PENGARUH PEMAHAMAN SHALAT DALAM KITAB AL GHAYAH WA AT TAQRIB TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA
MA DARUL HIKMAH MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh :
MIMIN INDRAWATI NIM. D91213157
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENGARUH PEMAHAMAN SHALAT DALAM KITAB AL GHAYAH WA AT TAQRIB TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA
MA DARUL HIKMAH MOJOKERTO
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
MIMIN INDRAWATI NIM. D91213157
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa At Taqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi oleh :
Nama : MIMIN INDRAWATI
NIM : D91213157
Judul :
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
ABSTRAK
Mimin Indrawati, D91213157, 2017. Pengaruh Pemahaman Shalat Dalam Kitab
Al Ghayah Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.
Pembimbing : (1) Drs. H. M. Nawawi, M. Ag, (2) Dra. Ilun Muallifah, M. Pd. Kata Kunci : Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib,
Pengamalan Ibadah Shalat Siswa.
Idealnya, ilmu yang kita pelajari adalah alat untuk menuju tujuan terakhir yakni, pengamalan. Akan tetapi pada proses pembelajaran di MA Darul Hikmah
Mojokerto, ketika siswa telah memperoleh ilmu kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib,
siswa kurang memperhatikan tujuan akhir memperoleh ilmu yakni pengamalan dalam kehidun sehari-hari. Untuk itu peneliti melakukan penelitian tentang
Pengaruh Pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap
pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimanakah pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto dalam
mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, bagaimana pengamalan ibadah shalat
siswa MA Darul Hikmah Mojokerto yang mendapat pelajaran kitab Al-Ghayah
Wa At Taqrib, serta bagaimana pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear sederhana dan uji signifikansi, dimana penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sejauh mana variabel x mempengaruhi variabel y. Sedangkan metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran kitab
Al-Ghayah Wa At Taqrib baik dalam sisi teknis pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hasil pengamalan pada individu siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa
pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib siswa sebesar 74,23,
Sedangkan pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto juga tergolong baik, hal ini bisa dilihat dari hasil observasi pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto sebesar 84%.
Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan namun sangat
lemah antara pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan
pengamalan ibadah shalat siswa. Dan kolerasi variabel pemahaman kitab
DAFTAR ISI
COVER LUAR ... i
COVER DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 9
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Kegunaan Penelitian ... 10
E.. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... 11
F. . Definisi Operasional ... 12
G.Sistematika Pembahasan ... 15
A.Profil Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 18
1. Biografi Penyusun Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 18
2. Makna dan Tujuan Penyusunan Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 19
3. Ruang Lingkup Materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 20
B.Tinjauan Tentang Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 29
1. Makna Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 29
2. Tujuan Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 32
3. Metode Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 32
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 35
5. Indikator Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib... 41
C.Tinjauan Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 45
1. Makna Pengamalan ...45
2. Dasar-dasar dan Tujuan Pengamalan ... 46
3. Pengertian Ibadah Shalat ... 58
4. Konsep Ibadah Shalat Dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 59
5. Pentingnya Pengamalan Ibadah Shalat Bagi Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 66
6. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 72
D.Pengaruh Pemahaman Shalat Dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Mojokerto ... 75
E.Hipoteis ... 79
BAB III METODE PENELITIAN ... 81
A.Jenis Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data ... 81
1. Jenis Penelitian ... 81
2. Jenis Data ... 82
3. Sumber Data ... 83
B.Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 84
1. Variabel dan Indikator Penelitian ... 84
2. Instrumen Penelitian ... 88
C.Populasi dan Sampel ... 89
1. Populasi ... 89
2. Sampel ... 90
D.Metode Pengumpulan Data ... 91
1. Metode Observasi... 91
2. Metode Dokumentasi ... 91
3. Metode Wawancara/Interview ... 92
4. Metode Angket/Kuesioner ... 93
E.. Teknik Analisa Data ... 93
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 99
A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 99
1. Profil Umum MA Darul Hikmah Mojokerto ...99
3. Visi MA Darul Hikmah Mojokerto ... 101
4. Misi MA Darul Hikmah Mojokerto ... 101
5. Jumlah Pendidik MA Darul Hikmah Mojokerto ... 102
B.Penyajian Data ... 105
1. Penyajian data tentang pemahaman kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 105
2. Penyajian Data Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto Dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 111
C.Analisa Data ... 120
1. Analisa Data Tentang Pemahaman Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 120
2. Analisa Data Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 123
3. Analisa Data Tentang Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 132
BAB V PENUTUP ... 149
A.Kesimpulan ... 149
B.Saran ... 150
DAFTAR PUSTAKA ... 152
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian ...86
Tabel 4.1 Jumlah Pendidik MA Darul Hikmah
Mojokerto ... 102
Tabel 4.2 Nilai Pemahaman Siswa Kelas XI MA Darul Hikmah Mojokerto
Bidang Studi Al Ghayah Wa Attaqrib/Taqrib (Variabel X) ... 107
Tabel 4.3 Pedoman Observasi Pengamalan Ibadah Shalat siswa MA Darul
Hikmah Mojokerto ... 112
Tabel 4.4 Penyajian Data Hasil Observasi Tentang Pengamalan Ibadah
Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto (Variabel Y) ... 113
Tabel 4.5 Nilai Rata-rata (mean) Pemahaman Kitab Al Ghayah Wa
Attaqrib Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... . 121 Tabel 4.6 Data Prosentase skor hasil observasi ... 123
Tabel 4.7 Data Rekapitulasi Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul
Hikmah Mojokerto ... 130
Tabel 4.8 Tabel Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah
Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA
Darul Hikmah Mojokerto ... 132
Tabel 4.9 Hasil SPSS Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al
Ghayah Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa
MA Darul Hikmah Mojokerto ... 143
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki arti penting bagi kehidupan manusia yakni
sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik aspek
rohaniah maupun jasmaniah. Dengan memiliki pendidikan, seseorang akan
dengan mudah menerima segala wawasan yang semakin hari, semakin
berkembang mengikuti perkembangan zaman. Ada istilah yang mengatakan
“Buku adalah cendela dunia”, maksudnya yakni dengan memiliki pendidikan,
seseorang dengan mudah dapat membaca situasi dunia.
Dalam dunia pendidikan, ada dua istilah yang biasanya digunakan.
Yaitu Paedagogy yang berarti pendidikan, dan paedagogia yang berarti ilmu
pendidikan. Pendidikan secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu
paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pada jaman yunani kuno pelayan yang
mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Paedagogos berasal dari
kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).1Jadi, dari
pengertian pendidikan secara etimologi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pendidikan adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan
bimbingan kepada anak.2
1
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 1.
2
2
Sedangkan dalam bahasa Romawi pendidikan distilahkan sebagai
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir,
2000:20).3
Menurut Crow and crow, seperti yang dikutip oleh Fuad Ihsan dalam
bukunya “Dasar-dasar Kependidikan”, mengatakan bahwa pendidikan adalah
proses yang berisikan berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu
untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta
kelembagaan social dari generasi ke generasi.4
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan di Indonesia,
mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.5
Sebenarnya esensi dari pendidikan itu sendiri adalah pengalihan
(transisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide, etika dan
nilai-nilai spiritual serta estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang
lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa.6Banyak pendapat yang
berlainan tentang pendidikan.Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus
tanpa menunggu keseragaman arti.
Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam
pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan tarbiyah
3
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 39.
4
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar, h. 40.
5
Din Wahyudin, dkk., Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), cet.17, h. 3.3.
6
3
(mendidik). Namun menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa
kata ta’dib yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena
tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana
kata tarbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan
pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang speliasisai
dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah
digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.7
Selanjutnya, pengertian pendidikan agama dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan
yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak
cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih
ditekankan pada feeling attituted, personal ideals dan aktivitas kepercayaan.8
Istilah tersebut tidak terlepas dari beragamnya agama yang perlahan
masuk di Indonesia. Pendidikan agama budha, hindu, islam dan agama lainnya
sudah terlaksana di Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu-Budha, bahkan
sejak zaman purba. Pendidikan agama pada saat itu terlaksana dengan sangat
sederhana.
Pendidikan pada zaman purba adalah sebagai berikut :9
1. Bersifat praktis, keterampilan yang diajarkan terutama keterampilan yang
berguna untuk hidupnya.
7
Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran:Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2009), Cet I, h. 12.
8
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet ke-3, h. 3.
9
4
2. Bersifat imitatif, yaitu meniru apa yang dilakukan orangtuanya.
3. Bersifat statis, yaitu hanya terbatas pada kemampuan orangtua yang tetap.
Pada zaman kerajaan Hindu-Budha, pendidikan tidak dilaksanakan
secara formal sehingga tiap siswa dimungkinkan untuk berpindah dari guru
yang satu ke guru yang lain dalam meningkatkan atau memperdalam
pengetahuannya. Pendidikan di masa itu yang diutamakan adalah pendidikan
keagamaan, pemerintahan, strategi perang, ilmu kekebalan, serta kemahiran
menunggang kuda dan memainkan senjata tajam.10
Ketika Islam masuk ke Indonesia yang dilakukan dengan berbagai
jalan, mulai dari perdagangan, pernikahan, pengobatan, budaya maupun
pendidikan. Dari sinilah kemudian proses kemunculan islam dibarengi dengan
transformasi nilai-nilai pendidikan islam. Masuknya islam di Indonesia,
khususnya tanah jawa tidak terlepas dari para ulama’ yang terkenal dengan
Walisongo. Dakwah Walisongo ini terkenal berhasil mengislamkan jawa
karena metodenya mengombinasikan aspek spiritual dan mengakomodasi
tradisi masyarakat setempat. Di dalam mereka menyebarkan ajaran tersebut,
para ulama’ walisongo mendirikan pesantren.11
Dari sinilah Indonesia tidak terlepas dari lembaga yang bernama
Pesantren. Pesantren telah eksis di tengah masyarakat selama 6 abad (mulai
abad ke-15 hingga sekarang). Sejak awal berdirinya, pesantren menawarkan
pendidikan kepada mereka yang masih buta huruf. Pesantren pernah menjadi
satu-satunya institusi pendidikan milik masyarakat pribumi yang memberikan
10
Ary H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h. 4-6. 11
5
kontribusi sangat besar dalam membentuk masyarakat melek huruf (literacy)
dan melek budaya (cultural literacy).12
Jalaluddin mencatat bahwa paling tidak pesantren telah memberikan
dua macam kontribusi bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pertama, adalah
melestarikan dan melanjutkan sistem pendidikan rakyat dan Kedua, mengubah
sistem pendidikan aristokratis menjadi sistem pendidikan demokratis.13
Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang terdiri
atas kiyai, santri, dan masyarakat sekitar termasuk terkadang perangkat desa.
Diantara mereka, kiyai memiliki peran paling dominan dalam mewujudkan
sekaligus mengembangkannya. Akhirnya, pesantren merupakan lembaga
pendidikan islam paling otonom yang tidak bisa diintervensi pihak-pihak luar
kecuali atas izin kiyai. Kiyai lah yang mewarnai semua bentuk kegiatan
pesantren sehingga menimbulkan perbedaan yang beragam sesuai dengan
seleranya masing-masing. Variasi bentuk pendidikan ini juga diakibatkan
kondisi sosio-kultural masyarakat yang mengelilinginya.
Dari keunikan setiap pesantren yang ada di Indonesia, memunculkan
kontradiksi penilaian. Penilaian peneliti dapat dikelompokkan menjadi 2 kubu
yang bertentangan. Survei beberapa ahli membuahkan hasil yang negatif
terhadap dinamika pesantren. Menurut survei tersebut, lembaga pendidikan
islam tertua ini tidak lebih dari lambang keterbelakangan. Clifford Geertz yang
mengadakan penelitian di Mojokerto, Jawa Timur pada 1955-an menilai bahwa
kiyai dan pesantrennya sampai tingkat tertentu masih merupakan inti struktur
12
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. xiii.
13
6
sosial Islam pedesaan dan merupakan puncak kultur kolot. Kehidupannya
hanya berkutat pada soal “kuburan” dan “ganjaran”.14
Sebaliknya, beberapa peneliti lainnya memberikan penilaian yang
berlawanan. Pesantren selalu peka terhadap tuntutan zaman dan berperan
bukan saja dalam bidang pendidikan, melainkan juga dalam aspek-aspek
lainnya. Heterogenitas pesantren justru dipandang sebagai simbol adanya
perubahan yang berarti. Kegiatan-kegiatannya makin padat dan makin
berorientasi kemasyarakatan. Manfred Ziemek menyatakan, “Pesantren sebagai
lembaga pergulatan spiritual, pendidikan, dan sosialisasi yang kuno dan sangat
heterogen menyatakan sejarah pedagogik, kehadiran dan tujuan pembangunan
sekaligus. Pesantren merupakan pusat perubahan dibidang pendidikan, politik,
budaya, sosial dan keagamaan”.15
Zamakhsyari Dhofier menegaskan bahwa karir lembaga-lembaga
pesantren di Jawa pada saat ini sedang mengalami perubahan-perubahan yang
fundamental dan juga turut pula memainkan peranan dalam proses transformasi
kehidupan modern di Indonesia.16Di dalam pesantren sendiri, para santri
dididik oleh para kiyai dan para ‘alim untuk menjadi sosok manusia yang
benar-benar bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama, ketika
para santri masih berada di dalam pesantren dan khususnya ketika para santri
telah kembali ke rumah dan terjun ke masyarakat. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam QS. At Taubah (9) ayat 122 :
14
Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989), h. 245.
15
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi..., h. xv.
16
7
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Di era globalisasi ini sudah menjamur pesantren modern. Pesantren
modern terdapat sekolah formal yang biasa disebut dengan madrasah. Sekolah
formal yang ada dalam lingkup pesantren (madrasah) ini mengarah pada
perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan adat pesantren atau bisa saja
dikatakan pesantren yang dikemas sedemikian rupa sesuai perkembangan
zaman. Tujuannya agar generasi muda era globalisasi ini cerdas IMTAQ dan
IPTEK nya.
Di madrasah yang akan peneliti teliti, berada di lingkup Pondok
Pesantren yang menjadikan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib sebagai pengganti
buku pedoman mata pelajaran Fiqih dari pemerintah, kitab Washoya sebagai
pengganti buku pedoman mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain sebagainnya.
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib merupakan salah satu kitab fiqih yang
menjadi kitab acuan mata pelajaran fiqih di sekolah atau madrasah tersebut.
8
hal ‘Ubudiyah, Muamalah, Munakahat, Jinayat dan lain sebagainya. Kitab ini
dijadikan acuan bertujuan agar siswa mampu memahami betul
masalah-masalah fiqih keseharian khususnya mengenai fiqih ibadah dan dapat
menerapkan amal keagamaan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan
ilmu yang dipelajarinya.
Pengamalan yang berasal dari kata amal, diartikan sebagai segala
tindak tanduk, perilaku yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan hewan, hubungan manusia dengan alam dan
hubungan manusia dengan tuhannya yang sifatnya menyangkut agama. Amal
adalah tujuan akhir setelah memperoleh ilmu. Maksudnya, setelah seseorang
memperoleh ilmu yang kemudian seseorang tersebut menghafal teori-teori
yang dia pelajari, hal terakhir yang dilakukannya yakni mengamalkannnya.17
Idealnya, ilmu yang kita pelajari adalah alat untuk menuju tujuan
terakhir yakni, pengamalan. Begitu pula pada proses pembelajaran kitab
Al-Ghayah Wa At Taqrib yang ada di sekolah atau madrasah yang peneliti tuju.
Setelah siswa mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, hal terakhir yang
seharusnya dicapai yakni pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan ilmu fiqih yang di pelajari pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.
Namun, realitanya berdasarkan pengalaman peneliti di sekolah atau
madrasah yang akan peneliti teliti, masih ada beberapa siswa yang belum
mampu mengamalkan materi yang ada dalam kitab, khususnya dibidang
‘ubudiyah (ibadah) dengan baik dan benar. Padahal, kitab Fiqih Al-Ghayah Wa
17
9
At Taqrib menjadi acuan dalam proses pembelajaran di madrasah. Lebih-lebih lagi, bagi siswa yang tinggal di pesantren tentu lebih banyak menerima
pembelajaran fiqih dari kitab-kitab lainnnya. Seharusnya mereka mampu
mengerjakan shalat dengan baik dan benar.
Dengan latar belakang yang telah diuraiakan diatas, maka peneliti
ingin membahas lebih lanjut tentang pengaruh pemahaman dan pengamalan
ibadah shalat siswa dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib. Yang mana peneliti
untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya tersebut, peneliti melakukan
penelitian di MA Darul Hikmah Mojokerto, madrasah tersebut merupakan
madrasah yang peneliti ketahui menggunakan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
sebagai kitab pedoman mata pelajaran fiqih. Dengan itu peneliti memberi judul
penelitian “Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At
Taqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat peneliti rumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto
dalam mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib?
2. Bagaimana pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto
10
3. Bagaimana pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At
Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini dapat
diformulasikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto
dalam mata pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.
2. Untuk mengetahui pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah
Mojokerto yang mendapat pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa
At Taqrib terhadappengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah.
D.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat yang akan diperoleh melalui
penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Akademik Ilmiah
Kegunaan atau manfaat akademik ilmiah yang diharapkan dari
penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan acuan pada penelitian berikutnya,
khususnya yang menyangkut konsep atau pemikiran tentang pengaruh kitab
11
Islam khususnya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Manfaat Sosial Praktis
a. Bagi peserta didik, diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran serta mampu meningkatkan prestasi belajar dan amal
keagamaan.
b. Bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalitasnya.
c. Bagi lembaga atau pihak sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam
usaha peningkatan dan pengembangan proses belajar mengajar secara
lebih efektif dan efesien dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.
E.Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengaruh
pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dan pengamalan
ibadah shalat siswa, lokasi yang diambil adalah MA Darul Hikmah Mojokerto.
Agar lebih jelas dan tidak meluas pembahasan dalam skripsi ini, maka
peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah
Wa At Taqrib.
2. Pembahasan tentang pengamalan ibadah shalat siswa.
Adapun dalam pembahasan apabila ada permasalahan diluar tersebut
diatas, maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini
12
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah tafsir tentang judul “Pengaruh Pemahaman
Shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap Pengamalan Ibadah
Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto” maka perlu kiranya peneliti
menjelaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul
penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda,
dan sebagainya).18
2. Pemahaman
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan
seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan
mengambil keputusan.19
3. Ibadah Shalat
18
Suharto dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Penerbit Indah, 1989), h. 160.
19
13
Kata Ibadah berarti patuh (al-tha’ah) dan tunduk (al-khudlu). Menurut
Al-Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan
kepada Allah SWT.20
Shalat menurut bahasa berarti doa, sedang menurut syara’ berarti
menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena takwa hamba kepada
Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu dan ikhlas dalam
bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri
dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.21
4. Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib merupakan matan dari kitab Fathul
Qarib yang berisi ilmu-ilmu fikih menyangkut perihal ‘ubudiyah, muamalah, munakahat, jinayat, mawaris, talak/perceraian, jihad, dan lain sebagainya yang bermadzhabkan Imam Asy Syafi’i.
Penulis kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yakni As Syaikh Al Imam Abu
Thoyyib yang terkenal pula dengan nama Abi Syuja’ Ahmad bin Al Husain
bin Ahmad Al Ashfihaniy.22
5. Pengamalan
Pengamalan berasal dari akar kata amal yang menurut pandangan
islam merupakan perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang
mengerjakannya. Amal adalah terkait dengan tindak tanduk, perilaku yang
20
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, h. 17.
21
Moh.Rifa’i, Mutiara Fiqih, (Semarang: CV. Toha Putra, 1978), h. 79.
22Abi Syuja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfihaniy,
Al-Ghayah Wa At Taqrib,
14
menghubungkan manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan hewan,
dan manusia dengan lingkungannya.23
6. Siswa
Siswa adalah semua anak yang berada dibawah bimbingan guru di
lembaga pendidikan formal maupun non formal.24
7. Madrasah Aliyah (MA)
Madrasah Aliyah terdiri dari dua kata yaitu madrasah dan aliyah,
madrasah merupakan kata yang diadopsi dari bahasa arab “madrosah” yang
berarti pendidikan, sedangkan kata aliyah juga merupakan kata yang
diadopsi dari bahasa arab “’aaliyah” yang berarti tinggi.25
Dapat disimpulkan bahwa Madrasah Aliyah adalah sekolah tingkat
tinggi yang setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang bernafaskan
agama islam.
8. Darul Hikmah
Darul Hikmah adalah sebuah nama yayasan pondok pesantren yang
terletak di desa Kedungmaling Sooko Mojokerto. Darul Hikmah juga
merupakan nama Madrasah Aliyah yang berada dibawah naungan pondok
pesantren Darul Hikmah.
Jadi, yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah penelitian tentang
adanya daya yang ada atau timbul dari kemampuan memahami siswa MA
23Dari Artikel dalam Internet. Sugi Nugroho.2013, “Makalah Pendidikan Agama Islam”,
dilihat di http://suginugroho27.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-agama-islam-amal.html. Diakses pada 22 November 2016, Pukul 23.31 WIB.
24
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), cet. Ke-1, h. 88.
25
15
Darul Hikmah mengenai konsep materi shalat yang ada dalam kitab Al-Ghayah
Wa At Taqrib yang selanjutnya dari hasil pemahaman tersebut siswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
G.Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan bertujuan untuk mempermudah pembahasan
dalam skripsi ini, adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini ada lima
bab, diantaranya adalah :
Bab pertama, tentang pendahuluan memuat pokok-pokok pikiran meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, tentang landasan teori yang terdiri dari profil kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan sub bahasan biografi penyusun kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, makna dan tujuan penyusunan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib,
ruang lingkup materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.
Pembahasan dari landasan teori selanjutnya yakni tinjauan tentang
pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan sub bahasan sebagai
berikut : makna pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, tujuan memahami
kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, metode memahami kitab Al-Ghayah Wa At
Taqrib, faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, Indikator pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.
Pembahasan yang ke-3 dari landasan teori yakni tinjauan pengamalan
16
pengamalan, dasar-dasar dan tujuan pengamalan, pengertian ibadah shalat,
konsep ibadah shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, pentingnya
pengamalan ibadah shalat bagi siswa MA Darul Hikmah Mojokerto, faktor
yang mempengaruhi pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah
Mojokerto.
Dan pembahasan yang terakhir dari landasan teori yakni Pengaruh
Pemahaman shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan
ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto, dan hipotesis
Bab ketiga, tentang metode penelitian yang meliputi : jenis penelitian, jenis data, sumber data, variabel dan indikator penelitian, instrumen penelitian,
populasi, sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab keempat, tentang hasil penelitian dan analisis data, bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi : gambaran umum obyek penelitian
dengan sub bahasan : Profil umum, sejarah singkat, visi dan misi, dan jumlah
pendidik MA Darul Hikmah Mojokerto.
Pembahasan selanjutnya yakni penyajian data dan pembahasan yang
ke tiga dari bab ini yakni analisa data dengan sub bahasan : analisa data tentang
pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, analisis data tentang pengamalan
ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto (konsep ibadah shalat dalam
kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib), analisa data tentang pengaruh pemahaman
shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat
17
Ghayah Wa At Taqrib). Dan pembahasan yang terakhir adalah pengujian hipotesis.
Bab kelima, adalah penutup, dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang berkaitan dengan penelitian dan
daftar pustaka.
Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut, maka pada bagian akhir
dari penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Profil Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
1. Biografi Penyusun Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah kitab fiqih bermadzhabkan
Imam Asy Syafi’i yang dikarang oleh Syekh al-Imam Abu Thayib Ahmad
bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany yang lebih dikenal dengan nama
panggilan Al Qhadi Abi Syuja’ dan kunyah Abu Thayyib. Kitab Al-Ghayah
Wa At Taqrib memiliki 2 macam sebutan, yakni bernama Al-Ghayah Wa At Taqrib dan Ghayatul Ikhtisar. Syarh (penjelasan) dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib disebut dengan kitab Fathul Qarib Mujib dan Syarh dari kitab Ghayatul Ikhtisar adalahkitab Al Qaulul Mukhtar.1
Kitab ini membahas fiqih dengan sangat ringkas dan mudah
dipahami dan ditujukan lebih untuk pemula dan awam, mulai dari bab
Thaharah (bab bersuci) hingga bab ‘itsq (bab pembebasan budak).
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini, bisa daisebut dengan kitab
Matan Taqrib. Kitab ini menjadi salah satu mata pelajaran wajib di beberapa pondok pesantren dan sekolah formal sebagai acuan kitab fiqih
yang bermadzhabkan Imam Asy Syafi’i.
Pengarang kitab ini bernama Syekh al-Imam Abu Thayib Ahmad
bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany (dinisbah kepada negeri Asfihan,
1
19
sebuah negeri ‘ajam yang merupakan negeri kakeknya dilahirkan). Beliau
yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Syuja’ ini merupakan seorang
ulama’ yang sangat shaleh dan berumur panjang, berusia 160 tahun. Dengan
umur panjang tersebut, tidak pernah salah satu anggota tubuh beliau yang
cidera, saat ditanyai kenapa bisa terjadi seperti itu, beliau menjawab : “Aku
tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah dengan anggota tubuhku, manakala aku memelihara anggota tubuhku dari maksiat pada waktu kecil, maka Allah memeliharanya pada waktu besar”.2
Beliau lahir pada tahun 433 H (1040 M) di Basrah dan wafat tahun
592 H (1197 M). Dalam kitab Hasyiah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, disebut
bahwa umur beliau 160 tahun. Beliau pernah mendalami mazhab Syafi’i di
Bashrah lebih dari 40 tahun dan meninggal dunia di Madinah.. Dalam kitab
Thabaqaat al-Syafi’iyah al-Kubra, Tajuddin al-Subki menempatkan beliau
ini dalam thabaqat kelima ulama-ulama syafi’iyah, yakni ulama-ulama
Syafi'iyah yang meninggal dunia setelah 500 tahun hijrah.3
2. Makna dan Tujuan Penyusunan Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang terkenal dengan sebutan
Matan Taqrib ini, terdiri dari 2 kata yakni Al-Ghayah dan At Taqrib, Al-Ghayah memiliki arti tujuan yang akan dituju, sedangkan At Taqrib memiliki arti dekat atau mendekatkan. Dapat diambil kesimpulan
bahwasannya arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut
2
Dari Artikel dalam Internet. Teuku Alizar Usman. 2012, “Kitab Kuneng”, dilihat di
http://kitab-kuneng.blogspot.co.id/2012/09/resensi-kitab-matan-al-taqrib.html. Diakses pada 28 November 2016.
3
20
dengan kitab Matan Taqrib ini yakni sebuah karangan yang disusun dengan
tujuan utama yakni untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan
menjalankan syari’at yang baik.
Sesuai dengan makna atau arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
ini, tujuan disusun atau diciptakannya kitab ini yakni karena adanya
permintaan para handaitolan agar pengarang (Abu Syuja’) menyusun suatu
kitab yang ringkas, tetapi padat isinya, sehingga dapat mencukupi untuk
dapat mengetahui hukum-hukum agama islam yang berhubungan dengan
soal amaliyah dan ibadah sesuai dengan madzhab As Syafi’i beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris ibn Abbas bin Utsman ibn Syafi’.4
3. Ruang Lingkup Materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Ruang lingkup materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini terdiri
dari 17 pembahasan yang didalam masing-masing pembahasan terdapat
pasal-pasal. Secara urut isi dari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah
sebagai berikut :5
a. Mukaddimah penyusun.6
Mukaddimah penyusun berisikan tentang pujian pengarang kepada
sang khaliq, sanjungan kepada baginda Muhammad SAW dan sedikit
penjelasan tentang kitab Matan Taqrib ini, seputar pengarang dan tujuan
disusunnya kitab.
b. Kitab ath-Thaharah (membahas tentang tata cara bersuci).7
4
Imron Abu Amar, Fathul..., h. xii.
5
Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib Mujib, (Surabaya: Hidayah, 1999), h. 72.
6Abi Syuja’
Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany, Matan Al Ghayah Wa At Taqrib,
21
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Macam-macam air.
2) Sucinya kulit bangkai setelah disamak.
3) Dilarangnya menggunakan tempat/wadah dari emas dan perak.
4) Hukum siwak (sikat gigi).
5) Tata cara berwudhu (rukun dan sunnahnya wudhu).
6) Istinjak (bersuci setelah buang air dan etika BAB dan BAK).
7) Perkara yang membatalkan wudhu (yang mengakibatkan hadas
kecil).
8) Perkara yang mengharuskan/mewajibkan mandi junub.
9) Fardhu atau tata cara mandi junub dan sunnah-sunnahnya.
10) Keadaan yang disunnahkan mandi junub.
11) Mengusap khuf (kaos kaki).
12) Tayammum (syarat, fardhu, sunnah dan hal yang membatalkan
tayammum).
13) Macam-macam najis.
14) Haid, nifas dan istihadhah (definisi, hukum dan perkara yang
diharamkan saat haid, nifas dan istihadhah).
c. Kitab ash-sholah (membahasa tentang shalat dan tata caranya).8
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Fardhu shalat.
2) Syarat wajibnya shalat (macam-macam shalat sunnah).
7
Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 3.
8
22
3) Syarat sahnya shalat.
4) Rukun dan sunnahnya shalat.
5) Gerakan dan bacaan shalat.
6) Perbedaan shalatnya laki-laki dan perempuan.
7) Pekara yang membatalkan shalat.
8) Jumlah raka’at shalat fardhu.
9) Perkara yang tertinggal dalam shalat.
10) Waktu yang diharamkan untuk shalat sunnah.
11) Shalat berjama’ah.
12) Shalat bagi musafir (syarat shalat jamak dan qashar).
13) Shalat jum’at (syarat wajib, syarat pelaksanaan, fardhu dan perilaku yang disunnahkan dalam shalat jum’at).
14) Shalat dua hari raya idul fithri dan idul adha.
15) Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.
16) Shalat istisqo’ (minta hujan).
17) Shalat khauf/takut (shalat dalam keadaan perang).
18) Hukum cincin emas dan pakaian sutera.
19) Jenazah (perkara yang diwajibkan atas mayit).
d. Kitab az-Zakah (membahas tentang Zakat).9
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Perkara yang wajib dizakati.
2) Nishob zakat unta.
9
23
3) Nishob zakat lembu.
4) Nishob zakat kambing.
5) Zakat dua orang yang bekerja sama.
6) Nishob emas dan perak.
7) Nishob hasil pertanian dan buah-buahan.
8) Nishob barang dagangan.
9) Wajib zakat fitrah karena 3 hal.
10) Orang yang berhak menerima zakat.
e. Kitab ash-Shiyam (membahas tentang puasa).10
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Syarat wajib, perkara yang membatalkan, perkara yang disunnahkan
dan haram puasa.
2) I’tikaf.
I’tikaf masuk dalam kitab ash-Shiyam (membahas tentang puasa) maksudnya yakni menurut jumhur ulama’, itikaf dianjurkan
dilakukan pada malam 10 hari terakhir dengan tujuan mengharap
ridho NYA dan meraih malam Lailatul Qadar (satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan).11
f. Kitab al-Hajj (membahas tentang haji).12
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Syarat wajib, rukun, dan sunnah ibadah haji dan umrah.
2) Larangan saat ihram.
10
Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 31. 11
Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib..., h. 27. 12
24
3) Denda haji.
g. Kitab al-Buyu’ wa ghairiha min al-Mua’amalat (membahas tentang
macam-macam transaksi dan hubungan dengan manusia).13
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Macam-macam penjualan.
2) Riba’ dalam emas, perak dan makanan.
3) Penjual dan pembeli ada waktu pilihan.
4) Akad salam.
5) Gadai.
6) Orang yang dilarang bertransaksi.
7) Berdamai.
8) Syarat hiwalah.
9) Menanggung hutang.
10) Merawat badan.
11) Syarat kerja sama.
12) Hukum diperbolehkannya mewakilkan transaksi.
13) Macam-macam pengakuan.
14) Hukum meminjamkan sesuatu.
15) Hukum ghasab.
16) Hukum menambah modal.
17) Syarat bagi hasil.
18) Aqad siraman.
13
25
19) Hukum mengumumkan.
20) Hukum sewa tanah.
21) Hukum membuka lahan.
22) Macam-macam wakaf.
23) Hukum temuan.
24) Hukum merawat barang temuan.
25) Hukum titipan.
h. Kitab al-Faraidl wa al-Washoya (membahas tentang waris dan wasiat).14
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Orang yang berhak menerima harta waris.
2) Bagian ahli waris yang disebut dalam al-quran (pembagian harta
waris).
3) Hukum berwasiat.
i.Kitab an-Nikah (membahas tentang nikah).15
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Hukum nikah, hukum menikah dengan amat (budak perempuan).
2) Tidak sah nikah kecuali dengan hadirnya wali, syarat seorang wali
dan saksi, hukum melamar seorang yang dalam masa iddah.
3) Macam-macam saudara menurut nash al-quran, sebab-sebab isteri
atau suami ditalak/dicerai.
4) Hukum mahar.
5) Hukum walimatul ‘ursy.
14
Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 52. 15
26
6) Hukum menyamakan giliran (isteri lebih dari satu).
7) Hukum khuluk.
8) Macam-macam pperceraian.
9) Kesempatan mentalak bagi suami yang merdeka ataupun seorang
hamba, orang yang tidak sah cerainya.
10) Hukum talak 2 maupun talak yang ke-3 kalinya terhadap seorang
isteri.
11) Hukum sumpah ilak.
12) Hukum talak dhihar.
13) Hukum qadzaf (menuduh zina) dan bersumpah li’an.
14) Hukum iddah dan macam-macam perempuan yang diiddahkan.
15) Macam-macam perempuan yang iddah dan hukumnya.
16) Hukum istibrak (pelunasan).
17) Hukum radlak (susuan).
18) Hukum menafkahi beberapa kerabat.
19) Hukum merawat anak ketika sudah bercerai.
j.Kitab al-Jinayat (membahas tentang tindak pidana).16
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Macam-macam pembunuhan dan syarat wajib qishosh.
2) Hukum diyat atau denda.
3) Hukum qassamah (sumpah).
k. Kitab al-Hudud (membahas tentang had-had/sanksi).17
16
27
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Pembagian zina dan hukumnya.
2) Syarat orang yang menuduh dan dituduh berzina.
3) Hukuman bagi orang yang minum khamr.
4) Hukum potong tangan pada pelaku pencurian.
5) Macam-macam perampok/begal dan hukuman bagi perampok/begal.
6) Hukum menyengaja menyakiti orang atau harta orang.
7) Hukum pemberontak.
8) Hukum murtad.
9) Macam-macam atau sebab seseorang meninggalkan shalat.
l.Kitab al-Jihad (membahas tentang jihad).18
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Syarat wajib jihad.
2) Hukum pembagian ghanimah (harta rampasan).
3) Hukum pembagian harta faik (rampasan tanpa perlawanan).
4) Hukum jizyah (perpajakan).
m.Kitab ash-Shaid wa adz-Dzabaih (membahas tentang berburu hewan dan
hewan sembelihan).19
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Hukum dan syarat menyembelih maupun memburu hewan.
2) Hukum hewan yang halal dimakan/disembelih.
3) Hukum qurban.
17
Ibid., h. 75.
18
Ibid., h. 80.
19
28
4) Hukum aqiqah.
n. Kitab as-Sabaq wa ar-Ramyu (membahas tentang perlombaan dan
memanah).20
Pada kitab/bab ini hanya ada satu pasal, yakni Hukum perlombaan
dan memanah.
o. Kitab al-Aiman wa an-Nudzur (membahas tentang sumpah dan nadar).21
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Hukum sumpah.
2) Hukum nadzar.
p. Kitab al-Aqdliyyah wa asy-Syahadah (membahas tentang peradilan dan
kesaksian).22
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Hukum peradilan dan saksi.
2) Hukum qismah (pembagian).
3) Syarat-syarat menjadi saksi.
4) Jenis hak.
q. Kitab al-‘Itq (membahas tentang pembebasan budak).23
Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :
1) Hukum memerdekakan budak.
2) Hukum waris walak.
3) Hukum tadbir (memudabbarkan budak).
20
Ibid., h. 87.
21
Ibid., h. 88.
22
Ibid., h. 89.
23
29
4) Hukum budak kitabah (cicilan).
5) Hukum amat ummul walad.
B.Tinjauan Tentang Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
1. Makna Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Pemahaman menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah
sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.24Menurut
Suharsimi Arikunto, pemahaman adalah bagaimana seseorang
mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh,
menulis kembali, dan memperkirakan.25
Sedangkan menurut Sadiman, pemahaman merupakan suatu
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan,
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang
pernah diterimanya.26
Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk dalam
klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan. Pengertian
pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti
tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang
pemahaman yaitu : kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran,
seperti menafsirkan , menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu
24
Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-V, h. 427.
25
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-IX, h. 118.
26
30
pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya
dengan isi pelajaran lainnya.27
Berbicara tentang pemahaman, tentunya tidak akan luput dari
proses belajar mengajar atau pembelajaran. Istilah belajar akan bermuara
pada satu hal yaitu perubahan tingkah laku seseorang dengan kegiatan yang
disengaja, disusun dengan sistematis dan terencana dengan melakukan
serangkaian kegiatan. Maka belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, dimana proses
adaptasi tersebut akan menghasilkan hasil yang optimal apabila diberi
penguat (reinforcer). Sedangkan mengajar merupakan suatau usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan berlangsungnya proses belajar, atau sebagaimana definisi
mengajar menurut Smith yaitu menanamkan pengetahuan atau keterampilan
(Teaching is imparting knowledge or skill).28
Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan. Menurut Nana Sudjana, pemahaman ini dapat
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :
a. Tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari
menerjemahkan dalam arti sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip.
27
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), cet. ke-4, h. 246.
28
31
b. Tingkat menengah yaitu pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui
berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang bukan pokok.
c. Tingkat tinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. Memiliki tingkat
pemahaman ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat di balik yang
tertulis, dapat membuat ramalan, konsekuensi, berdasarkan pada
pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta
kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi
dan konsekuensinya.29
Selanjutnya, sesuai dengan makna dari Kitab Al-Ghayah Wa At
Taqrib yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yakni makna
dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini terdiri dari 2 kata yakni Al-Ghayah
dan At Taqrib, Al-Ghayah memiliki arti tujuan yang akan dituju, sedangkan At Taqrib memiliki arti dekat atau mendekatkan. Dapat diambil kesimpulan
bahwasannya arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut
dengan kitab Matan Taqrib ini yakni sebuah karangan yang disusun untuk
mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menjalankan syari’at yang
baik.30
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman kitab
Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah peserta didik mampu memahami, mengerti, menerangkan, menyimpulkan, memberi contoh dan mengimplikasikan
29
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 24.
30
32
materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang pernah diajarkan atau dijelaskan
oleh ustadz dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut dengan matan
taqrib merupakan kitab yang sangat ringkas, namun didalamnya membahas cakupan materi yang sangat luas. Sehingga banyak dari pondok pesantren
maupun sekolah formal di Indonesia yang menggunakan kitab ini sebagai
bahan acuan materi fiqih di dalamnya.
Sesuai dengan tujuan disusunnya kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
ini, peneliti berharap para pemula maupun yang lainnya mampu memahami
fiqih madzhab syafi’i dengan mudah dan mampu mempraktekkan
dikehidupan sehari-hari dengan mudah pula.31
3. Metode Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib
Pada proses pembelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, ada
beberapa instansi (formal maupun non formal) menggunakan kitab kuning
(kitab gundul yakni kitab yang tidak ada makna/artinya, hanya berisikan
kitab atau teksnya saja) maupun kitab jenggot (kitab yang ada arti pegon)
yang kesemuanya menggunakan bahasa arab.
Selanjutnya, pada penguasan metode dalam mengajarkan kitab
kuning harus mencakup berbagai unsur penting sebagai berikut :
a. Memilih materi pelajaran yang hendak diajarkan.
31
33
b. Menyusun (mengurutkan) materi yang telah dipilih berdasarkan tingkat
serta jenjang pendidikan.
c. Mengunakan teknik mengajar termasuk media pengajaran .
d. Evaluasi.32
Dari kutipan di atas diketahui bahwa unsur metode ada empat.
Unsur-unsur ini harus ada dalam metode pengajaran, apakah ia berbentuk
metode mengajar matan dan terjemahan yang banyak diterapkan di
pondok-pondok pesantren maupun metode aural atau oral approach (tazkiyah,
sam'iyah, syafawiyah) yang diterapkan di madrasah.
Selain itu, metode pembelajaran agar peserta didik memahami
suatu kitab yang biasa digunakan lembaga pesantren adalah sebagai berikut:
a. Metode Sorogan
Pada pengajaran menggunakan sistem/metode sorogan, santri
satu per satu secara bergiliran menghadap kyai maupun dengan
membawa kitab tertentu. Kyai/ustadz membacakan beberapa baris dari
kitab itu dan maknanya, kemudian santri mengulangi bacaan
kyai/ustadznya. Biasanya sistem sorogan dilakukan oleh santri yang
masih junior dan terbatas pada kitab–kitab yang kecil saja.33
Sistem/metode sorogan dalam pengajian kitab kuning merupakan
bagian paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional
sebab sistem ini menuntut kesabaran, keinginan, ketaatan, dan disiplin
32
Hidayat HD, Metode Mengajar Bahasa Arab Di MTs, (Jakarata: Pembina Guru MTs, Bid Studi Bahasa Arab, 1993), cet. Ke-1, h. 2.
33
34
pribadi dari santri. Sistem sorogan terbukti sangat efektif bagi seorang
santri yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan,
seorang kyai mengawasi, menilai, membimbing secara maksimal
kemampuan seorang santri dalam menguasai bahasa Arab.34
Sistem/metode sorogan yang ada di pesantren tetap di pertahankan
karena banyak faedah yang mendorong para santri untuk lebih giat dalam
mengkaji dan memahami kitab- kitab wajib.
Sistem sorogan mempunyai faedah diantaranya :
1) Santri lebih mudah berdialog secara langsung dengan kyai atau
ustadz.
2) Santri lebih cepat dan matang dalam mengkaji kitab-kitab kuning.
3) Santri lebih memahami dan mengenang kitab yang dipelajari dan
bersikap aktif.
b. Metode weton/bandongan
Adapun system/metode bandongan adalah pengajaran kitab kuning
secara klasikal. Semua santri menghadap Kyai/ustadz bersamaan.
Kyai/ustadz membacakan isi kitab itu dengan makna dan penjelasan
secukupnya. Sementara para santri mendengar dan mencatat penjelasan
Kyai/ustadz di pinggir halaman kitabnya.35
Dalam sistem/metode bandongan seorang murid tidak harus
menunjukkan bahwa ia telah mengerti pelajaran yang sedang di hadapi.
Para kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara
34
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), Cet. Ke-1. h. 28. 35
35
cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah. Sistem
bandongan, kerena dimaksudkan untuk santri-santri tingkat menengah dan tinggi hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem
sorongan secara intensif.36
Dalam pengajaran kitab kuning, sistem bandongan yang
diterapakan di pesantren pada umumnya, meliputi :
1) Sistem klasikal yang ditentukan oleh kyai
2) Sistem Madrasah
3) Sistem mudzakaroh
4) Sistem halaqoh.
Dari penjelasan berbagai macam metode yang digunakan atau
diterapkan dalam menyampaikan suatu materi, pada penyampaian materi
kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini juga tidak jauh beda, yakni dengan
menggunakan metode sorogan dan metode bandongan. Dari metode
penyampaian atau metode pembelajaran seperti itu, biasanya peserta didik
akan cepat dan lebih mudah memahami isi dari materi kitab Al-Ghayah Wa
At Taqrib ini.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa
At Taqrib
Menurut Uzer Usman dan Lilis Setiawati, mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman (hasil belajar) siswa meliputi :37
36
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren., h. 30.
37
36
Pertama, faktor yang berasal dari diri sendiri (internal factor), yang meliputi :
a. Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang dimaksud faktor ini adalah panca indera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh
atau perkembangannya tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh
yang membawa kelainan tingkah laku.
b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
yang terdiri atas :
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta kecakapan nyata.
b) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian
diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Kedua, faktor yang berasal dari luar diri (eksternal factor). Termasuk dalam faktor-faktor eksternal ini adalah :
a. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas sarana dan
37
d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.
Sedangkan secara umum menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar atau pemahaman siswa, dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani
(aspek fisiologis) dan rohani siswa (aspek psikologis).
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa, yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.38
Menurut Suryabrata (1989:250) yang dikutip oleh Heri Gunawan,
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (pemahaman), harus di
desain sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses pembelajaran
belajar mengajar secara maksimal. Tempat belajar misalnya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditentukan, seperti ditempat
yang tidak terlalu bising, ramai, bangunannya juga harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan.
Selanjutnya faktor metode belajar juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terhadap pemahaman atau keberhasilan belajar.
Apabila anak memiliki kebiasaan belajar yang baik, maka ia akan mampu
mempelajari dan memahami setiap materi yang diajari guru di sekolah. Oleh
38
38
karena itu, cara belajar memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan anak dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya
kemampuan memahami dan prestasi anak dalam belajar banyak dipengaruhi
oleh metode atau cara belajar yang digunakan. Adapun yang termasuk
dalam faktor-faktor metode belajar antara lain adalah :
a. Kegiatan berlatih atau praktek. Berlatih dapat diberikan secara maraton
(nonstop) atau secara terdistribusi (dengan selingan waktu istirahat).
Latihan yang dilakukan secara maraton dapat melelahkan dan
membosankan, sedang latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya
stamina kegairahan dalam belajar.
b. Over learning and drill. Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti
menghafal atau mengingat, maka over learning sangat diperlukan. Over
learning berlaku bagi latihan keterampilan motorik, dan drill berlaku bagi
kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Mekanisme drill tidak
berbeda dengan over learning.
c. Resitasi selama belajar. Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca. Resitasi
lebih cocok diterapkan pada belajar mengajar membaca dan hafalan.
d. Pengenalan tentang hasil-hasil belajar. Penelitian menunjukkan, bahwa
pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah
penting, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan belajar
39
e. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian. Belajar dengan
keseluruhan merupakan cara belajar yang dimulai dari umum ke khusus
atau mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian. Menurut beberapa
penelitian, perbedaan evektifitas antara belajar dengan keseluruhan
dengan bagian-bagian adalah belum ditemukan secara nyata. Namun
demikian, apabila kedua prosedur itu dipakai secara simultan, ternyata
belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih
menguntungkan dari pada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini dapat
dimaklumi, karena belajar dengan mulai dari keseluruhan individu dapat
menemukan set atau cara yang tepat untuk belajar. Disamping itu, anak
dibiasakan untuk mencari dan menganalisa materi secara keseluruhan.
Kelemahan metode keseluruhan adalah membutuhkan banyak waktu dan
pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya sedang berlangsung.
f. Bimbingan dalam belajar. Bimbingan yang diberikan terlalu banyak
kepada anak baik oleh guru atau orang lain cenderung membuat anak
menjadi ketergantungan. Bimbingan dapat diberikan batas-batas yang
diperlukan oleh individu. Hal yang penting yaitu perlunya pemberian
modal kecakapan pada individu, sehingga yang bersangkutan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan sedikit saja bantuan
40
g. Kondisi-kondisi insentif. Insentif adalah obyek atau situasi eksternal
yang dapat memenuhi motif individu. Insentif bukan tujuan melainkan
alat untuk mencapai tujuan.39
Seperti itulah, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peserta
didik dalam memahami kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib. Dan dari penjelasan
diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
peserta didik dalam memahami isi materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib,
yakni beberapa diantaranya dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yakni sejauh mana peserta didik ingin mengetahui
dan memahami isi materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang kemudian
akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya peserta didik
ingin sekali memperbaiki ibadahnya, sehingga semangat untuk belajar dan
memahami isi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini sangat menggebu-gebu,
hal ini memudahkan peserta didik untuk memahami materi kitab Al-Ghayah
Wa At Taqrib.
Selain itu, faktor lingkungan atau faktor eksternal juga sangat
mempengaruhi kepribadian seorang peserta didik dalam meningkatkan
semangat belajar pada umumnya, khususnya semangat belajar untuk
memahami materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini. Ketika seorang
peserta