• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA ISLAM KUA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISLAM DI MASYARAKAT KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA ISLAM KUA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISLAM DI MASYARAKAT KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh A. MUTMAINNA NIM :105270010215

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)
(3)

iv

(4)

v

(5)

vi

ABSTRAK

A. MUTMAINNA, 105 270 010 215. 2020. Metode Dakwah Penyuluh

Agama Islam KUA Dalam Meningkatkan Pemahaman Islam di Masyarakat Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Dibimbing oleh Abbas dan Wiwik

Laela Mukromin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kondisi Keagamaan masyarakat di kecamatan Kahu dan Metode dakwah penyuluh agama Islam dalam meningkatkan pemahaman Islam di Masyarakat kecamatan Kahu. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Kahu kabupaten Bone yang berlangsung selama dua bulan, mulai dari tanggal 26 Juli samapai 26 Agustus.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi analisis yang menggunakan penghimpunan data yang actual. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data melalui Observasi, Wawancara serta dokumentasi dari sumber-sumber yang akurat guna mendapatkan hasil yang relevan. Sumber data yang digunakan adalah data primer seperti wawancara langsung dengan informan. Dan data sekunder atau data pendukung data primer seperti buku, internet, jurnal, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA dalam meningkatkan pemahaman Islam masyarakat di kecamatan Kahu, yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan pengajaran Ajaran Islam yang shahih, terhindar dari ajaran-ajaran yang menyimpang seperti Tahayyul, Bid’ah dan Khurafat, melalui pengajian Majelis Taklim, Tauziah-tauzih, pengaktifan kegiatan remaja masjid serta penanaman ajaran Islam sejak dini kepada anak-anak dengan membentuk Taman Kanak-Kanak/Taman Pengajian Al-Qur’an (TK/TPA) di masyarakat. Dengan metode tersebut

mampu memberikan pengajaran kepada masyarakat sehingga

pemahaman Islam masyarakat semakin meningkat. Memberikan penguatan pemahaman Islam kepada anak-anak dan remaja, sehingga terbentuknya generasi yang membudayakan ajaran Islam secara kaffah.

(6)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, karena atas segala limpahan rahmat, kuasa dan inayah-Nya sehingga tugas akhir skripsi ini yang berjudul “METODE DAKWAH PENYULUH AGAMA

ISLAM KUA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISLAM DI MASYARAKAT KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE’’

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad Saw, penutup para rasul yang dengan kehadiran beliaulah Allah Swt menyelamatkan manusia dari kesesatan. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini banyak dorongan serta bimbingan dari semua pihak.Untuk penulismengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, serta segenap Pembantu Rektor I, II, III, dan IV Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I,selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh pimpinan dan stafnya.

3. Dr. (HC) M.M Thayyib Khoory selaku Founder danDonatur Asia

(7)

viii

memberikan beasiswa kepada penulis sehingga proses

penyelesaian studi dapat berjalan dengan lancar.

4. Dr. Abbas, Lc., M.A., selaku ketua Prodi dan Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.Iselaku wakil ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh staf dan karyawannya.

5. Dr. Abbas, Lc., M.A., sebagai pembimbing I dan Wiwik Laela Mukromin,M.Pd.I sebagai pembimbing II yang telah memberikan bantuan bimbingan meluangkan waktu,tenaga dan pengarahan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Program StudiKomunikasidanPenyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

7. Ayahanda dan Ibunda serta kakak-kakak tercintadan Adik tersayang yang telah mendidik, mendoakan, memberikan bantuan moril dan materil untukpenulissampaipadatahapini.

8. Sahabat-sahabatseperjuangan Mahasiswa/Iangkatan 2015 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bantuan dan dukungannya.

9. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu.

(8)

ix

Penulis sangat menyadari bahwa tidak ada satupun yang sempurna didunia ini, Kebenaran selalu datang dari Allah dan kesalahan itu datang dari penulis sendiri, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi membekali penulis agar penulisan dapat lebih baik dimasa mendatang. Demikian harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Makassar,16 Rabiul Awal 1442 H

02 November 2020 M

Penulis

A. MUTMAINNA NIM: 105270010215

(9)

x

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah Dalam Perspektif Islam ... 5

1. Definisidan karakteristik ajaran Islam... 5

2. Dakwah dan landasan normatif dakwah Islam ... 10

3. Tujuan dakwah ... 14

4. Sifat-sifat Dai ... 18

5. Metode Dakwah ... 24

B. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam ... 30

1. Devinisi Kantor Urusan Agama ... 30

2. Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama ... 31

3. Penyuluh Agama Islam ... 33

(10)

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian... 42

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Fokus Penelitiandan Deskripsi Fokus Penelitian ... 43

D. Sumber Data ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IVHASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 48

1. Kantor Urusan Agama (KUA) ... 48

2. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kahu ... 54

3. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)... 55

4. Data pegawai ... 55

5. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) ... 56

6. Penyuluh Agama Islam ... 57

B. Kondisi Keagamaan Masyarakat di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 58

C. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam KUA dalam Meningkatkan ajaran Islam di Masyarakat Kecamatan Kahu Kabupaten Bone .... 60

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I : JumlahPenduduk ... 49

Tabel II : SaranaAtauTempatIbadah ... 50

Tabel III : MejelisTaklim ... 51

Tabel IV : CatatanSementaraRujuk Dan Talak ... 52

Tabel V : Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) KecamatanKahu ... 53

Tabel VI : StafAtauJabatan ... 56

Tabel VII : PembantuPegawaiPencatatanNikah (P3N) ... 56

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehidupan modern sekarang ini telah membawa perubahan mendasar terhadap struktur masyarakat dan mental manusia. Di antara perubahan itu adalah cara manusia berfikir terhadap agama dan tradisi intelektualisme yang berkembang didalamnya. Hal ini bisa dipahami karena struktur berfikir manusia sangat terkait dengan kehidupan sejarah

yang melatar belakanginya.1

Perlu diadakan revolusi intelektual dalam membentuk ide, iman dan pandangan moral masyarakat kedalam bentuk yang islami. Mempengaruhi sistem pendidikan dan berusaha menghidupkan kembali ilmu-ilmu pengetahuan dan sikap yang islami secara umum.

Pembaruan dalam praktek, yaitu memberantas semua kebiasaan yang menyimpang, mensucikan moral, serta mewariskan semangat melaksanakan syariah dan mempersiapkan orang-orang yang mampu

melaksanakan kepemimpinan secara islami.2

Bertitik tolak pada persoalan diatas, maka adanya penyuluh agama KUA dapat dijadikan sebagai wadah komunikasi dakwah dalam kegiatan

pendidikan Islam dalam masyarakat, memberikan penguatan

pemahaman, dan pengamalan nilai-nilai Islam, sehingga pemahaman

1

Wahyudi, Islamologi Terapan, (Gitamedia Press 1997), h. 1.

2

Abdul A`la Maududi , Gerakan Kebangkitan Islam, (Cet, I; Bandung : Risalah, 1984), h. 45

(13)

keislaman masyarakat menjadi paripurna (kaffah). Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) : 208

ۡمُكَل ۥُهَّنِإ ِِۚنَٓطۡيَّشلٱ ِتَٓوُطُخْاوُعِبَّتَ ت َلََو ةَّفأاَك ِم

ۡلِ

ّسلٱ ِفِ ْاوُلُخ

ۡدٱ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأَٓيَ

ينِبُّمّوُدَع

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”3

Pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai dan ajaran Islam masih perlu ditingkatkan. Dan ini menjadi tanggung jawab serta kewajiban bersama bagi setiap muslim, ulama dan tokoh agama serta pemerintah.

Usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimana pun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Penyelenggaraan usaha dakwah Islam, terutama dimasa depan akan semakin bertambah dan kompleks. Hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks pula.

Pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama dan Penyuluh Agama adalah ujung tombak yang berperan penting dalam upaya membimbing masyarakat memahami ajaran Agama dan mengamalkan secara berkualitas. Untuk mewujudkan dan menumbuhkan pengajaran

3

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, (Jakarta : Penerbit Surprise, 2012), h. 33

(14)

agama dibutuhkan tokoh-tokoh agama seperti para penyuluh yang ada di Kantor Urusan Agama.

Penulis melihat, tidak adanya wadah komunikasi dakwah yang dapat mewadahi para Dai didaerah tersebut, sehingga aktivitas dakwah diwadahi oleh Kantor Urusan Agama oleh para penyuluh Agama.

Dengan adanya Penyuluh Agama di Kantor Urusan Agama kecamatan, memberikan pencerahan dan bimbingan keagamaan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat merealisir ajaran agama Islam secara kaffah, meninggalkan ajaran budaya yang menyimpang, seperti

tahayyul, churafat dan bid`ah.4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat di kecamatan Kahu?

2. Bagaimana Metode Dakwah Penyuluh Agama KUA dalam meningkatkan Pemahaman Islam di masyarakat kecamatan Kahu, kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat di kecamatan Kahu.

2. Untuk mengetahui bagaimana Metode Dakwah Penyuluh Agama KUA dalam meningkatkan Pemahaman Islam di masyarakat kecamatan Kahu, kabupaten Bone.

4

(15)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian selalu dipenuhi dengan manfaat penelitian, demikian pula dalam penyusunan karya ilmiah ini. Manfaat yg diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Manfaat secata teoritis yaitu agar mahasiswa dapat

mengembangkan teori dan konsep dan tentunya dapat

dipergunakan dalam penelitian-penilitian berikutnya. 2. Manfaat secara praktis

Manfaat secara praktis yaitu dengan adanya hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang sejenis.

(16)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah Dalam Perspektif Islam

6. Definisi dan karakteristik ajaran Islam

Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaiu sisi kebahasan dan sisi peristilahan.

Dari segi kebahasan, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti

berserah diri masuk dalam kedamaian.5

Senada dengan pendapat diatas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah menjadi kata Islam yang mengandung arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut dijamin

keselamatannya di dunia dan akhirat.6

5

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980), h. 2

6

(17)

Dari pengertian kebahasan ini, kata Islam dekat dengan arti kata

agama yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan

dan kebiasaan. Senada dengan itu, Nurcholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan merupakan hakikat dari pengertian Islam. Sikap ini tidak saja merupakan ajaran Islam ajaran Tuhan kepada hamba-Nya, tetapi ia diajarkan oleh-Nya dengan disangkutkan kepada alam manusia, sehingga pertumbuhan perwujudannya pada manusia selalu bersifat dari dalam, tidak tumbuh, apalagi dipaksakan dari luar, karena cara yang demikian menyebabkan Islam tidak otentik, karena kehilangan dimensinya yang paling mendasar dan mendalam, yaitu kemurnian dan

keikhlasan.7

Sedangkan kata Islam menurut istiah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah Swt, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Posisi nabi dalam agama Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian dan contoh praktiknya. Namun keterlibatan ini masih

dalam batas-batas yang dibolehkan Tuhan.8

7

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban,Sebuah Tela`ah Kritid tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), cet. II,

h. 426

8

(18)

Islam adalah agama dakwah. Yaitu, agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan

sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.9

Sebagai ummat muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk, itu seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Disinilah letak pentingnya kita, memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam cengan baik. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) : 208

أاَك ِم

ۡلِ

ّسلٱ ِفِ ْاوُلُخ

ۡدٱ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأَٓيَ

ينِبُّمّوُدَع ۡمُكَل ۥُهَّنِإ ِِۚنَٓطۡيَّشلٱ ِتَٓوُطُخْاوُعِبَّتَ ت َلََو ةَّف

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”10

Terbentuknya mujtama` Islam, sebuah masyarakat yang memiliki ciri khas dan berbeda dengan masyarakat lainnya, merdeka dari ikatan dan system serta undang-undang yang lain, masyarakat yang terpancar

9

Rosyad Soleh, Manajemen Dakwah Islam, (Cet. 1;Yogyakarta :Surya Sarana Grafika, 2010), h. 1

10

(19)

dari satu prinsip yaitu aqidah islamiah. Dan sesungguhnya dasar utama yang membuat kokohnya dan menjadi penggerak kondisi masyarakat Islam adalah akidah, yaitu akidah yang tercermin dalam beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan takdir Allah. Tugas utama yang diamanahkan Allah kepada umat Islam sebagai masyarakat yang memiliki keistimewaan, tidak lain kecuali memberika petunjuk kepada manusia menuju kebaikan yang dibawa oleh Islam dan memelihara akidah Islam para pengikutnya. Kemudia membersihkan masyarakat dari kedzaliman masyarakat lainnya melalui suatu invasi yang bersih, mengangkat manusia melalui system dan perilakunya dan dalam segala aspek kehidupan menuju puncak kemuliaan, karena Islam merupakan agama yang sempurna dan komprehensip, mampu mendisiplinkan kehidupan umat manusia secara keseluruhan, baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan system-system yang lainnya yang selalu ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Karena Islam tidak menyelesaikan segala urusan yang beragam ini secara parsial dan berpecah-pecah, namun semuanya telah ada dalam syariat Islam dengan manhaj yang satu dan sumber yang satu yaitu Allah Swt melalui lisan rasulullah Saw. Tidak ada dalam akidah yang terpisah, system dan syariat yang berpencar-pencar, tidak juga ibadah dan muamalah, namun semua adalah satu dan semuanya adalah ibadah.

Namun disamping itu ada juga ciri khas ajaran Islam yang lain, yaitu penafian akan perpecahan antara sesama anggota masyarakat,

(20)

semuanya adalah satu, berada dalam satu tubuh yaitu al-Islam, tidak ada yang saling memiliki kelebiha antara satu dengan yang lainnya. Yang membedakan mereka di sisi Allah adalah taqwa.

Masyarakat Islam tidak tumbuh dengan tangan hampa tanpa ada system dan syariat, karena hal tersebut merupakan keharusan guna

memberikan batasan dalam geraknya agar tidak mengalami

penyimpangan kepada jalan yang lain saat akan membentuk masyarakat yang baik, karena syariah merupakan fenomena yang penting dalam perkembangan suatu masyarakat. dan akan terus sejalan dengan perkembangan zaman dan berada disampingnya yang akan selalu memenuhi panggilan, sehingga Islam terus mengalami perkembangan dan pembaharuan. Karena bukanlah masyarakat Islam yang yang membentuk dan merekayasa undang-undang (syariah) namun syariahlah yang membentuk masyarakat Islam. Syariahlah yang memberikan batasan-batasan baik ciri dan karakteristinya, syariahlah yang menunjuki jalan, dan syariah juga tidak hanya menjawab setiap peristiwa yang sifatnya sementara saja, seperti yang terjadi pada undang-undang konvensional, namun syariah merupakan manhaj Ilahi yang selalu mengikuti perkembangan kehidupan manusia secara keseluruhan, serta mendorongnya kepada kondisi menuju kesempurnaan dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang di idam-idamkan.

Adapun ciri-ciri masyarakat islami diantaranya sebagai berikut : a. Adanya kemauan untuk hidup lebih baik

(21)

b. Berlaku jujur dan adil dalam masyarakat pluralistik c. Marhamah dan menabur kerahmatan

d. Adanya keshalehan pribadi dan sosial

e. Toleran terhadap sesama dalam perbedaan f. Memiliki budaya kritik membangun

7. Dakwah dan landasan normatif dakwah Islam

Pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu menjamin bahwa orang itu dapat memahami dengan baik pengertian yang dikandung oleh istilah tersebut. Demikian pula terhadap istilah dakwah. Meskipun istilah tersebut sudah cukup populer dimasyarakat, akan tetapi belum tentu setiap orang dapat memahami pengertian dakwah itu dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap orang yang akan melakukan pembahasan tentang dakwah, untuk terlebih dahulu memahami arti perkataan dakwah itu, baik ditinjau dari segi bahasa, maupun istilah.

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da`a,

yad`u, da`wan, du`a yang diartikan sebagai mengajak/menyeru,

memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, indzhar, washiyah, tarbiyah,

ta`lim, dan khotbah.11

Secara terminologis, pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia

11

M. Munir, S.Ag.,M.A, Wahyu Ilahi, S.Ag.,M.A, Manajemen Dakwah, (Jakarta: 2006, Cet.1) h. 17

(22)

akhirat. Sementara itu para ulama memberikan definisi yang bervariasi, antara lain:

1) Ali makhfudh dalam kitabnya “Hidayatulah Mursyidin” mengatakan,

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (Agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2) Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al-Dakwah ila al Islah”

mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr

makhruf mahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan

dan kebahagiaan didunia dan diakhirat.

3) Ahmad Ghalwasy dalam bukunya “ad Dakwah al Islamiyyah”

mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan Islam, baik itu akidah, syariat, maupun akhlak.

4) Nasaruddin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariah serta akhlak islamiah.

5) Menurut M Quraish Shihab dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi

(23)

yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Terwujudnya dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai

aspek.12

Dalam rumusan lain, dakwah diartikan sebagai proses internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan aktualisasi penghambaan kepada Allah yang berkaitan dengan sesama manusia yang melibatkan dai, maudhu, uslub, wasilah, dan mad`u dalam mencapai tujuan tertentu.

Dari sejumlah pengertian diatas, dapatlah dipahami bahwa pada intinya arti dakwah tersebut adalah segala aktivitas dan kegiatan mengajak orang untuk berubah dari suatu situasi yang mengandung nilai bukan islami kepada nilai yang islami. Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud perilaku keislaman muslim yang melibatkan unsur da`i, pesan, media, metode, mad`u, dan respons. Tujuannya tidak terlepas dari upaya untuk merubah pemahaman, sikap dan perilaku mad`u ke arah yang sesuai dengan pesan dakwah dalam rangka memperoleh

ridha Allah SWT.13

12

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194

13

(24)

Adapun landasan dakwah yaitu sebagaimana dalam Firman Allah dalam QS. Ali-Imran (3) : 104

ِۡيَ

ۡلۡٱ َلَِإ َنوُعۡدَي ةَّمُأ ۡمُكنِّم نُكَتۡلَو

ُمُه َكِئأَٓلْوُأَو ِِۚرَكنُم

ۡلٱ ِنَع َنۡوَهۡ نَ يَو ِفوُرۡعَمۡلٱِب َنوُرُمَۡيََو

نوُحِل

ۡفُمۡلٱ

Terjemahnya :

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umatbyang menyeru kepada kebajikan, menyeruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang

beruntung.”14

Perintah untuk berdakwah sebagai mana hadis Rasulullah

ةَيآ ْوَلَو ِّنَِع اوُغِّلب

Artinya :

“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.”15

Juga dalam hadis :

مهعدا : لاقف ,نميلاىلإ رضي الله عنه اذاعم تعب صلى الله عليه وسلم بينلا نأ :امهنع الله يضر سابع نبا نع

الله نأ مهملعأف ,كلاذل اوعاطأ مه نإف ,الله لوسر نيأ و ,الله لَإ هلإ لَ نأ ةداهش لَإ

مهئارقف ىلع درت و مهئ اينغأ نم ذخؤت ملهاومأ فِ ةقدص مهيلع ضترفا دق

Artinya :

Diriwatkan dari Ibnu Abbas RA. Bahwasanya, Rasulullah mengutus Bilal ke penduduk Yaman, dan berkata padanya : “dakwahkanlah mereka kepada syahadat tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, apabila mereka menaatimu, maka ajarilah mereka bahwasanya Allah mewajibkan lima kali sholat sehari semalam atas diri mereka, apabila mereka menaati hal itu, maka ajarilah mereka bahwasanya Allah mewajibkan zakat

14

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 64

15

(25)

pada harta mereka diambil dari orang-orang kaya diantara mereka

dan dikembalikan kepada orang-orang miskin.16

8. Tujuan dakwah

Dakwah merupakan upaya menyeru manusia menuju jalan Allah (Islam) dengan melakukan perubahan-perubahan ke arah positif yang di ridhai Allah, dari budaya jahiliyah menuju budaya islamiyah, dari kesesatan menuju jalan yang lurus (shiratal mustaqim) dengan tujuan utamanya yaitu untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud yaitu yang berkaitan dengan upaya untuk mempengaruhi seluruh lingkup kehidupan manusia yang meliputi cara berpikir, bersikap, dan berprilaku, dalam kehidupan sehari-harinya dan juga kehidupan sosiokulturalnya dalam rangka mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam kedalam seluruh lini kehidupan mereka.

Tujuan sebagaimana di atas sejatinya merupakan suatu usaha membina masyarakat agar terjadi perubahan dalam diri mereka, berkelakuan baik, dapat bersifat adil, baik dalam masalah pribadi maupun keluarga serta masyarakat, sehingga terjadi perubahan dari paradigma

way of thinking yang diajarkan oleh Islam menuju perubahan way of life

atau cara mereka dalam menjalankan hidupnya. Perubahan tersebutlah yang merupakan esensi yang diharapkan dari tujuan dakwah islamiyah.

Berkenaan dengan tujuan dakwah, tentunya tidak bisa terlepas dari Rasulullah yang merupakan Rasul pembawa misi dakwah dari Tuhan

16

Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail, Ta`liqul Musthafal Bagha, (Jilid: 4 no 2942, Cet: Dar Thuq), h. 47

(26)

semesta alam. Beliau membawa amanah suci yang bertugas untuk merubah akhlak manusia. Adapun perubahan akhlak yang dimaksudkan adalah Al-Qur’an itu sendiri, karena Al-Qur’an lah yang merupakan pedoman hidup manusia. Jika manusia mau berpegang teguh pada intisari ajaran Al-Qur’an, maka mereka tidak akan tersesat untuk selama-lamanya sebagaimana disebutkan dalam hadis:

ُتْكَرَ ت

ِْفِ

ْمُك

ِنْيَرْمَأ

ْمُتْكَّسَمَتْ نِإاَماًدَبَأُاوّلِضَتْ نَل

اَمِِبِ

:

ِللَبَاَتِك

َةَّنُسَو

ِهِلْوُسَر

Artinya:

“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selamanya selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab

Allah (Al-Qur’an) dan sunah Rasul-Nya (hadis).”17

Jelaslah bahwa dengan berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadis, maka manusia dapat selamat dunia dan akhirat. Dengan demikian, maka tujuan dakwah islamiyah yaitu merubah manusia ke arah yang lebih baik dan diridhai Allah akan tercapai.

Secara umum, tujuan dakwah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Dakwah bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan untuk mempersatukan umat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. As-Syura (42) : 13

لٱ َنِّم مُكَل َعَرَش

ۡنَأ ٰٓۖأٓىَسيِعَو ٓىَسوُمَو َميِهَٓرۡ بِإ أۦِهِب اَنۡ يَّصَو اَمَو َكۡيَلِإ أاَنۡ يَحۡوَأ أيِذَّلٱَواحوُن ۦِهِب ٓىَّصَو اَم ِنيِّد

ِِۚهۡيَلِإ ۡمُهوُع ۡدَت اَم َينِكِرۡشُم

ۡلٱ ىَلَع َرُ بَك ِِۚهيِف ْاوُقَّرَفَ تَ ت َلََو َنيِّدلٱ ْاوُميِقَأ

17

(27)

Terjemahnya :

“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan

kepada mereka.”18

b. Dakwah bertujuan mengajak manusia agar menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Mengenai hal ini terdapat dalam QS. Ar-Ra’d (13) : 36

ِۚۥُهَضۡعَ ب ُرِكنُي نَم ِباَز ۡحَ

ۡلۡٱ

َنِمَو

َكۡيَلِإ َلِزنُأ أاَِبِ َنوُحَر

ٰٓۖ

ۡفَ ي َبَٓتِكۡلٱ ُمُهَٓنۡ يَ تاَء َنيِذَّلٱَو

َدُبۡعَأ

ۡنَأ ُتۡرِمُأ أاََّنَِّإ ۡلُق

َم ِهۡيَلِإَو ْاوُعۡدَأ ِهۡيَلِإ

أۦِهِب َكِر ۡشُأ أَلََو ََّللَّٱ

ِۚ

َ

ِبا

Terjemahnya :

“Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka, bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan diantara golongan-golongan Yahudi yang bersekutu ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah, "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Hanya kepada-Nya

aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.”19

c. Dakwah bertujuan mengembalikan manusia pada fitrahnya, dakwah senantiasa mengajak dan menuntun manusia menuju ke jalan yang lurus. Hal ini sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Mu’minun (23) : 73

ميِقَت ۡسُّم طَٓرِص َٓلَِإ ۡمُهوُع

ۡدَتَل َكَّنِإَو

Terjemahnya:

18

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 485

19

(28)

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar

menyeru mereka ke jalan yang lurus.”20

d. Tujuan dari dakwah yaitu menghidupkan hati yang keras dan telah mati, agar mereka menerima ajaran Islam dan mentaatinya. Hal tersebut dikarenakan, manusia yang berakhlak rendah maka derajatnya lebih rendah dimata Allah dibandingkan binatang. Oleh karena itu dengan dakwah islamiyah maka diharapkan hati akan kembali terbuka menerima hidayah dari Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal (8) : 24

َّنَأ ْاأوُمَلۡعٱَو

ٰٓۖۡمُكيِيُۡيُ اَمِل ۡمُكاَعَد اَذِإ ِلوُسَّرلِلَو َِِّللَّ ْاوُبيِجَتۡسٱ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأَٓيَ

َ ۡينَ ب ُلوَُيُ ََّللَّٱ

َنوُرَش

ُۡتُ ِهۡيَلِإ أۥُهَّنَأَو ۦِهِبۡلَ قَو ِءۡرَمۡلٱ

Terjemahnya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Patuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila ia meyerumu kepada sesuatu yang memberi

kehidupan kepadamu...”21

Sedangkan jika dilihat dari aspek fungsinya, maka dakwah islamiyah menurut Awaludin Pimay kurang lebih memiliki dua tujuan yaitu umum dan khusus. Tujuan umum dakwah yaitu untuk menyelamatkan manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang benderang (Islam), menyelamatkan mereka dari jalan yang sesat menuju jalan yang lurus (tauhid), kesmuanya itu dalam ranga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan khusus dakwah sesuai dengan kondisi zaman sekarang ini yaitu:

20

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 347

21

(29)

1. Merealisasikan ajaran Islam secara kaffah (holistik) sehingga dapat terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kehidupan beragama yang islami.

2. Mengontrol keberlangsungannya agama agar tidak terjadi

penyimpangan dalam menjalankan agama.

3. Mewujudkan masyarakat muslim yang dapat dibanggakan dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara, hidup rukun dan saling menghormati sehingga dapat tercipta masyarakat yang baldatun

toyyibatun warobbun ghafur.

Tujuan dakwah para rasul juga para pengikutnya, secara keseluruhan ialah mengeluarkan manusia dari gelapnya kejahilan menuju cahaya Allah SWT. Ini merupakan tugas sangat mulia, tugas para dai.

9. Sifat-sifat Dai

a. Beriman dan bertakwa kepada Allah

Kepribadian dai yang terpenting adalah iman dan takwa kepada Allah, sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak dai. Seorang dai tidak mungkin menyeru mad`u`nya (sasaran dakwah) beriman kepada Allah SWT, kalau ia sendiri tidak beriman. Tidak pula ia dapat mengajarkan takwa jika ia tidak mengetahui hakekat ketakwaan. Dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2) : 44

َنوُلِقۡعَ ت َلََفَأ َِۚبَٓتِك

ۡلٱ َنوُلۡ تَ ت ۡمُتنَأَو ۡمُكَسُفنَأ َنۡوَسنَتَو ِِّبۡلٱِب َساَّنلٱ َنوُرُمَۡتََأ

(30)

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.”

b. Ahli taubat

Sifat taubat yang ada pada diri dai berarti ia harus mampu untuk lebih menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa dibandingkan dengan orang-orang yang menjadi mad`unya. Jika ia merasa telah melakukan dosa atau maksiat, maka hendaklah ia bergegas untuk bertaubat dan menyesali atas perbuatannya dengan mengikuti panggilan ilahi. Dalam diri seorang dai juga harus tertanam bahwa nabi Muhammad sebagai seorang nabi yang telah dijaga dan dijanjikan Allah akan terhindar dari dosa (ma`sum) setiap hari senantiasa memohon ampun dan bertobat

kepada Allah SWT.22

c. Ahli ibadah

Seorang da`i adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam setiap gerakan, perbuatan, maupun perkataan dimanapun dan kapanpun, dan segala ibadahnya ditujukan dan diperuntukan hanya kepada Allah, dan bukan karena manusia (riya). Allah berfirman dalam QS. Al-An`am (6) : 162

َينِمَلَٓع

ۡلٱ ِّبَر َِِّللَّ ِتِاََمََو َياَيَۡمََو يِكُسُنَو ِتَِلََص َّنِإ ۡلق

Terjemahnya :

22

(31)

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

d. Amanah dan shidiq

Amanah (terpercaya) dan shidiq (jujur) adalah sifat utama yang harus dimiliki seoramg dai sebelum sifat-sifat yang lain karena ia merupakan sifat yang dimiliki oleh seluruh para nabi dan rasul. Amanah dan shidiq adalah dua sifat yang selalu ada bersama, karena amanah selalu bersama shidiq (kejujuran) maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak ada manusia terpercaya yang tidak jujur. Amanah dan shidiq merupakan hiasan para nabi dan orang-orang yang yang sholeh, dan mestinya juga menjadi hiasan dalam pribadi da`i, karena apabila seorang da`i memiliki sifat terpercaya dan jujur maka

mad`u juga akan cepat percaya dan menerima dakwahnya.23

e. Tawadhu

Tawadhu` ialah merendahkan diri dan penuh cinta kasih terhadap orang-orang yang beriman, terlebih lagi terhadap mereka yang muallaf (orang yang baru memeluk Islam), agar iman mereka semakin teguh. Sungguh indah apa yang disebutkan dalam Alqur`an:(QS. Asy-Syuara` (26) : 215

23

(32)

َينِنِمۡؤُم

ۡلٱ

َنِم َكَعَ بَّ تٱ ِنَمِل َكَحاَنَج

ۡضِفۡخٱَو

Terjemahnya:

“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.”

Sifat tawadhu` merupakan hiasan dan akhlak orang-orang shalih. Orang yang tawadhu tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong dan selalu menjaga agar dirinya tetap dihargai orang lain menurut apa adanya. Seorang dai yang tawadhu selalu menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan yang berlebih-lebihan, selalu bersikap toleran terhadap sesamanya, menghormati dan menghargai pendapat orang lain, serta pandai bergaul.

Diantara sifat tawadhu` ialah manis dalam bertutur kata, cerah muka dan ramah ketika bertemu dengan orang lain, tidak kasar dan tidak mudah memberi hukuman kepada seseorang ketika bersalah. Apabila ada seseorang geram dan marah, akan dihadapinya dengan tenang. Sifat ini merupakan Uswah dan

qudwah (teladan) dari Rasulullah saw, bagi para dai dan

mubaligh.24

f. Sederhana dan jujur

Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah, sederhana bukan berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini adalah tidak bermegah-megahan, angkuh dan

24

(33)

lain sebagainya, sehingga dengan sifat sederhana ini orang tidak

merasa segan, takut kepadanya.25

Sedangkan kejujuran adalah penguatnya, karena tanpanya perkataan seseorang tidak tidak akan didengar, terlebih dipercaya. Jujur berarti benar dalam ucapan sesuai dengan kata hati yang

sesungguhnya. Tidak menutup-nutupi kebenaran ataupun

kesalahan. Yang pada hakikatnya, sifat jujur itu teguh dalam mempertahankan kebenaran. Lanjutan dari sifat jujur adalah

istiqomah. Tidak sepantasnya seorang da`i berdusta, sebab dusta

hanya akan merugikan diri sendiri. g. Sifat semangat (Antusiasme)

Semangat juang harus dimiliki seorang dai sebab dengan sifat antusias ia akan terhindar dari rasa putus asa, kecewa dan lain sebgainya, sifat-sifat ini tentu dimiliki setiap rasul, dimana didalam memperjuangkan agama Allah tanpa putus asa meskipun berbagai macam corak cobaan, gangguan, dan godaan yang menghalanginya. Begitu pula seharusnya seorang dai penerus perjuangan Rasulullah untuk selalu antusias dan tidak berputus asa dalam berdakwah.

h. Memiliki jiwa toleran

Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian dan dapat mengadaptasi diri sendiri positif (menguntungkan diri

25

(34)

sendiri maupun orang lain). Bukan toleransi dalam arti mengikuti jejak lingkungan. Sebagai mana dalam firman Allah QS. Al-Kafirun (109) : 626

ِنيِد َِلَِو ۡمُكُنيِد ۡمُكَل

Terjemahnya:

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”27

i. Cerdas dan bersih

Agar dakwahnya berhasil, maka seorang dai harus memiliki dua sifat ini, yaitu “cerdas dan bersih”. Yang dimaksud cerdas disini adalah cerdas akalnya. Tidak harus cerdas yang brilian, tetapi cukuplah apabila ia dapat memandang segala sesuatu secara proporsional, tidak ditambah atau dikurangi. Sebab ada sebagian da`i memiliki pola pikir yang kacau. Tidak tepat ketika mempersepsikan realita, sehingga menganggap adat sebagai ibadah, sunnah sebagai hal yang wajib, dan penampilan fisik sebagai terapi penyelesaian kasus-kasus yang timbul, serta menyebabkan kegagalan yang serius dalam dakwah.

Sifat bersih disini adalah bersih hati. Yang dimaksud bukanlah seperti bersihnya malaikat, tetapi hati yang dapat mencintai dan menyayangi orang lain. Tidak bersuka ria atas kesalahan dan penderitaan orang lain. Bahkan merasa sedih atas

26

St Rahmatiah, Psikologi Dakwah suatu Pengantar, h. 160

27

(35)

kesalahan mereka dan berharap agar mereka mendapat jalan

hidayah dari Allah Al-Hadi.28

j. Tidak memelihara penyakit hati

Sombong, dengki, ujub, takabur, hasud, dan iri harus disingkirkan dari sanubari seorang dai. Tanpa membersihkan sanubari dari sifat-sifat tersebut, tidak mungkin tujuan dakwah akan tercapai.29

Sesungguhnya penyakit-penyakit hati itu lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakit tubuh. Yang paling besar bahanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudharat atas seseorang dalam agamanya. Penyakit hati lebih berbahaya karena ia tidak terjangkau secara inderawi dan tidak menimbulkna rasa sakit, semakin sulitlah ia untuk di ketahui dan ditemukan. Perhatian kepadanya sangat

sedikit dan daya upaya untuk mengobatinya pun lemah sekali.30

10. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkatan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos artinya jalan. Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode

28

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`i, h. 203

29

Faisal, Psikologi Dakwah, h. 96

30

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da`i, h. 216

(36)

berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Sedangkan arti dakwah menurut pandangan Ilmuwan adalah sebagai berikut :

1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah salah satu proses

menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud

memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaaan lain.

2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar

mereka mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.31

Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali, bahwa amr makhruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak

dalam dinamika masyarakat Islam.32

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh sorang dai (Komunikator) kepada mad`u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar

31

M.Yunan yusuf, dkk. Rahmat semesta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003, Cet. Ke-1) h.6

32

Beliau adalah seorang ulama besar, pemikir muslim zaman klasik, hidup sampai awal abad ke-12, pendapatnya dituangkan dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin.

(37)

hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented

menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.33

Pada dasarnya, metode dakwah itu sangat banyak jumlahnya, dalam Al-Qur`an telah dijelaskan dan diuraikan secara gamblang, melalui ayat-ayatnya yang penuh makna, mengetuk hati serta pandangan orang-orang yang mau memikirkannya. Adapun metode dakwah ini menjadi sedemikian beragam adalah disebabkan oleh milieu yang berbeda,

karakter serta tingkatan berpikir mad`u yang tidak sama.34 Terkadang

seorang da`i dalam suatu lingkungan masyarakat akan memerlukan banyak metode dengan berbagai kombinasinya. Cukup banyak metode atau strategi yang telah dipraktekkan oleh para da`i dalam menyampaikan pesan dakwahnya, seperti ceramah, tausiah, nasehat, diskusi, bimbingan keagamaan, uswah dan qudwah hasanah, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Sebagaimana firman Allah, Q.S: An-Nahl:125:

ُه َكَّبَر َّنِإ

ُنَس

ِۚ

ۡحَأ َيِه ِتَِّلٱِب مُ

ۡلهِدَٓجَو ِٰٓۖةَنَسَۡلۡٱ ِةَظِعۡوَمۡلٱَو ِةَمۡكِۡلۡٱِب َكِّبَر ِليِبَس َٓلَِإ ُعۡدٱ

َو

َنيِدَت ۡهُم

ۡلٱِب

ُمَل

ۡعَأ َوُهَو ۦِهِليِبَس نَع َّلَض نَِبِ ُمَلۡعَأ

Terjemahan:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

33

M.Yunan yusuf, Metode Dakwah, h. 7

34

(38)

Dari ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :

a. Al-Hikmah

Kata “hikmah” dalam al-Qur`an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma`rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezhaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas

dakwah.35

Ibnu Qayyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang

paling tepat adalah pengetahuan tentang kebenaran dan

pengalamannya, ketetapan dalam perkataan dan pengalamannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami al-Qur`an,

mendalami syariat-syariat Islam serta hakikat Iman.36

Adapun pendapat Syekh Muh Abduh dalam Tafsir Al Manar, hikmah adalah memahamkan rahasia dan faidah tiap-tiap sesuatu. Hikmah adalah ilmu yang shahih (benar dan sehat) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat

berguna).37

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad`u yang beragam tingkat

35

M.Yunan yusuf, Metode Dakwah, h. 8

36

Ibnu Qayyim, At Tafsirul Qayyim, h. 226

37

(39)

pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para dai memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad`u dengan tepat. Oleh karena itu, para dai dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan Qalbunya.

Metode bil-hikmah biasanya di gunakan pada golongan cendekia-cendekia yang cinta akan kebenaran dan dapat berpikir kritis dapat menanggapi persoalan.

b. Al-Mau`idzatil Hasanah

Secara bahasa, mau`izhah hasanah terdiri dari dua kata,

mau`izhahberasal dari kata wa`adza - ya`idzu – wa`dzan - `idzatan

yang berarti : nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah artinya kebaikan.

Menurut Abd. Hamid, al-Mauidzah hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Mau`idzah hasanah dapat diartiakan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan

(40)

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.38

Golongan orang awwam, yaitu orang yang kebanyakan belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi. Mereka harus dididik dengan baik-baik, serta

dengan ajaran yang mudah, yaitu dengan metode

mauidzatulhasanah.

c. Al-Mujadalah Bil-al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi Etimologi, lafadz mujadalah terambil dari kata

jadalah yang bermakna berdebat, dan mujadalah artinya perdebatan.

Dari segi terminologi, terdapat beberapa pengertian

al-Mujadalah (al-hiwar) dari segi istilah. Al-mujadalah berarti upaya

tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.

Metode Mujadalah dikenal dengan metode diskusi. Metode ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah, agar berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan dalam suatu

masalah agama yang terkandung banyak

kemungkinan-kemungkinan jawaban. Mengenai pelaksanaan diskusi ini telah

38

(41)

disinggung secara tegas dalam al-Qur`an “wajadilhum billati hiya

ahsan yang artinya ajaklah mereka berdiskusi dengan baik.39

Golongan yang diantara keduanya. Mereka suka membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak bisa mendalami yang benar. Cara berdakwah kepada mereka adalah dengan

mujaadalah billati hiya ahsan, yakni bertukar pikiran, guna

mendorong supaya mau berpikir secara sehat.

B. Metode Dakwah Penyuluh Agama KUA 1. Definisi Kantor Urusan Agama

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan unit kerja terdepan Departemen agama yang melaksanakan sebagian tugas pemerintah di bidang agama Islam, di wilayah Kecamatan (KMA No.517/2001 dan PMA No.11/2007). Dikatakan sebagai unit kerja terdepan, karena KUA secara langsung berhadapan dengan masyarakat. Oleh karenanya wajar bila keberadaan KUA dinilai sangat urgen seiring keberadaanDepartemen Agama. Fakta sejarah juga menunjukan kelahiran Kantor Urusan Agama hanya berselang sepuluh bulan dari kelahiran Departemen agama, tepatnya tanggal 21 Nopember 1946. Ini menunjukan bahwa peran Kantor Urusan Agama sangat strategis bila dilihat dari keberadannya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terutama yang memerlukan

pelayanan bidang Urusan Agama Islam (Urais).40

39

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 172

40

Lihat Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam http:// saalim unazzam .

(42)

Kantor Urusan Agama adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama Indonesia di kabupaten dan kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Kantor Urusan Agama juga adalah unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Urusan Agama Islam Kementerian Agama RI yang berada di tingkat Kecamatan, satu tingkat di bawah Kantor Kementerian AgamaKabupaten. Kantor Urusan Agama sebagai pioner terdepan Kementerian Agama RImemiliki tugas dan fungsi (Tusi) untuk melaksanakan sebagian tugas

KantorKementerian Agama Kabupaten di bidang Urusan Agama Islam.41

2. Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama

a. Tugas Kantor Urusan Agama

Kantor Urusan Agama Kecamatan mempunyai tugas pokok Kantor Kementrian Agama diwilayah kecamatan berdasarkan kebijakan Kantor Kementrian Agama dan peratutan perundang-undangan yang berlaku. Adapun tugas-tugasnya meliputi :

1) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Urusan Agama Kabupaten dibidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

2) Membantu pelaksanaan tugas Pemerintah di tingkat Kecamatan dalam bidang keagamaan.

3) Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan.

blogspot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan.html. diakses, Rabu 21 februari 2018

41

Lihat Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, Sungguminasa Website: http// gowakab.bps.go.id - Email: bps7306@bps.go.id.

(43)

4) Melaksanakan tugas koordinasi Pemilik Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dan koordinasi/kerjasama dengan instansi lain yang

erat hubungannya dengan pelaksanaan tugas KUA kecamatan.42

b. Fungsi Kantor Urusan Agama meliputi :

1. Fungsi Administrasi, menyelenggarakan statistik dan dokumentasi,

menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan dan

kerumahtanggaan Kantor Urusan Agama Kecamatan.

2. Fungsi Pelayanan, melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, pelayanan perwakafan, kemasjidan, zakat dan ibadah sosial.

3. Fungsi pembinaan, melaksanakan pembinaan internal (karyawan) dan pembinaan eksternal (lembaga-lembaga Islam diwilayah

Kecamatan).43

Melalui KMA (Keputusan Menteri Agama) Nomor 18 tahun 1975

juncto KMA Nomor 517 tahun 2001 dan PP Nomor 6 tahun 1988 tentang

penataan organisasi KUA kecamatan Tamalate Kota Makassar secara tegas dan lugas telah mencantumkan tugas Kantor Urusan Agama:

a. Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota dibidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini Kantor Urusan Agama menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik),surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga.

42

Departeman agama RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), h.

(44)

b. Mengoordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu, Kantor Urusan Agama melaksanakan pencatatan pernikahan, mengurus dan membina masjid, zakat,wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangankeluarga sakinah.

3. Penyuluh Agama Islam

a. Pengertian Penyuluh Islam

Kata penyuluhan dalam term bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris dalam bahasa

sehari-hari,istilah ‘’penyuluhan’’ sering digunakan untuk menyebut

pemberianpenerangan , diambil dari kata suluh yang berarti dengan obor, misalnyapenyuluhan pertanian, dimaksud pemberian penerangan kepada parapetani tentang cara-cara bertani secara baik. Demikian juga istilahpenyuluhan kesehatan, dimaksud pemberian penerangan tentang cara-carahidup secara sehat, atau penyuluhan keluarga berencana yangmerupakan program kegiatan Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional (BKKBN). Di lingkungan Departemen Agamajuga dikenal adanya penyuluh agama pada KUA tingkat kecamatan,dan di sini pun kata penyuluhan mengandung arti

penerangan.44

Penyuluh Agama Islam adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat

44

Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus (Jakarta: PT Bina Rena Pariwata, 2002), h. 2

(45)

yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama Islam dan pembangunan melalui bahasa agama.

Penyuluh agama Islam adalah segala kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain kesulitan-kesulitan dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga timbul pada pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat

sekarang dan masa depannya. 45

Jadi, Penyuluh agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan penyuluh agama Islam adalah pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.

Penyuluh agama Islam adalah para juru penerang penyampai pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagaman yang baik. Di samping itu Penyuluh Agama Islam merupakan ujung tombak dari kementrian Agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam mencapai kehidupan yang

bermutu dan sejahtera lahir batin. 46

45

H.M. arifin, Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 24.

46

Anis Purwanto, Peranan Penyuluhan Agama dalam Pembinaan, Blog Anis Purwantohtto://anis-purwanto.blogspot.com/2012/04/peranan-penyuluhan-dalam

(46)

Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu melaluiKeputusan Menteri Agama Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorarium bagi Penyuluh Agama. Istilah Penyuluh Agama dipergunakan untuk menggantikan istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan Departemen

Agama.47

Sejak semula Penyuluh Agama merupakan ujung tombak Departemen Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Perannya sangat strategis dalam rangka membangun mental, moral, dan nilai ketaqwaaan umat serta turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang baik di bidang keagamaan

maupun pembangunan.48

b. Landasan keberadaan penyuluh Agama 1. Sebagai landasan filosofis

Sebagai landasan filosofis dari keberadaan penyuluh agama adalah: a. Q.S Ali-Imran (3) : 104

ةَّمُأ ۡمُكنِّم نُكَت

ۡل

َو

َلََِنَوُع ۡدَي

َنوُحِل

ۡفُمۡلٱ ُمُه َكِئأَٓلْوُأَو ِِۚرَكنُمۡلٱ ِنَع َنۡوَهۡ نَ يَو ِفوُرۡعَمۡلٱِب َنوُرُمَۡيََو ِۡيَۡلۡٱ

Terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf

47

Cecep Hilman, Wawasan dan Pengembangan Potensi Penyuluh Agama, h. 64

48

(47)

dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”49 b. Q. S Ali- Imran (3) : 110

َِِّۗللَّٱِب َنوُنِمۡؤُ تَو ِرَكنُمۡلٱ ِنَع َنۡوَهۡ نَ تَو ِفوُرۡعَمۡلٱِب َنوُرُمَۡتَ ِساَّنلِل ۡتَجِرۡخُأ ٍةَّمُأ َرۡ يَخ ۡمُتنُك

ُلۡهَأ َنَماَء ۡوَلَو

ۡيَخ َناَكَل ِبَٓتِك

ۡلٱ

ُمُه

ۡ نِّمِۚمَُّلها

َنوُقِسَٓف

ۡلٱ

ُمُهُرَ ث

ۡكَأَو َنوُنِمۡؤُمۡلٱ

Terjemahnya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasik.”50

2. Landasan Hukum

Sebagai landasan hukum keberadaan Penyuluh Agama:

1) Surat keputusan bersama menteri Agama dan kepala badan kepegawaian negara no 574 tahun 1999 dan no 178 tahun 1999 tentang jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya.51

2) Keputusan menteri negara koordinator bidang pengawasan pembangunan dan pendayagunaan aparatur negara nomor: 54/kep/mk.waspan/9/1999 tentang jabatan fungsional penyuluh

agama dan angka kreditnya.52

49

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 64

50

Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 65

51

Lihat Neti Sulistiani, http://netisulistiani,wordpress.com/penyuluhan/penyuluh-agama, diakses tanggal 21 Februari 2018

52

Sinar Grafika, Undang-undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h.122

(48)

c. Sasaran penyuluh Agama Islam

Sasaran Penyuluh Agama Islam adalah kelompok-kelompok masyarakat Islam yang terdiri dari berbagai latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan ciri perkembangan kontenporer yang ditemukan didalamnya. Termasuk kelompok sasaran itu adalah masyarakat yang belum menganut salah satu agama yang belum diakui

di Indonesia.53

d. Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Agama Islam.

Tugas pokok Penyuluh Agama Islam adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan

pembangunan melalui bahasa agama kepada masyarakat.54

Adapun Fungsi Penyuluh Agama Islam yaitu: 1. Fungsi Informatif dan Edukatif

Penyuluh Agama Islam dapat memposisikan dirinya sebagai da`i

yang berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan

penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebaik baiknya sesuai dengan tuntutan Al-qur`an dan sunnah Nabi.

2. Fungsi Konsultatif

53

Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama, (Kantor Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Bidang

Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf. Tahun 2015), h. 19

54

Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama, (Kantor Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Bidang

(49)

Penyuluh Agama Islam turut memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat secara umum.

3. Fungsi Advokatif

Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat masyarakat binaannya terhadap berbagai ancaman, hambatan dan tantangan

yang merugikan akidah, mengganggu ibadah dan merusakakhlak.55

4. Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam

Metode sebagai kaifiat (cara kerja) dalam keseluruhan proses upaya untuk mewujudkan islam yang sebenarnya dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, diperlukan suatu rumusan cara yang bijaksana (hikmah), untuk mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana dalam Al-Qur`an surah An-Nahl (16) : 125

َ

ۡلۡٱ ِةَظِعۡوَمۡلٱَو ِةَمۡكِۡلۡٱِب َكِّبَر ِليِبَس َٓلَِإ ُعۡدٱ

ُِۚنَسۡحَأ َيِه ِتَِّلٱِب مُ

ۡلهِدَٓجَو ِٰٓۖةَنَس

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”56

1. Metode pembinaan dengan lisan

Metede billisan adalah suatu cara kerja yang mengikuti sifat dan potensi lisan dalam mengutarakan suatu pandangan, cita-cita, dan

55

Anis Purwanto, peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan,h. 19.diakses tanggal 21 Februari 2018

56

(50)

pendapat tentang suatu hal (Islam). Metode billisan atau yang sering disebut metode ceramah adalah menyampaikan bahan secara lisan oleh tenaga penyuluh. Sedangkan peran audiens sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan dan mencatat informasi yang disampaikan penyuluh agama Islam. Didalam pengggunaan metode ini, diperlukan penyapaian contoh-contoh kongkrit, sehingga tidak terkesan hanya wacana. dengan harapan contoh yang disampaikan dapat

memberikan motivasi tersendiri bagi para peserta penyuluhan.57

2. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab dalam pelaksanaan penyuluhan merupakan salah satu metode penyampaian dengan cara mendorong sasaran penyuluhan untuk menyatakan pendapat atau masalah yang dirasa belum dimengerti, dan penyuluh agama sebagai penjawabnya. Metode ini sebagai feedback atau umpan balik antara jamaah dan penyuluh agama, berguna untuk mengurangi kesalahpahaman pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat dan menerangkan hal-hal yang belum dimengerti. Metode ini efektif apabila digunakan sebagai pemecahan suatu masalah yang belum jelas dalam sebuah ceramah. Metode tanya jawab digunakan setelah ceramah atau digabung dengan metode ceramah, metode ini banyak dilakukan dalam acara ceramah dan dialog. Semakin banyak yang bertanya semakin hidup suasana,

57

Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama, (Kantor Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Bidang

(51)

dan itu berarti ceramah atau masalah yang dibicarakan mendapat perhatian dari audien, sehingga audien tertarik untuk banyak mengetahui.

3. Metode pembinaan dengan tangan (billiyad)

Metode billiyad adalah suatu cara kerja yang mengupayakan terwujudnya ajaran islam dalam kehidupan pribadi dan sosial dengan mengikuti cara dan prosedur kerja potensi manusia yang berupa pikiran, hati, lisan dan tangan atau fisik, yang nampak dalam keutuhan kegiatan operasional. Penekananya sedikit bicara banyak kerja (amal nyata), oleh karenanya metode ini sangat kompleks dibanding dengan penggunaan metode penggunaan lainnya, sebab melibatkan keteguhan akidah, keutuhan wawasan islam, keterampilan menterjemahkan ajaran islam dalam bentuk konkrit serta kemampuan membaca perubahan keadaan ummat secara menyeluruh. Metode billiyad ini juga disebut dengan metode keteladanan atau demonstrasi, maka dengan cara ini penyuluh agama islam memberikan teladan langsung, memberikan contoh atau tindakan langsung. Sehingga orang lain dapat tertarik untuk mengikuti kepada apa yang akan diserukan, yang direalisasikan melalui sikap, gerak-gerik, ucapan dan tindakan.

4. Metode tulisan

Naskah keagamaan dapat dituangkan dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah, dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Pemilihan bentuk tulisan disesuaikan dengan sasaran pembaca yang

(52)

dituju. Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk disini adalah hasil akhir sebuah naskah keagamaan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk makalah, materi ceramah penyuluhan agama, artikel dan buku. Pembahasan ini dibuat atas dasar pemikiran pada bentuk-bentuk

naskah keagamaan yang relevan untuk Penyuluh Agama.58

58

Cecep Hilman, Wawasan dan Pengembangan Potensi Penyuluh Agama, h. 47-48

(53)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN H. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, yaitu penulis memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif sebagai realita sosial, serta memaparkan bagaimana metode dakwah penyuluh agama Kantor Urusan Agama ditingkat kecamatan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Filsafat postpositivisme juga disebut paradigma interperatif dan konstruktif, yang memandang realist sosial sebagai suatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan

hubungan gejala bersifat interaktif.59

I. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Adapun lokasi penelitiannya kabupaten Bone Sasarannya yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Kahu, dimana peneliti akan meneliti metode dakwah Penyuluh Agama KUA dalam meningkatkan ajaran Islam dimasyarakat.

59

Gambar

TABEL II
TABEL IV
TABEL VI  Staf atau Jabatan
TABEL VIII
+3

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah penelitian yang digunakan adalah: Pengumpulan data yang berkaitan dengan pengaruh pelayanan customer service dan data tersebut di dapat dari kuesioner

Penelitian menemukan bahwa para penulis cerpen mengungkapkan masalah dalam beberapa gaya bahasa yaitu metofora, alegori, retoris, klimaks, repetisi, paradoks,

Banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan harmoni (misalnya Yes. 17:3; Kol 3:13), tetapi tidak sedikit juga ayat-ayat yang membenarkan atau bahkan memerintahkan tindakan

Jika penggunaan kata/istilah Inggeris dalam teks wacana muamalat berbahasa Melayu bertujuan memupuk persefahaman merentas kedua-dua sistem ekonomi, penggunaan kata/istilah

untuk pemanasan dan dehumidification untuk menurunkan kelembaban udara (Idham, 2016). Insulasi termal pada bangunan untuk iklim panas digunakan untuk membatasi

Jika barang tersedia maka barang akan diberikan kepada bagian penjualan beserta list permintaan barang kemudian mencatat barang keluar dalam kartu gudang dan jika

Pemerintah berperan dalam mekanisme ekonomi, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pertama, peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan

Capaian kinerja nyata indikator Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan Publik Versi OMBUDSMAN RI adalah sebesar 880 dari target sebesar 840 yang direncanakan dalam Perjanjian Kinerja