• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAKWAH HABIB MUHAMMAD SHADIQ DI MASYARAKAT PEDALAMAN KECAMATAN TIRIS KABUPATEN PROBOLINGGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "METODE DAKWAH HABIB MUHAMMAD SHADIQ DI MASYARAKAT PEDALAMAN KECAMATAN TIRIS KABUPATEN PROBOLINGGO."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Serjana (S.kom.I) Dalam

Bidang Dakwah Dan Komunikasi

Oleh

Ali Akbar Al-Hamid NIM. B01209053

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIRAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

(2)

ii Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Ali Akbar Al-Hamid

NIM : B01209053

Program : Komunikasi Penyiran Islam (KPI)

Institusi : Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Sekripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 22 Januari 2015 Saya yang menyatakan

(3)

iii

Sekripsi Ali Akbar Al-Hamid ini telah diperiksan dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan

Surabaya, 22 Januari 2015 Pembimbing

(4)

iv

Tim Penguji Skripsi Surabaya, 09 Februari 2015

Mengesahkan,

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001

Ketua penguji

Wahyu Ilaihi, MA NIP. 197804022008012026

Sekertaris

M. Anis Bachtiar, S.Ag, M.Fil.I NIP. 196912192009011002

Penguji I

Lukman Hakim. M.Si. MA NIP. 197308212005011004

Penguji II

(5)
(6)

vi

Kupersembahkan skripsi ini untuk kado ulang tahun ibuku, ibuku adalah wanita pilihan tuhan yang terbaik untukku karena tuhan maha mengetahui atas segala sesuatu. sebagai orang tua yang melahirkanku dan rela mempertaruhkan nyawanya untukku maka aku rela mengabdikan diri kepadanya agar aku menjadi anak saleh.

Semoga ibuku selalu bahagia dunia dan akhirat dalam limpahan ridha dan rahmat dari ALLAH swt

(7)

vii

Masyarakat Pedalaman Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. Oleh Ali Akbar Al-Hamid. NIM. B01209053

Masalah yang diteliti dalam sekripsi ini adalah (1) Bentuk-Bentuk Metode Dakwah Habib Mohammad Shadiq di Masyarakat Pedalaman Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. dalam menjawab permaslahan penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat kualitatif diskriftif, tehnik penggalian data (tpd) yang digunakan berupa wawancara secara mendalam dengan beberapa informan. teori dan pendekatan yang digunakan berupa pendekatan metode dakwah dan teori komunikasi yang berfokus pada bentuk-bentuk komunikasi Verbal dan Non-verbal.

(8)

x

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Definisi Konsep ... 5

E. Sistemetika Pembahasan ... 7

BAB II : KAJIAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Dakwah... 8

2. Metode Dakwah ... 15

3. Macam-macam Metode Dakwah ... 19

B. Masyarakat Pedalaman ... 23

(9)

xi

B. Subjek Penelitian Dan Objek Penelitian ... 29

C. Subjek Dan Lokasi Penelitian ... 29

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisa Data ... 37

G. Teknik Keabsahan Data ... 39

H. Jadwal Penelitian ... 42

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA ... 44

A. Riwayat Hidup Habib Muhammad Shadiq ... 44

B. Deskrispi Singkat Lokasi Penelitian ... 48

C. Penyajian Data ... 49

1. Metode Dakwah Habib Muhammad Shadiq ... 49

a. Dakwah Bil-Lisan ... 50

b. Dakwah Bil al-Hal... 56

D. Analisa Data ... 61

BAB V : PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomindasi ... 72 C. DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas dakwah di era modern saat ini merupakan tantangan berat bagi para pelaku dakwah.1Pasalnya, kehidupan masyarakat telah terhegemoni dengan aneka macam media yang semakin berkembang pesat.Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai subjek dakwah bisa kapan saja diakses melalui media tersebut. Sehingga menuntut kompetensi seorang da’i yang lebih profesional dan proporsional dalam menjalankan kewajiban dakwah.2

Setiap da’i akan mendapatkan tempat tersendiri bagi objek dakwah (mad’u). Manakah da’i yang dijadikan sebagai teladan dan da’i yang hanya didengarkan tanpa memberikan efek atau dampak positif dari kegiatan dakwahnya. Bila da’i dalam kegiatan dakwah tidak berdampak positif bagi objek dakwah (mad’u), sekaligus lambatnya proses penyampaian pesan-pesan dakwah Islam kepada masyarakat. Keberhasilan kegiatan dakwah bukan hanya faktor da’i semata, melainkan pilihan metode dan pendekatan dakwah yang tepat juga mempengaruhi keberhasilan dakwah itu sendiri.

1Pelaku dakwah adalah para ulama/ahli agama yang bisa juga disebut da’i, muballigh, kiai, syekh, habib dan lainnya.Pelaku dakwah merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur dakwah selain mad’u/subjek dakwah, materi/pesan dakwah, media/alat dakwah, metode dan efek dakwah. Tentang definisi da’i lebih lengkap Lihat Moh, Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), 216. Dan M. Munir dan Wahyu Ilahi, ManajemenDakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), 21-22

2 Dalil-dalil tentang kewajiban berdakwah bisa ditemui dalam Q.S An-Nahl : 125; Ali Imran : 104 dan 110; Al Hijr : 94. Dalil terkait juga dibahas secara mendalam pada silabus mata kuliah ‘Ayat-Ayat Dakwah’ yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag, di PPS IAIN Sunan Ampel Surabaya Konsentrasi Dakwah pada semester Genap tahun akademik 2010/2011

(11)

Metode dakwah yang selalu dijadikan rujukan pelaku dakwah (da’i) dalam melakukan dakwahnya, meliputi tiga hal, (a).hikmah(kebijaksanaan) (b).mau’izah hasanah (nasehat yang baik) (c). mujadalah bi al-lati hiya ahsan (bertukar pikiran).3 Rumusan tersebut, pengacu kepada kepada firman Allah dalam surat al-nahl/16:125. “Serulah manusia kepada Tuhanmu dengan hikamah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Sedangkan metode dakwah Wali Songo, adalah, (a).Mendirikan masjid, (b) Dakwah dengan kesenian, (c).Mencetak kader, (d). Dakwah kepada raja-raja, (e).Menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi.4Selain dua rumusan metode dakwah diatas. Sanapiah Faisal, empat teori pendekatan, antara lain (a). Rebut tempat di hati masyarakat, (b). Kenalilah tokoh-tokoh berpengaruh, (c), Kenalilah kendaraan sosial daerah setempat, (d).Usahakan bisa diterima semua pihak.5

Pilihan metode dakwah bagi pelaku dakwah (da’i) menjadi keharusan, sebagaimana yang dilakukan oleh wali songo, yang mengIslamkan tanah Jawa. Disisi lain yang menentukan metode dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh da’i dalam melakukan aktivitas dakwahnya juga ditentukan oleh sasara dakwah itu sendiri. Karena beragamnya latar belakang dan

(12)

kebutuhan objek dakwah (mad’u), seperti.Pendidikan, agama, ekonomi, budaya, juga mempegaruh terhadap pilihan metode dakwah.Terutaman objek dakwah (mad’u) yang ada di masyarakat pedalaman.6 Berdakwah di daerahini tersebut membutuhkanmembutuhkan kesabaran dan ketelatenan, disebabkan medan dakwah yang sangat sulit dari tranportasi dan informasi.7

Faktor lain, karena pendidikan masyarakat yang masih rendah membuat resiko tersendiri, bagi pelaku dakwah dalam melakukan aktivitas dakwahnya.Apabila pelaku dakwah tidak mengindahkan etika dakwah, seperti. pelaku dakwah menyampaikan materi yang menyinggung perasaan objek dakwah, antara pesan dakwah dengan yang di perantekan pelaku dakwah tidak sesuai, hal ini membuat objek dakwah melakukan penilaian negatif yang berdampak terhadap intergritas bagai pelaku dakwah.

Dengan demikan faktor keberhasialan dakwah di atas, pada masyarakat yang akses informasinya sangat kurang dan berpegang teguh kepada nilai-nilai lokal, juga dilakukan oleh Habib Muhammad Shadiq, muballing yang berasal dari kecamatan berani sekaligus pendiri pesantren ahlusunnah waljamah menuai keberhasilan dalam berdakwahnya. Hal

tersebut bisa dilihat ketika masyarakat Tiris selalu menjadikan Habib Muhammad Shadiq sebagai tempat untuk meminta solusi terhadap problem

6Pedalaman.Kecamatan Tiris sementara ini bisa dikatan kecamatan yang terisolasi dari akses informasi,trasportasi, danjauh dari dari Kota Probolinggo, dan kota Madya Kraksaan. Keseharian masyarakat Tiris bergantung kepada alam, seperti bertani dan berkebununtuk melangsungkan hidupnya.Dibandingkan dengan daerah lain Tiris menjadi daerah yang masuk dataran paling tinggi yaitu diatas bukit, sama halnya dengan Bromo dan Sukapura tetapi penduduknya lebih maju dari pada masyarakat Tiris.

(13)

(problem solving) dihadiapi, pada setaip hajatan dimasyarakat selalu mengundang belaiu untuk dijadikan penceramah.Adapun ciri khas dakwah Muhammad Shadiq dengan membangun langgar di desa-desa terpencil, dan tidak sedikit di kecamatanTiris langgardan masjid di bangun atas bantuan materi dari Habib Muhammad Shadiq.8

Dakwah yang dilakukan Habib Muhammad Shadiq, di masyarakat pedalaman Kecamatan Tiris.Sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam. Sebab beliau berdakwah penuh perjuangan karena objek dakwahnya penuh tantangan, penuh resiko, dan saya juga tau sendiri dakwah dan perjuangan habib Muhammad shadiq serta beliau merupakan pengasuh dan guru saya saya saat mondok oleh Karena itu saya mengangkat judul “Metode Dakwah Habib Muhammad Shadiq Pada Masyarakat pedalaman di Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Muhammad Shadiq di masyarakat pedalamanKecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

(14)

a. Ingin mengetahui metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Muhammad Shadiq di masyarakat pedalamanKecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.

2. Manfaat Penelitian

a) Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis menambah informasi dan dipertimbangkan dalam memperkaya metode dakwah, khususnya tentang tokoh dakwah profosional.

b) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh para tokoh dakwah dalam proses dakwahnya, di tengah-tengah masyarakat pedalaman yang sangat beda SDM (sumber daya manusia) di bandingkan dengan masyarakat perkotaan yang rata-rata SDM sudah bagus.

D. Difinisi Konseptual

Difinisi oprasional ini membatasi kepada metode dakwah Habib Muhammad Shadiq di masyarakat pedalaman sebagai termuat dalam judul penelitian.

1. Metode dakwah adalah cara seorang da’i dalam melakukan aktifitas dakwah, menurut KH. Ahmad Syamsuri Siddiq dalam buku metode dakwah, membagi dalam tiga hal, yaitu. Bil-hikmah, mau’izah hasanah, mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Apabila mengacu kepada metode

(15)

mengIslamkan masyarakat Jawa, yaitu. Mendirikan masjid, dakwah dengan kesenian, wayang kulit, mencetak kader, dakwah kepada raja-raja dan keluarganya, menyesuaikan kepada situasi dan kondisi.

2. Habib Muhammad Shadiq adalah mubelligh (da’i) pada masyarakat pedalama Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. Dia berasal dari desa Berani Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo dan Pengasuh Pondok Pesantren Ahlusunnah Waljamaah.

3. Masyarakat Pedalaman adalah Masyarakat yang masih berpegang teguh kepada adat istiadat setempat. Karakteristik masyarakat pedalaman setidaknya dapat diklasifikasi sebagai berikut. (1). Sangat kurangnya akses informasi, (2). Sangat kurangnya akses trasportasi, (3). Berpegang teguh kepada adat istiadat setempat, bila ada yang melanggar dianggat menyimpang dan harus diberi sanksi, (4). Jauh dari peradaban kota, (5). Alam seperti tani, berkebun, proses memasak masih menggunakan alam sebagai fasilitas kayu bakar.9Selama ini masyarakat pedalamaan hanya dikenal di daerah provinsi Papua. Padahal bila kita telusuri masyarakat pedalaman selalu ada di setiap daerah pegunungan, asalkan karakteristik tersebut masuk dan mencerminkan sebagai masyarakat pedalaman bisa dikatagorikan pedalaman.

(16)

E . Sistematika pembahasan

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, berisikan latar belakang, rumusan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian, devinisi konseptual dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Menjelakan tentang teori dakwah, metode dakwah, masyarakat pedalaman dan teori konikasi dakwah.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan metode penelitian yang meliputi tentang pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap- tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data dan jadwal penelitian.

BAB IV PENNYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini berisi tentang penyajian data dan analisis data yang menjelaskan deskripsi subjek dakwah, objek dakwah, metode dakwah

BAB V PENUTUP

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab “Da’wah” yang berarti: panggilan, ajakan, atau seruan. Dan sebagai bentuk Mashdar dari kata kerja “Da’a”, Yad’u”, yang artinya: Memanggil, mengajak, atau menyeru.10 Arti kata Dakwah seperti ini sering dipergunakan dalam ayat-ayat al-Quran, antara lain:

a. Mengharap dan berdo’a kepada Allah SWT, seperti terdapat dalam surat al-Baqarah, 1:186.

E

(18)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradah-Nya.Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).11

Ibn Katsir menafsirkan surat Ali Imran (3): 104; “Yang dimaksud oleh ayat ini, hendaklah ada di kalangan umat satu golongan yang berusaha untuk urusan itu kendati berdakwah adalah kewajiban atas setiap umat dari umat keseluruhan.12Berpedoman pada keterangan para mufassir, maka dapat dipahami bahwa pendapat al-Razy yang nampaknya lebih praktis dibanding dengan pendapat yang lain, dan pendapat al-Razy ini merupakan sintesa atau jalan tengah yang menerangkan pendapat Muhammad Abduh dan al-Syaukaniy.Menurut beliau harus dilihat urgensinya terlebih dahulu. Oleh karena itu Rasulullah Saw berpesan: “Barangsiapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan, kekuasaan atau kekerasan), jika ia tidak sanggup demikian (lantaran tidak mempunyai kekuatan / kekuasaan), maka dengan lidahnya, (teguran dan nasehat dengan lisan atau tulisan). Jika pun tidak sanggup demikian (lantaran serba lemah) maka dengan hatinya, dan yang terakhir ini adalah iman yang paling lemah (HR. Muslim).13

Dengan memperhatikan hadith di atas, ada tiga alternatif konsep penanggulangan untuk mencegah kemungkaran antara lain: (a) Kekuasaan atau wewenang yang ada pada dirinya, atau dilaporkan kepada pihak yang berwenang untuk ditangani; (b) Peringatan atau nasihat yang baik yang

11 Q.S Ar-Ruum (30) : 25

12Abdul Karim Zaidan, Us{u>l al-Dakwah, 301.

(19)

dalam al-Qur’an disebut “mau'izah al-hasanah”. (c) Ingkar dalam hati, artinya hati kita menolak tidak setuju.14Dengan demikian Nabi Saw mewajibkan bagi setiap umat tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Dengan argumentasi di atas, maka hukum dakwah adalah wajib ain. Apalagi dikolerasikan dengan hadis riwayat Imam Muslim tentang kewajiban setiap muslim untuk memerangi kemungkaran dan hadis riwayat Turmudzi tentang siksa Allah bagi orang-orang yang meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar, serta diperkuat dengan surah al-Taubah ayat 71 tentang ciri utama orang mukmin adalah amar ma'ruf nahi mungkar.15Tentu saja kewajiban tersebut sesuai dengan kapasitas kemampuannya, Islam tidak menuntut umat manusia di luar kemampuannya.Kewajiban ini relevan dengan gugurnya kewajiban haji bagi orang yang tidak mampu.

Dari segi istilah, banyak pendapat tetang definisi dakwah. Diantaranya pendapat itu adalah sebagai berikut:

a. Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul “Fungsi Dakwah Islam Dalam Rangka Perjuangan” mendefinisikan bahwa sebagai: “Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi amal ma’ruf nahi mungkar dengan berbagai macam media cara yang diperbolehkan akhlaq dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan berumah tangga (usrah), peri kehidupan bermasyarakat dan peri kehidupan bernegara.”

(20)

b. Dalam bukunya “Teori Dan Praktek Dakwah Islamiyah”, HSM Nasaruddin Latif mendefinisikan Dakwah: “Setiap usaha atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis Aqidah dan syariat serta akhlaq Islamiyah”. c. Dalam bukunya “Sosiologi Dakwah” Prof. Shonhadji Sholeh, Dip.Is

mendifinisikan Dakwah dalam pandangan sosiologi”,.

d. Syaikh Ali Mahfudh, menyatakan bahwa dakwah adalah usaha mendorong umat manusia melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka berbuat ma'ruf dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar, agar mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.16

e. Adam Abdullah al-Alury, menyatakan bahwa dakwah adalah mengarahkan pikiran dan akal budi manusia kepada suatu pemikiran atau aqidah yang berguna dan bermanfaat. Dakwah juga merupakan kegiatan mengajak orang untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang akan menjatuhkannya atau dari kemaksiyatan ada di sekitarnya.17

f. M. Quraisy Shihab, menyatakan bahwa dakwah adalah sebagai sebuah seruan ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan

16Syekh Ali Mahfudh, Hidayat al-Mursyidin ilaThuruq al-Wa’dzi wa al-Khitabat (Libanon: Dar-al-Ma’rifah, tt), 17.

(21)

dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.18

g. Thoha Yahya Omar, menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.19

h. Endang S. Anshari, menyatakan bahwa dakwah adalah penjabaran, penerjemahan dan pelaksanaan Islam dalam kehidupan manusia (termasuk dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan sebagainya).20

i. Didin Hafiduddin, menyatakan bahwa dakwah dalam pengertian integralistik merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.21

Walaupun berbeda pengertian yang diberikan oleh para ahli, namun jika diperhatikan dengan seksama maka semuanya memiliki unsur yang sama yaitu: (1) Dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam dari seorang kepada orang lain baik individu maupun kelompok, (2)

18M. Quraisy Shihab, Membumikan Alquran (Bandung: Mizan, 1995), 194. 19Thoha Yahya Omar,Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1971), 1.

20Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, 32.

(22)

Penyampaian ajaran tersebut berupa perintah untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan jahat (amar ma’ruf-nahi munkar), (3) Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk terbentuknya individu atau keluarga yang bahagia dan masyarakat atau umat yang terbaik dengan cara taat menjalankan ajaran agama Islam, usaha tersebut dilakukan melalui bahasa lisan, tulisan, maupun perbuatan atau keteladanan, (4) Pada dasarnya lapangan dakwah itu sangat luas, meliputi perikehidupan dari manusia itu sendiri.

Dari definisi-definisi tersebut diatas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dakwah itu adalah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.

b. Usaha yang diselenggarakan itu adalah, mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah swt atau memeluk agama Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, perbaikan dan pembangunan masyarakat

(23)

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.”

Dalam perkembanganya pengertian dakwah banyak dijelaskan oleh para pelaku dakwah dan para akademisi untuk memperjelas disiplin ilmu pengetahuan baru tentang dakwah, dan berkembang kepada tujuan, sasaran, metode, dan medium dakwah yang di gunakan oleh pelaku dakwah (da’i) dalam menjalankan aktivitas dakwanya.

a. Orentasi Dakwah

Menurut A. Rasyad Saleh, tujuan dakwah terbagi dalam dua katagori.23Pertama.terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridai Allah SWT, Kedua. tujuan departemental yang merupakan tujuan perantara demi tujuan utama, yaitu kebagian dan kesejahteraan di berbagai bidang, antara lain sperti, bidang pendidikan, bidang sosial ekonomi, bidang sosial politik, bidang sosial kebudayaan.

Dari paparan di atas, jelaslah betapa luasnya permasalahan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh para para pelaku dakwah (da’i).secara tersurat, dakwah dapat diartikan sekedar penyampaian pesan-pesan nilai-nilai agama Islam. Namun secara tersirat, sebagai seseorang pelaku dakwah (da’i) harus merasa dituntut kemampuan problem solving atas masalah-masalah ummat manusia sesuai dengan kebutuhan

objek dakwah (mad’u).

(24)

2. Metode Dakwah

Menurut KH. A. Syamsuri Siddiq, Khafiyat Dakwah, atau yang lazim disebut metode dakwah itu, meliputi:

a. Hikmah atau kebijaksanaan

b. Mau’izah Hasanah atau nasehat yang baik

c. Mujadalah bi al-lati hiya ahsan atau bertukar pikiran

(25)

menjelaskan, untuk menerapkan hal-hal di atas, menekankan agar dai berpegang pada lima prinsip dalam berdakwah, yaitu. (a), Bijaksana, (b). Mudah dan bulat, (c).Jelas, (d).Sopan, (e).Bertanggung jawab.24

Dalam perkembanganya metode dakwah tidak terlepas dari kualitas dari seorang pelaku dakwah (da’i) dalam melakukan dakwahny.seperti metode dakwah para wali songo, Pertama. dengan mendirikan masjid,(a). dakwah dengan kesenian: wayang kulit, seni suara/tembang, seni ukir,(b). mencetak kader atau menyelenggarakan pendidikan,(c). dakwah dengan kekerabatan, sebagaiman penjelasan dalam latar belakang diatas dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana objek dakwah berada.25

Secara etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa yunani yakni dari kata metodos yang berarti cara atau jalan, dan logos artinya ilmu.26Adapun secara terminolgi, metode dakwah adalah cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara untuk menerapkan strategi dakwah.27

Lebih lanjut metode adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya. Metode dakwah yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal berikut; (1) memeriksa dan mendiagnosis pasien (kalau pendakwah diumpamakan dokter), (2) menghilangkan syubhat, (3) memberikan semangat kepada

24 Syamsuri Siddinq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah (Bandung, Al-Ma’arif, 1982), hlm. 20

25M. Ridwan Nasir, Dinamikan Sistem Pendidikan, Baca Nur Fattah, Methode Dakwah

Walisongo (Pekalongan, PT. Bahagia, 1984), hlm. 41-67

(26)

kepada audiens agar selalu menerima “obat” dan menerima yang hak, (4) membimbing audiens dengan Qur’an, Sunnah, dan sirah kaum salaf al-salih, (5) menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak, yakni melalui nasihat dan diskusi yang baik atau (kalau memang diperlukan) dengan kekuatan. Namun cara yang terakhir ini khusus bagi mereka yang menentang Islam dan zalim.28

Lebih jauh dijelaskan bahwa ada tiga karakter yang melekat dalam metode dakwah, yaitu: (1) metode dakwah merupakan cara-cara yang sistematis yang menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan; (2) metode dakwah bersifat konkret dan praktis; (3) arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan keunggulan dan kelemahan.29Dengan demikian metode dakwah adalah cara-cara yang sistematis, konkret, praktis, dan efektif yang ditempuh oleh pendakwah dalam melaksanakan dakwah untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam proses dakwah Islam, disebabkan karena metode dakwah yang tidak tepat, Islam bisa dianggap sebagai agama yang tidak simpatik, penghambat perkembangan, atau tidak masuk akal. Saat ini metode dianggap sebagai teknologi, khususnya teknologi lunak (soft technology).30 Sesuatu yang biasa-biasa saja namun melalui sentuhan metode yang tepat,

28 Said bin Ali al-Qaththani, al-Hikmah fi Da’wat ila Allah Ta’ala, (Terj.). Da’wah Islam Da’wah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 101.

(27)

maka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Karena itu, ketepatan mengemas metode dakwah sangatlah diperlukan oleh seorang pendakwah.

Dalam aplikasinya, setiap metode tentu saja memerlukan teknik. Teknik dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.31 Misalnya, penggunaan metode ceramah pada mad’u denganjumlah yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda penggunaan metode ceramah pada mad’u yang jumlahnya terbatas. Demikian pula penggunaan metode pengajian kitab, khotbah Jumat, dan sebagainya, yang implementasinya tentu saja memerlukan teknik tersendiri.Apalagi berdakwah pada masyarakat yang secara geografis berada pada daerah pedalaman, yang notabene masih memeagang teguh kepada nilai-nilai adat istiadat, sensitifitas masyarakat sangat tinggi apabila melihat ucapan dan perilaku tidak sesuai, jauh dari trasportasi, pendidikan sangat rendah. Jadi teknik dakwah adalah cara yang dilakukan oleh seseorang pendakwah dalam mengimplementasikan suatu metode dakwahnya secara spesifik.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya, waktu dan tenaga seimbang.Dan efisien artinya suatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil.32

31 Lihat Akhmad Sudrajat, “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran”, dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (17 Februari 2010).

(28)

3. Macam-macam Metode Dakwah

Pada prinsipnya metode berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas bahasa lisan atau tulisan dan aktivitas badan.Aktivitas lisan dalam menyampaikan pesan dapat berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan dan lain-lain.aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa cetak (buku, majalah, koran, pamplet, dan lain-lain).

Aktivitas badan dalam penyampaian pesan dakwah dapat berupa berbagai aksi amal sholeh, contohnya tolong menolong melalui materi, lingkunagan, penataan organisasi keIslaman, bantuan materi untuk pembagunan tempat peribadatan (masjid, langgar, sekolah).

Ada tiga pokok penjelasan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl 125 adalah sebagai berikut.

a. Metode Hikmah (kebijaksanaan)

Yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

(29)

menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.

b. Motede Mau’idzah hasanah(Nasehat yang Baik)

Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzah hasanah.Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adzaya’idzu-wa’adzan-idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebalikan lawanya kejelekan.Maka dapat dipahami bahwa mauidzah dapat berupa kebaikan dapat juga berupa kejahatan.Hal ini tergantung pada sisi yang disampaikan pada seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran, juga tergantung pada metode yang dipakai pemberi nasihat.

Dalam metode ini mereka membutuhkan pelajaran yang baik (mauidzah hasanah) ucapan yang mengenalkan (qaul baligh) serta penjelasan tentang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman (tarhib) mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan dan nista yang terdapat dalam kebatilan, begitu seterusnya sehingga mereka betul-betul kejalan yang lurus yang diridhai oleh Allah saw.

(30)

Mujadalah yaitu berdiskusi atau bertukar fikiran, diantara manusia ada golongan yang tidak mudah menerima panggilan dan keterangan hikmah, ilmiyah, filsafat, juga tidak mudah dipanggil dengan seruan mau’idah hasanah.Mereka ini harus dihadapi dengan mujadalah atau diskusi dan bertukar fikiran.Kepada harus ditunjukan hujjah dan argumentasi yang menyakinkan.

b. Media dakwah

Media dan dakwah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat pisahkan, dakwah membutuhkan media sebagai penunjang untuk menyampai pesan-pesan (materi) dakwahya oleh pelaku dakwah (da’i), sedangkan media sebagai alat dari dakwah itu sendiri.

Dalam pengertianya media berasal dari bahasa latinmedius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa inggris media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasikan pengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang di sampaikan oleh komunikator (da’i) kepada komunikan (mad’u) dalam pengertian komunikasinya orang yang menerima pesan. Dalam bahasa Arab media sama dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau perantara.33

Seorang pelaku dakwah (da’i) dalam menyampaikan ajaran agama Islam kepada umat manusia tidak akan terlepas dari sarana atau media

(31)

(wasilah) dakwah itu sendiri. Kepandaian untuk memilih media dakwah yang tepat merupakan unsur keberhasilan dakwah.

Media apa saja yang dapat memperjelaskan dari pengertian-pengertian media dakwah diatas, dalam hal ini Hamzah Ya’qub sebagai tokoh media modern dan A. Hasymy mewakili media dakwah tradisional, Lisan adalah media dakwah yang sederhana yang menggunakan lidah dan

suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, penyuluhan.

a. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan buku, majalah, tabloid, jurnal, koran, surat menyurat, spanduk, dan sebagainya.

b. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

c. Audiovisual adalah media yang dapat merangsang indra pengindraan, penglihatan atau kedua-keduanya, seperti televise, film, slide, ohp, internet dan sebagainya.34

Menurut A. Hasymy menyebutkan media yang digunakan dalam pelaksanaan proses dakwah adalah selain dayah-dayah (surau) atau pesantren-pesantren dan mimbar-mimbar juga para ulama dan juru dakwah Indonesia menggunakan pena atau qalam sebagai media dakwah.35

(32)

B. Masyarakat Pedalaman

Sebelum dijelaskan pengertian dari masyarakat pedalaman, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari masyarakat. Masyarakat Istilah yang paling lazim digunakan untuk menyebut suatu kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah ataupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.Akan tetapi definisi mengenai masyarakat itu masih bersifat abstrak dan berbeda-beda. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian masyarakat secara etimologi dan terminologi.

Secara etimologi Masyarakat sendiri terjemahan dari istilah society yang akar katanya bersal dari bahasa latin yaitu socious yang berarti

kawan. Sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.36

Pedalaman itu sendiri mempunyai pengertian mempunyai hubungan dengan masyarakat, daerah atau area lokalisasi dimana penduduk dan masyarakat menempati.37 Adupun pengertian masyarakat pedalaman bila digabungkan antara masyarakat dan pedalaman atau masyarakat pedalaman bisa diartikan sebagai masyarakat yang menempati daerah terpencil, yang jauh dari akses informasi, trasportasi, memegang teguh pada norma daerah setempat. Para akademisi mengidentikan masyarakat pedalaman kepada

(33)

daerah papua, Kalimantan (sambas), dan masyarakat Bakumpai di Tumbang Samba Kalimantan Tengah.38

Pada masyarakat Kalimantan tengah sudah mengalami perubahan sangat pesat, perubahan tersebuh bisa dilihat dari kesadaran masyarakat menemukan bahwa setelah infrastruktur jalan dan jembatan dibangun, masyarakat tidak lagi sebagai penebang kayu illegal, bekerja di penambangan emas illegal, bekerja di prau kelotok, tetapi mereka beralih bekerja di bidang travel, angkutan barang, bekerja pada sektor perdagangan, pertanian dan perkebunan, perikanan air tawar (sungai), dan jasa lainnya; persepsi masyarakat sudah tumbuh kesadaran bahwa anak harus lebih cerdas, lebih tinggi bersekolah guna mencari ilmu dengan harapan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Bila melihat daerah kecamatan tiris kabupaten probolinggo, mempunyai kriteria masyarakat pedalaman, karena daerah tersebuh kondisi infrastruktu dan suprasetrukrulnya masih sangat jauh dari daerah lainya.Jalan sebagai ujung kemajuan desa masih magadam (krikil besar), listrik masih belum dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan, pendidikan masyarakat masih sangat rendah.39

38Suwarno, Perubahan pola pencaharian nafkah dalam kaitannya dengan persepsi

masyarakat pedalaman terhadap pendidikan (Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2012)

(34)

C. Dakwah Sebagai Prose Komunikasi

Dakwah sebagai proses informasi nilai-nilai keIslaman membutuhkan apa yang dimaksud dengan proses pengkomunikasian. Kandungan ajaran Islam yang didakwahkan merupakan sekeumpulan pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada manusia, jika dianalisa keseluruhan proses dakwah, sampai pada tahapan tanggapan Mad'u serta pelaksanaan ajaran kegamaan sebagai hasil dari proses dakwah, maka dapat dilihat bahwa terjadi keselarasan antara proses komunikasi dengan proses dakwah. Maka wajar saja jika banyak orang yang mengatakan bahwa proses dakwah merupakan proses komunikasi itu sendiri.40

Tentu saja yang dimaksud adalah proses komunkasi keagamaan, maka sebagaimana kebutuhan ilmu dakwah terhadap ilmu yang lain, disini ilmu dakwah dapat dikembangkan melalui ilmu komunikasi. Maka ilmu komunikasi juga menemukan bentuk yang sangat aplikatif dan responsifme yang sangat real dalam proses dakwah dapat menjadi uji coba dan alat ukur bagi perkembangan ilmu komunikasi ditingkat praktis dan dalam sekala lokal muslim Indonesia.

Baik komunikasi atau dakwah keduanya dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam proses secara langsung komunikasi ataupun dakwah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu verbal dan non verbal. Dalam penyampaian pesan verbal, komunikasi atau dakwah itu bisa bersifat satu arah ataupun dua arah. Dalam komunikasi atau dakwah non

40Willbur Schramm, Man, Message and Media (New York: Harper and Row Publisher,

(35)

verbal, kegiatan ini bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan atau iklan-iklan yang tujuannya perubahan sikap dan tingkah laku.Pesan dakwah, baiknya menggunakan dua bentuk penyampaian pesan dakwah.

Pertama verbal, dimana pesan komunikasi dakwah yang dilakukan menggunakan lisan atau ucapan.Kedua non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan. Dalam melakukan pendekatan kepada audiens menggunakan beberapa pendekatan.Yaitu, persuasive dan konversif. Perubahan tingkah laku akibat proses dari komunikasi atau dakwah tersebut adalah respon dari objek.

Respon yang ditanggapi secara positif akan melahirkan tingkah laku atau sikap sesuai dengan yang direncanakan oleh komunikator ataupun da’i. Adapun respon negatif adalah proses perlawanan sikap komunikan atau mad’u terhadap tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana respon merupakan proses reaksi dari aksi yang disampaikan oleh seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar.

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).41

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Yaitu suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat.42

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan menurut Danzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.43

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

42 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 38.

43 Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 4-5.

(37)

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.44

Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan dan Biklen mengajukan ada 5 ciri, yaitu :45

1. Latar Alamiah, dilakukan pada kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out come. 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu.46

44 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif” (Bandung: Alfabeta, 2008), 1. 45Ibid., 9-10.

(38)

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah karena dengan penelitian ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi satu dengan situasi yang lain, atau dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat menemukan hipotesis dan teori. Yaitu menggambarkan sebuah proses dan seperangkat kategori atau pola tentang bagaimana Motede dakwah Habib Muhammad Shadiq.

B. Subyek Dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah seorang tokoh yang aktif dalam dakwah Habib Muhammad Shadiq. Adapun identitas subyek penelitian lebih lengkap akan dijelaskan dalam penyajian dan analisis data.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah pada metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Muhammad Shadiq.

C. Sumber Data Dan Lokasi Penelitian

1. Sumber Data

(39)

a. Subyek penelitian, data yang diperoleh adalah diskripsi tentang Metode Habib Muhammad Shadiq. Hal ini diperoleh melalui observasi dan wawancara.

b. Dokumentasi, data yang diperoleh adalah data tentang aktivitas Habib Muhammad Shadiq serta berbagai dokumen penting lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang terkumpul dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer, dalam hal ini data yang dihimpun adalah diskripsi tentang dakwah Habib Muhammad Shadiq. Hal ini diperoleh melalui melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.

b. Data skunder, adalah informan yang dipilih peneliti. Data dihimpun melalui wawancara yang dijadikan pendukung dalam menggali dan melengkapi data penelitian ini.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pralapangan

(40)

a. Menyusun Rancangan Penelitian47

Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.48

Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih dahulu telah menggali informasi tentang obyek yang akan diteliti (meski secara informal), kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuan yang peneliti tekuni selama ini.

c. Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin bagi pelaksanaan penelitian.Tentu saja peneliti tidak mengabaikan izin meninggalkan tugas, misalnya meminta izin

47 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 86.

(41)

kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat, dan lain-lain.49

Dalam hal ini, sebelum melakukan penelitian (secara formal), peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian kepada akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel untuk kemudian diserahkan kepada Habib Muhammad Shadiq.

d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.50 Dalam hal ini, dalam upaya mengumpulkan informasi dari obyek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku dan alat tulis untuk mencatat hasil wawancara antara peneliti dengan informan. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tahap pekerjaan lapangan, yaitu: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, dan 2) Memasuki lapangan.51Artinya, sebelum memutuskan untuk melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu telah memahami tentang latar penelitian, kemudian peneliti mempersiapkan diri secara matang dan serius untuk mengkaji penelitian ini.Baru kemudian peneliti terjun ke lapangan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang dijadikan rumusan masalah.

49Ibid., 87.

(42)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.52

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan atau triangulasi.53

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan multi sumber bukti (trianggulasi) artinya tekhnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Trianggulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.54

52Moh. Nasir, MetodologiPenelitian (Jakarta : Galia Indonesia, 1988), 211. 53Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 62-63.

(43)

GAMBAR 4.1 TRIANGULASI SUMBER

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.55

a. Macam-macam wawancara :

Esterberg (2002 mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur) 1) Wawancara semiterstruktur

Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

(44)

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakkan oleh informan.

2) Wawancara tak berstruktur

Wawancara ini adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 56

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur dimana pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Alat-alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data ini adalah buku catatan, alat tulis, dan kamera. Alat-alat tersebut digunakan agar peneliti dapat mencatat dan mendokumentasikan data-data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan sumber.

2. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengamatan yang meliputi kegiatan pengamatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,

(45)

penciuman, pendengaran, peraba, apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung.57

Adapun macam-macam observasi, yaitu : a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. b. Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

c. Observasi tak berstruktur

Observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.58

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif karena peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti.Peneliti juga bisa melihat dan mengamati secara langsung,

57Moh. Nasir, MetodologiPenelitian, 211.

(46)

kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.59

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.60

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai, bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang kredibel.

(47)

Miller dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication. Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut :

GAMBAR 3.2 TEKNIK ANALISIS DATA

(Sugiyono, 2008)

1. Data Reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mefokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

Data olle tio

Data redu tio

Data display

(48)

diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai..61

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.62

3. Conclusion Drawing/verivication

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif Adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan dalam penelitian merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.Temua tersebut bisa berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.63

F. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan pemantapan validitas data. Sama

(49)

dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu studi tidak akan valid jika tidak reliable, maka penelitian kualitatif tidak akan bisa transferable jika tidak kredibel, dan tidak akan kredibel jika tidak memenuhi kebergantungan. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.64

Isu dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana.Bagaimana peneliti membujuk agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat dipercaya, atau dapat dipertimbangkan.Di bawah ini dikemukakan perbandingan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif dilihat dari segi konstruknya.65

Tabel 3.1 Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif

Konstruk Kuantitatif Kualitatif

Nilai Kebenaran Validitas Internal Kredibilitas (credibility) Aplikabilitas Validitas Eksternal Transferability (Keteralihan)

Konsistensi Reliabilitas Auditability/Dependability (Kebergantungan) Netralitas Obyektivitas Conformability (Kepastian) (Sugiyono, 2008)

Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data dan tidak menggunakan konsep validitas dan reliabilitas sebagaimana yang digunakan

(50)

dalam penelitian kuantitatif. Maka dalam penelitian ini akan menggunakan konsep kredibilitas untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang dijadikan obyek penelitian. Ukuran dari kredibilitas adalah deskripsi yang mendalam yang menjelaskan kompleksitas-kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.66

Pada uji kredibilitas penelitian ini menggunakan triangulasi dan menggunakan bahan referensi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.Namun yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi teknik pengumpulan data.

(51)

GAMBAR 3.2 TRIANGULASI TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(Sugiyono, 2008)

Triangulasi teknik pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner.Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.67

H. Jadwal Penelitian

Agar penelitian berjalan sesuai rencana, maka perlu dilakukan penjadwalan penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan jadwal penyelesaian kajian pustaka selama dua minggu, selanjutnya penggalian data dari lapangan juga dilakukan selama dua minggu.

67 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 127.

Doku e

(52)
(53)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Riwayat Hidup Habib Muhammad Shodiq

1. Sejarah Singkat Kehidupan Habib Muhammad Shodiq

Seorang habib merupakan kelompok elit dari sebagian masyarakat, baik dari segi pemahamaan keagamaan (ilmu agama) maupun dari segi sosial ekonomi68 sebab sebagai suatu kelompok habib/kiai memiliki pengaruh yang sangat kuat di dalam masyarakat.

Sebutan atau gelar habib dikalangan Arab-Indonesia dinisbatkan secara husus sebagai keturunan nabi Muhammad saw, melalui Fatimah az-Zahro yang memiliki putra Hasan dan Husein dan Ali Bin Abi Thalib atau keturunan dari yang berkaitan dari keluarga Nabi Muhammad (sepupu nabi Muhammad). Habib yang datang ke-Indonesia mayoritas keturunan dari Husain bin Ali Abi Thalib bin Abdul Mothalib dan Fatimah az-Zahroh bin Nabi Muhammad. Di lain pihak Ali bin Abi Thalib juga memilki keturunan dari istri-istri lainya. Gelar habib juga ditunjukan kepada mereka yang memilki pengetahuan ilmu agama Islam yang mumpuni dari keluarga tersebut. Panggilan habib juga panggilan kesayangan dari kakek kecucunya dari keluarga tersebut. Di Indonesia Habib semuanya memiliki moyang yang berasal dari Yaman dan Hadramaut .

68 Bisri Effendi, An-Nuqoyyah, Gerak Trasformasi Sosial Madura (Jakarta: P3M 1985), hal, 51

(54)

Para habib sangat di hormati pada masyarakat muslim Indonesia, khususnya di daerah pedalaman dan pedesaan karena sebagai tali pengetahuan murni dari Nabi Muhammad. Para habib di Indonesia sangat aktif melakukan dakwah Islam terhadap masyarakat, sudah tidak terhitung masyarakat non muslin masuk Islam karena dakwah habib, dan masyarakat atau individu muslim yang kurang mapan keIslamanya menjadi meningkat karena dakwah yang dilakukan habib.

Muhammad Shadiq dilahirkan di Desa Brani Kulon Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo pada tanggal 01 bulan juli tahun 1943. Beliau merupakan putra Habib Husein bin Hadi al-Hamid.69dan Nyai Halimah . Habib Muhammad Shadiq mempunyai rantai nasab yang nyambung sampai Nabi Muhammad Saw, pada saat sekarang Habib Muhammad Shadiq al-Hamid tinggal di Desa Brani Kulon RT.07 RW.02 Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.Istri beliau bernama syarifah Luluk al-Haddar namun telah meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 2011. Beliau dikaruniai 5 putra dan 3 putri.70yaitu:

1. Syarifah Nur al-Hamid (Alma) 2. Habib Muhammad al-Hamid 3. Habib Abdul Qadir al-Hamid 4. Habib Shihab al-Hamid (Alm)

69Habib Husein adalah Da’i yang berasal dari Hadramaut dan terkenal dengan kesabarannya dalam berdakwah dan merupakan tokoh dari beberapa Ulama berpengaruh di Indonesia.

(55)

5. Habib Mahdi al-Hamid 6. Habib Salim al-Hamid 7. Syarifah Jahrun al-Hamid

8. Syarifah Fatimah al-Hamid (Alma)

Habib Muhammad Shadiq memulai pendidikan formalnya di SD Brani Kulon dan pada sore hari, beliau belajar ilmu agama seperti al-Qur'an, fiqh, dan Hadis kepada Ayahnya, Sedangkan pada malam hari, beliau belajar al-Qur'an lagi kepada Ibundanya.Setelah lulus Sekolah Dasar, beliau melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah di Kraksaan yang diasuh oleh Alm.Habib Hasan al-Habsyi, madrasah ini lebih memfokuskan pelajarannya terhadap ilmu-ilmu Salaf seperti Riyadus Salihin, Fathul Qharib, Nahwu, Sharaf, balaghahdan lain-lain.

Lulus dari Ibtida’iyah, beliau meneruskan pendidikannya di Pondok Pesantren Darul Hadist al-Faqihiyah Malang yang diasuh oleh Alm. Habib Abdul Qadir Bilfaqih dan Alm. Prof. Dr. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih. Habib Muhammad Shadiq mondok di Darul Hadis al-Faqihiyah dan mengajar di pondok pesantren tahun 1965. Beliau merupakan murid kesayangan gurunya (Alm. Prof. Dr. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih), bahkan beliau sering menyiapkan tempat duduk dan meja kecil gurunya disaat akan mengajar.

2. Perjuangan Dakwah Habib Muhammad Shadiq

(56)

alm Prof. Dr. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, pada tahun (1968). Awal dakwah habib dengan mendirikan pesantren Ahlusunnah Waljamaah di Brani dimana Habib Muhammad Shadiq berdomisili, pendidiran pesantren ini didasarkan masih banyak pengetahuan masyarakat terhadap ilmu agama Islam yang masih kurang, dan degradasi moral masyarakat yang tidak memperdulikan syariat Islam dalam kesaharianya, hal itu didasarkan pada masyarakat di sekitar pesantren yang masyarakatya banyak mabuk-mabukan, judi.71

Dakwan yang lain Habib Muhammad Shadiq, melanjutkan perjuangan dakwah orang tuanya yang setiap hari menjadi tenaga pengajar Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Disisi lain dengan melanjutkan perjungan ayahya, habib juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan barokah dari almarhum KH. Muhammad Hasan Sepuh, sekaligus sebagai rasa tanggung jawab pengamalan ilmu yang didapatkan dari pesantren dimana dirinya nyantri.

Kealiman ilmu agama yang dimiliki oleh Habib Muhammad Shadiq, membuat dirinya menjadi rujukan bagi masyarakat desa Berani untuk menanyakan permasalahan yang hadapinya, dan tidak jarang para masyarakat berbondong-bondong kerumah habib Muhammad Shadiq menanyakan langsung permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat. Faktor yang lain masyarakat mempercanyai habib Muhammad Shadiq memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh orang lain, dari itu masyarakat juga

(57)

meminta jimat (sekep)72 kepada habib Muhammad Shadiq dengan dalih supaya apa yang diharapkan oleh masyarakat terkabulkan atas ridha dari Allah SWT.73

B. Diskripsi Singkat Lokasi Penelitian

Kecamatan Tiris merupakan salah satu desa di Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Probolinggo. Dibanding Kecamatan Besuki lanya,74 Kecamatan ini jaraknya sangat jauh dari ibu kota Probolinggo yang berjarak 30 km atau memakan waktu sekitar 1jam lebih jika ditempuh dengan kendaraan umum. Sehingga pantas jika desa ini disebut Tiris yang sekaligus juga menjadi nama dari Kecamatan Tiris.

Untuk memasuki Kecamatan Tiris terlebih dahulu melewati pondok Pesantren Zainul Hasan Genngong, Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Dan Kecamatan Maron, karena Kecamatan Tiris merupakan Kecamatan yang dataran tinggi anggkutan umum tidak masuk atau tidak ada, yang ada hanya anggkuta sepeda motor (ojek), setiap hari para ojek menanti para penumpang yang berasal dari masyarakat Tiris, tarif ojek juga berbeda-beda semakin tinggi dataran yang ditempuh semakin mahal pula ongkosnya ojek karena perhitungan jauh dan tingkat kesulitanya juga diperhitungkan juga.

Dari aktivitas keseharianya masyarakat Kecamatan Tiris bertani kebun, sayur-sayuran dan ternah sapi, untuk pekerja kantoron sangat sedikit,

72Amalan yang berikan oleh Kiai atau Habib kepada masyarakat yang dianggap oleh masyarakat memiliki kepampuan megatasi problem yang dihadapi oleh masyarakat

(58)

dari segi keagamaan masyarakat Kecamatan Tiris 99 persen muslim, tindakan keagamaan masyarakat sangat sensitif bila ditemukan masyarakat yang tidak menjalankan ajaran Islam hal itu dianggap yang menyimpang dari masyarakat itu sendiri. Disis lain sosial masyarakat Tiris masih paguyuban dan rasa gotong ronyong antar warga masih sangat kental hal itu ditunjukan dengan sikap saling membantu ketika masyarakat mempunyai hajat pernikahan, memperbaiki rumah, individu yang lain meskipun tidak disuruh masih membantu.

Informasi yang tersedia hanya telivisi itupun masih minoritas karena keterbatasan listrik yang masih terbatas dirasakan oleh masyarakat, disisi lain pemiliki televisi hanya dimiliki oleh masyarakat yang ekonominya sudah mapan, dari itu tidak heran penanaman nilai keagamaan yang dilakukan oleh para pelaku dakwah harus menggunakan metode yang bagus untuk memasukan nilai-nilai Islam, hal itu dikarenakan masyarakat kecamatan tiris yang tradisional berpengaruh terhadap rasa sensitifitas keagamaan.75

C. Penyajian Data

1. Metode Dakwah Habib Muhammad Shodiq

Da’i dalam subjek dalam kegiatan dakwah. Da’i memiliki peran dominan dalam menentukan keberhasilan dakwah Islamnya. Maka da’i harus benar-benar memiliki kemampuan yang baik dalam bidang dakwah Islam. Kemampuan seorang da’i dapat dilihat dari ilmu yang dimilikinya

(59)

dan metode yang digunkan dalam berdakwah. Metode dakwah adalah komponen Utama yang harus diketakui oleh seorang da’i. Da’i yang baik akan mampu memilih metode yang menurutnya baik dan sesuai dengan kemampuanya dan sasaran mad’unya.

a. Dakwah bil-lisan (Pengajian Umum/Ceramah Agama)

Metode yang digunakan oleh habib Muhammad Shadiq, menggunakan metode dakwah Al-Mau’izah Hasanah adalah memberi nasihat yang baik, dengan pendekatan dakwah bil-lisan. Bil lisan melalui kegiatan agama yang melibatkan mad’u dengan jumlah yang banyak. Ceramah adalah teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri karekteristik bicara dari seorang pelaku dakwah (da’i) pada suatu aktivitas dakwah.76

Dakwah dengan menggunakan ceramah agama menjadi sangat efektif untuk menanamkan ajaran Islam kepada masyarakat, khususnya di masyarakat pedalaman dan pedesaan. Dakwah bil-lisan yang masih menjadi tradisi bagi pelaku dakwah (da’i) dalam melakukan aktivitas dakwahnya masih trend dimasyarakat.Hal itu didasarkan ketika penulis sedang melakukan pengamatan terhadap pelaku dakwah ketika sedang berdakwah, dan masyarakat juga menginginkan dakwah bil-lisan tersebut, disisi lain dakwah dengan lisan (ceramah agama) menjadi permintaan dari masyarakat itu sendiri

Gambar

GAMBAR 4.1 TRIANGULASI SUMBER
GAMBAR 3.2  TEKNIK ANALISIS DATA
Tabel 3.1 Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
GAMBAR 3.2 TRIANGULASI TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Referensi

Dokumen terkait

Metode dakwah bil-hikmah yang digunakan oleh da’i Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat kepada masyarakat multietnik adalah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode penerapan nilai-nilai Islam yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam KUA Banggae Timur, sudah berjalan dengan baik dan

“Namanya juga seseorang yang berdiri didepan orang banyak, kalau saya menggunakan bahasa yang kurang berkenan di hati masyarakat atau orang yang mengikuti

Metode dakwah yang ketiga yang dipandang sangat tepat dan efektif bagi masyarakata desa Poco Rutang adalah metode tanya jawab (jadilhum billati hiya ahsan), membahas masalah

Pernikahan antara pihak sedulur sikep dengan non-sikep yang beragama Islam merupakan sebuah pertukaran budaya yang positif, bahwa sedulur sikep memiliki budaya