• Tidak ada hasil yang ditemukan

MicrosoftWordTINJAUANKINERJAEKONOMIREGIONALKALTENG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MicrosoftWordTINJAUANKINERJAEKONOMIREGIONALKALTENG."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KINERJA EKONOMI REGIONAL:

ERNAWATI PASARIBU, S.Si, ME*) Latar Belakang

Kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan selama ini dalam prakteknya lebih berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi dan belum memfokuskan pemerataan pembangunan antar wilayah secara signifikan.

Hal ini pada akhirnya memberikan dampak yang kurang menggembirakan, antara lain timbulnya

kesenjangan antar daerah-daerah khususnya di wilayah Kalimantan.

Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai prime mover dan

generator bagi pertumbuhan perekonomian wilayah ternyata juga tidak dapat memacu pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, khususnya sebagai penggerak pembangunan di wilayah sekitarnya. Hal ini

disebabkan pemilihan suatu daerah sebagai Kapet tidak mempertimbangkan persyaratan yang sudah

ditetapkan seperti tingkat pertumbuhan dan spesialisasi daerah (Pasaribu, Ernawati dalam Evaluasi Penetapan

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu , 2005).

Salah satu cara yang dapat diharapkan memberikan imbas positif bagi pertumbuhan ekonomi

daerah sekitar (hinterland) adalah melalui pemberdayaan sektor-sektor unggulan sebagai penggerak

perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi antar daerah. Penekanan pada pertumbuhan ekonomi ini

mengingat ”pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu variabel ekonomi yang merupakan indikator kunci

dalam pembangunan” (Kuncoro, 2000:18).

Secara administratif, Provinsi Kalimantan Tengah meliputi 14 wilayah Kabupaten/Kota. Dilihat

dari aspek geografis, luas wilayah Kalimantan Tengah melebihi 30% dari wilayah Kalimantan, namun hanya

didiami oleh kurang lebih 16% total penduduk Kalimantan. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha baru mencapai sekitar 14% dari total nilai tambah wilayah

Kalimantan (Statistik Indonesia; 2007).

Dengan wilayah yang luas, dan ditambah dengan melimpahnya kekayaan sumberdaya alam, maka

sangat ironis sekali apabila Kalimantan Tengah harus menghadapi ketertinggalan pembangunan bila

dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di wilayah Kalimantan.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui posisi perekonomian Kab/Kota di wilayah Kalimantan Tengah yang diukur melalui

perbandingan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita setiap kabupaten/kota terhadap propinsi

Kalimantan Tengah;

2. Untuk menentukan sektor ekonomi unggulan yang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

perekonomian pada tiap kabupaten/kota di propinsi Kalimantan Tengah

(2)

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan

dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan

menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita

sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi-bagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah

cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but

low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low

growth and low income) (Hil,1989).

Gambar 1. Pembagian daerah Kab/Kota Menurut Tipologi Klassen

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu

pada formulasi berikut :

LQ =

RVn

Xn

RVr

Xr

atau LQ =

RVn

RVr

Xn

Xr

Keterangan :

Xr = Nilai Produksi sektor i pada kabupaten/kota RVr = Total PDRB kabupaten/kota

Xn = Nilai produksi sektor i pada propinsi RVn = Total PDRB propinsi

Kriteria pengukuran LQ yaitu bila nilai LQ > 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di Kab/kota lebih

besar dari sektor yang sama di tingkat propinsi. Bila nilai LQ < 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di

Kab/kota lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat propinsi, dan bila nilai LQ = 1 berarti nilai produksi

sektor tertentu di Kab/kota sama dengan sektor yang sama pada tingkat provinsi.

Bila nilai LQ >1 berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan di kabupaten/kota dan potensial

untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota. Apabila nilai LQ < 1 berarti sektor % Pertumbuhan

PDRB/Kapita Daerah Relatif Tertinggal

Daerah Berkembang Cepat Daerah Cepat Maju Cepat Tumbuh

(3)

tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

perekonomian kabupaten/kota.

Pembahasan

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, dari 14 kab/kota di Kalimantan Tengah, Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur berada pada kategori daerah cepat maju cepat tumbuh.

Rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita kedua daerah tersebut lebih tinggi dibanding

rata-rata provinsi. Kabupaten Sukamara, Lamandau, Seruyan, Katingan, Barito Utara, dan Murung Raya

berada pada kategori daerah maju tertekan. Keenam daerah ini memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi,

tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi. Ironisnya hampir sebagian

besar dari daerah-daerah di Kalimantan Tengah justru berada pada kategori daerah relatif tertinggal.

Daerah-daerah tersebut yaitu Palangkaraya, Gunung Mas, Barito Timur, Barito Selatan, Kapuas, dan Pulang Pisau.

Daerah-daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah

dibanding rata-rata provinsi.

Analisis LQ menunjukkan bahwa seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Tengah memiliki nilai LQ

lebih besar dari satu pada beberapa sektor lapangan usaha. Artinya, semua daerah memiliki sektor unggulan.

Selain itu, terdapat sektor-sektor yang bukan merupakan unggulan dan daya saingnya tidak dimiliki oleh

masing-masing daerah. Adapun penyebaran Sektor-sektor unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten/Kota di

Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut :

1. Sektor Pertanian : Kab. Kapuas, Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara,

Lamandau, Seruyan, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Barito Timur;

(4)

3. Sektor Industri Tanpa Migas : Kab. Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur;

4. Sektor Listrik dan Air Bersih : Kota Palangka Raya dan Kab. Barito Utara;

5. Sektor Bangunan : Kota Palangka Raya, Kab. Kapuas, Barito Selatan, Barito Utara, Pulang Pisau,

Gunung Mas, dan Barito Timur;

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran : Kab. Kotawaringin Timur, Katingan dan Pulang Pisau.;

7. Sektor Pengangkutan dan Komunkasi : Kota Palangka Raya, Kab. Barito Selatan, Kotawaringin Barat,

Kotawaringin Timur dan Barito Utara;

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan : Kota Palangka Raya dan Kab. Kapuas;

9. Sektor Jasa-jasa : Kota Palangka Raya, Kab. Barito Selatan, dan Barito Timur.

Penutup

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kebijakan

pembangunan dan pengembangan sektoral perekonomian daerah, hendaknya lebih memprioritaskan sektor

unggulan yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten/kota. Meskipun demikian sektor lainnya tetap

mendapat perhatian secara proporsional sesuai dengan potensi dan peluang pengembangannya.

Pengembangan sektor unggulan hendaknya diarahkan pada upaya untuk menciptakan keterkaitan

antardaerah di Kalimantan Tengah. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui penciptaan

spesialisasi yang memungkinkan bergeraknya perekonomian secara bersama-sama melalui proses pertukaran

komoditas. Namun demikian, masih dibutuhkan analisis lanjut untuk mengukur tingkat spesialisasi aannttaarr

k

kaabbuuppaatteenn//kkoottaa ddii KKaalliimmaannttaann TTeennggaahh..

Kedua, untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah terutama untuk daerah yang masih

berada pada klasifikasi daerah relatif tertinggal, diperlukan kebijakan yang dapat memberikan insentif bagi

investasi di daerah tersebut. Insentif yang dapat diberikan adalah perbaikan prasarana, yang selama ini

menghambat laju investasi di daerah-daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BPS, Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2003 - 2007.

BPS, Statistik Indonesia, Tahun 2007.

Pasaribu, Ernawati. Evaluasi Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Jakarta, 2005.

Hill, H. (Ed.). (1989). Unity and Diversity: Regional Economic Development in Indonesia since 1970. Singapore:

Oxford University Press.

(5)

Lampiran

Palangkaraya 0.158 0.303 0.624 3.439 1.672 0.959 2.503 1.133

Kapuas 1.423 0.067 0.766 0.580 1.613 0.817 0.509 1.010

Barito Selatan 1.077 0.086 0.690 0.819 1.752 0.825 1.655 0.825

Kotawaringin Barat 1.234 0.571 1.732 0.562 0.746 0.911 1.508 0.551

Kotawaringin Timur 1.045 0.145 1.919 0.634 0.669 1.114 1.409 0.592

Barito Utara 0.881 3.250 0.644 1.108 1.411 0.885 1.011 0.639

Sukamara 1.934 0.087 0.251 0.227 0.315 0.802 0.178 0.341

Lamandau 1.782 0.096 0.088 0.151 0.048 0.872 0.432 0.573

Seruyan 1.516 0.261 0.837 0.357 0.460 0.901 0.933 0.453

Katingan 1.236 0.834 0.762 0.312 0.483 1.029 1.395 0.393

Pulang Pisau 1.422 0.043 0.740 0.542 1.748 1.013 0.302 0.560

Gunung Mas 1.364 1.940 0.331 0.266 1.336 0.717 0.371 0.381

Barito Timur 1.431 0.094 0.518 0.418 1.509 0.636 0.683 0.733

Murung Raya 0.931 6.076 0.363 0.544 0.711 0.529 0.731 0.409

0.669

Tabel 1. LQ Rata-rata Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah Menurut 9 Sektor Lapangan Usaha, 2003 - 2007

Jasa-jasa

3.007

Gambar

Gambar 1. Pembagian daerah Kab/Kota Menurut Tipologi Klassen
Tabel 1. LQ Rata-rata Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah Menurut 9 Sektor Lapangan Usaha, 2003 - 2007

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ketatanegaraan Islam, sistem khilafah dengan sistem pemerintahan Islam merupakan suatu epistemologi (pemahaman) yang berbeda, namun memiliki ontologi (substansi)

efek yang positif terhadap pembelajaran bahasa Inggris, terutama dalam mempelajari kosakata, selanjutnya peneliti meneliti respon siswa terhadap penggunaan teknik

Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan (input) bagi rencana usaha agribisnis yang akan datang. Evaluasi diadakan

Melihat hasil dari Model Matriks Konsumen yang terbentuk berdasarkan jawaban responden, maka strategi bersaing terbaik yang dapat dilakukan oleh Honda Beat Fi adalah dengan

o Memberikan bimbingan cara membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berkarakter beserta dengan instrumen penilaiannya. o Memberikan bimbingan kepada guru

Dengan demikian jika seseorang terkena musibah dan dirinya merasa frustasi maka seseorang agar berserah diri pada Allah dan berdoa agar terhindar dari yang

Apabila peluang bisnis atas tradisi mudik ini mampu dimanfaatkan secara jeli oleh para pelaku bisnis maka akan menghasilkan keuntungan-keuntungan baik berupa keuntungan langsung