dan capryoyl glycine. Telah dilakukan penelitian terhadap distribusi partikel basis nano dan pengujian iritasi secara in vitro melalui dermal. Hasil penelitian menunjukkan pemakaian basis nano tidak menyebabkan iritasi dan dari segi penampilannya memberikan tekstur yang lebih baik, serta distribusi partikelnya lebih homogen (Sinerga, 2006).
Penyesuaian dalam membentuk sediaan krim dengan penambahan basis nano salahsatunya dengan menambahkan komponen berbentuk nano atau dapat juga dengan menambahkan komponen yang berbentuk cairan. Dimethylsilanol hyaluronate merupakan zat aktif berbentuk
cairan. Penelitian aktivitas dimethylsilanol hyaluronate sebagai pelembab telah dilakukan secara in vivo (Exsymol, 2008).
Minyak kelapa murni mempunyai rasa yang lembut dan bau khas kelapa yang unik, dan dalam keadaan cair tidak berwarna atau bening. Minyak kelapa murni lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi serta kosmetik. Pemanfaatan minyak kelapa murni sebagai bahan baku farmasi dan kosmetik didasarkan pada keamanannya dan mudah didapatkan (Setiaji, 2005). Oleh karena itu, minyak kelapa murni dapat menjadi salahsatu alternatif pemilihan komponen dalam membuat sediaan krim.
METODOLOGI Alat
Alat-alat gelas yang biasa digunakan di Laboratorium Teknologi Non Steril, alat sentrifugasi (Hettich® EBA20),
homogenizer (Heidelph® RZR2021),
kamera digital (Olympus®), magnetic
stirrer (Cimarec®), mikroskop pijar
(Olympus® CH 20 BIMF 200), pH meter
(744 Metrohm®), pipet, spatel, timbangan
digital (Acculab® VI 200), dan viskometer
(Brookfield DV II-Pro)
Bahan
Basis nano (potassium lauroyl wheat amino acid, palm glycerydes, capryoyl glycine), dan dimethylsilanol hyaluronate. Aquadest, minyak kelapa murni, C12-15 alkil benzoat, lesitin, phenochem®
33 (fenoxyethanol, etil paraben, metil paraben,
propil paraben, butil paraben, dan isobutil paraben), Sodium polyacryloyldimethyl taurate (Viskolam AT 100P®), dan
pengharum columbine 02418®
Metode
1. Persiapan bahan baku
Bahan baku penelitian berupa basis nano (potassium lauroyl wheat amino acid, palm glycerydes, capryoyl glycine) dan dimethylsilanol hyaluronate diperoleh dari PT. EXSYMOL, Monaco dan didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta.
2. Formula sediaan krim
Formula sediaan krim terdiri atas formula sediaan krim blanko (X01, X02, dan
X03) dan sediaan krim pelembab
dimethylsilanol hyaluronate (X1, X2, dan
X3). Masing-masing formula sediaan krim
mempunyai variasi konsentrasi basis nano yaitu, X1 dan X01 (konsentrasi basis nano
5%), X2 dan X02 (konsentrasi basis nano
7,5%), X3 dan X03 (konsentrasi basis nano
10%) (Tabel. 1). 3. Pembuatan Krim
Tahap pertama yaitu pencampuran basis nano dengan komponen lainnya. Pada suhu ruang, basis nano disimpan dalam
beaker glass kemudian ditambahkan lesitin, C12-15 alkil benzoat dan minyak kelapa murni. Setelah itu, dihomogenkan menggunakan homoginizer selama 10 menit pada rentang 150 -250 rpm. Setelah homogen dilanjutkan pemanasan pada suhu 400C supaya semua komponen larut.
Kemudian tahap terakhir dalam pencampuran ini adalah penambahan aquadest sebanyak 25% pada suhu yang sama yaitu 40 0C sambil tetap diaduk.
Setelah benar-benar tercampur kemudian sisa aquadest dimasukkan pada suhu yang sama pula dan terus diaduk sampai terbentuk emulsi. Tahap kedua adalah pembentukan massa krim dilakukan pada suhu ruang dengan menggunakan homoginizer pada rentang putaran 150-250 rpm. Emulsi yang sudah jadi, sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam viskolam yang terdapat dalam beaker glass. Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan zat aktif, pengawet, dan pengharum. Pengadukan terus dilakukan sampai benar-benar seluruh komponen homogen dengan sempurna. Perlakuan yang sama dilakukan untuk formula X1, X2, dan X3 dengan
penyesuaian konsentrasi masing-masing komponen yang telah ditentukan dalam rancangan formula sediaan krim.
34 Tabel 1. Perancangan Formula Sediaan Krim dengan Penambahan Basis Nano dan Fase
Minyak Kelapa Murni
Komponen X1 (%) X2 (%) X3 (%) X01 (%) X02 (%) X03 (%) Potassium lauroyl wheat amino acid,
palm glycerides, capryloyl glycine, aqua
5 7,5 10 5 7,5 10
Minyak kelapa murni 10 10 10 10 10 10
Lesitin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
C12-15 Alkil Benzoat 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Dimethylsilanol hyaluronate 6 6 6 - - -
Phenochem® (Fenoxyethanol, etil
paraben metil paraben, propil paraben butil paraben, isobutyl paraben)
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Sodium polyacryloyldimethyl taurate 2 2 2 2 2 2
Pengharum
(columbine 02418® )
1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes
Aquadest ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50
4. Evaluasi Fisik Sediaan Krim Selama Waktu Penyimpanan
Evaluasi fisik yang dilakukan, meliputi:
a. Pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas selama 28 hari waktu penyimpanan.
b. Pengujian stsbilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi terhadap sediaan krim setelah penyimpanan 28 hari (Lachman et al, 1994).
c. Pengamatan distribusi sediaan krim dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
5. Uji keamanan
Uji keamanan sediaan krim menggunaan uji iritasi dengan metode patch test (Wasitaatmadja, 1997). 6. Analisis data
Analisis data menggunakan metode Desain Blok Acak Sempurna (DBSA) (α= 0,05) dan dilanjutkan dengan uji Newman Keuls.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan formula
Didapatkan tiga formula sediaan krim X1, X2 dan X3 dengan peningkatan
konsentrasi pada basis nano secara berurutan sebesar 2,5%. Terhadap ketiga hasil perancangan formula ini dilakukan pengujian selanjutnya.
Persiapan dan Pengumpulan Bahan Basis krim dan dimethylsilanol hyaluronate sebagai zat aktif diperoleh dari PT.EXSYMOL, Monaco didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta.
Bahan kimia lainnya berupa minyak kelapa murni diperoleh dari salah satu apotek di Bandung, C12-15 alkil benzoat dan lesitin diperoleh dari Bratachem, Bandung, phenochem® (Fenoxyethanol, etil paraben metil paraben, propil paraben butil paraben, isobutyl paraben) sebagai pengawet dan Sodium polyacryloyldimethyl taurate sebagai thickener diperoleh dari PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta, dan
35 pengharum (columbine 02418®) diproduksi
oleh Sillage Aromatique, Singapura dan didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta.
Formulasi Sediaan Krim
Pada penelitian ini dibuat tiga formula sediaan krim yang bervariasi ditinjau dari konsentrasi basis nano. Dari hasil orientasi dipilih metode pembuatan yang berbeda dengan pembuatan sediaan krim konvensional, dikarenakan basis nano perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda dari basis konvensional pada umumnya. Metode pembuatan dilakukan pada dua lingkungan suhu yang berbeda, karena disesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan. Pertama pada proses pencampuran basis nano dan minyak dilakukan pada suhu ruang dengan mengunakan homoginizer selama 10 menit pada rentang 150-20 rpm dengan tujuan supaya semua komponen homogen dan partikel-partikel setiap komponen lebih lembut. Setelah homogen dilanjutkan pada suhu 400C, supaya fase minyak tercampur
lebih homogen dengan basis nano. Selanjutnya aquadest sebanyak 25% ditambahkan ke dalam campuran tersebut pada suhu yang sama yaitu 400C sambil
tetap diaduk. Setelah benar-benar homogen kemudian sisa aquadest dimasukkan dalam keadaan suhu yang sama sampai benar-benar terbentuk emulsi. Tahap selanjutnya yaitu pembentukan massa krim dengan menambahkan emulsi yang sudah jadi
sedikit demi sedikit ke dalam viskolam. Viskolam dalam formulasi ini digunakan sebagai pengental. Setelah terbentuk massa krim selanjutnya ditambahkan ke dalamnya zat aktif, pengawet dan pengharum. Zat aktif harus ditambahkan pada suhu ruang, supaya tidak terjadi perubahan pada kondisi fisik dan kimianya.
Sediaan krim yang telah dibuat menunjukkan warna krem dan berbau khas parfum columbine 02418. Warna krem pada krim dihasilkan dari lesitin yang berwarna kuning kecoklatan dan dari basis nano yang berwarna kuning pucat. Pada sediaan ditambahkan parfum, untuk menutupi bau khas yang ditimbulkan oleh lesitin.
Hasil Pengamatan Evaluasi Fisik 1) Evaluasi Organoleptis
Hasil evaluasi organoleptis disajikan pada Tabel 2. Sediaan krim mempuyai kestabilan organoleptis yang cukup baik dan tidak menunjukkan perubahan warna dan bau selama penyimpanan 28 hari waktu penyimpanan. Begitupun homogenitas masing-masing formula secara umum masih tetap sama dengan keadaan awal kecuali pada formula dengan sediaan krim dengan basis nano 5%. Kehomogenan yang stabil dikarenakan oleh sepadannya komponen-komponen dalam formula sediaan krim tersebut sehingga menyebabkan terbentuk massa sediaan krim yang stabil. Pada formula ini terdapat sejumlah komponen yang dapat meningkatkan stabilitas krim,
36 antara lain penggunaan lesitin yang
mempunyai fungsi untuk menjaga konsistensi kekentalan sediaan krim dengan cara meningkatkan viskositas krim tersebut. Penggunaan pengawet yang tepat sehingga dapat mempertahankan krim dari cemaran jamur dan bakteri. Selain itu, stabilitas dari sediaan krim yang telah dibuat dapat
dipertahankan karena metode pembuatan yang tepat, dengan pengadukan yang konstan dan lingkungan suhu yang tepat. Dengan demikian sediaan krim yang dihasilkan akan tetap homogen selama waktu penyimpanan.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Selama Waktu Penyimpanan
Formula
Hasil Pengamatan Setelah Penyimpanan Hari
Konsistensi Warna Bau Homogenitas
1 28 1 28 1 28 1 28 X1 +++ ++ kr kr kh kh h th X2 +++ ++ kr kr kh kh h h X3 +++ ++ kr kr kh kh h h X01 ++++ +++ kr kr kh kh h th X02 ++++ +++ kr kr kh kh h h X03 ++++ +++ kr kr kh kh h h Keterangan : +/- : Kuantitas kekentalan kr : Warna krem kh : Bau khas h : Homogen th : Tidak homogen
Gambar 1. Hasil pengukuran pH sediaan krim Gambar 2 dapat menggambarkan
bahwa selama waktu penyimpanan keenam sediaan krim mempunyai pH yang cenderung netral yaitu pada rentang
7,09-7,18. Setelah dilakukan perhitungan secara statistik dengan desain blok lengkap acak sub sampling pH dengan model tetap diperoleh hipotesis nol (H0), dengan asumsi
7.080 7.100 7.120 7.140 7.160 7.180 7.200 7.220 7.240 7.260 7.280 7.300 1 3 7 14 21 28 p H S e d iaan K r im
Perlakuan (Hari Penyimpanan)
X01 X02 X03 X1 X2 X3
37 tidak terdapat perbedaan mengenai rata-rata
efek perlakuan yang diuji, ditolak karena Fhitung lebih besar daripada Ftabel pada taraf
signifikan α=0,05. Hal ini berarti bahwa waktu penyimpanan berpengaruh pada perubahan pH pada setiap sediaan krim. Kemudian karena H0 ditolak analisis
statistik dilanjutkan dengan uji Newman Keuls untuk melihat perbedaan pengaruh waktu penyimpanan terhadap perubahan pH dari masing-masing sediaan krim. Hasil analisis menggunakan Newman Keuls menunjukkan bahwa pada hari ke-14 dan hari ke-7 memberikan pengaruh yang sama terhadap perubahan pH pada sediaan krim, dan lamanya waktu penyimpanan yang paling berpengaruh pada perubahan pH masing-masing sediaan krim yaitu pada waktu penyimpanan hari ke-28. Perubahan pH pada sediaan krim ditunjukkan dengan menurunnya nilai pH masing-masing sediaan yang diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut dapat diakibatkan oleh adanya reaksi hidrolisis dari hyaluronic acid yang terkandung dalam dimethylsilanol hyaluronate pada masing-masing sediaan krim. Dapat dilihat penurunan pH pada masing-masing sediaan krim selama waktu penyimpanan pada Gambar 2.
Nilai pH akan menurun selama waktu penyimpanan karena ada zat-zat yang terurai dalam sediaan. Apabila ditinjau dari nilai rata-rata pH dan dibandingkannya terhadap sediaan krim satu sama lainnya, maka dapat dilihat perbedaan pH nya. Dari
nilai pH tersebut dapat disimpulkan semakin bertambah basis nano, nilai pH pada setiap sediaan mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi dari nilai pH basis nano sendiri, yaitu pada rentang 6,5-7,5. Oleh karena itu, semakin bertambahnya konsentrasi basis nano, maka nilai pH semakin besar. Apabila nilai pH sediaan krim (X1, X2 dan X3) dibandingkan
dengan nilai pH krim (X01, X02 dan X03),
maka dapat terlihat nilai pH sediaan krim (X01, X02 dan X03) lebih besar daripada
nilai pH sediaan krim (X1, X2 dan X3). Hal
tersebut dikarenakan pada sediaan krim (X1,
X2 dan X3) terdapat asam yang terkandung
dalam dimethylsilanol hyaluronate. Oleh karena itu, dapat disebutkan penambahan zat aktif terhadap formula sediaan krim berpengaruh pada nilai pH. Akan tetapi nilai-nilai pH tersebut masih sesuai dengan persyaratan pH krim untuk pemakaian pada kulit yaitu 5-8.
3) Hasil pengamatan viskositas
Hasil pengamatan viskositas dapat dilihat pada Gambar 3. Viskositas sediaan krim dengan berbagai konsentrasi basis nano mengalami perubahan yang tidak terlalu besar dan cenderung memiliki nilai yang stabil. Perhitungan statistik dengan desain blok lengkap acak sub sampling untuk pengukuran viskositas sediaan krim dengan basis nano menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak karena Fhitung lebih
besar daripada Ftabel, dengan taraf signifikan
α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa selama waktu penyimpanan memberikan pengaruh
38 terhadap viskositas pada setiap
masing-masing sediaan krim. Analisis dilanjutkan dengan uji Newman Keuls. Hasil uji Newman Keuls menunjukkan bahwa waktu penyimpanan yang paling berpengaruh terhadap perubahan viskoistas pada sediaan krim yaitu hari ke-28 dan hari ke-21. Walaupun demikian, pada hari ke-14 dan hari ke-1 juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan viskositas pada masing-masing sediaan krim, tetapi tidak terlalu besar, dan pada hari ke-3 dan hari ke-7 tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan viskositas sediaan krim.
Perubahan viskositas yang terjadi ditunjukkan dengan penurunan nilai viskositas masing-masing sediaan krim. Perubahan yang terjadi selama waktu penyimpanan bisa terjadi karena perubahan pada suhu ruangan. Sesuai dengan Hukum Stokes menyatakan bahwa peningkatan suhu ruangan yang dapat mengganggu daya tahan krim dan dapat menurunkan nilai viskositas dari fase kontinu (air), serta meningkatkan gerak globul fase terdispersi (minyak). Keduanya menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik pada persamaan Hukum Stokes, semakin cepat pergerakan globul maka semakin turun nilai viskositas suatu sediaan. Selain itu, perubahan pada krim disebabkan pula oleh tipe emulsi pada krim itu sendiri. Emulsi
yang termasuk dalam tipe minyak dalam air cenderung akan mengalami penurunan viskositas. Hukum Stokes juga menyatakan bahwa semakin bertambah hari maka ukuran globul mengalami pembesaran, sehingga menyebabkan nilai viskositas semakin kecil. Menurut Sherman dalam bukunya Rheology of Emulsion, pengurangan viskositas disebabkan oleh penurunan viskositas dari fase kontinu karena jarak antara globul-globul yang meningkat. Viskositas dengan waktu mencerminkan peningkatan ukuran globul karena penggumpalan.
Apabila nilai viskositas sediaan krim dibandingkan terhadap sediaan satu sama lainnya, maka terlihat perbedaan viskositas, semakin besar konsentrasi basis nano, maka nilai viskositas semakin besar pula. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kandungan potassium lauroyl wheat amino acids dalam basis nano, dimana potassium lauroyl wheat amino acids ini merupakan salah satu senyawa yang dapat meningkatkan konsistensi krim dan juga meningkatkan stabilitas sediaan krim. Selain itu, meningkatnya viskositas dapat disebabkan oleh beberapa senyawa, seperti viskolam. Viskolam digunakan sebagai pengental, dimana viskolam ini mempunyai kemampuan mengentalkan larutan air sebagai fase luar dari krim.
39 Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas sediaan krim
Pengujian Stabilitas Fisik dengan Menggunakan Metode Sentrifugasi
Hasil uji sentrifugasi dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji sentrifugasi menunjukkan bahwa pada sediaan krim dengan basis 5% terjadi pemisahan pada kecepatan 3750 rpm. Pemisahan fase yang terjadi disebabkan oleh ketidakcampuran dengan sempurna antara basis bersama fase lainnya.
Basis sebanyak 5% ternyata
kurang sepadan jumlahnya dengan
komponen lainnya dalam formula
sediaan krim yang telah dibuat sehingga
menyebabkan
tidak
tercampurnya
dengan sempurna antara basis nano dan
komponen lainnya. Alasan tersebut
diperkuat dengan teori bahwa semakin
banyak konsentrasi emulgator yang
ditambahkan maka sediaan krim akan
semakin stabil. Hasil sentrifugasi pada
sediaan krim dengan basis 5%
dapat
menunjukkan bahwa sediaan krim
tersebut
tidak
tahan
terhadap
penyimpanan di suhu ruang selama
kurang dari 10 bulan.
Pengujian Iritasi Sediaan Krim
Pengujian iritasi merupakan syarat mutlak dalam industri kosmetik untuk memastikan bahwa sediaan yang dibuat aman untuk digunakan. Uji iritasi pada penelitian ini dilakukan secara in vivo kepada 10 orang sukarelawan. Adapun yang diuji adalah sediaan krim dengan basis nano 10%.
Pengujian dilakukan hanya terhadap sediaan krim tersebut, karena sediaan yang diuji hanya sediaan yang cenderung lebih stabil daripada sediaan lainnya, sedangkan sediaan krim blanko diikutsertakan dalam pengujian iritasi ini hanya sebagai pembanding terhadap sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate. Berdasarkan data hasil pengujian dapat diketahui bahwa sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan formula (X3) tidak menimbulkan iritasi
pada kulit. Hal itu ditandai dengan tidak adanya reaksi panas, kemerahan dan iritasi, ataupun gatal pada kulit sukarelawan. Begitu juga dengan sediaan krim blanko
64,5 65 65,5 66 66,5 67 1 3 7 14 21 28 V is k o is ta s Sedi a a n Kri m
Perlakuan (Hari Penyimpanan)
X01 X02 X03 X1 X2 X3
40 dengan formula X03. Hal ini dikarenakan
oleh bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang aman, inert, tidak mengiritasi, serta memiliki rasa raba kulit yang baik.
SIMPULAN
Hasil penelitian evaluasi fisik sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dapat disimpulkan bahwa penambahan dimethylsilanol hyaluronate sebagai bahan aktif pelembab dalam sediaan krim dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni menghasilkan sediaan krim yang baik, stabil, dan aman untuk digunakan. Hasil pengamatan evaluasi fisik, stabilitas fisik, dan pengamatan distribusi sediaan krim, menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% mempunyai kestabilan dan penampilan fisik terbaik. Penelitian lanjut yang perlu dilakukan adalah mengenai pengujian efektivitas secara in vitro maupun in vivo dari sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dan pengujian ukuran partikel dengan menggunakan Energy Filetering Transmission Electron Microscopy (EFTEM).
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Sediaan Farmasi. Penerjemah: F. Ibrahim. Jakarta: UI Press. Jakarta. 513. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 8.
Dimethylsilanol Hyaluronate. 2008. Exymol. http:/www.exymol.com. [Diakses 4 Februari, 2009].
Harry, R.G. 1975. Harry’s Cosmetocology. Sixth edition. Vol I. London: Chemical Publishing Company, Inc. 12.
Keithler, W.M.R. 1956. The Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialties. New York: Drug Markets. Inc. 3. Lachman L, H.A. Lieberman, dan J.L.
Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Penerjemah: Suyatmi S dan Aisyah I. Edisi ke-3. Jakarta: UI Press. 1049-1088;1091-1145.
Latiefah, S. 2008. Formulasi Krim Pelembab Wajah yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon. Bandung: Fakultas Universitas Padjadjaran. 2. Nanocream. 2006. Sinerga.www.sinerga.it,
diakses 4 Februari, 2009.
Rochman T.N. 2007. Prospek Nanoteknologi di Tanah Air. http://www.pati.or.id/opini_files/Pag e769.htm, diakses 6 Februari 2009.
41 Sharma, P.K. et. al. 1999. Pengenalan
Nanoteknologi.http://aguspur.wordpr ess.com/2008/10/08/nanoteknologipe ngenalan/, diakses 6 Februari, 2009. Setiaji, B. 2005. Salah Satu Manfaat
Minyak Kelapa Murni.
http://buahmerah.baliwae.com/ebook apakahvirgincoconutoil.pdf, diakses 13 September 2009.
Sudjana, M.A. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi IV. Bandung: Tarsito. Hal. 61; 65
Thassu, D, M. Delleers and Y. Pathak. 2007. Nanoparticulate Drug Delivery System. Volume 166. New York: Pharmaceu Tech, Inc.
Wasitaatmadja M. S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. 4-5;8; 85-93;112