• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian manusia.

Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien.

(2)

dan bermakna bagi siswa yang akhirnya akan membuat hasil belajar menjadi lebih baik.

2.1.2 Hasil Belajar

Sudjana (2008:22) Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Slameto (2010),belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Winkel dalam Lina (2009: 5), “mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan

menurut Arif Gunarso dalam Lina (2009: 5),” hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”.

Dari uraian di atas didapat kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:

1. Faktor-faktor Internal

(3)

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis)

Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Yang termasuk faktor psikologis antara lain:

 Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).  Non Intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi

psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).  Faktor kondisi fisik.

2. Faktor-faktor Eksternal

1. Faktor di Sekolah (kurikulum, kedisiplinan Siswa, guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa).

2. Faktor keluarga (Menurut Slameto (2003: 60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik,

relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).

3. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah prestasi belajar.

2.1.4 Hakikat Pembelajaran Tematik a) Pengertian Pembelajaran Tematik

(4)

Trianto, (2010:83) Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai.

1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu

matapelajaran dan sekaligus dapat mempelajari matapelajaran yang lain. 7. Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, dan pengayaan materi.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah model pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

b) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Depdiknas, Trianto, (2010: 92), pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran di sekolah dasar yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

(5)

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa

mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

(6)

2.1.5 Model Pembelajaran SAVI a) Landasan Teori

Menurut Henry (2009), SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif

dan hidup.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran.

b) Prinsip Dasar

Menurut Henry (2009), dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. 2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi. 3) kerjasama membantu proses pembelajaran.

4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. 5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan

umpan balik.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

(7)

Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru.

c) Karakteristik

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

Menurut Henry (2009), sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu

Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:

1) Somatic

“Somatic” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

(8)

keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat cotoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4) Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

(9)

2.2 Media Pembelajaran SAVI a) Pengertian Media

Menurut Miarso, (1986:46), kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.

Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi Miarso memberikan batasan media pembelajaran tersebut sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitaspembelajaran yang akan dilaksanakan karena media dapat merangsang

pikiran, perasaan, dan perhatian siswa .

b) Fungsi Media

Menurut Miarso, (1986:49)

Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman berlapis menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak.

Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya sehingga guru dapat menerapkan dasar konsep pembelajaran yang kongkrit.

Menurut Brown (1973), Jenis media belajar, diantaranya adalah:

1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartu, komik. 2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan

(10)

3. Projecterd still media: slide; over head projector (OHP), in focus dan sejenisnya.

4. Projected motion media: film, televise, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

2.2.1 Model Penerapan Pembelajaran SAVI

Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A)

Pada tahap awal, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan dengan cara mendongeng menggunakan wayang-wayangan gambar hewan dari kertas.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V)

Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini guru menayangkan film berupa sumber energi yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat menciptakan nilai-nilai yang positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara langsung dengan mengamati manfaat energi yang dilihatnya.

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan somatic (S)

(11)

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk belajar Intelektual (I)

Pada tahap terakhir, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Anggoro-292007708 (2010), “Penggunaan Metode Drama untuk Meningkatakan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik di Kelas III SD Negeri Wonolelo Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010”, melakukan penelitian terhadap 28 siswa, hasilnya:Setelah melakukan penelitian diketahui bahwa terjadi

peningkatan perstasi belajar siswa pada setiap siklus kegiatan belajar mengajar. Peningkatan prestasi belajar tersebut ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian rata-rata hasil evaluasi siswa. Hal tersebut diketahui dari awal mula nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 62,5 menjadi 77,96 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,93 pada evaluasi tindak lanjut dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,43. Bukti lain yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar adalah dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai KKM. Dari 10,71% siswa yang mencapai KKM pada pra siklus menjadi 100% siswa mencapai KKM pada siklus I maupun siklus II.

Peningkatan prestasi belajar ini dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Kegiatan bermain drama yang dilakukan siswa mengharuskan siswa untuk memahami materi pelajaran yang diberikan agar dapat memainkan drama dengan baik. Saat siswa menghafalkan dialog, maka siswa sekaligus menghafalkan materi pelajaran. Keadaan seperti ini mengakibatkan siswa lebih memahami materi pelajaran dan prestasi belajar menjadi meningkat.

(12)

Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”, melakukan penelitian terhadap 80 siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan pendekatan SAVI sedangkan kelas VIII D sebanyak 40 siswa sebagai kontrol diberikan metode konvensional dengan teknik random sampling hasilnya:

a) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau dari perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan diperoleh sig. 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran SAVI lebih baik dalam meningkatkan nilai siswa pada pokok bahasan lingkaran sehingga prestasi belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan hasil rata-rata prestasi 8.0500 untuk kelas eksperimen dan 7.4375 untuk kelas kontrol.

b) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau

dari motivasi belajar siswa dengan diperoleh sig. 0,036 < 0,05 yang berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi, siswa dengan motivasi belajar sedang akan memperoleh prestasi belajar sedang, dan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah akan memperoleh prestasi belajar yang rendah.

c) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran dengan diperoleh sig. 0.186>0.05 yang berarti metode pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa secara bersama tidaklah memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika atau dengan kata lain bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari kelompok eksperimen selalu lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol, baik untuk motivasi belajar tinggi, sedang atau rendah

(13)

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pengaruh penerapan pembelajaran tematik, model pembelajaran SAVI dan hasil belajar.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran SAVI dalam pembelajarannya guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran tematik. Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu materi yang akan disampaikan, tujuannya apa, tanya jawab sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A), guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa, sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V), kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan bersama teman

sebangkunya atau kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan, sebagai bentuk penerapan somatic (S), yang terakhir adalah guru memberikan soal latihan secara individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I).

(14)

Kerangka berfikir dalam penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

Apabila guru dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI siswa kelas III SD tidak hanya memperoleh pengetahuan saja. Namun siswa menjadi aktif, karena dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas. Diharapkan dapat mengalami perubahan kearah positif, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektifdan efisien.

Kebiasaan pembelajaran yang hanya berpusat pada

guru

Hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

rendah

Dengan penerapan

Model pembelajaran SAVI

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa (Sig.= 0,016 &lt; α =

Penelitian ini difokuskan pada suatu pembelajaran melalui pendekatan “SAVI” pada pokok bahasan Lingkaran yang akan ditinjau dari motivasi belajar siswa agar diperoleh suatu

Hasil analisis data diperoleh nilai t=2.863 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 (p&lt;0,05), yang berarti ada perbedaan kesiapan sekolah antara anak yang

Hasil Penelitian ini setelah dilaksanakan analisis data hasil uji t-tes diketahui Thitung 3,63 dengan sig t = 0,001&lt;0,05 maka ada perbedaan yang signifikan

Yosa Haran Widyanto. Perbedaan Hasil dan Minat Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Tabung

(p&lt;0,05) yang berarti ada perbedaan signifikan tingkat kepuasan perkawinan pada istri ditinjau.. dari faktor status sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan prestasi belajar matematika pokok bahasan lingkaran melalui pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan pendekatan konvensional.

Hasil analisis data yang diperoleh sebesar sig 0,001 &lt; α= 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kemandirian belajar