• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN MUTU PROSES PRODUKSI TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN KALIGUA, PAGUYANGAN, BREBES, JAWA TENGAH LAPORAN KERJA PRAKTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN MUTU PROSES PRODUKSI TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX KEBUN KALIGUA, PAGUYANGAN, BREBES, JAWA TENGAH LAPORAN KERJA PRAKTEK"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN MUTU PROSES PRODUKSI TEH

HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX

KEBUN KALIGUA, PAGUYANGAN, BREBES,

JAWA TENGAH

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Disusun oleh: Nama: Martina Irana

NIM: 14.I1.0147

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)
(3)

iii

iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek periode Januari-Februari 2017 di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dan dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “Pengendalian Mutu Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah”. Penulis menyadari bahwa proses pelaksanaan kerja praktek tidak dapat berjalan secara lancar tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan serta doa dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penyusunan laporan kerja praktek ini, terutama kepada:

1. Ibu Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST, MSc., selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UNIKA Soegijapranata yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

2. Ibu Dr. Ir. B. Soedarini, MPselaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan saran dan dukungan mulaidari persiapan, perencanaan, dan perancangan sampai akhir penyusunan laporan kerja praktek.

3. Bapak Sigit, S.P selaku administratur yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melaksanakan kerja praktek di PT. PN IX Kebun Kaligua.

4. Bapak Budi Reing W, S.T selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing, memberikan informasi dan pengarahan selama pelaksanaan kerja praktek ini.

5. Bapak Cahyanto, selaku mando besar di bagian proses produksi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan informasi dan pengarahan selama pelaksanaan kerja praktek ini.

6. Seluruh staf karyawan dan pembimbing lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua yang telah memberikan fasilitas, kesempatan, bimbingan, dan pengarahan untuk melaksanakan kerja praktek.

7. Kedua orang tua, kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material serta memberikan semangat.

8. Phoa Adelina Cynthia S. dan Natalia Oryza Permatasari, selaku rekan kerja praktek yang telah berjuang bersama dalam melaksanakan kerja praktek.

(4)

9. Segenap staf dan karyawan FTP UNIKA Soegijapranata, serta sahabat-sahabat tercinta yang telah mendukung dan membantu penulis mulai dari pencarian lokasi kerja praktek hingga akhir penulisan laporan kerja praktek.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kesalahan yang ada. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Akhir kata, besar harapan penulis laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan.Terima kasih.

Semarang, 12 Juli 2017 Penulis,

(5)

iv DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...v DAFTARGAMBAR...vi 1. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek...1

1.2. PT. Perkebunan Nusantara IX Kaligua...2

2. PENYEDIAAN BAHAN BAKU...12

2.1. Tanaman Teh...12

2.2. Pemetikan Daun Teh...13

2.3. Pasca Pemetikan...14

3. PROSES PRODUKSI TEH HITAM...16

3.1. Penerimaan Daun Teh...16

3.2. Proses PengolahanTeh...17

3.3. Mesin dan Peralatan...30

4. PENGAWASAN MUTU...41

4.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku...41

4.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi...43

4.3. Pengawasan Mutu Teh Hitam...47

5. PEMBAHASAN...50

5.1. Proses Produksi dan Pengawasan Mutu Proses Produksi Teh Hitam...50

6. PENUTUP...62

6.1. Kesimpulan...62

6.2. Saran...62

DAFTAR PUSTAKA...63

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. PN IX Kebun Kaligua Tahun 2016...8

Tabel 2. Kategori Petikan...14

Tabel 3. Jenis Mutu Produk Teh Hitam...27

Tabel 4. Perbandingan cara pengolahan teh hitam sistem orthodox dan sistem CTC...51

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Afdeling Kantor Secara Umum...6

Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Teknik...7

Gambar 3. Tanaman Teh...12

Gambar 4. Alur Proses Produksi Teh Hitam...17

Gambar 5. Alur Proses Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Kering Teh Hitam....20

Gambar 6. Alur Proses Sortasi pada Line I...24

Gambar 7. Alur Proses Sortasi pada Line II...26

Gambar 8. Withering Through...31

Gambar 9. Cellular Tubular Heater...31

Gambar 10. Blower...31

Gambar 11. Open Top Roller...32

Gambar 12. Press Cup Roller...33

Gambar 13. Rotor Vane...33

Gambar 14. Rotary Roll Breaker...34

Gambar 15. Double Indiana Ball Breaker Nasortir...34

Gambar 16. Humidifyer...35

Gambar 17. Rak Fermentasi...35

Gambar 18. Mesin Pengering ECP (Endles Chain Pressure)...36

Gambar 19. Hopper...36

Gambar 20. Buble Tray...37

Gambar 21. Vibro Blank...37

Gambar 22. Drug Roll...37

Gambar 23. Indian Sortir...38

Gambar 24. Winnowing...38

Gambar 25. Vibro Mesh...38

Gambar 26. Crusser...39

Gambar 27. Chota Sifter...39

Gambar 28. Tea Bin...39

Gamabr 29. Tea Bulker...40

(8)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Perkembangan teknologi di berbagai bidang semakin maju, salah satunya dalam bidang pangan. Pada era seperti sekarang, manusia mulai menyadari bahwa kesehatan sangatlah penting. Oleh karena itu, manusia selalu ingin mengetahui beberapa aspek dalam proses pembuatan makanan yang menyehatkan untuk tubuh. Saya sebagai mahasiswi yang belajar di bidang Teknologi Pangan, diharapkan dapat memperluas pengetahuan secara teori dan pengalaman nyata di lapangan terkait bidang industri pangan.

Pengetahuan terkait industri pangan baik secara teori maupun praktek di laboratorium telah banyak didapat selama proses perkuliahan di kampus. Namun, kegiatan perkuliahan tidak cukup untuk memperkenalkan mengenai dunia industri pangan secara nyata. Oleh sebab itu, untuk memahami dan mengetahui tentang industri pangan yang sesungguhnya, maka mahasiswi/a dituntut untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek di salah satu perusahaan yang diminati. Proses Kerja Praktek (KP) bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai situasi dan kondisi nyata di lapangan mengenai dunia kerja.

Proses kerja praktek dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua, yang terletak di Desa Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penentuan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua sebagai tempat kerja praktek karena ketertarikan saya dengan berbagai jenis produk olahan teh terutama jenis teh hitam, terkait proses utamanya seperti fermentasi. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua menjadi salah satu perusahaan yang menghasilkan produk teh hitam dengan kualitas yang baik dan populer di kalangan penikmat teh.

Pembuatan teh siap konsumsi harus diolah dengan cara yang benar dan proses yang berkelanjutan. Selama proses produksi, proses pengendalian selama proses diperlukan guna memelihara, menjaga, mempertahankan bahkan meningkatkan mutu teh yang dihasilkan. Proses produksi teh berlangsung secara sistematis, terurut dan lengkap sehingga diperoleh teh hitam yang sesuai dengan syarat mutu dan selera konsumen.

(9)

2

Perusahaan ini secara utama bergerak dalam bergerak dalam bidang perkebunan. Namun, di area perkebunan terdapat pabrik sebagai tempat berlangsungnya produksi teh hitam. Hal tersebut menjadi manfaat tambahan dalam pelaksanaan KP di tempat ini yaitu selain memperoleh wawasan mengenai industri pengolahan teh hitam, juga mengetahui bagaimana budidaya tanaman teh itu sendiri. Kerja praktek bertujuan untuk memahami sekaligus menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan dalam industri pangan yang nyata. Pada akhir kerja praktek, mahasiswi/a memiliki pengalaman yang cukup untuk berkarir di dunia kerja.

1.1.1. Tujuan

Kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua bertujuan: a. Menerapkan dasar-dasar teori yang sudah diperoleh selama perkuliahan.

b. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman terkait perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian industri pangan.

c. Mengetahui kondisi dan gambaran dunia kerja yang sesungguhnya.

d. Berlatih dan belajar menganalisa berbagai masalah di lapangan dan mencari cara dalam mengatasi masalah tersebut (terkait dunia industri pangan).

1.1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan selama 1 bulan (tanggal 30 Januari - 28 Februari 2017). Tempat pelaksanaan kerja parktek yaitu di PT. Perkebunn Nusantara IX Kebun Kaligua.

1.1.3. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan Kerja Praktek terdiri dari diskusi dengan mandor dan pembimbing, pengamatan proses produksi teh secara langsung di pabrik, wawancara (pekerja, staf, pegawai, mandor dan pembimbing), menganalisa data, studi pustaka dan ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan produksi di tempat praktek.

1.2. PT. Perkebunan Nusantara IX Kaligua

Salah satu industri pangan di bidang perkebunan yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara yaitu PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua. Produk utama yang

(10)

diolah yaitu teh, terutama teh hitam. Berikut informasi tentang PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua:

1.2.1. Sejarah Perusahaan

Mula-mula perkebunan Teh Kaligua didirikan oleh NV. Cultur Onderneming pada tahun 1879 di Negara Belanda. Pada saat itu, Van Jhon Pletnu dan CO ditunjuk untuk perwakilan di Indonesia yang berkedudukan di Batavia Jakarta. Pada tahun 1889, Van De Jong mendirikan pabrik teh yang terletak di sebelah barat kaki Gunung Slamet, Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Tahun 1901, mesin-mesin pengolahan mulai datang, yang digunakan memproduksi teh. Mesin yang pertama datang yaitu Ketel Uap yang sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk menampung bahan bakar pengolahan. Ketel Uap memiliki kapsitas tangki ±10.000 L.

Awalnya mesin ketel uap dibawa dengan cara digotong beramai-ramai dengan berjalan kaki sejauh 15 km untuk sampai ke lokasi pabrik teh. Perjalanan memerlukan ±20 hari untuk sampai ke pabrik. Selama perjalanan diikutsertakan satu grup Ronggeng lengkap dengan gaelannya untuk menghibur para pekerja yang menggotong ketel uap tersebut pada saat istirahat dengan tujuan agar rasa lelah dan capai dapat terobati.Sampai sekarang hiburan ronggeng masih selalu diadakan pada hari ulang tahun berdirinya teh hitam yaitu setiap tanggal 1 Juni. Disamping untuk menjaga kelestarian budaya tradisional, juga untuk meningkatkan semangat kebersamaan senasib dan sepenanggungan persatuan dan kesatuan.

Dalam perjalanannya sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi bangsa Indonesia serta adanya gejolak perang dunia ke dua pada tahun 1942 sampai diakuinya kedaulatan Republik Indonesia hingga saat ini kebun teh Kaligua mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolanya yaitu sebagai berikut:

- Tahun 1942 - 1945, Kebun Kaligua diambil alih oleh Jepang, banyak tanaman yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan.

- Tahun 1945 - 1951, Kebun Kaligua dikelola kembali oleh NV. Cultur Onderneming

(11)

4

- Tahun 1951 - 1957,Kebun Kaligua ditinggalkan pemiliknya karena ada gangguan dari peristiwa pemberontakan DI/TII.

- Tahun 1957 - 1964, Kebun Kaligua dikelola oleh KODAM VII DIPONEGORO bekerja sama dengan PT. SIDOREJO – Brebes.

- Tahun 1964 - 1968, Kebun Kaligua dikelola oleh perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka Tanaman yang berkantor pusat di Semarang.

- Tahun 1968 - 1972,pada tanggal 16 April 1968 PPN Aneka Tanaman berubah nama menjadi PPN XVIII.

- Tahun 1972 - 1975, berdasarkan PP. No 23 Tahun 1972, (LN No : 31 Tahun 1972), nama PPN XVIII berubah menjadi PT. Perkebunan XVIII (Persero).

- Tahun 1995, Kebun Kaligua digabung dengan Kebun Semugih dengan kantor Induk berpusat di Semugih.

- Tahun 1996, melalui restrukturisasi perkebunan-perkebunan Negara yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tanggal 15 februari 1996, pengelolaan Kebun Kaligua yang semula dibawah naungan PTP XVIII, dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX yang berkantor pusat di Semarang.

- Tahun 1999,Kebun Semugih dan Kebun Kaligua dipisahkan kembali sampai sekarang sesuai dengan SK Direksi No: PTPN IX.0/SK/149/1999.SM Tgl.1 Juli 1999.

1.2.2. Identitas Perusahaan

Identitas dari perusahaan kebun Kaligua yaitu:

a) Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX b) Status Perkebunan : Anak Perusahaan BUMN c) Alamat Perusahaan

1) Pusat : Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang No. Telp. (024)8414635

No. Fax. (024)8415408 2) Perwakilan/kebun : Kaligua

No. Telp. (08122999669) No. Fax. (0289)432417 d) Nama Kebun : Kaligua

(12)

e) Lokasi Kebun

1) Desa : Pandansari

2) Kecamatan : Paguyangan 3) Kabupaten : Brebes f) Izin Usaha Industri

1) Perkebuanan : 1441/IUI/V/2008 2) Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas

Nomor : 112414700187

Berlaku s/d Tanggal : 14 Desember 2016

1.2.3. Visi Perusahaan

Menjadi Perusahaan Agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.

1.2.4. Misi Perusahaan

a. Memproduksi dan memasarkan produk karet, kopi, teh, gula, dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.

b. Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro, dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan.

c. Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

1.2.5. Tujuan Perusahaan

Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk memenuhi permintaan pasar dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghasilkan produk yang berkualitas, serta ikut melaksanakan kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya pembangunan di bidang pertanian sub sektor perkebunan.

1.2.6. Tata Nilai Perusahaan

(13)

6

2. Antusias, Mampu menunjukan semangat yang tinggi dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban.

3. Kerja Tim, Kemauan dan kemapuan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan perusahaan.

4. Peduli, merasakan dan menunjukan empati serta sikap ikhlas membantu seluruh

stakeholders.

5. Inovasi, Cermat dalam membaca peluang dan mampu mengembangkan langkah-langkah baru serta menciptakan iklim yang kondusif untuk implemtasi agar menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.

1.2.7. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab kepada direksi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua. Administratur dalam melaksanakan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis. Sistem organisasi garis membagi kekuasaan dalam setiap tingkat. Kekuasaan didelegasikan menjadi suatu tanggung jawab bagi pemegangnya sekaligus memberi wewenang untuk menentukan kebijaksanaan dan tugas yang dibebankan. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Administratur dibantu oleh Sinder Kepala (HTO), Sinder Kebun (Afdeling), Sinder Teknik atau Teknologi dan Sinder kantor. Karena membahas mengenai proses produksi maka yang berwenang dalam membimbing yaitu bagian Sinder Teknik (di pabrik).

Gambar 1. Struktur Organisasi Afdeling Kantor Secara Umum

Administratur Kepala Sinder Sinder Kantor Sinder Teknik Sinder Kebun (Kaligua Sakub) Sinder Kebun (Ambar Suralaya) Karyawan

(14)

Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Teknik

1.2.7.1. Tanggung Jawab dan Wewenang Sinder Teknik

Sinder Teknik atau Teknologi memiliki fungsi pokok yaitu membantu Administratur dengan memimpin bagian teknik untuk kegiatan kerja bidang teknik pengolahan, mesin, listrik, teknik sipil dan traksi. Tugas dan kewajiban Sinder Teknik adalah sebagai berikut:

a) Menyusun rencana kerja dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Bagian Teknik untuk satu tahun periode anggaran dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Unit Pelaksana Perusahaan.

b) Melaksanakan dan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaa Rencana Kerja Anggaran Perusahaan yang telah disahkan oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX dalam bidang pekerjaan pemeliharaan, rehabilitas dan pembangunan gedung atau pembangunan perusahaan, alat pengakutan, jalan, jembatan, mesin dan instalasi

Sinder Teknik Mandor Besar Koor. Teknik & Bangunan Juru Tulis Mandor Pembibitan Juru Timbang

Mandor Sortasi & Produk Hilir Mandor Teknik Mandor Kendaraan Mandor Pelayuan Mandor Penggilingan Mandor Bangunan Mandor Pucuk Jereng Mandor Turun Daun Layu Mandor Pengeringan

(15)

8

listrik, pengolahan, sortasi dan pengiriman produksi berdasarkan volume pekerjaan, biaya dan waktu penyelesaian yang telah ditentukan.

c) Melaksanakan sistem jaminan mutu (ISO-9001) bebas kontaminan mulai dari panen atau bahan baku panen atau bahan baku sampai dengan penyerahan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dalam pola manajemen Perkebunan Nusantara atau GKM. d) Membuat gambar dan bestek untuk pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, mesin, listrik

dan pengolahan, termasuk menghitung biayannya.

e) Memelihara dan mengatur kegiatan-kegiatan angkutan kendaraan bermotor untuk kepentingan produksi di luar dan di dalam gedung, kendaraan penumpang, mobil beban dan alat pertanian (traktor dan lain-lain) agar setiap waktu dapat digunakan dengan baik.

f) Menghimpun dan menyusun administrasi tentan kegiatan kerja dalam bidan teknik seperti sortasi produksi, eksploitasi alat pengangkutan dan lain-lain, kegiatan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

g) Mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan kerja para pembantu Sinder Teknik, Mandor dan petugas bawahan lainnya agar supaya

1.2.8. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua memili tenaga kerja sebanyak 975 orang. Tenaa kerja tersebut dibedakan menjadi 5 yaitu HLL (Harian Lain-Lain), HLT (Harian Lepas Teratur), Tetap, Bulanan dan Karyawan Pimpinan. Tingkat pendidikan tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaliua bebbeda-beda yaitu mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA hingga DII maupun S1. Tingkat pendidikan tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. PN IX Kebun Kaligua Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah Orang

1 Sarjana (S1) 3 2 DIII/DII 1 3 SLTA 98 4 SLTP 103 5 SD 496 Total 701

(16)

Dari data tabel tingkat pendidikan tenaga kerja PT. PN IX Kebun Kaligua tahun 2016 di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki lebih didominasi oleh karyawan yang memiliki pendidikan tingkat SD dengan jumlah 496 orang. Untuk jumlah tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu karyawan yang memiliki tingkat pendidikan DIII/DII berjumlah 1 orang.

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua memberikan fasilitas dan jaminan yang diberikan kepada karyawannya una untuk mensejahterakan dan memperlancar proses bekerja para karyawan. Berikut ini merupakan fasilitas dan jaminan yan diberikan antara lain:

- Gaji - Premi

- Bonus (diberikan 2 kali dalam kurung waktu satu tahun yaitu pada bula Maret dan Juni)

- Masa bebas tugas 6 bulan sebelum bebas - THR (Tunjangan Hari Raya)

- Pakaian kerja yang diberikan selama satu tahun sekali atau sesuai atau sesuai dengan keadaan.

- Jaminan kesehatan (BPJS)

- Melaksanakan pelatihan-pelatihan - Bantuan pendidikan untuk karyawan - CSR (Corporate Social Responsibility)

- Perumahan Dinas yang diberikan ke pegawai baik yang baru atau sudah lama bekerja - Sarana ibadah atau masjid

- Koperasi - Sarana olahraga

1.2.9. Tata Letak Bangunan

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua merupakan cabang perkebunan besar yang bernaung dibawah PTPN dan kantor pusat/direksi yang beralamatkan di Jl. Mugas dalam Semarang. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua terletak di desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah,

(17)

10

tepatnya berlokasi di lereng sebelah barat gunung Slamet. Kebun Kaligua berada di daerah pegunungan dengan ketinggian yang berkisar antara 1500 mdpl sampai dengan puncak perkebunan yang tertinggi yaitu 2.050 mdpl. Kebun Kaligua memiliki topografi yang landai, miring sampai berbukit-bukit dan berbatuan terjal dengan ketinggian antara 1.500-2.050 M dari permukaan laut.

Kebun Kaligua memiliki iklim basah dengan Type Iklim B, dengan curah hujan 3.000-5.000 mm per tahun 200-280 hari hujan. Hampir tidak ada bulan-bulan kering kecuali terjadi kemarau panjang, suhu udara 2°C-31°C dengan kelembaban 70-90%.Jenis tanah di Kebun Kaligua adalah jenis tanah Andosol, sehingga mudah menyerap air dan pH (Keasaman tanah) normal antara 4,5-5,5. Area Perkebunan Teh Kaligua meliputi wilayah seluas 607,46 hektar. Area tersebut terbagi menjadi tujuh daerah yaitu Ambar, Suralaya, Kaligua, Sakub, Soka, Sirah dan Waslim. Ketujuh daerah tersebut terbagi ke dalam dua Afdeling, dimana satu sama lain terpisahkan oleh sungai yaitu:

a. Afdeling Kaligua-Sakub, seluas 310,24 hektar yang meliputi daerah Kaligua, Soka, Sirah, Waslim dan Sakub.

b. Afdeling Ambar-Suralaya, seluas 297,22 Hektar yang meliputi daerah Ambar dan Suralaya.

1.2.10. Pemasaran Produk

Pemasaran merupakan tahap akhir dari seluruh proses produksi teh hitam di perkebunan Kaligua. Pemasaran hasil produksi ditujukan pada dua sasaran yaitu untuk tujuan ekspor dan pasar lokal. Pemasaran teh hitam dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Lelang yang dikoordinasi oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB) 2) Pasar Lokal ada dua jenis:

a) Pasar Jenis BM dan Kawul, pembeli langsung ke pabrik

b) Produk hilir berupa teh celup merk Kaligua dikirim ke Kantor pusat PT. PN IX Semarang.

3) Pasar Luar Negeri

Sebagian besar teh hitam yang dihasilkan akan diekspor ke luar negeri. Teh mutu ekspor dijual ke beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Pakistan dan Rusia. Untuk mengantisipasi persaingan dengan negara pengekspor teh lainnya, maka sebaiknya mutu

(18)

teh yang dihasilkan harus dijaga. Hal tersebut bertujuan agar konsumen merasa lebih puas dan semakin bertambah lebih banyak.

(19)

12

2. PENYEDIAAN BAHAN BAKU

Bahan baku merupakan bahan pokok yang termasuk salah satu komponen terpenting dalam menunjang proses produksi bahan pangan. Bahan baku utama dalam proses pembuatan produk teh (jenis teh hitam) yaitu pucuk daun teh segar. Pucuk teh segar diolah menjadi produk jadi melalui tahapan proses yang detail dan komplek. Proses pengadaan bahan baku harus dilakukan secara benar agar tidak mengurangi kualitas produk akhir.

2.1. Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang dapat tumbuh dengan tinggi 6-9 m. Kriteria atau kondisi yang sesuai untuk pertumbuahan tanaman teh yaitu beriklim tropis, daerah dengan ketinggian antara 200-2000 mdpl dan suhu 14-25°C (Ghani, 2002). Klasifikasi tanaman teh:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte Sub divisi : Angiospermae Claas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Tehaceae Genus : Camelia

Spesies : Camellia sinensis

(Setyamidjaja, 2000). Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3. Tanaman Teh

Tanaman menghasilkan (TM) adalah tanaman yang sudah dapat diproduksi setelah masa pemelihara minimal 3 (tiga) tahun. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari:

a) Kegiatan Pemangkasan

Selama 4 tahun sekali akan dilakukan pemangkasan tanaman teh. Ada 3 tujuan kegiatan pemangkasan yaitu membatasi atau mencegah pertumbuhan tanaman teh yang terlalu tinggi, merangsang (mempercepat) timbulnya tunas baru dan memperbaharui bidang petikan. Proses pemangkasan harus memperhatikan tinggi tinggalan pangkasan, pembuangan cabang yang terlalu kecil (sebesar pencil) dan bekas pangkasan jangan

(20)

ketinggian pangkasan, cabang yang berukuran kecil dibuang dan bekas luka pangkasan tidak boleh terlalu lancip.

b) Kerik Lumut

Kerik lumut merupakan kegiatan membuang lumut yang menempel pada batang tanaman teh. Tujuannya adalah untuk menunjang tumbuhnya tunas baru yang sehat. Pelaksanaan kegiatan kerik lumut yaitu setelah pemangkasan, tepatnya sebelum tunas baru setelah pemangkasan tumbuh.

c) Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman teh biasa mudah terserang penyakit cacar daun, serangan ulat penggulung dab hama Empoasca sp. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman teh dapat dikurangi atau dihilangkan melalui tiga prinsip pengendalian yaitu prinsip terpadu, prinsip serentak dan Early Warning System (EWS). Pengendalian terpadu diterapkan secara terpadu agar tidak mempengaruhi dan merusak keseimbangan ekosistem. Pengendalian secara serentak dilakukan dalam waktu yang sama untuk semua tanaman teh. Namun kekurangnya dapat memakan waktu yang lama apabila serangannya terlalu luas. Mengatasi masalah tersebut, dilakukan pengendalian serentak sesuai siklus daur petik yaitu setiap 7 sampai 9 hari sekali.

Pengendalian secara Early Warning System (EWS) merupakan tindakan preventif (pencegahan) terhadap meluasnya serangan hama dan penyakit seawal. Selain itu, terdapat cara lain untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan menggunakan pupuk daun “Beyvolan”, insektisida sistemik, insektisida “Confidor”, Cupravit dan Nordix 56 WP yang menyesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang.

2.2. Pemetikan Daun Teh

Proses pengambilan pucuk daun teh sesuai dengan standar pengolahan dikenal dengan istilah pemetikan. Proses pemetikan bermanfaat dalam mendukung proses produksi agar selalu dapat dilakukan secara berkesinambungan. Pelaksanaan pemetikan daun teh disetiap area (blok) mengacu pada siklus gilir petik (rentang waktu antara petikan

(21)

14

sebelumnya dan petikan berikutnya pada area petikan yang sama). Pemetikan dapat dilakukan secara manual menggunakan tangan, menggunakankan gunting yang dibuat sedemikian rupa agar memudahkan pemetik, bahkan ada yang menggunakan mesin pemetik.

Terdapat tiga jenis pemetikan yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan genesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan pertama yang dilakukan setelah pemangkasan tanaman.Pemetikan ini bertujuan untuk melebarkan dan meratakan bidang petik sehingga meningkatkan produksi daun teh. Setelah pemetikan jendangan maka dilakukan pemetikan produksi. Pemetikan ini dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan daur petik.

Istilah daun petik juga dikenal dengan sebutan rotasi petik atau siklus petik. Lama gilir petik apabila petikan dilakukan dengan gunting yaitu 22-25 hari, sedangkan secara manual yaitu 8-9 hari setelah petikan sebelumnya. Pemetikan genesan merupakan proses pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman dipangkas.Lebih tepatnya, pemetikan genesan dilakukan 1-3 hari sebelum tanaman dipangkas. Bahan baku harus memenuhi beberapa kriteria agar layak untuk diolah. Kriteria tersebut antar lain terdiri dari campuran petikan standar (medium (70%), kasar (20%), halus (10%)), pucuk daun teh masih dalam keadaan segar, dan tidak rusak (sobek, memar, tergumpal). Terdapat 3 kategori petikan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Petikan

No. Kategori Terdiri Dari Rumus Petik

1 Petikan Halus -Pucuk peko (P): satu daun, dua daun

muda p+1, p+2m

2 Petikan Medium

-Pucuk peko: dua daun, tiga daun -Pucuk burung (B): satu daun, dua daun, tiga daun muda

p+2, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m

3 Petikan kasar -Pucuk peko: empat daun atau lebih

-Pucuk burung: beberapa daun tua P+4

2.3. Pasca Pemetikan

Setelah proses pemetikan daun teh selesai, maka akan dilaksanakan analisa petikan. Pucuk teh yang dipetik akan dikelompokkan atau dipisahkan sesuai rumus petikan pada

(22)

Tabel 2. Banyaknya jenis petikan akan dinyatakan dalam persen (%). Analisa petik dilaksanakan secara rutin untuk menganalisa baik atau tidaknya petikan yang didasarkan pada standar petikan medium. Analisa petikan dilakukan setiap hari setelah pemetikan oleh seorang analisa kebun. Standar hasil analisa yang memenuhi syarat (MS) yaitu ≥50%.

(23)

16

3. PROSES PRODUKSI TEH HITAM

3.1. Penerimaan Daun Teh

Bahan baku teh hitam yang berupa pucuk daun teh segar dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Pengangkutan menggunakan truk terbuka. Proses penerimaan bahan baku mulai dari pukul 10.00 WIB s/d 12.00 WIB dan dilanjutkan lagi pada pukul 13.00-14.30 WIB. Sesampainya di pabrik, truk langsung menuju jembatan timbang untuk ditimbang. Selain untuk mengidentifikasi total bahan baku yang diolah setiap hari, penimbangan pada jembatan timbangan juga bermanfaat untuk mengidentifikasi selisih antara berat penimbangan di kebun dan di pabrik. Kemudian, dilakukan analisis pucuk dari sampel pucuk daun teh. Analisa ini bermanfaat untuk penentuan harga petikan dan mengetahui jumlah pucuk (dalam persen) yang termasuk dalam kategori: tua, muda, kasar dan halus. Harga petikan Rp 600/kg apabila hasil analisa >50, namun apa bila hasil analisa<50 maka harga petikannya Rp 500/kg.

Tahap-tahap pelaksanan analisa pucuk terdiri dari pengambilan sampel, pengelompokkan pucuk, penimbangan, pencatatan hasil analisa dan perhitungan persentase. Satu (1) kg sampel diambil acak dan dicampur rata pada setiap mandor. Dari 1 kg sampel tersebut, diambil lagi 200 gram secara acak. Sampel 200 gram dikelompokkan sesuai kriteria pucuk: tua, muda, rusak tua, rusak muda, tangkai, lembar tua, lembar muda dan hama penyakit. Setiap kriteria ditimbang pada timbangan digital, kemudian diperolehhasil analisa yang dinyatakan sebagai 2 jenis petikan yaitu petikan halus atau kasar. Kriteria yang termasuk dalam petikan halus yaitu pucuk muda, lembar muda, rusak muda. Sedangkan petikan kasar berupa lembar tua, pucuk tua,hama penyakit,rusak tua, dan tangkai. Adapun rumus perhitungan untuk mengetahui persentase petikan halus adalah:

Persentase petikan halus: 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑡𝑡𝑏𝑏𝑏𝑏𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑏𝑏𝑡𝑡𝑝𝑝𝑢𝑢

200 𝑥𝑥 100%

Standar untuk petikan halus adalah 55-60%. Disebut petikan kasar, apabila hasil analisa lebih dari 50%.Hasil analisa selalu dikonfirmasikan ke mandor agar petikan yang selanjutnya lebih diperbaiki lagi.Upaya analisa pucuk juga bertujuan untuk memantau kinerja dari tiap mandor dan mengontrol bahan baku dari kebun.

(24)

3.2. Proses Pengolahan Teh

Pengolahan bahan baku hingga menjadi teh hitam berlangsung selama hampir 24 jam. Proses pengolahan teh hitam dilakukan mulai dari tahap pelayuan, lalu penggilingan, tahap pengeringan, tahap fermentasi, dilanjutkan ke tahap sortasi kering dan diakhiri dengan proses pengemasan bubuk teh. Rangkaian alur proses produksi dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 4. Alur Proses Produksi Teh Hitam

Mutu I

BP II, PF II FANN II, DUST

II, DUST III

Mutu III Mutu II BOP, BOPF PF, DUST, BP BT BM, KAWUL FERMENTASI PENGERINGAN Suhu inlet 90-100oC Suhu outlet 50-55oC Kadar air 2,5-3% SORTASI PENGEPAKAN Bubuk I Bubuk II Bubuk III Bubuk IV Badag OTR DIBN PCR DIBN RV RRB RV RRB 50” 10” 30” 10” 25” 10” 25” 10” KEBUN Penerimaan Pucuk PELAYUAN (10-20 jam) PENGGILINGAN

(25)

18

3.2.1. Proses Pelayuan

Tahap pelayuan menjadi dasar pada proses pengolahan bubuk teh dan mendukung tahap pengolahan selanjutnya. Pelayuan akan membuat daun menjadi lentur dan lemas sehingga mudah untuk digiling dan menciptakan aroma segar khas pucuk layu. Tujuan utama pelayuan yaitu menghasilkan pucuk teh yang elastis (lentur dan lemas) dengan menurunkan atau menguapkan kadar air dalam pucuk teh segar hingga mencapai ±50% secara bertahap.

Mekanisme proses pelayuan terdiri dari penerimaan pucuk, pembeberan, penggirapan, pengaliran udara segar dan udara panas, serta pembalikan. Penerimaan pucuk daun teh segar dari kebun ditimbang pada jembatan timbangan lalu dicatat beratnya. Pucuk daun teh diangkut menuju ruang pelayuan menggunakan monorail yang terdiri dari beberapa kontering (tempat untuk meletakkan waring pucuk daun teh).

Pada ruang pelayuan, pucuk daun teh dibeberkan pada Witheting Through (WT). Pembeberan dilakukan mulai dari ujung yang berlawanan dengan arah kipas angin. Pembeberan bertujuan untuk meratakan pucuk daun teh di sepanjang WT dengan ketebalan yang sesuai dengan standar yaitu sekitar 30 cm. Pembeberan dilakukan oleh dua orang pekerja yang berdiri secara berhadapan di samping WT, hingga semua pucuk terhampar merata di sepanjang WT. Pembeberan mempengaruhi kecepatan pelayuan dan kerataan layu pucuk daun teh.

Setelah pembeberan kemudian dilakukan penggirapan. Penggirapan bertujuan untuk memisahkan daun-daun teh yang masih menggumpal atau saling menempel agar pelayuan lebih cepat dan merata. Kemudian, kipas besar pada ujung WT dihidupkan untuk mengaliri udara segar. Pemberian udara segar dilakukan pada saat musim kemarau. Pada saat musim kemarau, daun teh tidak mengandung kadar air yang tinggi sehingga pelayuan hanya cukup menggunakan udara segar.

Tujuan pemberian udara segar yaitu menghilangkan air, embun, bau-bau asing dan panas pada pucuk daun teh serta mempersingkat waktu pelayuan. Pada pucuk teh segar biasanya mengandung air pada permukaan daun akibat embun di pagi hari sehingga

(26)

perlu dikeringkan dengan udara segar. Penimbunan atau penumpukkan pucuk yang terlalu lama dapat menimbulkan bau asing (tidak enak) pada pucuk teh sehingga harus dihilangkan dengan dialiri udara segar. Selain itu, panas pada pucuk akibat pengangkutan juga harus dihilangkan agar hasil pucuk layu lebih berkualitas. Suhu udara segar di dalam WT yaitu berkisar antara 25-27oC.

Setelah dialiri udara segar, proses pelayuan dipercepat dengan mengaliri WT dengan udara panas dari cerobong yang terletak di depan kipas. Namun pemberiam udara panas tidak selalu dilakukan setiap kali produksi karena tergantung dengan cuaca. Pemberian udara panas sering dilakukan pada saat musim hujan. Pada saat musim hujan, daun teh mengandung air lebih banyak, permukaan daunnya basah maka proses pelayuan perlu dipercepat dengan pemberian udara panas. Suhu udara panas antara 60oC. Aliran udara panas ditambahkan setiap pukul 15.00-18.00 WIB, tidak boleh terlalu lama untuk menjaga kualitas teh tetap baik. Selain itu, pemakaian udara panas yang berlebihan akan mempengaruhi derajat layu dan persentase layu. Udara panas yang berlebihan membuat derajat layu semakin tinggi, sedangkan persentase layu semakin rendah yang artinya produk memiliki mutu yang rendah. Pemberian udara panas juga berfungsi untuk mempercepat proses pelayuan terutama pada musim hujan.

Selama proses pelayuan berlangsung perlu dilakukan pembalikan agar pelayuan lebih merata. Perlu dilakukannya pembalikan pucuk yaitu setelah bagian bawah atau setengah dari tebal hamparan pucuk telah layu rata. Proses pembalikkan dilakukan sebanyak 1-2 kali yaitu setiap 6 jam sekali. Kriteria pucuk layu ditandai dengan:

- aroma yang khas layaknya pucuk layu dan lebih harum,

- batang dan tulang daun tidak mudah patah, serta daun lebih sulit disobek, - saat dikepal tetap menggumpal dan terurasi lebih lama,

- terasa lentur dan lemas,

- ada perubahan warna daun menjadi hijau kecoklatan akibat sebagian komponen klorofil berubah menjadi feoforbid.

Tingkat kelayuan pucuk teh dinyatakan dalam 2 istilah yaitu derajat layu dan persentase layu.

(27)

20

3.2.2. Proses Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Basah

Pucuk teh layu akan masuk ke tahap pengolahan basah. Pada tahap ini, pucuk layu akan mengalami tiga rangkaian proses pengolahan yaitu digulung, digiling dan disortasi dalam bentuk bubuk basah. Proses pembentukkan partikel daun teh (bubuk basah) yang menggulung (curling) dengan ukuran seragam, sekaligus pengecilan ukuran terjadi pada tahap penggulungan. Pengecilan ukuran partikel bubuk basah sesuai ukuran grade terjadi pada tahap penggilingan. Sedangkan pada tahap sortasi basah akan berlangsung proses pemisahan bubuk basah sesuai grade. Pada akhir proses pengolahan basah akan diperoleh 5 jenis grade bubuk yaitu bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV dan badag. Mekanisme proses pengolahan basah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Alur Proses Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Kering Teh Hitam

Bubuk I Bubuk II Bubuk III Bubuk IV Badag OTR DIBN PCR DIBN RV RRB RV RRB 50” 10” 30” 10” 25” 10” 25” 10”

(28)

Berdasarkan pada alur proses pada Gambar 5., proses pengolahan basah diawali dengan tahap penggulungan yaitu pucuk layu dimasukkkan ke dalam OTR (Open Top Roller) yang bertujuan untuk membentuk partikel daun teh yang menggulung (curling) dengan ukuran seragam. Proses dalam OTR ini disebut penggulungan yang berlangsung selama 50 menit. Setelah penggulungan berakhir, bubuk diambil melalui katup bawah yang ditampung pada gerobak dorong untuk dilakukan proses pengayakan pada mesin DIBN sehingga dihasilkan bubuk I lolos mesh 6,6,6,7,7,7. Pada akhir proses penggulungan, dihasilkan bubuk I ±21% dari kapasitas maksimal OTR (350-375 kg).

Bubuk kasar yang tidak lolos ayakan pertama DIBN, diangkut dengan gerobak dorong dan dimasukkan ke dalam PCR (Press Cup Roller). Di dalam mesin PCR dilakukan penggilingan sekaligus penekanan (press) bubuk kasar selama 30 menit, hingga terbentuk partikel dengan ukuran yang lebih kecil dan halus. Selama 30 menit di dalam PCR, bubuk kasar akan mengalami perlakuan 3 kali pembukaan press (waktu pengepresan), dimana dalam selang waktu 10 menit akan terjadi buka tutup (7 menit ditutup dan 3 menit dibuka). Penggilingan dengan mesin PCR bertujuan untuk menghaluskan bubuk kasar, pembentukan aroma khas teh hitam, menghilangkan bau langu. Setelah bubuk selesai digiling, bubuk masuk ke tahap pengayakkan kedua pada DIBN hingga diperoleh bubuk II.

Ampas atau bubuk kasar ayakkan kedua DIBN akan melewati konveyor dan masuk ke dalam RV (Rotor Vane). Di dalam RV terjadi proses pengecilan ukuran yang berlangsung selama 25 menit karena pada RV terdapat pisau penyobek. Kemudian bubuk diayak lgi pada mesin RRB (Rotary Roll Breaker) sehingga dihasilkan bubuk III. Ampas yang tidak lolos RRB akan masuk ulang ke RV (25 menit). Bubuk diayak lagi pada mesin RRB hingga diperoleh bubuk IV (lolos ayakan) dan badag (ampas yang tidak lolos ayakan). Badag merupakan bubuk teh kasar (ampas terakhir) yang tidak dapat melalui proses pengayakan terakhir. Hasil sortasi ditempatkan pada nampan yang tersusun pada rak-rak untuk dilakukan proses fermentasi. Setiap grade dibedakan berdasarkan ukuran partikel, dimana bubuk I memiliki partikel yang paling halus sedangkan badag memiliki partikel yang paling kasar.

(29)

22

3.2.3. Proses Fermentasi

Fermentasi adalah proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim yang terkandunga dalam teh yaitu enzim polifenol oksidase. Fermentasi berperan dalam pembentukkan sifat sensorik teh hitam yang lebih enak terkait aroma, rasa dan warna teh. Proses fermentasi dimulai dari pemasukan daun layu ke OTR. Lama fermentasi dihitung dari proses awal turun layu yaitu 110-180 menit. Proses fermentasi dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Suhu yang tepat untuk proses fermentasi berkisar antara 20-25oC dengan kelembaban ruang antara 90-98%. Mekanisme proses fermentasi adalah hanya didiamkan diruangan yang sama dengan ruang penggilingan hingga proses fermentasi berakhir. Apabila dalam rentang waktu 110-180 menit, sudah terlihat perubahan warna bubuk yang awalnya berwarna hijau, berubah menjadi merah tembaga atau kecoklatan, hal tersebut mengindikasikan bahwa proses fermentasi telah berakhir. Setelah proses fermentasi maka dilanjutkan dengan proses pengeringan. Alat-alat yang digunakan dalam proses fermentasi yaitu humidifyer, misty cool, rak fermentasi, higrometer dan baki fermentasi.

3.2.4. Proses Pengeringan

Tujuan pengeringan yaitu mengurangi atau menurunkan kandungan air bubuk teh hingga mencapai 2,5-3%. Pengeringan bubuk teh menggunakan dengan mesin pengering ECP. Ada 3 buah mesin pengering:

- Bubuk (I dan II) dikeringkan dengan mesin 1 (masih dalam kondisi baik atau baru, memiliki waktu pengeringan paling singkat yaitu 21-22 menit).

- Bubuk (III dan IV) dikeringkan dengan mesin 2 (waktu pengeringan sekitar 28 menit).

- Badag dikeringkan dengan mesin 3 (kondisi mesin sudah tua, waktu pengeringan mencapai 34 menit).

Pemisahan mesin pengering berdasarkan jenis bubuk yang dikeringkan, dimaksudkan agar proses sortasi kering lebih mudah dan efektif.

Mekanisme proses pengeringan:

Pada proses pengeringan, ruang pengering harus dalam keadaan bersih agar bubuk teh terbebas dari kotoran. Tungku yang digunakankan untuk menanaskan mesin pengering

(30)

harus dibersihkan dari abu bekas pembakaran sebelumnya. Sebelum digunakan untuk proses pengeringan, tungku dipanaskan selama ±1 jam dan kipas pada dryer dinyalakan. Pemanasan tungku bertujuan untuk menaikkan suhu inlet dryer hingga mencapai 90oC s/d 100oC. Pada suhu 90-100oC tersebut, sangat sesuai untuk mematangkan bubuk teh. Suhu outlet yaitu ±50-55oC. Pada bagian dalam mesin pengering tersusun nampan-nampan (trays) yang berfungsi sebagai wadah bubuk-bubuk teh selama proses pengeringan.

Pada bagian paling atas terdapat penampel yang berputar-putar yang berfungsi untuk mengatur ketebalan bubuk teh, dimana terdapat spider yang merupakan alat pengatur ketebalan hamparan bubuk teh. Spider diatur maksimal 14 drat sehingga ketebalan bubuk teh pada tray sekitar ±1 cm, agar kadar air tidak lebih dari 3%. Pengaturan ketebalan sangat penting agar proses pematangan bubuk teh menjadi lebih tepat, tidak gosong dan matangnya merata. Apabila suhu inlet semakin tinggi maka kecepatan penampel juga semakin tinggi sehingga bubuk teh cepat matang dan tidak gosong, namun apabila suhunya <90oC maka kecepatan penampel harus diperlambat agar pematang bubuk lebih sempurna. Tingkat ketebalan bubuk teh pada mesin tergantung pada bubuk yang akan dikeringkan. Ketebalan hamparan bubuk I, bubuk II, III dan IV pada tray lebih tipis dibandingkan badag. Hal tersebut, berkaitan dengan karakteristik bubuk badag yang mudah kering dan cepat matang.

3.2.5. Sortasi Kering

Sortasi kering merupakan proses pemisahan bubuk teh sesuai jenis mutu teh. Beberapa tujuan sortasi kering yaitu:

- pemisahan atau pengelompokkan bubuk teh kering menurut ukuran partikel dan warna masing-masinggrade,

- menghilangkan bagian yang tidak dikehendaki (serat dan tangkai yang tidak sesuai ukuran).

Sortasi berlangsung melalui dua line yaitu line I dan line II. Perbedaan antara kedua lini tersebut adalah bahan baku yang akan disortasi. Berikut proses sortasi yang terjadi pada

(31)

24

3.2.5.1. Line I

Proses yang terjadi pada line I yaitu sortasi bubuk hitam untuk bubuk I, bubuk II dan bubuk III yang telah melalui proses pengeringan. Ketiga bubuk tersebut dicampur dan kemudian melewati proses sortasi. Rangkaian proses sortasi pada line I dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 6. Alur Proses Sortasi pada Line I

Mekanisme proses sortasi pada line I:

Hasil proses pengeringan yang terdiri dari bubuk teh I, II dan III ditampung dalam mesin penampung atau hopper, kemudian dihubungkan dengan conveyor menuju mesin

buble tray. Mesin buble tray terdiri dari dua ayakkan yang bertujuan untuk memisahkan

partikel yang halus dan kasar (serat atau tulang daun teh). Bubuk yang tidak lolos ayakan yang berupa partikel kasar dikenal dengan istilah ampas akan ditampung pada gentong untuk diolah kembali. Ampas tersebut dimasukkan ke dalam crusser atau gliser

laser untuk dihancurkan lagi menjadi bubuk yang lebih halus. Bubuk akan masuk ke buble tray lagi sampai vibro mess hingga dihasilkan bubuk teh hitam mutu I. Apabila

masih terdapat ampas yang tidak lolos ayakan ulang sampai 3 kali, maka ampas tersebut dikenal dengan istilah kawul. Kawul terdiri dari serat atau tangkai teh yang sudah tidak dapat diolah lagi namun dapat dijual.

Winnowing Vibro Mesh co nv ey or Indian Sortir Crusser Bubuk I, II, III co nv ey or

Hopper conveyor Buble

Tray conveyor Vibro Blank conveyor Drug Roll Ampas

Ampas (tidak lolos ayakan) Partikel ampas

yang lebih halus

Hasil sortir: BOP, BOPF, BF, DUST Jadi Teh Mutu I

(32)

Bubuk halus yang lolos ayakan dari buble tray, akan melewati conveyor menuju dan masuk ke dalam vibro blank. Pada vibro blank dilengkap roll magnetics diatasnya yang berguna untuk memisahkan bubuk halus teh hitam dan kawul (serat atau tangkai teh hitam). Serat akan terpisah dan ditampung disamping mesin dalam gentong. Selanjutnya, bubuk yang lolos dari roll magnetics akan masuk ke dalam drug

rollmelalui conveyor untuk dihancurkan lagi menjadi partikel yang lebih halus. Bubuk

yang lebih halus akan masuk ke mesin indian sortir.

Pada indian sortir terjadi sortasi berdasarkan ukuran partikel. Ukuran partikel tersebut terbagi menjadi dua tingkatan mesin ayak yaitu mesin ayak tingkat atas dan mesin ayak tingkat bawah. Ada 3 corong ayak pada mesin ayak tingkat atas yang terdiri:

- 2 corong untuk grade BOP dan BT, terletak di bagian samping, dan memiliki ukuran

mesh 10, dan

- 1 corong untuk yang tidak lolos ayak, terletak di bagian ujung.

Pada mesin sortasi tingkat bawah memiliki 4 corong berdasarkan ukuran partikel yaitu: untuk partikel berukuran mesh 10 (BOP), mesh 14 (BOPF), mesh 18 (PF) dan mesh 24 (DUST). Bubuk tidak lolos akan disortasi kembali. Apabila setelah 3 kali ayakan masih terdapat ampas yang tidak lolos ayak, maka harus dihancurkan kembali pada mesin

crusser kemudian melewati buble tray dan diteruskan hingga masuk ke vibro mess lagi.

Bubuk akhir yang tidak lolos atau tertinggal pada ayakan dikenal dengan istilah kawul.

Setelah melewati indian sortir, bubuk teh hitam yang lolos ayakan akan masuk ke mesin winnowing khusus teh hitam. Mesin winnowing berfungsi untuk memisahkan bubuk ringan dan bubuk berat. Adanya blower yang terdapat di dalam winnowing akan memisahkan bubuk berat dan bubuk ringan. Bubuk yang ringan apabila terkena blower, maka akan terbang sampai ke ujung mesin dan yang paling berat akan masuk ke dalam bagian yang paling dekat dengan blower. Semakin jauh dari blower, maka bubuk semakin halus dan ringan. Pada tahap ini juga masih terdapat ampas yang sudah tidak dapat disortasi lagi yang disebut kawul. Setelah melewati winnowing, bubuk teh masuk ke mesin vibro mesh. Pada mesin vibro mesh terjadi proses sortasi akhir berupa pemisahan berdasarkan gradenya. Bubuk yang telah disortasi ditampung dalam gentong

(33)

26

plastik dan dilabelin sesuai dengan grade. Pada akhir proses sortasi line I dihasilkan bubuk mutu I yaitu BOP, PF, BT, BP, BOPF dan DUST.

3.2.5.2. Line II

Pada line II dilakukan sortasi untuk bubuk IV dan badag yang telah dikeringkan. Line II melakukan sortasi pada bubuk merah. Alur proses sortasi pada bubuk merah yaitu:

Gambar 7. Alur Proses Sortasi pada Line II

Mekanisme proses sortasi Line II:

Bubuk IV dan badag yang telah ditampung dalam hopper akan melewati conveyor kemudian masuk ke mesin buble tray. Mesin buble tray berfungsi memisahkan antara bubuk yang kasar dan halus. Bubuk teh yang kasar akan masuk ke dalam crusser untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih halus lagi kemudian dimasukkan lagi ke dalam

buble tray sampasi ke vibro mesh. Namun apabila setelah 3 kali pengulangan ternyata

masih ada ampas yang tidak lolos ayakan, maka ampas tersebut disebut kawul. Bubuk halus hasil ayakan mesin buble tray, masuk ke vibro blank untuk dilakukan pemisahan serat dan tulang daun yang masih tercampur pada bubuk teh halus. Serat dan tulang yang tidak lolos ayak akan dihancurkan dengan mesin crusser, kemudian dimasukkan dimasukkan ke mesin buble tray lagi hingga mencapai chota sifter. Sedangkan bubuk yang telah lolos ayak akan masuk ke dalam crusser juga, namun bubuk ini langsung masuk ke chota sifter.

conveyor con vey or Winnowing Vibro Mesh Bubuk IV dan Badag Hopper con vey or

conveyor conveyor conveyor

con vey or Buble Tray Vibro Blank Crusser Chota Sifter Crusser Ampas Ampas

(34)

Pada chota sifter terdapat perlakukan sortasi berdasarkan ukuran partikel. Terdapat beberapa ukuran partikel yaitu mesh 18 (menghasilkan bubuk grade PF II dan FANN II), mesh 10 (menghasilkan bubuk grade BP II), mesh 24 (menghasilkan bubuk grade DUST II) dan mesh 60 (menghasilkan bubuk grade DUST III). Ampas yang tidak lolos ayak akan diolah lagi sampai bubuk tersebut tidak dapat lolos sortasi akhir maka akan disebut kawul. Setelah dari chota sifter, bubuk halus dimasukkan ke dalam winnowing.

Blower yang terdapat dalam winnowing berfungsi untuk memisahkan bubuk berat dan

ringan.

Bubuk masuk ke tahap sortasi akhir pada mesin vibro mesh. Pada mesin ini terjadi pemisahan bubuk berdasarkan ukuran mesh. Pada akhir proses sortasi line II dihasilkan bubuk mutu II berupa DUST II, PF II, FANN II, DUST III dan BP II. Teh mutu III terdiri dari BM (Broken Mixed) dan kawul. Ada 13 jenis mutu produk yang diproduksi di PT. PN IX Kebun Kaligua dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Mutu Produk Teh Hitam

Mutu Grade Karakteristik Gambar

I

BOP (Broken

Orange Pekoe)

Partikelnya pendek, agak kecil, hitam, menggulung, terpilin, agak

keriting, terutama berasal dari daun muda, mengandung sedikit tulang daun yang terpilin, sedikit

tip atau tanpa tip.

BOPF (Broken

Orange Pekoe Fanning)

Partikelnya pendek, lebih kecil, hitam, menggulung, terpilin dan

agak keriting.

PF (Pekoe

Fanning)

Partikelnya pendek, agak kecil, hitam, terpilin, menggulung, agak

keriting tetapi berukuran lebih besar dari fanning.

(35)

28

DUST

Partikelnya berukuran kecil, grainny (partikel teh berbentuk

butiran) dan berwarna hitam.

BP (Broken

Pekoe)

Partikelnya pendek, lurus, terdiri dari tangkai dan tulang daun muda

yang tidak terkelupas dan berwarna kehitaman.

BT (Broken

Tea)

Partikelnya agak terpilin dan tidak terpilin dengan baik dan berwarna

kehitaman.

II

FANN II (Fanning II)

Partikelnya berukuran pendek dan kecil, berwarna merah dan banyak

mengandung serat.

BP II (Broken

Pekoe II)

Partikelnya pendek, lurus, lebih banyak mengandung tangkai dan

tulang daun tua dan terkelupas dan berwarna hitam kemerahan.

DUST II

Partikelnya berukuran sangat kecil, banyak mengandung serat

dan berwarna merah.

DUST III

Partikelnya berukuran sangat kecil, lebih banyak mengandung

(36)

PF II (Pekoe

Fanning II)

Partikelnya pendek, agak kecil, hitam, terpilin, agak keriting tetapi lebih banyak mengandung

serat.

III

BM (Broken

Mixed)

BM adalah campuran dari dua atau lebih jenis mutu teh pad teh

bubuk kasar (broken grades).

Kawul Kawul terdiri dari serat dan berwarna kemerahan.

3.2.6. Pengemasan

Pengemasan merupakan upaya pemberian wadah atau tempat untuk membungkus produk teh agar memudahkan dalam pengiriman produk. Pengepakkan juga berperan dalam menjaga mutu produk dan menghindari peningkatan kadar air selama penyimpanan terkait sifat teh yang higroskopis. Tujuan pengemasan antara lain:

• Melindungi produk dari kerusakan

• Memudahkan transportasi dari produsen ke konsumen • Efisien dalam penyimpanannya dalam gudang

• Dapat menjadi alat promosi

Teh yang telah lolos dari sortasi kering akan ditampung di dalam gentong plastik kemudian ditimbang pada mesin timbang manual. Bubuk-bubuk teh akan ditampung di peti miring sebelum dilakukan proses pengepakkan. Pada bagian atas peti miring tepatnya bagian lubang untuk memasukkan teh sudah terdapat label masing-masinggrade. Hal tersebut dapat memudahkan karyawan dalam mengendalikan mutu teh. Lapisan aluminium foil pada dinding bagian dalam peti miring berfungsi mempertahankan daya simpan bubuk teh. Bubuk teh keluar melalui corong pada bagian

(37)

30

bawah pinggir sebelah kiri peti mirip. Tiap-tiap corong diberi label sesuai dengan grade agar proses pengemasan tidak tercampur antara satu bubuk dengan bubuk lainnya.

Bubuk teh yang keluar dari corong akan dibawa ke tea bulker melalui conveyor. Pengemasan dilakukan apabila bubuk teh yang ditampung pada peti miring sudah mencapai 1 chop atau 20 kemasan papersack. Terdapat dua jenis pengemas yang digunakan di pabrik yaitu papersack (untuk ekspor luar negeri) dan karung plastik (untuk pemasaran dalam negeri). Kemasan papersack ini tersusun dari 4 lapisan berupa

alumunium foil atau craft laminate (paling dalam), high performance craft, weth strength auto play dan ply standard.

3.3. Mesin dan Peralatan

Komponen mesin dan peralatan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruhi terhadap produk akhir yang dihasilkan. Mesin merupakan alat yang memberi tenaga atau daya pakai secara mekanis dimana terdapat komponen yang dapat diatur secara mekanis misalnya memperbesar tenaga yang bekerja, mengubah arah gerak atau bahkan mengubah suatu gerak menjadi tenaga lain. Peralatan merupakan alat yang dijalankan secara manual oleh manusia atau dijalankan secara mekanis oleh mesin untuk melakukan pekerjaan. Berikut berbagai jenis mesin dan peralatan yang digunakan untuk mengolah teh hitam.

3.3.1. Pelayuan

Pada tahap pelayuan terdapat beberapa peralatan yang dipakai yaitu:  Withering Through (Palung Pelayuan)

Withering Through digunakan untuk menghamparkan pucuk daun teh pada prsoes

pelayuan sehingga fisik daun menjadi lemas dan mudah untuk digiling. Prinsip kerja WT yaitu mengalirkan udara segar dan udara panas yang berasl dari heat exchanger menggunakan blower dan dialiri dibawah hamparan pucuk teh segar. Daun dihampar dengan ketebalan 30-40 cm dari vishing net.

Spesifikasi teknis: Kapasitas : 1200 kg

(38)

Jumlah : 15 unit di ruang pelayuan, namun hanya 13 unit yang beroperasi.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 8. Withering Through

 Cellular Tubular Heater (Tungku Pemanas)

Cellular Tubular Heater merupakan tungku pembakaran berbahan bakar kayu yang

menghasilkan udara panas. Udara panas yang dihasilkan, akan dialiri melalui cerobong menuju WT, sedangkan polusi asap akan dialiri melalui cerobong menuju luar pabrik. Suhu pemanas untuk pelayuan yaitu 60oC.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 9. Cellular Tubular Heater

 Blower (Kipas Angin)

Blower berfungsi untuk menghembuskan udara segar dalam proses pelayuan. Biasanya

juga digunakan untuk mengalirkan udara segar yang bercampur dengan udara panas yang berasal dari Cellular Tubular Heater ke dalam withering trough. Terdapat 15 unit

blower di ruang pelayuan, namun hanya 13 unit yang beroperasi.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 10. Blower

(39)

32

 Termometer

Alat ini digunakan sebagai pengukur suhu dan kelembapan. Berfungsi untuk mengukur dan mengontrol suhu di dalam withering trough.

 Monorail

Monorail adalah alat transportasi di dalam pabrik. Alat ini diberfungsi untuk

mengangkut waring berisi pucuk teh dari ruang terima pucuk ke ruang pelayuan.

 Kontering

Kontering berfungsi untuk mengantungkan waring berisi pucuk teh, kontering biasanya terletak mengantung pada monorail.

 Waring

Waring adalah keranjang berbentuk jaring dengan kapasitas 20-30 kg, umumnya 25 kg. Berfungsi sebagai wadah pucuk daun teh dari kebun dan untuk mengangkut pucuk teh menuju ruang penggilingan pada saat proses turun layu.

3.3.2. Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Basah (Pengolahan Basah)

Pada tahap pengolahan basah terdapat beberapa peralatan yang dipakai yaitu:  Open Top Roller (OTR)

Mesin OTR berfungsi menggulung sekaligus memperkecil lembaran pucuk layu. Prinsip kerja mesin OTR disebut Single Action karena bagian atas lumbung berputar namun bagian bawah tidak, yang digerakkan oleh suatu elektromotor melalui as enngkol.

Spesifikasi teknis:

Diameter silinder : 1.183 mm

Kapasitas : 350-375 kg/proses Kecepatan putaran : 42-45 rpm

Jumlah : 3 unit, namun

hanya 2 unit yang beroperasi setiap harinya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 11. Open Top Roll

(40)

 Press Cup Roller (PCR)

Mesin ini kegunaan sama dengan OTR, hanya saja pada mesin PCR dilengkapi alat untuk menekan bubuk sehingga dapat menggulung lebih kecil dan dapat mengeluarkan cairan sel dari dalam daun.

Spesifikasi teknis: Kapasitas : 300 kg

Jumlah : 3 unit, namun hanya 1 unit yang beroperasi setiap harinya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 12. Press Cup Roller

 Rotor Vane (RV)

Rotor Vane berfungsi untuk menghancurkan bubuk teh sehingga diperoleh bubuk

dengan ukuran yang lebih halus. Pada mesin ini, terdapat pisau yang berfungsi menyobek partikel teh yang berukuran besar menjadi lebih kecil.

Spesifikasi teknis:

Diameter :15 inches Kapasitas :300 kg/jam Kecepatan putaran : 28-32 rpm

Jumlah : 2 unit, namun

hanya 1 unit yang beroperasi setiap harinya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 13. Rotor Vane

 Rotary Roll Breaker (RRB)

Mesin RRB berfungsi untuk memisahkan bubuk basah yang halus dan yang kasar sesuai ukuran mesh pada mesin. Mesin RRB digunakan untuk mensortasi bubuk teh dari RV. Terdapat 3 lubang pada mesin RRB yang mempunyai ukuran mesh 6,6,7.

Spesifikasi teknis: Kapasitas : 300 kg

(41)

34

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 14. Rotary Roll Breaker

 DIBN (Double Indiana Ball Breaker Nasortir) DIBN adalah mesin penayak yang

digunakan untuk mengayak bubuk teh yang telah melalui OTR dan PCR. Terdapat 1 unit di ruang penggulungan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 15. Double Indiana Ball

Breaker Nasortir

 Conveyor

Conveyor berguna untuk memindahkan bubuk teh secara kontinyu dari satu mesin ke

mesin yang lain. Terdapat 5 unit di ruang pengulungan.

 Gerobak Dorong

Gerobak dorong berfungsi untuk mengangkut bubuk teh hasil gilingan dari satu mesin ke mesin lainnya.

3.3.3. Fermentasi

Beberapa peralatan yang digunakan dalam proses fermentasi teh yaitu:  Humidifyer

Humidifyer berguna untuk menjaga kelembaban dan suhu udara, mengeluarkan kabut

(42)

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 16. Humidifyer  Misty Cool

Alat pendingin yang berfungsi untuk menghilangkan panas bubuk teh setelah produksi.  Rak Fermentasi

Alat bagian fermentasi yang digunakan sebagai alat pemindah bahan yang terdiri dari baki fermentasi dan rak besi sebagai penyangganya. Rak fermentasi terbuat dari pipa besi dilengkapi dengan 4 buah roda sehingga mempermudah pengangkutan bubuk teh dari ruang sortasi basah ke ruang fermentasi dan dari ruang fermentasi ke ruang pengeringan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 17. Rak Fermentasi

 Baki Fermentasi

Berfungsi untuk menghamparkan bubuk hasil dari sortasi basah yang akan dioksidasi secara enzimatis. Baki fermentasi ini terbuat dari alumunium yang anti karat.

 Hygrometer dan Thermometer

Hygrometer adalah alat yang berfungsi untuk mengetahui kelembaban ruangan dan thermometer untuk mengetahui suhu ruang fermentasi.

3.3.4. Pengeringan

Pada tahap pengeringan terdapat beberapa peralatan yang dipakai yaitu:  Mesin Pengering ECP (Endles Chain Pressure)

Mesin pengering ECP memiliku 2 tahap proses (Two Stage Dryer) yaitu menghentikan proses fermentasi dan mengurangi kadar air (2,5-3%) bubuk teh. Bagian-bagian dryer:

(43)

36

- Tray : wadah atau tempah bubuk teh saat dikeringkan.

- Spider : bagian pengatur ketebalan hamparan bubuk teh pada tray. - Termometer inlet : pengukur suhu masuk pada mesin pengering. - Termometer outlet : pengukur suhu yang keluar dari mesin pengering.

- Klep udara panas : mengatur udara panas agar udara panas tersebar merata pada bagian atas maupun pada bagian bawah tray.

- Tungku api satu berfungsi untuk memproduksi udara panas yang akan digunakan untuk proses pengeringan. Spesifikasi teknis:

Kapasitas : 230 kg

Jumlah : 3 unit

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18. Mesin Pengering ECP (Endles Chain Pressure)

 Hopper

Hopper merupakan tempat penampungan bubuk teh yang telah kering sebelum masuk

ke proses sortasi kering. Spesifikasi teknis: Kapasitas : 800 kg

Jumlah : 2 unit, 1 unit untuk tempat bubuk I, II, III, sedangkan 1 unit lainnya untuk tempt bubuk IV dan badag.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 19. Hopper  Conveyor

Conveyor berfungsi membawa bubuk kering ke tempat penampungan (hopper).

(44)

Pada tahap sortasi kering terdapat beberapa peralatan yang dipakai yaitu:  Buble Tray

Buble tray berfungsi memisahkan antara

bubuk halus dan bubuk kasar. Spesifikasi mesin:

Kapasitas : 300 kg/jam Jumlah : 2 unit Putaran : 1400 rpm

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 20. Buble Tray

 Vibro Blank

Bubuk teh halus yang lolos ayakan dari

buble tray akan masuk ke vibro blank.

Mesin vibro blank digunakan untuk memisahkan tulang dan serat yang masih bercampur dengan bubuk teh hitam.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 21. Vibro Blank

 Drug Roll

Drug roll berfungsi menghancurkan (memperkecil) ukuran partikel bubuk hasil ayakan vibro blank. Pada mesin ini, fraksi bubuk diperkecil dengan cara menggilas pada roll

yang dilapisi karet.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 22. Drug Roll  Indian Sortir

(45)

38

Indian sortir bertujuan untuk

memisahkan bubuk teh hitam menurut besarnya partikel atau sesuai dengan ukuran masing-masing grade.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 23. Indian Sortir

 Winnowing

Fungsi Winnowing yaitu sortasi bubuk berdasarkan berat jenis serta pemisahan serat dan tulang pada bubuk teh. Proses dalam winnowing memanfaatkan tiupan angin yang berasal dari brower di dalam

winnowing.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 24. Winnowing

 Vibro Mesh

Vibro mesh merupakan mesin pengayak terakhir. Guna mesin ini yaitu sortasi bubuk

jadi berdasarkan ukuran mesh tiap-tiap jenis mutu teh.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 25. Vibro Mesh  Crusser

(46)

Crusserberfungsi untuk menghancurkan

bubuk teh menjadi partikel yang lebih halus.

Gerakan menggilas atau menggerus bubuk teh menyebabkan partikel teh yang masih kasar menjadi remuk.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 26. Crusser

 Chota Sifter

Fungsi chota sifter mirip dengan fungsi mesin indian sorter, yang digunakan untuk sortasi bubuk teh berdasarkan ukuran partikel. Namun pada chota

sifter untuk mensortir bubuk merah

yang terdiri dari bubuk IV dan Badag.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 27. Chota Sifter

 Conveyor : perantara untuk memindahkan bubuk teh dari mesin satu ke mesin lainnya.

 Gentong Plastik : wadah menampung hasil ayakan dan ampas teh.

3.3.6. Pengemasan

Pada tahap pengemasan terdapat beberapa peralatan yang dipakai yaitu:  Peti Miring (Tea Bin)

Tea bin merupakan tempat untuk

menyimpan bubuk teh kering hasil sortasi sebelum masuk proses pengepakan.

(47)

40

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 28. Tea Bin

 Tea Bulker

Tea Bulker berfungsi sebagai tempat

pencampuran beberapa jenis teh, baik potongan maupun terasan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gamabr 29. Tea Bulker

 Tea Packer

Tea packer berfungsi untuk

memasukkan bubuk teh yang berasal dari tea bulker ke dalam paper sack dengan kepadatan merata sesuai dengan yang diinginkan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 30. Tea Packer

 Vibrator (Penggetar)

Vibrator berfungsi untuk memadatkan dan meratakan bubuk teh yang telah dikemas

dengan paper sack.

 Pallet: alas untuk meletakkan teh kering yang sudah dikemas, baik paper sack maupun karung supaya tidak bersentuhan langsung dengan lantai.

(48)

41

4. PENGAWASAN MUTU

Pengawasan mutu merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Proses pengawasan mutu perlu dilakukan mulai dari bahan baku, proses produksi bahkan setelah produk siap untuk dipasarkan. PT. PN IX Kebun kaligua, dari segi proses produksi telah memenuhi persyaratan ISO 9001:2008 dan sertifikat SAN & RA (Suistainable Agriculture Network & Rainforest

Alliance). Proses pengawasan mutu sangat penting untuk mempertahankan mutu

produk teh sehingga tetap sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedure).

4.1.Pengawasan Mutu Bahan baku

Berbagai penanganan bahan baku harus dilakukan dengan benar sehingga bahan baku yang diperoleh mempunyai kualiatas yang baik. Apabila kualitas bahan baku baik maka proses produksi teh hitam juga akan berjalan lancar sehingga diperoleh produk akhir yang berkualitas tinggi. Pengendalian mutu bahan baku teh dilakukan pada tahap: penentuan gilir petik, penanganan bahan baku, pengangkutan bahan baku, analisa petikan dan analisa pucuk.

4.1.1. Tahap Penentuan Gilir Petik

Istilah gilir petik dikenal sebagai jangka waktu untuk dilakukan pemetikkan lagi setelah petikan selanjutnya. Pada petikan manual, gilir petik setiap 8 s/d 9 hari setelah petikan sebelumnya. Namun pada petikan menggunakan gunting, maka gilir petik dilakukan setiap 22-25 hari setelah petikan sebelunnya. Penanganan pucuk daun teh harus dilakukan secara hati-hati agar daun tidak rusak (robek, terlipat, terperam) saat tiba di pabrik.

4.1.2. Tahap Penanganan Bahan Baku

Penanganan perlu dilakukan dari proses pemetikan, dilanjutkan ke proses pengumpulan, lalu dibagian tahap penyimpanan, serta pengangkutan. Saat proses pemetikan, pucuk jangan digenggam terlalu lama. Memasukkan pucuk ke waring juga jangan terlalu ditekan untuk menghindari kerusakan pucuk. Pada saat pengumpulan pucuk di TPH, waring diangkut dengan cara digendong dan tidak boleh dibanting saat penurunan di

(49)

42

TPH. Kapasitas maksimal waring agar pucuk daun teh tidak terlalu tertekan dan tidak merusak pucuk yaitu sekitar 25 kg.

Penanganan bahan baku juga perlu diperhatikan pada proses pengangkutan bahan baku dari TPH ke pabrik. Pucuk daun teh diangkut menggunakan truk. Pada saat penaikan bahan baku ke truk tidak boleh dibanting atau dilempar, begitu juga pada saat penurunan maupun pembongkaran bahan baku ketika sampai di pabrik. Pembantingan perlu dihindari agar pucuk tidak berceceran di lantai, dan menghindari kerusakan pucuk.

4.1.3. Tahap Analisa Petik

Pemisahan atau pengelempokkan pucuk berdasarkan rumus petik dikenal dengan istilah analisa petik, yang kemudian dinyatakan ke bentuk persentase (%). Prosedur analisa petik yaitu:

- Sebanyak 1 kg sampel diambil acak dan rata dari semua waring pemetik. - Dari 1 kg sampel diambil 200 gram secara acak untuk dianalisa.

- Hasil analisa diserahkan ke tiap-tiap mandor dan ke pihak pabrik untuk perbaikan dan evaluasi pemetikkan berikutnya.

Perlu diperhatikan, pemisahan dan pengelompokkan jenis petikan harusteliti. Ketelitian dalam melihat kondisi pucuk sangat diperlukan agar tidak salah mengelompokkkanserta perhitungan persentase. Pada saat penimbangan pucuk daun teh, perlu dilakukan pengecekkan untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan dalam perhitungan dalam analisa petik. Saat perhitungan juga harus dilakukan dengan teliti agar tingkat kesalahan perhitungan menjadi lebih rendah.

4.1.4. Analisa Pucuk

Analisa pucuk adalah suatu kegiatan pengelompokkan bagian-bagian pucuk hasil petikan sesuai rumus petikan. Analisa petik bertujuan mengetahui persentase dan keadaan pucuk daun teh yang dihasilkan untuk diolah pada tahapan produksi. Proses pemisahan dan pengelompokan harus dilakukan secara teliti agar hasil analisa akurat dan menghindari kekeliruan yang dapat mengganggu hasil analisa.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Afdeling Kantor Secara Umum Administratur Kepala Sinder Sinder Kantor Sinder Teknik Sinder Kebun (Kaligua Sakub)  Sinder Kebun  (Ambar Suralaya) Karyawan
Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Teknik
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. PN IX Kebun Kaligua Tahun 2016
Gambar 3. Tanaman Teh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al- Qur'an dan hadis dengan benar,

Menginggat belum terdapatnya wahana rekreasi berbasis edukasi ternak sekaligus alam, Rabbit garden diproyeksikan dapat menjadi wahana rekreasi edukasi sebagai

Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui konteks manajemen kesiswaan dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Saraswati Salatiga, 2) mengetahui

embos garis keliling, pada sudut kanan atas dan sudut kiri bawah setiap plat TNKB terdapat tanda khusus (security mark) cetakan embos lambang Korlantas Polri dan pada

Dan menjadi menarik untuk diteliti persoalan ini, sehingga rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah modal sosial yakni trust (saling percaya),

Hasil pengamatan di lapangan selama eksplorasi menunjukkan adanya variasi gejala tanaman cabai terinfeksi Begomovirus secara visual di tiap daerah, mulai dari tingkat

berdampak pada jenjang pendidikan selanjutnya. Jika miskonsepsi dibiarkan maka akan sulit untuk dilakukan perbaikan konsep. Menanamkan konsep sejak pendidikan dasar

Setelah diperoleh kesepakatan, korban mengajukan penarikan laporan ke penyidik, kemudian penyidik mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) dengan