• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYARAH WAWASAN DEMOKRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SYARAH WAWASAN DEMOKRASI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

WAWASAN DEMOKRASI (2) :

Musyawarah

H. Anang Rikza Masyhadi

Dalam politik, salah satu sunnah Nabi S.a.w yang diwariskan kepada umat Islam ialah etos musyawarah. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari rekaman sejarah, bahwa suatu saat ketika musuh sedang dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah untuk melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin, Nabi S.a.w segera mengumpulkan para sahabatnya untuk dimintai pendapat. Mereka bermusyawarah mengenai bagaimana strategi menghadapi musuh. Dalam musyawarah, Rasulullah cenderung berpendapat untuk bertahan saja di kota Madinah; tidak perlu keluar kota untuk menghadang musuh. Tetapi sahabat-sahabat lain berpendapat sebaliknya; mereka mendesak Nabi agar kaum muslimin di bawah pimpinan beliau keluar menghadapi musuh. Ternyata pendapat mereka ini memperoleh dukungan mayoritas peserta musyawarah, sehingga Rasulullah pun menyetujuinya.

Peristiwa ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam musyawarah yang lebih ditekankan adalah ‘proses’nya, bukan hasil final yang ingin dicapai. Walaupun belakangan diketahui bahwa pendapat Nabi adalah yang benar, tetapi dalam peristiwa Uhud itu kenyataannya Nabi sendiri mengikuti pendapat mayoritas. Mekanisme musyawarah juga harus dapat melepaskan dirinya dari pengaruh otoritas apapun, bahkan otoritas kenabian sekalipun. Meskipun seorang Nabi, tetapi kalau pendapat itu keluar dari benak dan pikiran pribadi beliau, sahabat tidak segan-segan untuk mempertanyakan ataupun menolaknya. Umpamanya ketika Nabi S.a.w memilih lokasi untuk pasukan beberapa saat sebelum perang Badar, sahabat Khubab ibn al-Mundzir yang memiliki pandangan berbeda mengajukan pendapat, yang didahului dengan pertanyaan apakah pendapat Nabi itu merupakan wahyu Allah (yang tidak bisa ditentang) atau sebagai pendapat pribadi.

اذَهاا

ل

ل ززننما

ك

ا لازاننأا

ههللا

منأا

واَهه

ى

ه أ

ن ررلا

ب

ه رنحالاوا

ةهداينك

ز مالاوا

Apakah ini merupakan tempat yang ditunjukkan kepadau untuk engkau pilih, ataukah ini berdasarkan pendapatmu, strategi perang, dan tipu muslihat?

Lalu Nabi menjawabnya,

ل

ن با

واَهه

ى

ه أ

ن ررلا

ب

ه رنحالاوا

ةهداينك

ز مالاوا

(2)

Pemilihan umum dalam berbagai tingkatannya adalah salah satu dari bentuk musyawarah. Sebagaimana kisah Uhud di atas, pemilihan umum harus mampu dipandang sebagai sebuah proses musyawarah yang menghargai pendapat setiap pribadi, meskipun seringkali menghasilkan pemimpin yang jauh dari harapan yang diidealkan.

Akar kata “syura” dalam al-Qur’an disebut sebanyak 3 kali: yaitu syura dalam konteks musyawarah antara suami-istri dalam urusan rumah tangga, serta syura dalam konteks (sistem) politik dan pemeritahan.

ن

ن َإفا

ادااراأا

ل

ل َاص

ا فز

َنع

ا

ض

ض

اراتا

َاماههننمم

رضوهَاششش

ا تاو

َلفا

حاَاششناجه

َاماهزينلاعا

)

ةرقبلا

:

233

(

Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anaknya (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawaratan diantara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. (Q, s. al-Baqarah/2:233)

ف

ه ع

ن َافا

م

ن ههننع

ا

رنفزغنتاس

ن او

م

ن ههلا

م

ن َههرنوزَاش

ا و

ِيششفز

رزششمنل

ا ا

لا)

:نارمع

159

(

Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (Q, s. Alu Imran/3:159)

م

ن َههرهمنأ

ا و

ىراوشه

م

ن ههناينبا

:ىروشلا)

38

(

Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka. (Q, s. as-Syura/42:38)

Jadi, setiap urusan yang menyangkut kepentingan dan hajat hidup orang banyak, harus senantiasa didasarkan pada mekanisme musyawarah, sebagaimana tercermin dalam ayat dan sunnah Nabi di atas. Dengan demikian, syura sebagai sebuah sistem adalah dalam rangka menghapus sistem-sistem politik yang “menuhankan” (ta’lih) sesuatu atau seseorang. Seperti sistem politik yang dibangun Fir’aun yang mengatakan,

ل

ا َاقافا

َاناأا

م

ه ك

ه ببرا

َىلاع

ن ل

ا ا

:تَاعزَانلا)

24

(

Seraya) berkata: "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (Q, s. an-Nazi’at/79:24)

(3)

Ketundukan dan kepatuhan kepada pemimpin bersyarat dengan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sementara kalangan menganggap bahwa pemimpin adalah bayang-bayang Allah di muka bumi (dhillullah fil ardl) yang memerintah atas nama-Nya. Pandangan seperti ini tidaklah benar, karena berdasarkan pandangan sunnah dan ayat-ayat Al-Qur’an di atas, seorang pemimpin adalah orang yang memerintah atas nama rakyat, dan yang menyandarkan kekuasaannya dari mandat rakyat.

Sering secara salah kaprah orang merujuk pada potret kekhalifahan-kekhalifahan dalam Islam untuk dijadikan model, padahal tidak selamanya sistem yang ada di dalamnya bersesuaian dengan prinsip dan cita-cita Islam, jika tidak malah bertentangan sama sekali. Para pemikir, misalnya, sepakat mengatakan bahwa negara Islam ialah yang dipimpin oleh seorang lelaki yang memiliki kualifikasi paling unggul, jujur, amanah, adil, tidak memiliki cacat secara politik dan lain sebagainya, serta yang pemilihannya didasarkan atas mekanisme musyawarah. Tetapi pada kenyataannya, apa yang terjadi di panggung sejarah Islam ialah sebaliknya, yaitu munculnya pemimpin yang diktator, korup, dan menyuburkan kembali monarkisme, sesuatu yang amat jauh dari idealisme dan cita-cita Islam mengenai kekuasaan.

Dimulai dari prosesi pemilihan kepala negara, bahwa Islam menolak segala pola yang tidak berdasarkan kehendak dan kerelaan masyarakat luas, seperti pola monarkhi, kudeta dan lain-lain yang jelas-jelas menyalahi prinsip musyawarah. Sistem wirotsah (monarkhi) ini, selain karena bertentangan dengan kebebasan memilih sebagai sebuah nilai, juga tidak sejalan dengan prinsip-prinsip syûrâ. Syûrâ atau demokrasi ialah proses pengambilan keputusan dan kebijakan secara kolektif, dalam pengertian bahwa karena keputusan-keputusan politik itu menyangkut kepentingan umum, maka harus didasarkan kepada kesepakatan publik, misalnya melalui para wakil-wakil rakyat (representativesness government).

Dalam ruang lingkup keagamaan, misalnya, praktek musyawarah juga terlihat sejak masa al-Khulafa’ al-Râsyidûn, dimana syari’at Islam juga tidak dapat diberlakukan secara semupurna. Saat itu, para sahabat dihadapkan pada berbagai kenyataan hidup dan kondisi sosial yang berbeda dengan yang terjadi pada masa Rasul, sehingga menuntut mereka untuk melakukan ijtihad, serta bermusyawarah diantara mereka. Suatu saat, para sahabat dapat saja sependapat dan bersepakat mengenai satu hal, tetapi pada saat lain tidak menutup kemungkinan justru berselisih pendapat.

(4)

sharîh al-Qur’an (dalam surat al-Anfâl), bahwa harta rampasan perang itu diantaranya harus didistribusikan kepada para tentara muslim.

Inilah ijtihad Umar r.a mengenai rampasan perang yang tidak didasari pada riwayat. Sebab jika bersandar pada riwayat, maka Umar telah menyalahi sunnah Nabi yang pernah membagi-bagikan tanah pertanian rampasan di Khaibar yang baru saja dibebaskan dari orang-orang Yahudi. Namun, dalam musyawarah, Umar berhasil mengemukakan interpretasinya sendiri yang meyakinkan tentang semangat ajaran Kitab Suci dan Sunnah Nabi secara keseluruhan, sehingga justru mendapat dukungan mayoritas terutama dari para pembesar sahabat. Kebijakan Umar tersebut, semata-mata didasarkan pada konteks masyarakat saat itu dalam rangka menggapai sebanyak mungkin maslahat. Inilah salah satu titik tolak dimana kemudian ajaran Islam berkembang.

Seorang penguasa juga harus memiliki semangat untuk bermusyawarah dalam rangka pengambilan keputusan. Pada dasarnya, gagasan musyawarah seperti tersebut dalam al-Qur’an itu adalah dalam rangka mendorong kearah membumikan visi maslahat itu. Seperti tercermin dalam teks-teks suci agama, keberadaan syura atau musyawarah menjadi tidak dapat dipisahkan dari setiap bentuk pengambilan keputusan –terutama yang dilakukan oleh pemerintah—yang berurusan dengan kepentingan publik

Bagaimanapun, pendapat banyak orang lebih utama dibandingkan dengan pendapat pribadi, orang per orang. Dengan demikian, musyawarah yang melibatkan pendapat orang banyak merupakan jaminan bahwa suatu keputusan tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur hawa nafsu dan kepentingan pribadi atau kelompok. Oleh karenanya, Nabi S.a. pernah bersabda,

ن

ر إز

َىتزماأه

َن

ن لا

عامزتاجنتا

َى

ا لع

ا

ةزلاَل

ا ض

ر لا

,

اذاَإزفا

م

ن ششتهينأ

ا را

َاششفلَل

ا تزخناز

م

ن ك

ه ينلاعافا

دزاواس

ر لَابز

مظ

ا عنل

ا ا

.

Sesungguhnya, umatku tidak akan pernah bersepakat dalam kegelapan, apabila engkau melihat perselisihan pendapat, maka sebaiknya kalian mengikuti pendapat mayoritas (as-sawad al-a’dhom).

(5)

ونششلا

َاششماك

ه نرأا

ن

ز َاششقافزترتا

َىششلاع

ا

رضششمنأا

دضششحزاوا

َاششما

َاماك

ه تهينششص

ا ع

ا

َىششف

ةضراونش

ه ما

ادلباأا

Apabila kalian berdua telah bersepakat dalam suatu hal, maka dalam musyawarah saya pun tidak akan membantah selamanya”, demikian kata Rasulullah.

Seorang pemimpin yang bersedia untuk bermusyawarah, tidak boleh memiliki sifat diktator dan tidak boleh pula terlalu dominan. Rasulullah, menurut kesaksian Abu Hurairah adalah orang yang paling gemar bermusyawarah.

َاما

ت

ه ينأ

ا را

ادلحاأا

راثاكنأا

ةضراونش

ه ما

َن

ن مز

ل

ز ونس

ه را

هللا

Sebagaimana halnya Al-Qur’an juga menyifatinya,

ت

ا س

ن لا

مهزينلاعا

رضط

ز ينس

ا مهبز

:ةيشَاغلا)

22

(

Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mererka, (Q, s. al-Ghasyiyah/88:22)

َاماو

ت

ا نأ

ا

م

ن هزينلاعا

رضَابرجابز

:فَاقلا)

45

(

Dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Q, s. Qaf/50:45)

Referensi

Dokumen terkait

Ujicoba Ujian Nasional.. Kedua benda tolak-menolak dengan gaya 2N. Jika X sebagai kutub utara kompas, posisi kompas yang benar ditunjukkan oleh kompas nomor .... Trafo

Hubungan antara Variabel Penelitian dengan Kejadian Hernia Inguinal Pada Pasien Rawat Jalan Poli Bedah Umum RSUD Dr.

Oleh karena itu, antusiasme anak-anak atau ketertarikan dalam mempelajari Aksara Jawa tersebut perlu ditangkap, sehingga dengan adanya buku interaktif ini, diharapkan

Sebagai Negara hukum yang menganut sistem hukum positif, pastinya Indonesia selalu terpacu pada aturan-aturan yang ada, sama halnya dengan penggabungan perkara

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah khususnya kepada BUMN di kota Bandung yang berkaitan dengan kualitas pemeriksaan internal dengan mengkaji

Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dalam ransum sampai level 9 g/kg bobot badan pada kambing PE, dapat memperbaiki metabolisme dan meningkatkan produksi

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang didukung fungsi operasi organisasi yang

Jenis penilitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis, adapun sumber data penelitian ini adalah sumber