KOMUNIKASI SOSIAL YAYASAN GERAKAN MELUKIS HARAPAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PUTAT JAYA
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Achmad Chabib Syaiful Basri NIM. B36213048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Achmad Chabib Syaiful Basri, B36213048, 2017. Komunikasi Sosial Yayasan Gerakan Melukis Harapan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Putat Jaya Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci: Komunikasi Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Gerakan Melukis Harapan
Dahulunya Putat Jaya merupakan letak dari kawasan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, dimana banyak masyarakat dengan segala macam profesi yang ada didalamnya menggantungkan hidup menjadikan kawasan tersebut sebagai ladang penghasilan mereka. Namun setelah Pemerintah Kota Surabaya menutup kawasan tersebut, berbagai permasalahan yang menyangkut ekonomi, kesehatan, sosial dan pendidikan muncul jika tidak ditangani dengan serius. Gerakan Melukis Harapan hadir mengawal rehabilitasi dan mencoba untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pasca penutupan lokalisasi.
Peneliti terinspirasi dengan gerakan perubahan ini dan ingin mengetahui bagaimana komunikasi sosial antara anggota Gerakan Melukis Harapan dengan anggota binaan dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Putat Jaya Surabaya.
Untuk mengungkap persoalan secara menyeluruh dan mendalam, teori interaksi simbolik digunakan pada jenis penelitian kualitatif-deskriptif ini. Dimana teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Sementara untuk menegaskan keabsahan data maka dilakukan triangulasi dan penggalian data melalui referensi yang memadai.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: Komunikasi sosial antara anggota Gerakan Melukis Harapan dengan anggota binaan antara lain seperti musyawarah, pelatihan dan pendampingan maupun kegiatan-kegiatan penunjang kebutuhan. Sehingga hubungan sosial diciptakan melalui serangkaian upaya pendekatan dan pendampingan lebih lanjut guna mengetahui apa yang warga butuhkan dan permasalahan yang terjadi diantara warga kelurahan Putat Jaya, serta integrasi sosial diwujudkan secara keseluruhan melalui pemberdayaan wanita harapan, peningkatan pendapatan ekonomi, bimbingan dibidang pendidikan, hingga kepedulian GMH tentang kesehatan anggota binaan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ...vi
E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 7
F. Definisi Konsep ... 9
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14
H. Metode Penelitian ... 16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 19
3. Jenis dan Sumber Data ... 19
4. Tahap-tahap Penelitian ... 21
5. Teknik Pengumpulan Data ... 22
6. Teknik Analisis Data ... 23
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 25
BAB II : KAJIAN TEORETIS MENGENAI KOMUNIKASI GERAKAN MELUKIS HARAPAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PUTAT JAYA SURABAYA ... 27
A. Kajian Pustaka ... 27
1. Komunikasi Sosial Sebagai Salah Satu Fungsi Komunikasi ... 27
2. Peran Komunikasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 30
3. Agen Perubahan Dan Komunikator Pembangunan ... 33
4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Berkelanjutan ... 37
B. Kajian Teori ... 48
1. Teori Sosial Fenomenologi ... 48
2. Teori interaksi Simbolik ... 53
BAB III : PENYAJIAN DATA MENGENAI KOMUNIKASI GERAKAN MELUKIS HARAPAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PUTAT JAYA SURABAYA ... 60
A. Profil Gerakan Melukis Harapan ... 60
B. Profil Informan... 64
C. Deskripsi Data Penelitian ... 65
1. Proses Komunikasi Sosial dan Penyaluran Nilai-Nilai Perubahan ... 66
a. Sikap Warga Terdampak di Awal Perjalanan GMH... 68
b. Transformasi Pesan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 71
c. Pelatihan dan Pendampingan Sebagai Salah Satu Media Sosialisasi ... 75
d. Rebranding Dolly Menuju Kampung Madani ... 78
BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN MENGENAI KOMUNIKASI GERAKAN MELUKIS HARAPAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PUTAT JAYA SURABAYA ... 82
A. Temuan Penelitian ... 82
B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... 90
BAB V : PENUTUP ... 97
A. Simpulan ... 97
B. Rekomendasi ...100
Daftar Pustaka
Lampiran – Lampiran
A. Kartu Bimbingan Skripsi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 15
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk yang tinggi disebabkan oleh urbanisasi dimana kota
besar seperti Surabaya yang menjadi salah satu wilayah tujuan urbanisasi.
Sebagian besar masyarakat yang melakukan urbanisasi memiliki tujuan bisa
mendapat kehidupan yang layak dengan mencari pekerjaan. Namun terbatasnya
lapangan pekerjaan yang tidak diimbangi dengan kemampuan dan kualitas diri
menjadi pemicu meningkatnya angka pengangguran. Urbanisasi (secara
demografi, dalam arti perpindahan penduduk dari desa ke kota) mereka lakukan
dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan mempercepat proses
pengembangan kehidupan.
Lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya
merupakan salah satu kawasan yang ramai oleh para perantau atau urbanisan yang
mencari pekerjaan. Tidak sedikit dari mereka yang merantau dan tidak mendapat
pekerjaan beralih ke lokalisasi sebagai ladang untuk memperoleh penghasilan
meskipun lokalisasi jelas dipandang tidak bermartabat untuk dijadikan sebagai
tempat mata pencaharian.
Selain itu, indikasi terjadinya eksploitasi dan kekerasan seksual serta
perdagangan terhadap perempuan merupakan sebuah embrio bagi munculnya
pelacuran. Dalam konteks sejarah mengenai pelacuran di Indonesia memiliki
kisah yang panjang dan beraneka ragam. Dimulai jaman kolonial, melalui
2
maupun masa pendudukan Jepang dan selama Orde Baru. Barpuluhan tahun
lamanya bisnis pelacuran berkembang diberbagai wilayah. Bahkan banyak
pendapat menyebutkan bahwa prostitusi ada sejak manusia ada dan terus
berkembang hingga saat ini. Proses perkembangan ini didukung pula oleh
mekanisme pasar yang menjadikan pelacuran sebagai bisnis seks yang
menguntungkan sehingga seolah-olah sangat dibutuhkan.1 Bahkan konon katanya
perputaran uang dalam satu hari bisa mencapai 1,2 Miliar Rupiah yang didapat
dari bisnis prostitusi, narkoba, miras, judi, karaoke ataupun bisnis umum, seperti
menjual makanan minuman, parkir, laundry dan sebagainya.
Tentu tidak mudah bagi Pemkot Surabaya untuk bisa menutup Dolly yang
dipandang sebagai sentra kegiatan prostitusi terbesar se Asia Tenggara ini.
Kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dilakukan, pembangunan
kesadaran masyarakat pentingnya menutup lokalisasi Dolly juga dilakukan untuk
mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk mengangkat suara
pekerja seks komersial yang sudah dibina selama ini. Sebab banyak dari mereka
yang sebenarnya menjadi pekerja seks komersial karena keterpaksaan. Penutupan
Dolly ini didasarkan pada Surat Edaran Gubernur Jatim Nomor
460/16474/031/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi serta
Perdagangan Perempuan dijelaskan bahwa menutup lokalisasi harus dilakukan
dengan bertahap.
Dan akhirnya pada tanggal 18 Juni 2014, Lokalisasi “Dolly” yang terletak
dikelurahan Putat Jaya dideklarasikan untuk ditutup oleh Bu Risma selaku
1
3
Walikota Surabaya. Namun pada saat itu banyak polemik yang terjadi, terutama
permasalahan lapangan pekerjaan untuk warga yang terkena dampak penutupan
tersebut. Banyak warga yang dulunya punya usaha, menutup usahanya, dan pada
akhirnya angka pengangguran kembali meningkat. Dalam beberapa bulan,
sebagian warga menjual harta pribadinya sampai hampir habis. Angka anak putus
sekolahpun bertambah, lantaran orangtua mereka tidak sanggup lagi membayar.
Kalangan masyarakat sekitarnya menganggap mereka merupakan sampah
masyarakat yang akan membawa dampak buruk. Keresahan inilah yang
menyebabkan elemen pemuda dan mahasiswa Surabaya yang tergabung dalam
Gerakan Melukis Harapan hadir membantu mereka untuk berkembang dan
membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Pasca penutupan Dolly, Gerakan Melukis Harapan memiliki peran yang
luar biasa pentingnya untuk membantu eks pekerja seks komersial dan warga
terdampak memulihkan perekonomian dengan cara yang halal. Sehingga bisa
dikatakan bahwa Gerakan Melukis Harapan (GMH) yang merupakan salah satu
Non-Govermental Organizatin (NGO) terlibat langsung dalam merancang,
mencetak dan membangun ulang peradaban Dolly yang lebih bermartabat pasca
penutupan simbolis lokalisasi di kelurahan Putat Jaya. Sehingga kelurahan ini
tidak lagi menjadi wilayah lokalisasi yang seperti sebelumnya. Kehidupan dan
juga individunya juga melalui proses perubahan menjadi masyarakat yang sudah
tidak dapat menggantungkan diri dan juga hidup mereka di bisnis kegelapan
4
Berbagai upaya telah dilakukan termasuk pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu hal penting yang harus
dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat yang menempati suatu
wilayah tersebut. Selain itu suatu wilayah dapat dikatakan berkembang jika
wilayah tersebut mampu mengembangkan potensi masyarakat yang tinggal dan
menempati wilayah tersebut. Selain itu jika mereka mampu mengepakkan sayap
bisnis atau usaha yang berkembang di wilayah tersebut, secara tak langsung nama
atau keberadaan wilayah tersebut pun akan dikenal oleh khalayak luas.
Tentu tidak mudah untuk meyakinkan eks pekerja seks komersial dan
warga yang terdampak di kelurahan Putat Jaya, bahwa mereka akan tetap
mendapatkan penghidupan yang layak walaupun sekarang usaha mereka berubah
dan harus merintis dari bawah dengan penghasilan yang jauh di bawah
penghasilan mereka dahulu. Salah satu gagasan besarnya adalah membentuk
Dolly menjadi kawasan wisata yang dinamakan dengan “Kampung Eduwisata
Harapan Dolly”. Mereka meyakini bahwa terwujudnya wisata positif di daerah Dolly insyaAllah bisa menghidupkan kondisi perekonomian warga disana.
Namun semua itu tak akan berhasil tanpa adanya komunikasi. Komunikasi
memegang peranan penting untuk mendukung efektifitas operasional organisasi.
Aspek penting dari komunikasi adalah potensi dari komunikasi itu sendiri sebagai
alat (tool) yang dapat dirancang manajemen untuk pencapaian tujuan organisasi.
Terlebih bagi sebuah organisasi yang terjun di masyarakat komunikasi sosial
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Karena itu kegiatan
5
dari suatu komunikasi sosial karenanya adalah bahwa komunikator dan
komunikan perlu sependapat tentang bahan atau materi yang akan dibahas dalam
kegiatan komunikasi yang akan dilangsungkan. Ditinjau dari segi ini, suatu
komunikasi sosial akan berhasil bila kedua belah pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi ini menganggap ada manfaatnya untuk mengadakan kegiatan
komunikasi tersebut. Segala proses ini yang akan peneliti kaji menurut tinjauan
teori interaksi simbolik, bagaimana GMH melakukan proses komunikasi yang
terintegrasi dalam pemberdayaan dengan masyarakat kelurahan Putat Jaya yang
menjadi binaan agar terwujudlah integrasi sosial secara keseluruhan dengan
mewujudkan masyarakat mandiri sejahtera dan bangkit dari keterpurukan
sekaligus menyukseskan misi Gerakan Melukis Harapan untuk merebranding citra
Dolly yang dulu dikenal sebagai kampung prostitusi menjadi Kampung Eduwisata
Harapan Dolly.
B. FOKUS PENELITIAN
Tujuan perumusan masalah adalah untuk memberikan batasan pada
lingkup pembahasan masalah yang akan diteliti, sehingga diharapkan output
pemecahan masalah tidak menyimpang dari lingkup permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah
dalam penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana komunikasi sosial antara
anggota Gerakan Melukis Harapan dengan masyarakat kelurahan Putat Jaya yang
6
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan: Mengetahui komunikasi sosial antara anggota
Gerakan Melukis Harapan dengan masyarakat kelurahan Putat Jaya yang menjadi
anggota binaan
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik dari segi
teoritis maupun segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam penelitian ini.
1. Secara teoritis
a. Bagi peneliti ini merupakan wadah untuk mempertajam daya kitis dan
nalar untuk mengasah pengetahuan komunikasi antara GMH dengan
masyarakat yang menjadi anggota binaan di Kelurahan Putat Jaya.
b. Secara akademik, penelitian ini akan disumbangkan pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya khususnya Prodi Ilmu Komunikasi guna memperkaya khasanah
penelitian dan sumber bacaan.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
referensi penelitian di masyarakat kelurahan Putat Jaya yang bermutu dan
berkualitas baik secara keseluruhan.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refrensi dan
7
lagi mengenai kamunikasi antara Gerakan Melukis Harapan dengan
masyarakat yang menjadi anggota binaan di kelurahan Putat Jaya.
E. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian pertama dan kedua menjelaskan tentang fenomena komunikasi
sosial masyarakat. Penelitian ketiga menjelaskan tentang proses pemberdayaan
masyarakat. Penelitian keempat mengkaji tentang Komunikasi Pemasaran
Terpadu IDIAL (Ikatan Da’i Area Lokalisasi). Penelitian kelima mengkaji tentang
Pendekatan Dakwah Kiai Mohammad Khoiron Syuaeb.
Pertama, Meirita Muktiana melakukan penelitian tentang Komunikasi
sosial dalam pemberdayaan masyarakat eks. Lokalisasi ‘Dolly’ pasca penutupan.
Penelitian tahun 2014 menghasilkan sebuah temuan bahwa Pemerintah
memberikan pelatihan sebagai salah satu wujud sosialisasi program untuk
mengembalikan stabilitas perekonomian warga, namun kurangnya pendekatan dan
pendampingan terhadap warga sempat memunculkan adanya penolakan untuk
mengikuti pelatihan karena anggapan mereka tentang pelatihan tersebut hanya
sekilas saja, tanpa tidak lanjut dari pemerintah lebih maksimal.2
Kedua, Agoes Moh. Moefad, UIN Sunan Ampel Surabaya, melakukan
penelitian dengan tujuan menggambarkan fenomena komunikasi masyarakat eks
lokalisasi Dolly Surabaya sebagai pengalaman dari kesadaran diri atas aktifitas
kesehariannya. Masyarakat eks lokalisasi secara sadar menghasilkan pengalaman
2
8
yang kemudian pengalaman itu dikonstruksi menjadi tindakan yang bermakna
dalam kehidupan sosialnya.3
Ketiga, pemberdayaan bagi warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly
ini akan dipaparkan bagaimana hasil dan pembahasannya melalui tujuh tahap
proses pemberdayaan antara lain: tahap persiapan (engangement), tahap
pengkajian (assessment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan
(designing), tahap memformulasikan rencana aksi, tahap pelaksanaan program
atau kegiatan, tahap evaluasi dan tahap terminasi (disanggagement).4
Keempat, Rina Duwi Jayanti melakukan penelitian tahun 2015 yang
bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan komunikasi pemasaran yang
dilakukan IDIAL (Ikatan Da’i Area Lokalisasi) pada konteks pasca penutupan
Dolly menurut tinjauan teori komunikasi pemasaran terpadu. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.
IDIAL (Ikatan Da’i Area Lokalisasi) yang berkomitmen untuk melakukan
alih fungsi dan alih profesi bagi eks mucikari dan pekerja seks komersial
menerapkan bauran pemasaran terintegrasi untuk mencapai tujuan dakwahnya.
proses komunikasi yang terintegrasi itu terlihat dalam penggunaan pemasaran
langsung, promosi penjualan, penjualan personal, periklanan dan menjalin
3
Agoes Moh. Moefad, “Komunikasi Masyarakat Eks Lokalisasi Pasca Penutupan Dolly”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No. 01, Juni 2015
4
9
hubungan masyarakat yang tertuang dalam perencanaan komunikasi dakwah
IDIAL ( Ikatan Da’i Area Lokalisasi).5
Kelima, Sunarto pada tahun 2012 melakukan penelitian tentang
Pendekatan Dakwah Kiai Mohammad Khoiron Syuaeb di Lokalisasi Surabaya.
Penelitian ini juga menganalisis tentang faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Kiai Mohammad Khoiron
Syu’aeb di Lokalisasi Kota Surabaya.6
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan
pada lembaga nonprofit, yaitu Gerakan Melukis Harapan. Di sinilah letak
kemenarikan penelitian ini bagi peneliti. Sebab gagasan besarnya adalah
komunikasi sosial yang dilakukakan untuk memberdayakan masyarakat di
kelurahan Putat Jaya, sehingga, masyarakat yang menjadi anggota binaan mampu
sejahtera dan mandiri untuk mewujudkan integrasi sosial yang positif dan bersama
sama membangun ulang Dolly menjadi kawasan wisata yang dinamakan dengan
“Kampung Eduwisata Harapan Dolly”. GMH meyakini bahwa terwujudnya wisata positif di daerah Dolly insyaAllah bisa menghidupkan kondisi
perekonomian warga disana. Dengan menciptakan wahana edukasi berupa
bangunan atau kampung tematik dan membentuk beberapa sentra oleh-oleh.
Kemudian mendatangkan sebanyak-banyaknya masyarakat dalam negeri maupun
luar negeri untuk berkunjung kesana.
5
Rina Duwi Jayanti, Komunikasi Pemasaran Terpadu: Studi Eksplorasi Perencanaan Strategi Komunikasi pada Ikatan Da’I Area Lokalisasi, (Tesis-UINSA Surabaya) Lihat Abstrak.
6
10
F. DEFINISI KONSEP
Peneliti bekerja dari tahap konsepsional ketahap operasional konsep
adalah abtraksi yang di bentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus.
Namun setelah pengertianya dibatasi secara khusus, sehingga dapat diamati
konsep tersebut berubah menjadi konstruk. Dengan kata lain konstruk adalah
konsep yang dapat diamati dan diukur. Mengukur konsep yang abstrak menjadi
konstruk yang diamati dan diukur disebut operasional.7 Agar tidak terjadi
kerancuan dalam memahami judul skripsi “Komunikasi Sosial Yayasan Gerakan
Melukis Harapan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Putat Jaya,
maka perlu dijelaskan beberapa istilah (konsep) yang terdapat dalam judul.
Beberapa Istilah yang dimaksud antara lain:
1. Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses sosial.
Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan pandangan antara
orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soerjono Soekanto,
komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan
orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap)
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak
orang atau sekelompok orang lain. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan
sosial tidak terjadi komunikasi atau tidak saling mengetahui dan tidak saling
memahami maksud masing-masing pihak, maka dalam keadaan demikian
7
11
tidak terjadi kontak sosial. Dalam komunikasi dapat terjadi banyak sekali
penafsiran terhadap perilaku dan sikap masing-masing orang yang sedang
berhubungan; misalnya jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai kesopanan,
persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan dan lain-lain. 8
2. Gerakan Melukis Harapan
Gerakan Melukis Harapan adalah komunitas yang terbentuk karena
kesadaran generasi muda Surabaya, atas kebijakan Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini tentang penutupan lokalisasi Dolly.
Pemberian nama “Melukis Harapan” bukan hanya sekedar nama,
namun memiliki arti yang sangat mendalam. Sesuai dengan namanya gerakan
“Melukis Harapan” dapat diibaratkan seperi sebuah lukisan yang terdiri atas
berbagai warna harapan masyarakat. Aktifitas melukis harapan memiliki tiga
unsur utama yakni kanvas, kuas dan pelukis.
Kanvas adalah masyarakat yang mengalami permasalahan sosial, baik
dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan atau lainnya. Permasalahan
masyarakat dalam setiap daerah berbeda-beda, begitu pula kondisi budaya
masyarakatnya. Masyarakat pertama yang ingin dilukis oleh Gerakan Melukis
Harapan adalah area eks lokalisasi Dolly atau warga terdampakpenutupan
lokalisasi di kelurahan Putat Jaya.
Kuas adalah analogi dari nilai-nilai yang kami masukkan untuk
menyelesaikan permasalahan sosial. Nilai-nilai tersebut bisa bersumber dari
agama dan budaya Indonesia. Dalam menyelesaikan permasalahan sosial,
8
12
tidak selalu berfokus pada bidang permasalahannya. Justru yang paling
penting adalah memasukkan nilai kesadaran kepada masyarakatnya untuk mau
berubah.
Pelukis yang dimaksud dalam gerakan ini adalah para pemuda daerah
yang mengambil langkah konkrit untuk melukis harapan masyarakat
daerahnya. Kami menyebut mereka pelukis harapan. Pelukis harapan adalah
pemuda-pemudi yang tercerahkan, yakni mereka yang sadar akan keadaan
kemanusiaan, budaya dan permasalahan di masyarakatnya. Kesadaran itu
membuat hatinya tergerak untuk menciptakan perubahan masyarakat kearah
yang lebih baik.
Oleh karena itu, “Melukis Harapan” memiliki filosofi melukiskan
harapan masyarakat yang sedang putus asa atau berada dalam budaya gelap.
Mereka kemudian menghimpun harapan-harapan itu menjadi sebuah
mahakarya indah. Komunitas yang berdiri sejak 10 September 2014 silam itu
bergerak mengedukasi, membangun ekonomi, dan memberikan semangat bagi
masyarakat di Kelurahan Putat Jaya. Mereka mengajak setiap masyarakat
yang mau dan ingin adanya perubahan bagi kehidupan mereka, yang dulunya
kelam.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred,
13
semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan
mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang
pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini
berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang
antara lain oleh Friedman disebut sebagai alternative development, yang
menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender
equality and intergenerational equaty”9
Sehingga pemberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.10 Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk memampukan dan memandirikan masyarakat atau bisa disebut dengan
bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri
4. Anggota Binaan
Anggota binaan adalah masyarakat yang bukan hanya menjadi obyek
dari pemberdayaan, akan tetapi berperan penting sebagai subyek
pemberdayaan itu sendiri. Artinya proses pemberdayaan harus melibatkan
peran aktif masyarakat. Dengan perspektif ini, pemberdayaan pada saat yang
yang bersamaan harus diarahkan guna memberdayakan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Menempatkan manusia sebagai
9
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan
(Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo, 2003), hlm. 63 10
14
subyek pemberdayaan, berarti mengarahkan pembangunan untuk memenuhi
tujuannya yang paling utama yaitu pemberdayaan.
Model pemberdayaan berimplikasi pada kreasi program kesejahteraan
yang tidak reaktif, tidak karikatif, dan tidak parsial. Program tersebut
menempatkan anggota binaan sebagai motor perubahan dan kemajuan dan
dipersiapkan secara terencana, sistematis, dan komprehensif. Masyarakat
secara agregat memberikan kontribusi dalam pembangunan sehingga
pemberdayaan merupakan pekerjaan kolektif yang manfaatnya harus bisa
dirasakan bersama secara merata dan berkeadilan.11
G. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Kerangka pikir penelitian adalah suatu model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah penelitian. Dalam Penelitian ini, Kerangka pikir penulis dimulai
dari pengamatan fenomenologi komunikasi Gerakan Melukis Harapan dalam
memberdayakan masyarakat di kelurahan Putat Jaya. Kemudian pola komunikasi
tersebut dianalisa dengan teori Interaksi Simbolik. Sehingga penelitian ini
mengetahui Komunkasi sosial antara anggota Gerakan Melukis Harapan dengan
anggota binaaan dalam pemberdayaan masyarakat di kelurahan Putat Jaya
Surabaya.
11
15
Bermula dari pengamatan fenomenologi secara langsung di lapanganyaitu
di wilayah kelurahan Putat Jaya yang dahulunya merupakan bekas tempat
Lokalisasi “Dolly” penulis meneliti komunikasi sosial antara anggota GMH
dengan anggota binaan dalam pemberdayaan masyarakat di kelurahan Putat Jaya
untuk menghasilkan beberapa hal yang berkaitan seperti integritas sosial yang
terjadi pada masyarakat kelurahan tersebut. Selain itu dari integrasisosial melalui
komunikasi yang mereka lakukan juga diamati pula beberapa kegiatan yang
dilakukan mulai dari pemberdayaan wanita harapan, peningkatan pendapatan
ekonomi, bimbingan dibidang pendidikan, hingga kepedulian GMH tentang
kesehatan masyarakat kelurahan Putat Jaya. Agar mendapatkan hasil yang
diinginkan maka peneliti menggunakan teori yang berkaitan erat dengan
penelitian tersebut, yaitu teori interaksi simbolik dengan subyek pengurus dan
masyarakat yang menjadi anggota binaan GMH.
GMH
Warga Putat Jaya yang menjadi anggota
binaan
Pemberdayaan
Teori Interaksi Simbolik
Komunikasi Pengamatan
16
H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan
dengan baik untuk mengadakan dan mencapai tujuan penelitian. Metode
penelitian sangat penting karena berhasil atau tidaknya tergantung ketelitian
dalam menentukan metode yang digunakan.
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi
adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi
dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang digunakan untuk
melakukan penelitian, sementara perspektif teoretis itu sendiri adalah suatu
kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami
data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.12
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa perkataan atau lisan yang diarahkan pada latar belakang
dan individu secara holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Riset ini bersifat subyektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk
digeneralisasikan. Dengan riset ini dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset.
Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset.13
12
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004), hlm. 145
13
17
Jenis riset deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau obyek
tertentu. Periset sudah memiliki konsep dan kerangka konseptual, periset
melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta
indikatornya. Riset ini menggambarkan realitas yang terjadi tanpa
menjelaskan hubungan antar variabel.14
Peneliti memilih jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif karena mengingat penelitian komunikasi GMH dalam
memberdayakan masyarakat di Kelurahan Putat Jaya membutuhkan
pendalaman secara personal dan lebih depth interviews mendalam dengan
berbagai wawancara untuk mengetahui situasi sebenarnya, yakni dengan
metode wawancara mendalam (Depth Interviews). Metode riset ini peneliti
melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan
terus-menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden.
Selain depth interviews peneliti juga menggunakan wawancara semi
struktur (Semistructure Interview) yakni dengan menyediakan daftar
pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan
pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Atau wawancara
ini biasa disebut dengan wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin.
Artinya wawancara akan dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap
14
18
berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah
disiapkan terlebih dahulu.15
Interaksionisme simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah
tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus
dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah alih-alih lingkungan yang
artifisial seperti eksperimen. Lindlof dan Meyer memasukkan semua
penelitian naturalistic ke dalam paradigma interpretif. Varian-variannya
mencakup teori dan prosedur yang dikenal sebagai etnografi, fenomenologi,
etnometodolgi, interaksionisme simbolik, psikologi lingkungan, analisis
semiotik, dan studi kasus. Senada dengan itu, Muhadjir menyebutkan,
sejumlah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif atau
fenomenologis adalah grounded research, etnometodologi, paradigma
naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau
holistik.16 Fenomenologi merupakan salah satu teori yang menentang
paradigma yang menjadi mainstream dalam sosiologi, yakni struktural
fungsional. Pada dekade 1970-an, terdapat beberapa orientasi teori sosiologi.
Fenomenologi menjadi salah satu diantaranya bersama dengan argumentasi
Marxis, analisis Althuser (ahli strukturalis Prancis), aliran Frankfurt,
Habermas, dan Gramsci.17
Fenomenologi merupakan teori sosiologi yang mempunyai pengaruh
luas. Dalam sosiologi kontemporer, pengaruhnya dapat dilihat dari
15
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 99-100
16
Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006), hlm. 148-149
17
19
meningkatnya humanisasi, baik dalam kerangka teori, metodologi riset, serta
prosedur penilaian, dan model-model instruksional dalam pendidikan.
Pemikiran fenomenologi juga mempunyai pengaruh terhadap teori
postmodern, poststrukturalisme, teori kritis, dan juga neofungsional.18
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah koordinator GMH, Pengurus dan
relawan GMH, dan beberapa masyarakat yang menjadi anggota binaan GMH
di Kelurahan Putat Jaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel purposive sampling karena peneliti hanya memilih
orang-orang tertentu yang dianggap mampu berdasarkan penilaian, hal itu
dilakukan berdasarkan dari pengalaman.dan indikator pengalaman ini dapat
diukur dari:
a. Lamanya menjadi Pengurus dan anggota binaan Gerakan Melukis
Harapan
b. Lamanya berdomisili di Kelurahan Putat Jaya
c. Sering berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Pemberdayaan GMH
Sedangkan Obyek penelitian ini adalah komunikasi sosial yang terjadi
antara Gerakan Melukis Harapan dengan masyarakat Kelurahan Puta Jaya
yang menjadi anggota binaan. Dan lokasi penelitian tentunya berada di
kelurahan Putat Jaya Surabaya
18
20
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data yang digunakan ada dua macam data primer dan data sekunder. Data primer yaitu sebuah data tentang fokus dari penelitian ini, data fokus
tentang “Komunikasi Gerakan Melukis Harapan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Putat Jaya”. Data yang di peroleh dari hasil
wawancara semistruktur yang dilakukan pada pengurus GMH dan
Anggota binaan GMH dilanjutkan dengan wawancara yang dilakukan
secara mendalam dengan mengunakan pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya terbuka dan berkembang, serta adanya observasi sebelumnya.
Sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan dari bahan bacaan atau
disebut data penunjang berupa bukti dan catatan data yang telah disusun,
dan adanya studi keperpustakaan yaitu kumpulan data, buku, karya ilmiah
dan lain-lain.
b. Sumber data yang digunakan ada dua macam data primer dan data
skunder. Data primer sendiri merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara langsung dari sumber asli, dan tidak melalui
media perantara. Data primer dapat berupa opini subyek secara individu
dan kelompok, kejadian, kegiatan, hasil penguji dan hasil observasi.
Sedangkan sumber data skunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara.
Sehingga penelitian dapat menyelesaikan suatu penelitian dengan baik,
karena didukung oleh data-data yang mendukung dari buku-buku yang
21
4. Tahap-tahap Penelitian a. Tahapan Pra Lapangan
Dalam tahapan ini peneliti berusaha menyusun rencana penulisan dengan
memilih lokasi penelitian, fenomena yang ada dilapangan dan memilih
informasi yang terlihat langsung dilapangan. Ada beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti:
1) Rencana Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam
lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta
diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian.
Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan
orang-orang/organisasi. Peneliti merencanakan tema atau topik yang akan
diteliti. Kemudian menyusun outline penelitian guna memudahkan
kegiatan selanjutnya.
2) Menelusuri Latar Belakang
Peneliti melakukan observasi tentang tema atau topik yang akan diteliti
di lokasi yang ditentukan. Kemudian melihat fenomena yang ada yang
akan dijadikan fokus penelitian.
3) Meneliti Informasi Yang Akan Membantu Kegiatan
Peneliti mencari informasi sebanyak-sebanyaknya baik itu dari
buku-buku, jurnal penelitian terdahulu yang akan membantu dalam tahap
22
b. Tahapan Pekerjaan Lapangan 1) Memahami Latar Penelitian
Peneliti memahami lokasi penelitian dengan mengidentifikasi
khalayak yang akan dijadikan penelitian. Sesuai dengan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang
digunakan sebagai sumber data. Selain didasarkan pada
rekomendasi-rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman
masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan
perbedaan dan kemampuan potensi yang dimilikinya.
2) Memasuki Lapangan
Peneliti terlebih dulu akan mengurus perizinan dari pihak yang
bersangkutan. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi
sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran sebagai peneliti, dan
ketika mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang
yaitu menentukan patner kerja yang dapat memberikan informasi
banyak tentang keadaan lapangan.
3) Mengumpulkan Data
Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan
sejumlah informasi dan data-data yang dibutuhkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa teknik antara
23
a. Observasi
Teknik pengumpulan data yang satu ini dilakukan dengan cara mencatat
secara cermat dan sistematik dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
bisa diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau
pengetahuan yang lebih luas tentang obyek penelitian yang mempunyai
dasar teori dan sikap obyektif. Observasi langsung yang dilakukan oleh
peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat informasi yang
berhubungan dengan penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan panduan atau
pedoman wawancara yang telah disiapkan sesuai dengan fokus penelitian.
c. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari dan
mendokumentasikan segala informasi yang dapat mendukung focus
penelitian, dapat berupa gambar atau foto, dokumen-dokumen tertulis
yang berkaitan dengan penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model alir Miles dan
Huberman, sebagaimana dikutip oleh Imam Suprayogo, tahap analisis data
dimulai dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.19
19
24
a. Reduksi Data
Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul
dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data juga dilakukan dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, menulis memo dan sebagainya. Reduksi ini terus
berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir tersusun.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Dari permulaan pengumpulan data, maka akan dimulai dengan mencari
arti, pola-pola, penjelasan, konfigurasikonfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan “final” mungkin tidak muncul
sampai pengumpulan data berakhir, bergantung besarnya kumpulan
catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian
ulang yang digunakan.
Kesimpulan juga diverivikasi selama kegiatan berlangsung. Verifikasi
25
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk membuktikan bahwasannya penelitian dapat dipertanggung jawabkan
dari segala segi maka diperlukan teknik keabsahan data. Adapun teknik
keabsahan data yang digunakan oleh penulis adalah:
a. MetodeTriangulasi,yakniusahamengecekkeabsahandataatau mengecek
keabsahan temuan riset. Metode triangulasi dapat dilakukan dengan
menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan datauntukmendapatkan
yang sama. Dalam hal ini peneliti melakukan kroscek dari data yang
dipilih baik itu melaui wawancara atau dokumen yang ada. Teknik
pemeriksaan ini merupakan triangulasi dengan sumber data yakni
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode
kualitatif yang dilakukan.20
Peneliti melakukan validitas dengan membandingkan data wawancara
dengan pengamatan dan dokumen-dokumen yang terkait. Selain itu
membandingkan apa yang dikatakan secara umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicaridankemudianmemusatkandiripada hal-haltersebutsecararinci.21
20
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hlm. 256-257
21
26
Penulis mengadakan pengamatan dengan teliti dan secara
berkesinambungan. Kemudian menelaah secara rinci dan berulang-ulang
dalam tiap kali melakukan penelitian sehingga ditemui seluruh data
penelitian,sertaakhirnya hasilnya sudah mampu dipahami dengan baik.
c. Diskusi dengan teman sejawat, peneliti mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat yang mengetahui tentang obyek yang diteliti dan
permasalahannya. Peneliti berdiskusi tentang segala hal mengenai
penelitianyangpeneliti lakukan.Denganberdiskusi dengantemansejawat
makaakan memberikan masukan-masukan kepada peneliti sehingga pada
akhirnya peneliti merasa mantap dengan hasil penelitiannya. Teknik ini
dilakakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
d. Kecukupan Referensi, kecukupan referensi tersebut berupa bahan bahan yang tercatat yang digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu
diadakan analisis penafsiran data. Jika alat elektronik tidak tersedia cara
lain sebagai pembanding kritik masih dapat digunakan. Misal: adanya
informasi yang tidak direncanakan, kemudian disimpan sewaktu
mengadakan pengujian, informasi demikian dapat dimanfaatkan sebagai
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI SOSIAL YAYASAN GERAKAN MELUKIS HARAPAN DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI KELURAHAN PUTAT JAYA SURABAYA A. KAJIAN PUSTAKA
1. Komunikasi Sosial sebagai Salah Satu Fungsi Komunikasi
Sudah menjadi pendapat umum bahwa komunikasi sosial merupakan suatu
bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi secara
langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi
berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi
integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah
yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus sebagai suatu proses sosialisasi dan
untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan
baru yang diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran
masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas. Melalui komunikasi sosial,
masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.22
Sedangkan menurut Muzafer Sherif komunikasi sosial adalah suatu
kesatuan sosial yang terdiri dua atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu
sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu.23
Pendapat diatas menunjukkan bahwa tidak berlebihan apabila Profesor
Deddy Mulyana mengatakan bahwa salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai
komunikasi sosial yang setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi membantu
22
Burhan Bungin, Sosiolgi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 32
23
28
masing-masing individu dalam membentuk konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan dan memupuk hubungan dengan orang lain.24
Jika seseorang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa
dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam
suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu untuk
membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk
mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Prinsipnya adalah
bagaimana komunikasi dapat membantu individu dalam bekerja sama dengan
anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
Sehingga dalam buku sosiologi karya Sutaryo dijelaskan bahwa ada
beberapa fungsi komunikasi sosial yaitu:25
a. Memberi Informasi
Informasi perlu disampaikan kepada warga masyarakat karena
kenyataan menunjukkan bahwa:
1) Manusia hanya dapat maju dan berkembang apabila dia
mengetahui nilai-nilai yang perlu dicapai.
2) Tidak semua orang memiliki pengetahuan yang sama mengenai
nilai-nilai yang sudah berhasil dicapai, mengenai sarana-sarana
yang harus dipakai, dan bahaya-bahaya yang harus disingkirkan.
24
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 05 25
29
3) Setiap orang mempunyai hak asasi untuk mendapat informasi
yang berguna bagi hidupnya.
b. Memberi Bimbingan
Baik secara langsung maupun tidak langsung, komunikasi berfungsi
memberikan bimbingan bimbingan bagi warga masyarakat,
Bimbingan yang bernilai tinggi akan menumbuhkan gairah kerja,
selain itu jika ada masyarakat yang menyimpang dari pola-pola
kelakuan yang benar dapat dikembalikan kejalan yang benar.
Bimbingan disampaikan lewat pesan (amanat) yang sifatnya
menuntun, menyetujui, menolak, mencela, menegur, mendukung atau
menentang, mengajak atau menganjurkan, memberi petunjuk
mengenai prioritas tertentu diantara tindakan yang harus dilaksanakan.
Selain itu komunikasi sosial juga berfungsi untuk menyatukan
komponen-komponen sosial yang bervariasi dan mempunyai perilaku yang berbeda-beda.26
Didalam masyarakat terdapat suatu komponen-komponen sosial yang bervariasi
dan mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Hal tersebut menuntut adanya suatu
penyesuaian diri dengan komponen didalam masyarakat itu sendiri. Dengan
kegiatan penyesuaian diri melalui kehidupan yang dimiliki antar anggota dalam
membentuk masyarakat akan memunculkan hal baru yang salah satunya adalah
komunikasi sosial sebagai wujud sebuah kebutuhan dari setiap individu yang telah
terkumpul menjadi satu bagian dengan sebutan masyarakat.
26
30
Komunikasi sosial memiliki beberapa elemen-elemen penting seperti
aktivitas komunikasi, masyarakat, konsensus dalam masyarakat, kegiatan
pertukaran pengalaman antar anggota masyarakat atau interaksi.27 Dari sedikit
penjabaran diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa interaksi sosial terjadi
dalam komunikasi sosial namun dengan interaksi sosial lah maka komunikasi
sosial dapat terbentuk.
1. Peran Komunikasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat seyogyanya dilaksanakan dengan pendekatan
holistik yang melihat karakteristik dan kebutuhan masyarakat sehingga tidak
terjadi dampak yang merugikan masyarakat sasaran. Isu-isu penting terkini dalam
pembangunan masyarakat adalah penguatan kelembagaan guna meningkatkan
pemberdayaan masyarakat melalui saluran komunikasi yang tepat.
Makna peran komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat sejatinya
masuk dalam ranah komunikasi pembangunan. Komunikasi pembangunan adalah
sebuah desain dan penggunaan yang sistematik dari aktifitas partisipatif,
pendekatan komunikasi, metode dan media untuk berbagi informasi dan
pengetahuan diantara para pihak dalam sebuah proses pembangunan untuk
memastikan saling pengertian dan konsensus yang mengarah pada pelaksanaan
kegiatan.28 Komunikasi menjadi penting karena keberhasilan dalam setiap tahap
pemberdayaan masyarakat bergantung pada pengelolaan metode dan teknik
27
Ibid. Hlm 71
28
31
komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan
pada masyarakat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Melkote, komunikasi dikenal kaya
sebagai tradisi penelitian dan diadaptasikan kepada Dunia Ketiga untuk
mengembangkan kebutuhan, bagaimana mengembangkan penelitian komunikasi
untuk memecahkan permasalahan tersendiri, dan menghasilkan produk penemuan,
sehingga penelitian komunikasi memiliki kontribusi dalam pengembangan
komunikasi pembangunan.29
Dalam pengembangan komunikasi pembangunan selalu ditandai oleh
adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan
proses perubahan tersebut. Orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial
dikenal dengan sebutan “agen perubahan”.
Orang-orang yang melaksanakan tugasnya mewujudkan usaha perubahan
sosial tersebut dinamakan agen perubahan, yang menurut Rogers dan Shoemaker,
agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih)
sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori
perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha
perubahan tersebut.30 Jadi semua orang yang bekerja untuk mempelopori,
merencanakan, dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen
perubahan.
29
Srinivas R. Melkote, Communication for Development in Third World. (New Delhi: Sage Publications Ltd. 1991), hlm. 19
30
32
Sedangkan dalam hubungan antar pribadi dan kelompok peranan
komunikasi dalam komunikasi pembangunan khususnya pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi dialogis atau dialektis. Komunikasi antarpribadi untuk
mengembangkan hubungan antarmanusia, sementara komunikasi kelompok untuk
meningkatkan kohesivitas kelompok yang ada di dalam masyarakat, sedangkan
komunikasi dialogis untuk mengatasi kekuatan yang bertentangan secara alami
yang menimpa hubungan mereka setiap saat. Tentunya hasil yang diinginkan oleh
masyarakat adalah tindakan konkret yaitu bagaimana implementasi program atau
kebijakan itu dapat memberdayakan masyarakat dan menjadikan masyarakat
hidup dalam kesejahteraan.
Dan secara garis besar peran komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat
merupakan inovasi yang harus diusahakan agar diketahui orang dan diterima
sebelum ia digunakan. Untuk itu sebagai sebuah inovasi yang harus diketahui oleh
orang banyak membutuhkan suatu terobosan yang dapat mempromosikan dan
menginformasikan kepada khalayak banyak bagaimana program-program dapat
dijalankan dengan baik. Solusi yang terbaik adalah dengan mengoptimalkan
pendekatan komunikasi.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk mendorong masyarakat agar
lebih mampu untuk mengkaji masalah/kebutuhannya sendiri, memikirkan jalan
keluar untuk memperbaiki keadaannya serta mengembangkan potensi-potensi dan
keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Prinsip partisipasi
33
2. Agen Perubahan Dan Komunikator Pembangunan
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat biasanya selalu ditandai oleh
sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen
perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni
membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang.
Sejalan dengan pemikiran Soerjono Soekanto yang menyatakan bahwa,
pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.31
Dalam rumusan Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu
terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana.32 Pengenalan dan
kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru tersebut yang
dikenal dengan sebagai inovasi, dilakukan dengan harapan agar kehidupan
masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan. Agen perubahan juga
selalu menanamkan sikap optimis demi terciptanya perubahan yang diharapkan
tadi. Segala sesuatu tidak akan dengan mudahnya dirubah tanpa adanya sikap
optimis dan kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa dapat melakukan perubahan
tersebut.
Agen perubahan memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial.
Dalam melaksanakannya, agen perubahan langsung tersangkut dalam
tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula
31
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1992), hlm. 273 32
34
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Cara-cara
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih
dahulu dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula
dinamakan perencanaan sosial (social planning).33
Suatu usaha perubahan sosial yang berencana tentu ada yang
memprakarsainya. Prakarsa itu dimulai sejak menyusun rencana, hingga
mempelopori pelaksanaannya. Oleh karena itu Menurut Rogers dan Shoemaker,
agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antardua (atau lebih)
sisitem sosial. Menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori
perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha
perubahan tersebut. Hal itu tercermin dalam peranan utama seorang agen
perubahan yaitu:34
a. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan
perubahan.
b. Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
c. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan
masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai
bagaimana
1) Mengenali dan merumuskan kebutuhan
2) Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
3) Mendapatkan sumber-sumber yang relevan
4) Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
33
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1992), hlm. 273 34
35
5) Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah.
d. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Inti dari peranan agen perubahan dalam proses pemberdayaan masyarakat,
menurut O’Gorman adalah:35
a. Mengidentifikasi tujuan, isu, dan permasalahan.
b. Melakukan identifikasi dan pemanfaatan dari sumber-sumber,
kepemimpinan dan organisasi.
c. Menetapkan dan menegakkan prioritas, rencana dan pelaksanaan, serta
evaluasi yang dilakukan menurut urutan yang teratur agar alternatif yang
telah dipilih dapat membawa hasil yang diharapkan.
Keseluruhan peran agen perubahan dapat dikelompokkan menjadi peran
yang laten dan peran yang manifes. Peran yang manifes adalah yang kelihatan “di
permukaan” dalam hubungan antara agen perubahan dengan masyarakatnya, dan
merupakan peran yang dengan sadar dipersiapkan sebelumnya. Peran yang
manifes ini kelak merupakan bukti yang nyata baik bagi si agen maupun
masyarakat. Sedangkan peran yang laten merupakan peran yang timbul dari “arus
bawah” yang memberi petunjuk bagi si agen dalam mengambil tindakan-tindakan
yang dilakukannya.36
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang
penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan
batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah
35
Ibid. 36
36
proses, yaitu proses penyampaian pesan komunikator kepada komunikan untuk
merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada
dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan,
bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi
ide-ide atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan,
yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran
pembangunan.37
Peran mereka sangat menentukan, Komunikator yang berparan sebagai
pemrakarsa dari terwujudnya sebuah perubahan. Diyakini menjadi central untuk
merubah dari kondisi lemah menjadi kuat. Hal ini dikarenakan komunikator
pembangunan sebagai agen perubahan juga harus mengetahui kondisi riil dari
komunikan, sehingga pesan yang hendak disampaikan bisa diterima dengan
mudah oleh pihak komunikan. Masyarakat sebagai pihak yang akan menerima
sebuah program pembangunan tentu saja tidak semerta-merta menerima begitu
saja program tersebut, program tersebut akan melewati beberapa tahapan yaitu
pengenalan (awarnes), tertarik (interest), mempertimbangkan (desire),
menentukan (decision), dan melaksanakan (action).
Proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai
dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang
merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari
perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan
37
37
suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri
komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan
dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan.38
3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dalam proses pembangunan berkelanjutan tidak ada satu pun pihak yang
boleh puas hanya berperan selaku "penonton" yang pasif dan pasrah terhadap
keadaan, akan tetapi seyogyanya dalam batas-batas tertentu turut aktif sebagai
"pemain" yang bertanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan proporsinya.
Konsekuensi logis dari pernyataan bahwa pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh
lapisan masyarakat ialah bahwa seluruh masyarakat, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara formal melalui berbagai jenis organisasi yang terdapat dalam
masyarakat, memungkinkan dan berkesempatan untuk aktif dalam proses
pembangunan.
Keterlibatan masyarakat dalam urusan-urusan publik yang merupakan
pencerminan dari hak demokrasi inilah yang lazim dikenal dengan istilah peran
serta atau biasa dipadankan dengan istilah “partisipasi” dan merupakan unsur
yang sering digunakan oleh kalangan pembangunan serta banyak ditulis dalam
berbagai panduan atau acuan program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat, dan ketika melaksanakan pembangunan penting adanya partisipasi
masyarakat dalam setiap program atau kegiatan yang diadakan oleh pemerintah,
lembaga swadaya ataupun komunitas dan organisasi. Karena partisipasi
38
38
merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab
masyarakat terhadap pentingnya pembangunan berkelanjutan yang bertujuan
untuk memperbaiki mutu hidup mereka, artinya melalui partisipasi yang
diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan
berkelanjutan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah sendiri tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan
diperbaiki mutu hidup mereka.39
Dan dalam pembangunan berkelanjutan tidak harus diartikan sebagai
pembangunan yang berlangsung secara lancar, mantap tanpa hambatan. Tetapi
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia,
termasuk menyerasikan keduanya. Namun pemberdayaan masyarakat selalu
berjalan bergelombang dan pasang surut. Disebut berkelanjutan apabila mampu
mematahkan atau mampu menghindari hambatan-hambatannya dan bergerak lebih
lanjut ketingkat keseimbangan yang lebih tinggi. Akan tetapi keistimewaan
prinsip keberlanjutan adalah dapat membangun struktur, organisasi, bisnis, dan
industri yang dapat tumbuh dan berkembang dalam berbagai tantangan. Sebab,
akan tercipta masyarakat yang kuat, seimbang, dan harmonis. Kuat karena tidak
tergantung pada pihak lain, seimbang dan harmonis karena dilakukan secara
proporsional dan bersama-sama. Bahkan, program yang berkelanjutan dan
39
39
mengutamakan partisipasi masyarakat akan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk melakukan perbaikan.40
Terlebih dalam pelaksanaan pemberdayaan tersebut, masyarakat
merupakan subyek yang melakukan perubahan sekaligus sebagai obyek yang
terkena dampak langsung dari perubahan. Sebagai mana yang telah disampaikan
oleh Iswandi, partisipasi masyarakat merupakan proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, serta keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi.41
Dan dalam hal ini salah satu strategi untuk membangkitkan partisipasi
aktif anggota masyarakat adalah melalui pendekatan kelompok. Melalui
partisipasi terutama menggunakan media kelompok dalam masyarakat maka pada
gilirannya dapat memberdayakan masyarakat. Terlebih lagi jika pemberdayaan
dalam rangka partisipasi masyarakat didasari oleh kekuatan dalam masyarakat itu
sendiri. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dinamis dan aktif
berpartisipasi dalam membangun diri mereka sendiri.
Oleh karena itu Conyers memberikan 3 alasan utama sangat pentingnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:42
40
Suetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 354-355 41
Isbandi Rukminto Adi. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. (Depok: FISIP UI Press. 2007), hlm. 27
42
40
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal.
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
c. Partisipasi merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya
kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun
tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan
mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan
untuk jangka yang lebih panjang.
Selain itu yang patut juga diketahui ialah terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan.
Faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yakni Faktor-faktor internal yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan dapat mempengaruhi individu
tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan berupa kemampuan dan
kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, dan faktor eksternal, yaitu peran aparat
dan lembaga formal yang ada.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hendaknya bukan
41
determinasi dan kesadaran. Singkatnya, dalam proses pembangunan
berkelanjutan, masyarakat tidak semata-mata diperlakukan sebagai obyek, tetapi
lebih sebagai subyek dan aktor atau pelaku. Lebih lanjut, partisipasi masyarakat
dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan
sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta
terlibat dalam proses pembuatan atau perumusannya. Hal itu mengakibatkan
masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut, sehingga kemudian juga
mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan program akan terbentuk karena kesadaran dan
determinasinya, bukan karena dimobilisasi oleh pihak eksternal.
Partisipasi masyarakat dalam suatu proses dapat dilakukan dalam berbagai
momen atau disebut oleh Aprelia Theresia tahap partisipasi. Tahap partisispasi
dimaksud adalah:43
a. Tahap perencanaan (pengambilan keputusan), diwujudkan dengan bentuk
keikutsertaan dan keaktifan masyarakat dalam rapat. Partisipasi
masyarakat pada tahap ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang
diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan yang menyangkut
kepentingan bersama. Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini
dilihat dari kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau
penolakan terhadap program yang ditawarkan.
b. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan
berkelanjutan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.
43
42
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan lanjutan
dari rencana yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff
menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan dapat dilakukan
melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan konstribusi yang
berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun informasi.
c. Tahap evaluasi/pengawasan, partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap penting sebab merupakan umpan balik yang dapat memberi
masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Partisipasi
dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara
menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan yang ditetapkan atau ada
penyimpangan.
d. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin
besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil
mengenai sasaran. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga
segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya dan manfaat
pribadi.
Peran serta masyarakat adalah sebagai bagian sentral dalam strategi
pembangunan bagi segala bidang, dan apabila masyarakat mulai berperan serta
dalam seluruh aspek pembangunan, yang meliputi 5 proses tersebut yang dimulai