SKRIPSI
Oleh :
ELLEN KURNIA SARI SHOLIHAH NIM : C04213019
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Mememnuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ekonomi Syariah
Oleh :
ELLEN KURNIA SARI SHOLIHAH NIM : C04213019
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Potensi, Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Muslim Surabaya terhadap Wakaf Uang dengan Sikap sebagai Variabel Intervening” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana perilaku masyarakat muslim
Surabaya dengan adanya sikap sebagai variabel intervening yang
menghubungkan potensi, persepsi dan preferensi dapat mendorong masyarakat muslim Surabaya melakukan wakaf uang.
Metode Penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitaif dengan jenis penelitian asosiatif deskriptif, jenis penelitian asosiatif bertujuan untuk mencari hubungan variabel satu dengan variabel lain, sedangkan deskriptif bertujuan untuk menjelaskan antar variabel-variabel. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada masyarakat muslim Surabaya. Pengujian analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik, regresi liner bergandan dan uji hipotesis-t.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A. Landasan Teori ... 16
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 34
C. Kerangka Konseptual ... 37
D. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
D. Variabel Penelitian ... 43
E. Devinisi Operasional ... 44
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
1. Jenis Data ... 50
2. Sumber Data ... 50
H. Teknik Pengumpulan Data ... 50
I. Teknik Analisis Data... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 58
A. Deskripsi Umum Objek Penelitia ... 58
1. Lokasi Penelitian ... 58
2. Karakteristik Responden ... 61
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 67
C. Analisis Data ... 70
BAB V PEMBAHASAN ... 85
BAB VI PENUTUP ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Asumsi Perhitungan Potensi Wakaf Uang ... 7
3.1 Penentuan Sampel Daerah ... 42
3.2 Penentuan Sampel Individu ... 43
4.1 Penduduk Muslim Surabaya ... 58
4.2 Tempat Ibadah Masyarakat Muslim di Surabaya ... 59
4.3 Data Nadzir Wakaf Uang di Surabaya ... 61
4.4 Hasil Pengujian Validitas Persepsi Masyarakat ... 67
4.5 Hasil Pengujian Validitas Preferensi Masyarakat ... 68
4.6 Hasil Pengujian Validitas Sikap Masyarakat ... 68
4.7 Hasil Pengujian Validitas Perilaku Masyarakat ... 68
4.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner ... 69
4.9 One Sample Kolmogrov-Smirnov ... 70
4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ... 72
4.11 Hasil Uji Autokorelasi ... 74
4.12 Hasil Persepsi Masyarakat ... 75
4.13 Hasil Preferensi Masyarakat ... 76
4.14 Hasil Sikap Masyarakat ... 78
4.15 Hasil Perilaku Masyarakat ... 78
4.16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Dependen Sikap ... 80
4.17 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Dependen Perilaku ... 81
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Proses Preptual ... 17
2.2 Hubungan antara Variabel Stimulus, Intervening dan Respons ... 27
2.3 Teori Reasoned Action ... 32
2.4 Model Perilaku Konsumen ... 33
2.5 Kerangka Konseptual ... 37
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usia ... 63
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 65
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan per Bulan ... 66
4.6 P-Plot Normalitas ... 71
4.7 Histogram Normalitas ... 71
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Sumber: Kate L.Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).
B. Vokal
2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia Ket.
يــــ fath}ah dan ya’ ay a dan y
وـــــ fath}ah dan wawu aw a dan w
Contoh : bayna ( نيب ) : mawd}u>‘ ( عوضوم )
3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia Keterangan
ــــ fath}ah dan alif a> a dan garis di atas يـــ kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas
وــــ d}ammah dan wawu u> u dan garis di atas
Contoh : al-jama>‘ah ( ع م لا ) : takhyi>r ( يي ت ) : yadu>ru ( رو ي )
C. Ta’ Marbut}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua :
1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari>‘at al-Isla>m (ماساا ي ش) : shari>‘ah isla>mi>yah ( يماسإ ي ش)
D. Penulisan Huruf Kapital
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Islam dibebaskan dalam hal bersedekah, boleh dengan zakat1,
infaq2, sadaqah3, wakaf4, hibah5 maupun hadiah6. Semua itu merupakan
perbuatan kebajikan yang sangat mulia, sehingga dapat membantu
masyarakat sekitar yang perekonomiannya masih terbilang rendah. Allah
berfirman dalam Al-Quran surat QS Al-Hasyr:7
‚Supaya harta itu tidak hanya berada diantara orang-orang kaya saja diantara kamu sekalian‛.7
Dengan demikian, adanya perintah mengeluarkan sebagian dana yang
dipunyai untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan, diharapkan
tidak ada lagi istilah ‚yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin‛, yang mana selama ini banyak terjadi di masyarakat. Padahal jika
1 Zakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dsb) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’
2 Infaq dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian (sumbangan) harta dsb
(selain zakat wajib) untuk kebaikan
3 Shodaqah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian sesuatu kepada fakir
miskin atau yg berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi, derma
4 Wakaf merupakan benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan
umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas
5 Hibah merupakan pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada
orang lain
6 Hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan)
7
harta tersebut selalu berputar untuk masyarakat yang kurang mampu,
kesenjangan sosial, kemiskinan dan sebagainya dapat teratasi.
Kegiatan bersedekah bermacam-macam, salah satunya dengan wakaf,
yang mana bagi banyak orang wakaf itu tergolong sulit untuk dilakukan.
Qahaf8 mendefinisikan wakaf dengan kegiatan memindahkan harta dari
upaya konsumtif menuju reproduksi dan investasi dalam bentuk modal
produksi yang dapat memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang dapat di
konsumsi pada masa-masa mendatang, baik oleh pribadi maupun kelompok,
dengan demikian wakaf merupakan kegiatan menabung dan berinvestasi
secara bersamaan.9 Kegiatan ini mencakup kegiatan menahan harta yang
mungkin dimanfaatkan oleh wakhif baik secara langsung maupun setelah
berubah menjadi barang konsumsi, sehingga tidak dikonsumsi saat ini dan
pada saat yang bersamaan mengubah pengelolaan harta menjadi investasi
yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah harta produktif ditengah-tengah
masyarakat.10
Jenis-jenis harta benda wakaf ada berbagai macam bentuk. Dalam
hadis yang membahas tentang wakaf, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dalam kitab ‚As-Sunan‛ tentang tanah Umar bin Al-Khatab RA di
Khaibar: Rasulullah bersabda, ‚Apabila kamu mau, kamu bisa mewakafkan
pokoknya dan menyedekahkannya‛. Maka Umar pun mewakafkan tanah itu,
8 Qahaf yang bernama asli Mundzir Qahaf merupakan seorang penulis buku dengan judul
Manajemen Wakaf Produktif
9
Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Hukum Fiqih, Hukum Positif dan Manajmen (Malang : UIN Maliki Press, 2011),20
yang tidak untuk dijual atau diberikan, melainkan hasilnya dibagikan kepada
fakir miskin, kerabat, para tamu dan orang-orang dalam perjalanan.11 Dari
uraian diatas, diketahui bentuk wakaf jenisnya bervariatif dalam berbagai
bentuk aset, yang jika di qiyaskan (persamaan hukum) dapat dikelompokkan
menjadi aset tidak bergerak (tanah), aset bergerak (kuda), dan aset dalam
bentuk uang (dinar). Dengan semakin beragamnya jenis wakaf yang dapat
dikelola dan dikembangkan, peluang meningkatkan penghimpunan wakaf
terbuka lebar. Salah satu sumber potensial wakaf adalah dari wakaf uang.
Keunggulan wakaf uang adalah lebih fleksibel dalam pengelolaan yaitu dapat
di investasikan ke berbagai sektor yaitu sektor riil maupun keuangan.
Wakaf uang merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf
yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan12 menggagas idenya. Dalam
beberapa literatur lain, Cash Waqf juga dimaknai sebagai wakaf tunai.
Hanya saja, makna tunai ini sering disalahartikan sebagai lawan kata dari
kredit, sehingga pemaknaan Cash Waqf sebagai wakaf tunai menjadi kurang
pas. Untuk itu, dalam tulisan ini, Cash Waqf akan diterjemahkan sebagai
wakaf uang. Selanjutnya wakaf uang dalam definisi Departemen Agama
adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau
badan hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan
11
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif . (Jakarta: Khalifa, 2005), 78.
12 Muhammad Abdul Manan lahir di Bangladesh pada tahun 1938. Pada tahun 1960, ia mendapat
salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh wakif kepada nadzir dalam
bentuk uang kontan.13
Sebenarnya wakaf uang sudah dilaksanakan pada abad ke-2 Hijriah.
Abu Su’ud dalam Risalah Fi Jawaz Waqf al-Nuqud, menyebutkan bahwa
Imam Bukhari meriwayatkan pendapat Imam Al-Zuhri (wafat 124 H) yang
membolehkan mewakafkan dinar dan dirham itu sebagai modal usaha,
kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai dana yang diperlukan oleh
masyarakat.14 Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memberikan peran yang
sangat penting dalam pengembangan kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan
dan kebudayaan masyarakat Islam. Peran menonjol wakaf dapat dilihat pada
berbagai sarana pendidikan Islam di Mekah dan Madinah yang dibiayai oleh
dana wakaf.15 Oleh karena itu, studi-studi perkembangan lembaga
pendidikan Islam tidak akan lepas dari studi atas perkembangan institusi
wakaf.
Ada empat manfaat wakaf uang. Pertama, wakaf uang jumlahnya bisa
bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa
memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi orang yang
berpendapatan tinggi atau menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Kedua,
melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa
dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan
13 Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Hukum Fiqih, Hukum Positif dan Manajmen ..., 21. 14 Departemen Agama, Pedoman Pengembangan Wakaf Tunan di Indonesia (Jakarta:Direktorat
Pemberdayaan Wakaf,Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), 2.
15 Najib, Tuti A dan Ridwan al-Makasary (eds), Wakaf, Tuhan, dan agenda kemanusiaan: Studi
pertanian. Ketiga, dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Keempat, umat Islam dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan maupun lembaga kemasyarakatan lainnya
tanpa menunggu bantuan dari pemerintah yang semakin lama anggarannya
semakin sempit.16
Wakaf uang di Negara-negara muslim seperti: Arab Saudi, Mesir,
Turki, Bangladesh, Yordania, dan Malaysia, berkembang sangat maju dan
mampu memberi manfaat yang besar, bukan hanya untuk umat di negeri itu,
melainkan juga umat di negeri lain, karena ternyata ia mampu menjadi
sarana pemberdayaan ekonomi yang cukup memadai bagi kesejahteraan
masyarakat, seperti pengembangan kegiatan dalam memajukan kebudayaan
Islam, pemberian beasiswa, pembiayaan terhadap kegiatan penelitian,
penyediaan fasilitas kesehatan dan lain-lain. Di Negara tersebut, wakaf tidak
hanya berupa tanah atau bangunan, tetapi juga berupa investasi saham uang,
real estate, tanah pertanian, flat, tempat ibadah, dan pendidikan yang
kesemuanya dikelola dengan baik dan produktif, sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.17
Melihat kecenderungan yang begitu potensial, dan terutama dengan
melihat perkembangan pengelolaan wakaf uang yang ada di negara-negara
lain, maka kesempatan yang sama juga bisa diberlakukan di Indonesia. Hal
ini dikarenakan di beberapa negara-negara muslim yang notabennya
16 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008),125.
17 Departemen agama, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat pemberdayaan
berpenduduk mayoritas muslim, wakaf dikembangkan sebagai salah satu
alternatif dan instrumen yang cukup memadai untuk menyejahterakan
kehidupan umat. Seharusnya di Indonesia dengan jumlah masyarakat muslim
terbesar di dunia dapat lebih efektif melakukan pengembangan wakaf uang
di bandingkan negera-negara lain. Harus diakui pula, bahwa secara
konseptual dan praktis, penggunaan kata wakaf sampai saat ini cenderung
masih dipahami sebagai pemberian sesuatu yang berbentuk benda-benda
tidak bergerak, seperti tanah atau bangunan, sementara bentuk lain dari
wakaf yang berupa uang, seperti investasi belum banyak dikenal dikalangan
masyarakat muslim.
Mengenai hukum wakaf uang di Indonesia sendiri sudah diatur dalm
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2006, serta fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) membolehkan wakaf
uang. Uang juga menempati posisi penting dalam kegiatan transaksi
ekonomi di berbagai negara di dunia, karena sekarang tidak hanya berfungsi
sebagai alat tukar, tetapi sudah dianggap sebagai benda. Uang sudah
bergeser fungsi, awalnya ia hanya berfungsi sebagai alat tukar, tetapi
sekarang sudah menjadi sesuatu yang diperjualbelikan di berbagai bank dan
money changer. Oleh karena itu, uang sudah sama kedudukannya dengan
benda lain yang dapat diperjualbelikan. Dengan kenyataaan yang demikian,
pernyataan Al-Sayyid Sabiq18 bahwa uang tidak dapat dijadikan objek wakaf
tidak sejalan dengan pernyataannya sendiri, yaitu uang dapat dijadikan objek
18 Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan tahun 1915 H di Mesir dan meninggal dunia tahun 2000 M. Ia
perdagangan. Oleh karena itu, Juhaya S Pradja19 juga berpendapat bahwa
uang boleh dijadikan objek wakaf.20
Menurut perhitungan Nasution21 tentang potensi wakaf di Indonesia
yang dapat dihimpun sebesar Rp 3 Triliyun pertahun, perhitungan ini didapat
dengan asumsi: Pertama, bahwa banyak muslim kelas menengah memiliki
kesadaran cukup tinggi untuk beramal. Kedua, jumlah Muslim kelas
menengah diperkirakan sebesar 10 Juta jiwa dengan rata-rata penghasilan
perbulan antara Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Ketiga, nilai sertifikat wakaf uang
dibagi besarannya mulai Rp 5.000.- sampai dengan Rp 100.000, maka dapat
dibuat perhitungan seperti Tabel 1.1 dibawah ini:22
Tabel 1.1
Sumber: Nasution dan Hasanah, 2006.
19
Juhaya S Praja merupakan Ahli Filsafat yang mengajar di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
20 Kementrian Agama RI, Proses Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Ditjen Bisnis Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005),6.
21 H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D, lahir di Jakarta pada 8 Maret 1952.Setelah tamat sekolah
Menengah Atas, ia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1976). Kemudian melanjutkan di University of Bradford untuk mengambil Masternya (1978) dan di Boston University, USA untuk mengambil gelar MAEP (1978). Ia meraih gelar doktoral dari Colarado University (1993). Salah satu karirnya yaitu menjadi Ketua Tim Ad Hoc Persiapan Badan Wakaf Indonesia.
22 Mustofa Edwin Nasution, Wakaf Tunai dan Sektor Volunteer, dalam Mustafa Edwin Nasution
Sedangkan berdasarkan asumsi Nafis23 pada tahun 2009, jika 20 Juta
umat Islam Indonesia mau mengumpulkan wakaf uang senilai Rp 100 Ribu
setiap bulan, maka dana yang terkumpul berjumlah Rp 24 Trilyun setiap
tahun. Jika 50 Juta orang yang berwakaf, maka setiap tahun akan terkumpul
dana wakaf sebesar Rp 60 Trilyun. Jika saja terdapat 1 Juta umat muslim
yang mewakafkan dananya sebesar Rp 100.000 per bulan, maka akan
diperoleh pengumpulan dana wakaf sebesar Rp 100 Milyar setiap bulannya
(Rp 1,2 Trilyun per tahun).24
Secara ekonomi, wakaf uang ini sangat besar potensinya untuk
dikembangkan, karena dengan model wakaf uang ini daya jangkau dan
mobilitasnya akan jauh lebih merata di tengah-tengah masyarakat
dibandingkan dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk tanah
dan bangunan).25 Sebab wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan hanya
dapat dilakukan oleh keluarga atu individu yang terbilang mampu (kaya)
saja.26Namun sayangnya, berdasarkan data yang ada di Badan Wakaf
Indonesia, penerima wakaf uang pada periode 31 Desember 2007 s.d 31
Desember 2011 berjumlah 2.973.393.876. Jumlah penerimaan wakaf uang
dari tahun 2007 sampai tahun 2010 memang cenderung meningkat namun
23
M. Cholil Nafis, mantan wakil sekretaris Badan Wakaf Indonesia
24 Cholil Nafis, Wakaf Uang untuk Jaminan Sosial, dalam Jurnal Al-Awqaf, Vol 2 No. 2, (April
2009),3.
25Rahmat Dahlan, ”
Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf Uang”,
Jurnal Al-iqhtishad, No. 2, Vol. 6 (Juli 2014), 306-307.
26 Hasan Mansyur Nasution, et al., Wakaf dan Pemberdayaan Umat (Jakarta: Sinar Grafika,
pada tahun 2011 mengalami penurunan.27 Jumlah tersebut cenderung sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat muslim di Indonesia saat itu
yang berjumlah 207.176.162.28
Pemahaman masyarakat tentang wakaf sangat terbatas jika
dibandingkan dengan pemahaman mereka tentang zakat, infaq, qurban,
sadaqah dan lembaga-lembaga Islam lainnya. Penghimpunan wakaf uang
sendiri masih menjadi kendala, padahal jika dilihat dari potensinya cukup
besar, faktor penyebabnya adalah persepsi, preferensi dan sikap masyarakat
yang belum paham mengenai wakaf uang serta perilaku masyarakat yang
masih terombang-ambing karena minimnya pengetahuan.
Menurut Assael, persepsi29, preferensi30 dan sikap berpengaruh dalam
penentuan perilaku konsumen. Assael mendefinisikan perilaku konsumen
adalah proses merasa dan mengevaluasi informasi merek,
mempertimbangkan bagaimana alternatif merek memenuhi kebutuhan
konsumen dan memutuskan pada suatu merek. Menurut Assael ada dua
pengaruh luas yang menentukan pilihan konsumen. Pengaruh pertama yaitu
konsumen individu yang mana kebutuhan, persepsi merek, karakteristik, dan
sikap, ke arah alternatif yang mempengaruhi pilihan mereka. Pengaruh kedua
27Badan Wakaf Indonesia, ‚Data Penerimaan Wakaf Uang‛, dalam
http://bwi.or.id/index.php/ar/unduhan.html?task=finish&cid=39&catid=2&m=0 , diakses pada 13 Desember 2016
28 Badan Pusat Statistik, ‚Jumlah Penduduk Muslim di Indonesia‛, dalam
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321, diakses pada 13 Desember 2016
29 Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan: perlu diteliti
masyarakat terhadap alasan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak; atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya
30 Preferensi merupakan (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain; prioritas;
dari perilaku konsumen adalah lingkungan. Lingkungan pembelian konsumen
digambarkan dengan budaya (norma dan nilai masyarakat), dengan
sub-budaya (bagian dari masyarakat dengan norma-norma berbeda dan nilai
dalam kehormatan tertentu) dan dengan kelompok bertatap muka (teman,
anggota keluarga dan kelompok referensi).31
Perilaku konsumen adalah aspek penting bagi pemasar karena untuk
menentukan apakah konsumen akan melakukan pembelian atau tidak
melakukan pembelian atas keputusan yang konsumen tetapkan. Perilaku
konsumen terkait erat dengan informasi yang dimiliki konsumen dan
berbagai faktor dan berbagai faktor yang dipengaruhi oleh pengetahuan
konsumen tentang produk yang akan dibelinya. Dalam proses pengambilan
keputusan konsumen, pengaruh situasi konsumen akan memberikan hasil
akhir yang berbeda untuk masing-masing konsumen. Tahapan pencarian
informasi juga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan konsumen terhadap
produk yang dicarinya. Keputusan perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan eksternal seperti fakor kebudayaan, sosial, pribadi
dan psikologis.32
Sulistiyowati pada tahun 2008 melakukan penelitian mengenai
pengaruh persepsi atas produk dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
dan perilaku word of mouth (WOM). Dalam penelitian ini menyebutkan
31 Shellyana Junaidi dan Basu Swastha Dharmmesta ‚Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen,
Karakteristik Kategori Produk, dan Kebutuhan Mencari Variasi terhadap Keputusan Perpindahan
Merek‛, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1, Vol. 17 (2002), 93.
32 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas‛, Bob
bahwa bagi perusahaan hal persepsi pelanggan atas performa jasa dan produk
yang dikonsumsi memegang peranan sangat penting atas keberhasilan
perusahaan. Faktor-faktor persepsi konsumen terhadap perilaku pembelian
hunian antara lain lokasi, produk, harga dan cara bayar, promosi dan
fasilitas.33
Penelitian tentang persepsi kegunaan terhadap intention dilakukan
oleh Davis, et al, pada tahun 1989, hasil penelitiannya menunjukan bahwa
minat (intention) dipengaruhi oleh persepsi tentang kemudahan akses dan
penggunaan teknologi (perceived ease of use). Penelitian yang dilakukan
oleh Liao et al pada tahun 2008 menunjukan bahwa kemudahan akses dan
penggunaan teknologi (perceived ease of use) berpengaruh terhadap sikap
menggunakan (attitude towards product), dan sikap menggunakan (attitude
towards product) berpengaruh langsung terhadap perilaku minat
menggunakan (behavior intention).34
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah jakarta
dan telah mengklaim dirinya sebagai Kota Jasa dan Perdagangan. Surabaya
dapat dijadikan acuan kota-kota lain dalam mengetahui perilaku konsumen
masyarakat Indonesia apapun yang dilakukan kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung dan Medan akan menjadi rujukan karena hasil penelitian
di Surabaya akan menjadi referensi kota-kota kecil yang ada di Indonesia.
33 Widjaya Wardhani, et al., ‚Pengaruh Persepsi dan Preferensi terhadap Keputusan pembelian
Hunian Green Product‛, Jurnal: Manajemen dan Organisasi, No. 1, Vol. 6 (April 2015), 47.
34 Adtya Arya Duta, ‚Analisis Faktor – Faktor Yang Membangun Sikap Terhadap Produk dan
Berdasarkan data Kemenag Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2009-2015
penganut agama Islam paling banyak berada di kota Surabaya yakni
sejumlah 2.499.116 dari total pendududk Surabaya mencapai 2.943.528,35
sehingga kota Surabaya memiliki aset yang cukup berpotensi untuk
mengembangkan wakaf uang. Jika di asumsikan terdapat sekitar 65 ribu
rumah tangga yang mau membayar wakaf uang dengan nominal 10.000
rupiah per bulan selama setahun maka akan terkumpul dana wakaf yang
besar yaitu 7,8 milyar rupiah. Hal ini merupakan aset yang besar untuk
pengembangan wakaf uang. Dana sebesar itu dapat diinvestasikan dan
dikelola secara produktif sehingga hasilnya dapat disalurkan untuk
kemaslahatan umat melalui subsidi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
dan pelayanan publik.36
Penelitian tentang perilaku, karakteristik, dan persepsi masyarakat
terhadap lembaga keuangan syariah dalam bentuk produk wakaf uang
khususnya di Indonesia masih sangat terbatas dapat dilihat dari penelitian
terdahulu yang membahas mengenai pemahaman wakaf uang yang dilakukan
oleh Anggi Wahyu Muda tahun 2015 bahawa berdasarkan hasil analisis data
150 responden terdapat 58,7% responden yang bernilai di bawah rata-rata,
sisanya terdapat 41,3% responden yang bernilai di atas rata -rata, yang
berarti mayoritas masyarakat Muslim kota Surabaya tidak faham tentang
35 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, Kota Surabaya Dalam Angka (Surabaya: Badan Pusat
Statistik Kota Surabaya, 2015), 180
36 Anggi Wahyu Muda, “
wakaf uang.37 Namun penelitian pendahuluan yang dilakukan Bank
Indonesia yang bekerja sama dengan Pusat Pengkajian Bisnis Universitas
Brawijaya pada tahun 2000 dan Wibisana, et al, pada tahun 1999 di Jawa
Timur mengenai perbankan secara sederhana dapat memberikan gambaran
tentatif tentang potensi masyarakat sekitar, sikap yang akan diambil dan
perilaku masyarakat terhadap perbankan syariah. Sehingga teori tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap produk
wakaf uang yang ada di Surabaya. Berdasarkan latar belakang diatas maka
penelitian ini berjudul analisis potensi, persepsi, preferensi dan perlaku
masyarakat muslim Surabaya terhadap wakaf uang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah potensi suatu daerah dapat mempengaruhi sikap masyarakat
muslim Surabaya untuk berwakaf uang?
2. Apakah persepsi dapat mempengaruhi sikap masyarakat muslim Surabaya
untuk berwakaf uang?
3. Apakah preferensi dapat mempengaruhi sikap masyarakat muslim
Surabaya untuk berwakaf uang?
4. Apakah sikap dapat mempengaruhi perilaku masyarakat muslim Surabaya
untuk berwakaf uang?
37
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan bisa dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Menjelaskan dan menganalisis bahwa potensi suatu daerah dapat
mempengaruhi sikap masyarakat muslim Surabaya untuk wakaf uang.
2. Menjelaskan dan menganalisis bahwa persepsi dapat mempengaruhi
sikap masyarakat muslim Surabaya untuk berwakaf uang
3. Menjelaskan dan menganalisis bahwa preferensi dapat mempengaruhi
sikap masyarakat muslim Surabaya untuk berwakaf uang.
4. Menjelaskan dan menganalisis bahwa sikap masyarakat muslim
Surabaya dapat mempngaruhi perilaku masyarakat muslim Surabaya
untuk berwakaf uang.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini akan membahas tentang manfaat secara teoritis
dan manafaat secara praktis.
1. Manfaat secara Teoritis
Sebagai sarana evaluasi dan pengembangan untuk menerapkan
ilmu yang diterima ketika belajar di bangku perkuliahan ke dalam
masalah yang dihadapi di masyarakat, sehingga dapat mengetahui
potensi, persepsi dan preferensi masyarakat serta perilakunya terhadap
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi Perusahaan
Bagi lembaga keuangan syariah yang mempunyai produk wakaf
uang dapat mengetahui informasi potensi pasar, persepsi dan
preferensi masyarakat yang akan menentukan perilaku masyarakat
terhadap wakaf uang.
b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami materi yang didapat dibangku
perkuliahan dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki
ketika menghadapi masalah yang ada di masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Masyarkat diharapkan dapat memahami produk wakaf,
menyikapinya dan mendapatkan pandangan mengenai wakaf uang
sehingga tidak terjadi persepsi yang keliru terhadap masyarakat dan
membantu masyarakat untuk memahami lebih jauh mengenai wakaf
uang, sehingga banyak masyarakat yang berminat investasi dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengukuran Potensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia potensi merupakan
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.1
Pengukuran potensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu.
a. Demografi, meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan.
b. Ekonomi, meliputi penghasilan dan status pekerjaan .
Dalam bahasa ekonomi kependudukan, bonus demografi dimaknai
sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh semakin besarnya
jumlah tabungan dari penduduk produktif. Hal ini dapat memacu
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut juga lazim
dikenal sebagai jendela kesempatan (windows of opportunity) bagi suatu
negara untuk melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri
manufaktur, infrastruktur, maupun UKM karena berlimpahnya angkatan
kerja. Banyak negara menjadi kaya karena berhasil memanfaatkan
jendela peluang bonus demografinya untuk memacu pendapatan per
kapita sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. 2
1Desy Anwar, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), 329.
2 Adioetomo dan Sri Moertiningsih, Bonus Demografi : Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk
2. Persepsi
Menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Sutisna yang
menyatakan persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu
diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasikan. Gambar berikut ini
menggambarkan bagaimana stimuli ditangkap melalui indra (sensasi)
dan kemudian diproses oleh penerima stimuli (presepsi).3
Gambar 2.1 Proses Preptual
Sumber: Diadaptasi dari M. R. Solomon (1996), “ Custumer Behavior”, Prentice Hall
International.
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda-beda,
oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif yang dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam memori. Satu hal yang
perlu diperhatikan dalah bahwa persepsi secara substansial bisa sangat
berbeda dengan realitas. Stimulus adalah setiap bentuk fisik atau
komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Salah
satu stimulus yang penting yang dapat mempengaruhi perilaku
konsumen adalah lingkungan (sosial dan budaya) karena persepsi setiap
orang terhadap suatu objek akan berbeda-bada oleh karena itu persepsi
mempunyai sifat subjektif. Persepsi seorang konsumen akan berbagai
stimulus yang diterimanya di pengaruhi oleh karakteristik yang
dimilikinya.4
Konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk
berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut. Memahami persepsi
konsumen adalah penting bagi pemasar dan produsen. Dua orang
konsumen yang menerima dan memperhatikan suatu stimulus yang
sama, mungkin akan mengartikan stimulus tersebut berbeda. Bagaimana
seseorang memahami stimulus akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai,
harapan dan kebutuhannya yang sifatnya sangat individual.5
Persepsi didefenisikan oleh Kotler sebagai proses seorang
individu dalam memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan
dan informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna
tentang dunia. Penelitian.6Schiffman dan Kanuk mendefinisikan
persepsi sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasi dan
mengintepretasikan stimuli ke dalam gambaran yang mempunyai arti
dan masuk akal sehingga dapat dimengerti.7
4 Ibid.,68.
5 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi kedua
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 96.
6 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen PemasaranEdisi Ketiga Belas”, Bob Sabran
(Jakarta: Erlangga, 2008), 179.
7 Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen Edisi Ketujuh, Zoelkifli Kasip
Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam
memahami informasi mengenai lingkungannya, sehingga proses
pemahaman ini akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan
persepsinya. Sejumlah penelitian telah menentukan hubungan antara
harga dan persepsi konsumen terhadap kualitas produk sedangkan
kualitas yang dipersepsikan didefinisikan sebagai keputusan konsumen
tentang superioritas dari suatu produk.8
Dari beberapa pengertian persepsi dari Webster, Kotler, dan
Schiffman, Kanuk, tidak bertentangan satu sama lain. Dari ketiga
sumber tersebut terdapat kesamaan yaitu:
a. Bahwa persepsi merupakan proses penyeleksian/pemilihan,
pengorganisasian dan penginterpretasian
b. Proses terjadinya persepsi dipengaruhi oleh indra
Sedangkan perbedaannya:
a. Menurut Webster persepsi dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
atau evaluasi
b. Kotler lebih menafsirkan masukan dan informasi untuk memperoleh
gambaran
c. Schiffman dan Kanuk lebih menjelaskan dalam hal memahami
informasi
Sehingga dalam bahasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses stimuli-stimuli seorang individu menyeleksi,
8 Widjaya Wardhani, “Pengaruh Persepsi dan Preferensi terhadap Keputusan pembelian Hunian
mengorgnisasikan, menginterpretasikan, menafsirkan dan memaham
informasi yang ada.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu indikator
dari Schiffman dan Kanuk yaitu menyerap, evaluasi dan memahami.9
Alasan peneliti menggunakan pendapat Schiffman dan Kanuk yaitu
lebih lengkap dan mewadahi pendapat Webster dan Kotler. Selanjutnya
indikator-indikator persepsi tersebut sangat berguna untuk
pengembangan instrument persepsi masyarakat terhadap wakaf uang.
Beberapa karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi
adalah sebagai berikut :
a. Membedakan stimulus yaitu bagaimana konsumen bisa
membedakan antara dua stimuli atau lebih, apakah konsumen
merasakan perbedaan antara kedua produk tersebut.
b. Persepsi bawah sadar yaitu kemampuan konsumen memberikan
tanggapan terhadap stimulus yang berada dibawah kesadaran atau
berada dibawah ambang batas kesadarannya.
c. Tingkat adaptasi adalah ketika konsumen sudah merasa terbiasa
dan kemudian tidak lagi mampu memperhatikan stimulus yang
berulang-ulang.
d. Seleksi perseptual seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
persepsi merupakan bagian dari evaluasi proses seleksi dan
interpretasi terhadap stimulus. Proses persepsi yang pertama adalah
seleksi perseptual. Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen
menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psikologikal set
yang dimiliki. Psikologikal set yaitu berbagai informasi yang ada
dalam memory konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi,
terlebih dulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari
konsumen.10
3. Preferensi
Assael mendefinisikan preferensi adalah kesukaan, pilihan atau
sesuatu yang lebih disukai konsumen. Penelitian mengenai preferensi
konsumen terhadap suatu produk telah dilakukan sebelumnya, pada
beberapa penelitian dan perusahaan yang berbeda. Hal ini
mengindikasikan bahwa preferensi konsumen merupakan hal yang
penting dalam pemasaran karena berhubungan erat dengan keberhasilan
perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen atas dasar preferensi konsumen.
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif
(individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang.
Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel
barang sesuai dengan tingkat utilitas yang mereka berikan kepada
konsumen. Yang perlu diperhatikan adalah preferensi itu bersifat
independen terhadap pendapatan dan harga. Kemampuan untuk membeli
10
barang-barang tidak menentukan menyukai atau tidak disukai oleh
konsumen. Terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk
A lebih dari produk B, tetapi sarana keuangannya hanya cukup untuk
memiliki produk B.11
Guna memahami preferensi konsumen dalam memilih produk,
maka dipergunakan kerangka pikir yang memudahkan penelitian. Ada
banyak model yang mengungkap tentang perilaku konsumen, namun
model yang dikemukakan oleh Sandhusen cukup menjelaskan respon
dari konsumen sebagai pembeli dalam mengambil keputusan walaupun
penelitian ini tidak membahas hingga keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen, namun faktor-faktor yang mendasari
konsumen dalam memilih juga cukup terjelaskan oleh model Sandhusen
yang menjabarkan alur pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari
Buyer’s Black Box menuju Buyer’s Response.
Pada dasarnya model Sandhusen menjelaskan bahwa keputusan
yang diambil seorang konsumen tidak semata-mata merupakan
keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti
karakteristik diri konsumen dan proses pengembalian keputusan
konsumen saja. Adanya faktor eksternal melalui 4P’s dan faktor makro
juga mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Integrasi
11
antara faktor eksternal dan faktor internal itu dinamakan Buyer’s Black
Box.12
a. External Factors
Faktor erksternal merupakan segala hal yang berasal dari luar
diri konsumen yang mampu mempengaruhi konsumen dalam
memberikan respon seperti menentukan pemilihan terhadap produk.
Sandhusen membagi faktor eksternal menjadi dua yaitu marketing
stimuli dan environmen stimuli. Hal ini senada dengan yang
dikemukakakn oleh Solomon, bahwa faktor eksternal adalah
pembentuk dari persepsi, konsep diri dan gaya hidup konsumen. Hal
yang membedakan adalah, solomoin menjabarkan faktor eksternal
menjadi culture, subculture, demograpic, social status, refrence, group,
family dan marketing activity.
1) Marketing Stimuli
Marketing stimuli merupakan aktivitas marketing yang
melingkupi menciptakan produk, penerapan harga, menentukan
lokasi tempat, dan melakukan promosi seperti iklan. Marketing
stimuli menjadi salah satu bekal konsumen dalam merlakukan
penyeleksian terhadap keputusan pembelian.
12
2) Envoronmental stimuli
Environtmental stimuli merupakan faktor eksternal yang
mendorong respon konsumen terhadap keputusan yang diambilnya.
Aktor-faktor yang termasuk kedalam environmental stimuli adalah
faktor ekonomi pada masyarakat, yaitu faktor ekonomi seperti
kondisi finansial negara, inflasi yang terjadi berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat, faktor teknologi yang berkembang pada saat
itu, seperti harga produk yang ditawarkan menjadi lebih rendah
karena telah menggunakan tenaga mesin dalam proses produksinya,
kondisi politik ditempat yang bersangkutan seperti stabilitas negara
mempengaruhi jumlah pasukan komoditi, norma dan pakem budaya
yang berlaku, kondisi demografi masyarakat serta kondisi alam saat
ini.
b. Internal Factors
Faktor interrnal merupakan segala hal yang berasal dari dalam
diri konsumen yang mampu mempengaruhi konsumen dalam
memberikan respon seperti menentukan pemilihan terhadap produk,
faktor internal dibagi menjadi dua yaitu buyers caracteristics dan
decisionprocess
1) Buyers caracters
Seleksi yang dilakukakn konsumen sebagai pembeli
terkadang dipengaruhi oleh beberapa faktor fari dalam dirinya
produk, motivasi dalam melakukan pembelian, persepsi atau
asosiasi yang dimiliki pada merek atau produk, kepribadian, gaya
hidup, pengetahuan yang dimiliki terhadap pasar yang berlaku.
2) Decision Process
Proses pengambilan keputusan konsumen merupakan
serangkaian proses yang dijalani konsumen selaku pembeli untuk
menetapkan apakah dia akan membeli suatu produk atau tidak.
Proses keputusan yang dilakukan konsumen mencakup: problem
recognition, information search, alternative evaluation, purchase
decision dan post purchase activity.
3) Buyer’s Response
Yaitu tindak lanjut pembeli yang merupakan pilihan pembeli
akan profesinya terhadap produk, merek, dealer, waktu pembelian
dan jumlah pembelian. Hal terpenting yang ditekankan dalam model
ini adalah bagaimana proses memilih yang dilakukan oelh
konsumen.
Penelitian preferensi terhadap perbankan syariah yang
dilakukan oleh Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Universitas
Diponegoro serta penelitian Alwi Reza Nasution dalam Tesis
menggunakan indikator pengukuran preferensi, antara lain:
a. Keuntungan Relatif, mencakup besar porsi bagi hasil bank syariah
dibandingkan dengan tingkat bunga konvensional serta penggunaan
b. Keterbukaan Informasi, mencakup jumlah dana yang berhasil
diperoleh bank syariah, pertumbuhan aset bank syariah dan total
penyaluran pembiayaan yang berhasil dilakukan oleh bank syariah
selama periode tertentu
c. Kompatibilitas, mencakup pandangan responden tentang kecocokan
terhadap penerapan sistem bagi hasil
d. Kompleksitas, mencakup seberapa jauh perbankan syariah memiiki
dimensi universal yang menyangkut aspek ekonomi dan sosial.
e. Triabilitas, mencakup tingkat pencaria informasi mengenai
perbankan syariah. 13
4. Sikap
Sikap menurut Kotler dan Amstrong merupakan evaluasi,
perasaan dan kecenderungan seseorang yang secara konsisten menyukai
atau tidak menyukai suatu objek atau gagasan.14
Sikap dalam pembahasan penelitian ini termasuk dalam
variabel intervening, yaitu variabel antara variabel stimulus dan variabel
respons. Variabel intervening berfungsi untuk memodifikasi respons.
Hubungan antara variabel stimulus, intervening dan variabel respons
ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini.
13 Alwi Reza Nasution, “Analisis Potensi dan Preferensi Masyarakat terhadap Bank Syariah di
Wilayah Kota Medan” (Tesis--Universitas Sumatera Utara Medan, 2006), 40.
14 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Alih Bahasa David Octarevia
Gambar 2.2
Hubungan antara Variabel Stimulus, Intervening, dan Respons
Observed relationship betweern inputs and outputs
Interfence results in identifying intervening variables and caracterising their nature
Sumber: Dikembangkan dari Anwar Prabu Mangkunegara (2009)
Dengan demikian, kebutuhan fundamental yang mendasari
perilaku konsumen tidak akan dipahami tanpa memahami kebutuhannya.
Pada prinsipnya, kebutuhan konsumen mengandung elemen dorongan
biologis, fisiologis, psikologis dan sosial.15
Faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap:
a. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang
yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas.
b. Faktor ekstern yaitu selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri
seseorang seperti, sifat obyek yang dapat dijadikan sasaran sikap
dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal
tertentu.16
15 Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
54-55.
16 Ibid., 151
Intervening Variables
Response Variables Stimulus
5. Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai berikut “Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku
yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan
mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka”.17 Sedangkan Philip Kotler
mengartikan perilaku konsumen yakni semua individu dan rumah tangga
yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi
pribadi.18
Bebrapa definisi lainnya dan perilaku konsumen dikemukakan
oleh penulis berikut:
a. Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan
aktifitas fisik individu-individu dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. 19
b. Perilaku konsumen adalah upaya konsumen untuk membuat
keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.20
c. Perilaku konsumen merupakan studi terhadap proses yang dilalui
oleh individu atau kelompok ketika memilih, membeli,
menggunakan atau membuang suatu produk, jasa, ide atau gagasan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.21
17
Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen ..., 4.
18
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Alih Bahasa David Octarevia (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 7
19
A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen (Bandung: Raflika Aditama, 2009), 3
20
Ricky W Griffin dan Ronal J. Elbert, Business, Edisi Indonesia (Jakarta:Erlangga, 2008), 97
21
Sumarwan menyatakan, “Dari beberapa definisi yang telah
disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah semua keinginan, tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi”.22
Dalam islam, dasar yang menjalaskan perilaku konsumen
tertuang dalam Firman Allah surat An-Nur:60
“Dan perempuan-perempuan tua yang Telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaianmereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Bijaksana”.23
Konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen individu dan
konsumen organisasi. Konsumen individu yaitu membeli barang jasa
untuk digunakan sendiri, digunaka anggota keluarga lain/seluruh
anggota keluarga atau mungkin untuk hadiah. Sedangkan Konsumen
organisasi meliputi orgnaisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor
pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, dn rumah
22
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya ..., 5.
23
sakit) dimana mereka harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa
lainnya untuk menjalankan seluruh kegitan organisasinya.24
Disiplin perilaku konsumen adalah salah satu cabang dari ilmu
sosial, ia memanfaatkan metode riset yang berasal dari disiplin
psikologi, sosiologi, ekonomi, dan antropologi dalam meneliti perilaku
manusia sebagai konsumen.25 Riset perilaku konsumen terdiri atas tiga
perspektif: persperktif pengambilan keputusan, perspektif eksperiensial
(pengalaman), dan perspektif pengaruh perilaku, ketiga perspektif ini
sangat mempengaruhi cara berfikir dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen.26
a. Perspektif pengambilan keputusan
Konsumen melakukan serangkaian aktifitas dengan membuat
keputusan pembelian. Perspektif ini mengansusmsikan bahwa
konsumen memiliki masalah dan melakukan proses pengambilan
keputusan rasional untuk memecahkan masalah tersebut.
b. Perspektif eksperiensial (pengalaman)
Perspektif ini mengemukakn bahwa konsumen sering kali
mengambil keputusan membeli suatu produk tidak selalu
berdasarkan proses keputusan raional untuk memcahkan masalah
yang mereka hadapi. Konsumen seringkali membeli suatu produk
24
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya ..., 5.
25
Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen ..., 5.
26
karena alsan untuk kegembiraan, fantasi ataupun emosi yang
diinginkan.
c. Perspektif pengaruh behavior
Perspektif ini menyatakan bahwa seorang konsumen membeli suatu
produk seringkali bukan karena alasan rasional atau emosional yang
berasal dari dalam dirinya. Perilaku konsumen dalam perspektif ini
menyatakan bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi faktor
luar seperti program pemasaran yang dolakukan oleh produsen,
faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi dan
undang-undang, serta pengaruh konsumen yang kuat membuat konsumen
melakukan pembelian.27
Modifikasi atas model itu juga dilakukan karena kepercayaan
dan evaluasi menghasilkan hubungan yang kompleks pada perilaku.
Fishen menyimpulkan bahwa elemen-elemen lain juga mempengaruhi
perilaku. Karena norma keluarga dan peer grup begitu penting dalam
pembentukan sikap, dia memperkenalkan pengaruh sosial ke dalam
model. Dua elemen sosial yang dimasukkan ke dalam modal adalah
kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
27
Gambar 2.3
Sumber: Teori reasoned action yang dikutip oleh Assael (1992)
Dari sudut replikasi terhadap model di atas, Ryan dan Bonfield
menemukan bahwa sikap terhadap pembelian merek/penggunaan produk
mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan perilaku daripada sikap
terhadap merek itu sendiri.28 Studi hal yang sama juga dilakukan oleh
Wilson Mathwas dan Harey, yang menemukan sikap terhadap pembelian
merek lebih berkaitan erat pada perilaku daripada sikap terhadap merek.29
Kerangka berfikir dari pembahasan perilaku konsumen harus
didasarkan pada tujuan mengetahui dan memahami berbagai aspek yang
ada pada konsumen, yang akan digunakan dalam menyusun strategi
pemasaran yang berhasil. Assael secara jelas menggambarkan bagaimana
perilaku konsumen bisa dipelajari:
28
Ryan dan Bonfield dalam Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),62.
29
Wilson Mathwas dan Harey dalam Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran
Gambar 2.4
Model Perilaku Konsumen
Umpan balik bagi konsumen (evaluasi pasca pembelian)
Umpan balik bagi pemasraan
Sumber: Diadaptasi dari Assael (1992)
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen.
Faktor pertama, adalah konsumen individual. Artinya, pilihann untuk
membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal
yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik
merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakteristik
kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu itu terhadap
berbagai alternatif merek yang tersedia.
Faktor kedua, yaitu lingkungan yang mempengaruhi
konsumen.pilihan-pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh
lingkungan yang mengitarinya. Faktor ketiga, yaitu stimuli pemasaran
atau disebut juga dengan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang
banyak dibahas adalah satu-satunya variable dalam model ini yang
dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini, pemasar berusaha Konsumen
Individu
Tanggapan Konsumen Pembuatan
keputusan Pengaruh
Lindgkungan
mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli-stimuli
pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih
merek produk yang ditawarkan.30
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Universitas
Diponegoro Semarang mengenai Bank Syariah melakukan penelitian
mengenai analisis, potensi, preferensi dan perilaku masyarakat muslim
Surabaya terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa Tengah dan D.I.Y. Dalam
penelitian ini menyebutkan bahwa bahwa variabel potensi memiliki
pengaruh yang relatif kecil, adapula indikator pendidikan yang berpenguh
negatif, hasil ini mencerminkan mereka yang menginginkan untuk menabung
justru mempunyai karakteristik yang bervariasi. Selain itu, indikator lainnya
memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan untuk mempengaruhi
perilaku menggunakan Bank Syariah. 31 Persamaan dari penelitian ini yaitu
menggunakan variabel potensi, preferensi, dan prilaku untuk mengetahui
keputusan pembelian. Sedangkan perbedaannya penelitian ini tidak
menggunakan indikator persepsi.
Penelitian yang lain tentang wakaf uang juga dilakukan oleh
Raihatul Quddus pada tahun 2009 yang berjudul persepsi pesantren terhadap
wakaf uang, pesantren di Jabodetabek menggunakan variabel informasi
30
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran ..., 6.
31
mengenai wakaf uang, tingkat pendidikan formal, mazhab yang diikuti oleh
responden. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pendidikan
formal secara signifikan mempengaruhi persepsi Kiai pesantren untuk
menerima kebolehan wakaf uang. Sedangkan informasi dan pemahaman
terhadap wakaf tidak dipengaruhi secara signifikan. Adapun mazhab yang
diikuti responden jga mempengaruhi persepsi Kiai pesantren terhadap wakaf
uang.32Persamaan dari penelitian ini yaitu variabelnya sama dengan
menggunakan persepsi untuk mengetahui pengetahuan masyarakat.
Sedangkan perbedaannya penelitian ini hanya menggunakan variabel
persepsi saja tidak menggunakan variabel penguat lainnya.
Penelitian tentang persepsi kegunaan terhadap intention dilakukan
oleh Davis et al pada tahun 1989, hasil penelitiannya menunjukan bahwa
minat (intention) dipengaruhi oleh persepsi tentang kemudahan akses dan
penggunaan teknologi (perceived ease of use). Penelitian yang dilakukan
oleh Liao et al pada tahun 2008 menunjukan bahwa kemudahan akses dan
penggunaan teknologi (perceived ease of use) berpengaruh terhadap sikap
menggunakan (attitude towards product) dan sikap menggunakan (attitude
towards product) berpengaruh langsung terhadap perilaku minat
menggunakan (behavior intention).33Persamaan dari penelitian ini yaitu
menggunakan variabel perilaku dan persepsi untuk mengetahui minat
32 Anggi Wahyu Muda. “
Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemahaman Masyarakat Muslim Kota Surabaya pada Wakaf Uang ..., 3.
33
konsumen. Sedangkan perbedaannya penelitian ini tidak menjelaskan
indikator dari perilaku konsumen tersebut.
Menurut Rossi Prasetya Indarto pada tahun 2011 dengan penelitian
analisis preferensi konsumen terhadap bundling kartu GSM dengan
smartphone (studi terhadap bundling smartphone oleh Telkomsel dan Xl),
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang melandasi
konsumen dalam memilih suatu produk dengan metode penelitian bertahap
yakni melalui oenelitian exploratif dan kemudian konklusif diskriptif yang
bersifat multiple cross sectional. Penelitian ini membahas bahwa terdapat
beberapa alasan konsumen dalam memilih operator seluler yakni: merk,
iklan, kekuatan signal, harga pulsa, tarif layanan telpon, sms dan internet
serta kualitas operator. Persamaan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
variabel preferensi konsumen terhadap produk/objek. Sedangkan
perbedaannya hanya menggunakan variabel preferensi dalam penentuan
perilaku konsumen.34
Penelitian yang dilakukan Dani Panca Setiasih pada tahun 2011
dengan judul analisis persepsi, preferensi, sikap dan perilaku dosen terhadap
perbankan syariah (study kasus pada dosen fakultas syariah iain walisongo
semarang), menyatakan bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku dosen
Fakultas Syariah IAIN Semarang untuk menggunakan Bank Syariah. Hal ini
berarti sikap mampu memberikan dorongan untuk mempengaruhi perilaku
34Rossi Prasetyo Indarto, “
masyarkat dalam mengambil keputusan.35 Persamaan dari penelitian ini
yaitu menggunakan variabel persepsi, preferensi, sikap dan prilaku untuk
mengetahui keputusan pembelian. Sedangkan perbedaannya penelitian ini
tidak menggunakan indikator potensi.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dituangkan dalam gambar sebagai berikut :
Model kerangka konseptual potensi, persepsi, preferensi dan perilaku
mayarakat terhadap wakaf uang:
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual
Keterangan:
Potensi : Demografi yakni meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan,
sedangkan ekonomi meliputi penghasilan dan status pekerjaan
Persepsi : Menyerap informasi, evaluasi informasi dan memahami
informasi
Preferensi : Keuntungan relatif, keterbukaan informasi, kompatibilitas,
kompleksitas dan triabilitas
35 Dani Panca Setiasih, “Analisis Persepsi, Preferensi, Sikap Dan Perilaku Dosen Terhadap
Perbankan Syariah (Study Kasus Pada Dosen Fakultas Syariah Iain Walisongo Semarang)”
(Skripsi--IAIN Walisongo Semarang, 2011), 70.
SIKAP Menerima/
Menolak: Wakaf Berupa Uang Potensi
Masyarakat
Persepsi Perilaku Masyarakat
D. Hipotesis.
Hipotesis berasal dari kata “ Hypo” yang berarti di bawah dan
“thesa”yang artinya kebenaran. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Defenisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang harus dilakukan
kebenarannya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Potensi berpengaruh signifikan terhadap sikap
H2 : Persepsi berpengaruh signifikan terhadap sikap
H3 : Preferensi berpengaruh signifikan tarhadap sikap
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian
yang menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun dari rumusan
masalah yang dikemukakan, kemudian menggunakan data yang terukur, dan
menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Dalam penggunaan
pendekatan kuantitatif, peneliti harus menggunakan proses rasionalisasi dari
sebuah fenomena yang terjadi didunia nyata kemudian mengukur variabel
dan indikator variabel yang diteliti kemudian membuat sebuah kesimpulan
akhir.
Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif
deskriptif, jenis penelitian asosiatif bertujuan untuk mencari hubungan
variabel satu dengan variabel lain, sedangkan deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan antar variabel-variabel. Hubungan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu hubungan kausal yang merupakan hubungan sebab
akibat. Hubungan ini terjadi apabila dua variabel atau lebih (variabel bebas)
mempengaruhi variabel (variabel terikat) yang lain. Dalam penelitian ini
ingin diketahui apakah variabel bebas yaitu potensi, persepsi, preferensi
(yang diukur dengan beberapa dimensi di dalamnya) yaitu sikap,
pengetahuan, maindset masyarakat mempengaruhi variabel terikat yaitu
perilaku konsumen (consumer behavior) terhadap produk wakaf uang di
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan, antara lain yaitu:
1. Survey pendahuluan
Survey awal objek penelitian tentang wakaf uang di Surabaya dilakukan
pada Bulan September dan berlokasi di kota Surabaya Jawa Timur. Hal
ini dikarenakan di Surabaya terdapat lembaga-lembaga keuangan yang
telah mempraktikkan wakaf uang. Peneliti melakukan pertemuan dengan
lima kepala kecamatan di Surabaya, antara lain: Semampir, Tambaksari,
Sawahan. Sukomanunggal dan Bubutan untuk membahas terkait judul
penelitian yang akan dilakukan peneliti dan diskusi mengenai pertemuan
yang akan diselenggarakan kecamatan tersebut untuk mendukung
penelitian ketika akan menyebar kuesioner.
2. Penelitian
Penelitian dimulai dengan penyerahan surat riset kepada Bakesbangpol,
Bakesbangpol memberikan surat perintah kepada lima kecamatan di
Surabaya untuk memberikan izin melakukan penelitian. Kemudian
dilakukan penyebaran kuesioner pada bulan Oktober. Setelah itu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada bulan November.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merujuk
beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian.1
Adapun yang dijadikan populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga
muslim Surabaya yang berjumlah 2.499.1162 orang. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Sampel merupakan bagian atau sejumlah
cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci.3
Metode atau teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan probabiliti sampling, dimana pada teknik sampling ini
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.4 Sampel yang diambil harus representatif dari
karakteristik yang ada, dikarenakan keterbatasan dana, tenaga, dan waktu
serta banyaknya populasi masyarakat muslim Surabaya, maka dalam
penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 349 dari jumlah
2.499.116 keseluruhan warga muslim Surabaya. Sampel tersebut diperoleh
dengan menggunakan pendekatan Isac Michel yang mengembangkan suatu
tabel untuk membantu penentuan jumlah sampel dengan taraf signifikansi
1%, 5% dan 10% (Lihat di lampiran).
Metode dalam pengambilan sampel menggunakan teknik cluster
sampling adalah mengambil responden dengan sumber atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu provisnsi, kabupaten, atau karywan
1Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), 161.
2 Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, Kota Surabaya dalam Angka (Surabaya: Badan Pusat
Statistik Kota Surabaya, 2016), 179.
3 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif ..., 162.
4