55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa sejak kedatangan pemerintah militer Jepang pada tanggal 9 Maret 1942, kondisi kota Salatiga kacau, terutama dalam bidang ekonomi, sosial dan pemerintahannya. Mata pencaharian penduduk pada waktu itu ialah menjadi petani, peternak, pedagang, pegawai negeri dan buruh kasar dengan pendapatan yang rendah. Masyarakat dipaksa menanam tanaman jarak, rami dan rosella. Perekonomian masyarakat Salatiga merosot akibat banyak yang dijadikan romusha dan hanya digaji secangkir beras. Pedagang juga semakin banyak yang enggan untuk berjualan karena takut dengan tentara Jepang serta daya beli masyarakat yang turun, harga-harga yang melambung tinggi membuat transaksi tidak berjalan lancar.
Harga beras yang melambung tinggi tidak diimbangi dengan pendapatan masyarakat. Sehingga banyak yang mengkonsumsi makanan pelengkap seperti gaplek, jagung, singkong, siput, bahkan batang pisang. Kondisi masyarakat semakin memprihatinkan dengan pakaian yang digunakan yang terbuat dari karung goni.
56 untuk kepentingan perang. Oleh karena itu Jepang mewajibkan siswa mengikuti latihan dasar kemiliteran. Namun, siswa hanya memiliki sedikit waktu untuk belajar di dalam kelas. Siswa seringkali diperintahkan untuk melakukan kerja bakti untuk kepentingan Jepang.
Perubahan sosial yang terjadi ialah merosotnya kedudukan golongan Eropa, peranakan Cina dan Arab, serta naikya golongan pribumi. Kelompok guru, golongan ulama mengalami perubahan status dan memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat. Pada masa pendudukan Jepang, muncul golongan baru yaitu golongan pemuda yang berbeda dengan golongan pemuda yang muncul pada tahun 1908. Golongan pemuda pada jaman pendudukan Jepang merupakan golongan baru yang militan. Mereka memiliki pendidikan dan dilatih kemiliteran. Terbukti dengan dibentuknya berbagai organisasi kemiliteran seperti
Heiho, Seinendan, Keibodan, Peta, dan Fujinkai. Berbeda dengan golongan pemuda di tahun 1908 yang lahir sebagai golongan intelektual dan tidak dilatih kemiliteran. Perubahan tersebut terjadi berdasarkan kepentingan pemerintah militer Jepang yang melliputi propaganda untuk mempengaruhi rakyat.
Pada sisi negatif, pendudukan Jepang di Salatiga menimbulkan trauma tersendiri bagi masyarakat yang mengalaminya. Banyak penyiksaan, wabah penyakit, kelaparan yang luar biasa, kemiskinan dan kematian. Sehingga jaman pendudukan Jepang ini disebut sebagai “jaman
57 Salatiga. Meskipun begitu, sisi positif yang dapat diambil dari pendudukan Jepang ialah Jepang menanamkan rasa cinta tanah air kepada para pemuda yang pada akhirnya semangat inilah yang mendorong pemuda untuk melawan penjajah, mengenalkan pendidikan militer serta mengenalkan Tonari Gumi (RT/Rukun Tetangga) yang masih ada sampai sekarang.
B. Saran
1. Akademisi
Mengenai sejarah Salatiga pada masa pendudukan Jepang, banyak yang dapat ditulis dan dikaji. Akan tetapi belum banyak peneliti yang meneliti tentang pendudukan Jepang di Salatiga. Kendala utama yang dihadapi adalah mengenai sumber. Akan tetapi banyak sumber yang masih dapat digali yakni melalui koran-koran dan sumber-sumber dari masyarakat langsung karena dokumen-dokumen penting banyak yang dimusnahkan oleh pemerintah Jepang. Para Akademisi Salatiga diharapkan dapat melakukan penelitian yang berkaitan mengenai pendudukan Jepang di Salatiga maupun sejarah Salatiga lainnya. 2. Guru