• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP NASABAH PASCA PEMBERITAAN PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN ATM DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Nasabah Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi Terhadap Penggunaan Kartu ATM di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP NASABAH PASCA PEMBERITAAN PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN ATM DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Nasabah Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi Terhadap Penggunaan Kartu ATM di Surabaya)."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana

pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

TITO ARDIANSYAH

0543010364

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

SIKAP NASABAH BANK PENGGUNA ATM DI SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI

Disusun oleh :

TITO ARDIANSYAH 0543010364

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi

JUWITO, S.Sos, M.Si NPT. 367 049 500 391

Mengetahui DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

TITO ARDIANSYAH 0543010364

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

JUWITO, S.Sos, M.Si JUWITO, S.Sos, M.Si NPT. 367 049 500 391 NPT. 367 049 500 391

2. Sekertaris

Dra. Herlina Suksmawati, MSi

NIP. 19641225 199309 2001

3. Anggota

Zainal Abidin. A, S.Sos, M.Si, M.Ed

NPT. 997.300.170

Mengetahui, DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mohonkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Sikap Nasabah Bank Pengguna ATM di Surabaya Terhadap Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi”.

Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada: 1. Bapak dan Ibuku tercinta di rumah dan seluruh keluargaku.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati. M. Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan sekaligus pembimbing proposal penulis. Sekali lagi, terima kasih.

4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Serta tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada :

(5)

selama bimbingan skripsi maupun saat kuliah, dan terima kasih buat sahabat-sahabat terbaik yang telah membantu dan memberi semangat guna kelancaran proses praktek maupun penulisan skripsi ini.

4. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.

Sungguh penulis menyadari bahwa ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa ini Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di Program Studi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Mei 2010

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI ………ii

1.4 Manfaat Penelitian………..………. 11

1.4.1 Manfaat Teoritis……….……… 11

1.4.2 Manfaat Praktis……….……… 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA………

2.1. Landasan Teori……….…………

2.1.1. Televisi sebagai massa Media Elektronik……… 2.1.2. Televisi sebagai Sarana Jurnalistik…..………….………

2.1.3. Berita………..….…………

2.2. Terpaan Media………..……….

2.3. Definisi ATM……….…………

2.4. Definisi Nasabah………..

2.5. Masyarakat sebagai konsumen media massa………

(7)
(8)

4.4.4 Pengetahuan Nasabah Bank tentang Cara 4.7 Sikap Nasabah Bank Terhadap Penggunaan ATM

(9)

PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN

ATM DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Nasabah Pasca

Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi Terhadap Penggunaan

Kartu ATM di Surabaya)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena munculnya pemberitaan pembobolan ATM di televisi terhadap penggunaan kartu ATM di Surabaya sehingga bukan tidak mungkin akan menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat.

Landasan teori yang dipakai yaitu Teori S-O-R. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data secara sistematis dan terperinci mengenai sikap nasabah bank terhadap penggunaan kartu ATM. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang didasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Populasi dalam penelitian ini masyarakat surabaya khususnya para nasabah pengguna kartu ATM terhadap pembobolan ATM di televisi terhadap penggunaan kartu ATM di Surabaya. Teknik sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Yamane.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN  

 

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini masyarakat kita dikejutkan dengan pembobolan ATM yang sedang marak terjadi di Indonesia. Bank yang seharusnya sebagai tempat untuk menyimpan uang kita secara aman, sekarang dengan mudah dan cepat para pencuri mengambil uang kita yang lama kita simpan. Ironisnya desas-desus ini pembobolan ATM sudah lama terdengar, sedangkan Bank di Indonesia seakan tidak perduli akan adanya kasus tersebut, sehingga menimbulkan efek yang sangat besar pada saat ini.

(11)

menyebutkan nomor PIN kartu ATM dengan alasan kartu akan diblokir. Usai korban keluar dari ruang ATM, komplotan masuk dan mencungkil card rider untuk mengambil kartunya. Setelah alat itu dipasangkan kembali, kartu ATM korban dimasukkan dengan memencet PIN yang sudah diketahui tersangka dari korban.

Modus kedua hampir sama dengan sebelumnya, yaitu membuat kartu ATM nasabah tertahan dan tidak bisa dikeluarkan dari mesin ATM. Pelaku juga menempelkan nomor telepon pusat layanan palsu di badan mesin. Berbeda dengan modus pertama, pelaku menggunakan perangkap potongan korek api agar kartu ATM tertahan.

Korban yang biasanya panik langsung menelepon nomor pusat layanan fiktif. Petugas fiktif meminta korban menekan tombol tertentu supaya kartu ATM keluar. Karena tak kunjung keluar, petugas fiktif membujuk korban menyebutkan nomor PIN ATM dengan alasan memblokir rekening.

Merasa aman rekening sudah diblokir, korban meninggalkan lokasi ATM. Kesempatan ini dimanfaatkan pembobol untuk mengambil kartu menggunakan gergaji besi.

Modus ketiga adalah dengan menggunakan kartu ATM palsu. Pelaku menggunakan beberapa kartu ATM palsu.

(12)

3   

Kasus itu dibongkar oleh Kepolisian Surabaya setelah mendapat laporan dari sebuah bank, yang menyatakan nasabah mereka banyak yang mengeluhkan kartu dibobol. Total yang dibobol sekitar Rp 300 juta.

Menurut laporan koran setempat, pembobol adalah seorang pemilik toko. Pemilik toko ini memasang alat penyadap data, bermerek Axicon, yang ia beli di Hongkong Rp 50 juta.

Mesin pencuri data ini tidak dipasang di mesin ATM, tapi di pembaca kartu ATM di tokonya. Alat ini, disambungkan ke laptop untuk menyimpan data. Setiap kali ada pelanggan toko datang dan bertransaksi lewat ATM, si pemilik toko beraksi. Begitu ATM digesek, datanya tidak hanya terkirim ke computer bank tapi juga ke laptop milik toko.

Data itu digunakan untuk membuat tiruan kartu ATM. Si pemilik toko hanya perlu membeli kartu magnetik kosong yang banyak dijual. Kartu ini tidak hanya digunakan untuk ATM atau kartu kredit, tapi juga lazim dipakai sebagai kartu absen sehingga gampang didapat.

Untuk password juga gampang. Para pembeli yang kurang waspada, tidak akan menutupi tombol saat ia memijit password. Si pemilik akan melirik tangan pembeli dan menghapal enam angka password itu. Dengan modal kartu tiruan dan password yang ia hapalkan itu, si pemilik toko menguras isi rekening para pelanggannya selama dua bulan dan menghabiskan Rp 300 juta. ( www.tempointeraktif.com )

(13)

perhatian khalayak. Pemberitaan tentang kasus ini tidak henti-hentinya menjadi berita utama di berbagai media televisi. Hal ini dapat menimbulkan gejolak dimasyarakat khususnya para nasabah, karena semakin kasus ini sering disiarkan maka informasi ini akan semakin tersebar luas. Kasus pembobolan ATM ini merupakan realistis yang terkait erat dengan kebutuhan masyarakat sehingga isu ini dianggap penting untuk diberitakan di media.

Kehadiran media massa disini sangat berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai control social.Dimana setiap isu yang berkembang di masyarakat sangat erat dengan cara media mengkonstruksi dan menyampaikan inbformasi tersebut kepada khlayak. Disisi lain media merupakan sarana informasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui realitas yang terjadi disekitarnya. Sedangkan isu yang berkembang di masyarakat saat ini adalah mengenai pembobolan ATM di Indonesia akhir-akhir ini. Hal ini tentu dapat meresahkan masyrakat khususnya para nasabah karena pembobolan ATM mempunyai efek negative terhadap pengguna ATM. Karena pengguna akan merasa khawatir apabila menggunakan ATM miliknya. Tentu saja keberadaan media sangat diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan masyarakat khususnya nasabah tentang kasus pembobolan ATM tersebut

(14)

5   

melainkan masyarakat sangat dituntut untuk mengetahui informasi-informasi yang selalu berkembang. Dalam penyampaian informasi tidak lepas dari proses komunikasi dimana dalam proses komunikasi selalu membutuhkan sarana atau media dalam menyampaikan informasinya, baik melalui media massa atau melalui media komunikasi interpersonal.

Seiring dengan perkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam memperoleh informasi tidak hanya komunikasi secara langsung (tatap muka), tetapi juga dapat melalui media massa untuk membantu komunikator berhubungan dengan khalayaknya. Media massa dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan pelapisan social dalam suatu masyarakat. Media masssa juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan respon dan kepercayaan. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan respon seseorang.

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan pada media elektronik tersebut.

(15)

berita, hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung. Dibandingkan dengan massa yang lain televisi lah yang paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan selain mengeluarkan suara, televisi juga menampilkan gambar,sehingga informasi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti. Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Televisi disini menimbulakan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang sudah terlanjur mengetahui dan merasakanya, baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. (effendy, 1996 : 122 )

Selain itu televisi juga memiliki kelebihan dan kekuatan tersendiri. Kelebihan dari media televisi adalah paket acaranya yang mampu membuka wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di lingkungan masyarakat. (Kuswandi, 1996:94) sedangkan kekuatan dari media televisi adalah menguasai jarak dan ruang, dapat menjangkau massa dalam jumlah besar, nilai aktualitas yang cepat, daya rangsang pemirsanya cukup tinggi, serta penyampaian informasi dengan lebih singkat, jelas dan sistematis. Mengingat kemampuan televisi dalam menguasai jarak geografis dan sosiografis (Kuswandi, 1996), maka televisi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar pada khalayak dibanding dengan radio dan surat kabar.

(16)

7   

atau pemirsa untuk menyerap dan memahami cara yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya. (Kuswandi,1996)

Diantara media massa yang ada, televisi adalah media elektronik yang paling banyak menerima sorotan, terutama dalam isi siaran. Dalam banyak hal televisi memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Pertama, kecepatan pertumbuhan televisi yang sangat cepat di semua Negara industri, bahkan dengan jumlah yang berbeda perluasan itu juga melanda Negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Kedua, televisi mampu menyebarkan informasi dengan format audiovisual dan kinematografik (pandang dengar dan pandang gerak). Jenis media ini memiliki dampak identifikasi optic yang tajam bagi pemirsa, mereka seakan-akan berada di tempat peristiwa dan melihat dengan mata kepala sendiri kejadian yang sebenarnya yang ditayangkan di televisi, padahal peristiwanya terjadi dan disiarkan pada jarak jauh. (Muis, 2001 : 56)

(17)

penyalahgunaan obat-obatan, hal ini sering terjadi pada iklan yang sering ditampilkan melalui televisi, misalnya iklan minuman keras, rokok dan obat-obatan lainya.

Berita (News) merupakan sajian utama sebuah media massa disamping opini (views). Dalam buku karangan Romli (2005 : 4), Northelife mengartikan berita sebagai :

“ if a dog bites a man, it’s not news. But if a man bites a dog is news.”

Jika seekor anjing menggigit manusia itu bukanlah suatu berita, namun jika manusia yang menggigit anjing itu baru dikatakan berita.

Assegaff (1983 : 5) mengemukakan : “Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca”. Sedangkan menurut Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. (Romli : 2005 : 5).

Terdapat empat unsur yang dikenal sebagai nilai-nilai berita (Romli: 2005 : 5).

a.Cepat : berarti ketepatan waktu atau aktual. Berita adalah sesuatu yang baru, yang belum diketahui sebelumnya.

(18)

9   

c.Penting : berarti menyangkut kepentingan orang banyak (berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak).

d. Menarik : berarti mengundang orang untuk membaca berita yang ditulis dan dimuat dalam media cetak. Selain berita yang menarik perhatian pembaca, aktual, dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, berita bersifat menghibur atau lucu juga dibutuhkan oleh masyarakat luas atau para pembaca. Berita yang mengandung keganjilan atau keanehan, bahkan berita yang menyentuh emosi atau menggugah perasaan (human interest) juga diperlukan.

Seperti halnya pada kasus-kasus sebelumnya, misalnya kasus hacker internet yang menguras uang dari kredit card dan berbagai kasus lainnya yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat khususnya nasabah. Kasus mengenai pembobolan ATM ini juga dapat memunculkan respon dan reaksi yang berbeda pula pada masyarakat khususnya nasabah. Respon tersebut bisa positif atau bahkan negatif tergantung bagaimana media mengkonstruksi realitas tentang pembobolan ATM tersebut.

(19)

kemudian ditampilkan dengan cara berbeda demi menarik perhatian khalayak. Terkait kasus pembobolan ATM hampir semua media, khususnya media televisi berlomba-lomba untuk memberitakan isu tersebut secara serentak.

ATM merupakan transaksi yang paling di gemari oleh masyarakat Indonesia. ATM sendiri digunakan oleh masyarakat khsususnya nasabah sebagai alat bantu utama untuk mentransfer sejumlah uang, mengambil uang, membayar listrik, membayar uang kuliah, bahkan untuk membeli pulsa pun tersedia di ATM.

Melihat efek yang bisa ditimbulkan oleh media televisi, dalam hal menyampaikan informasi atau pesan yang bertemakan pembobolan ATM, maka peneliti melihat adanya fenomena yang menarik untuk dibahas, dimana televisi bisa menjadi salah satu sumber informasi yang bisa menambah pengetahuan bagi penontonnya dan bukan hal yang tidak mungkin televisi dapat mempengaruhi sikap penontonnya, yakni masyarakat khususnya nasabah. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap nasabah Surabaya terhadap pemberitaan pembobolan ATM di televisi dengan melihat bagaimana berita tersebut dikemas dan disajikan oleh media kepada audience-nya.

(20)

11   

setelah Jakarta sehingga sangat mungkin penggunaan ATM oleh nasabah bank yang banyak dapat memungkinkan pembobolan ATM beraksi di Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu:

Bagaimana sikap nasabah bank pengguna ATM di Surabaya terhadap pemberitaan pembobolan ATM di televisi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana Sikap nasabah Bank di Surabaya terhadap penggunaan ATM setelah adanya pemberitaan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis.

(21)

televisi dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik

Televisi merupakan bagian dari media massa, dimana media massa

mempunyai fungsi – fungsi tertentu. Menurut Kuswandi (1996 : 21 – 23)

berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang

menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan

informasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan

perubahan nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dan menarik

perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara

geografis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola dan

kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Pengaruh

dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini

terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi – segi kejiwaan

pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi cermin budaya tontonan bagi

pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat.

Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

2.1.2 Televisi sebagai sarana Jurnalistik

Tujuan utama dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik adalah menyediakan

(23)

hakekatnya jurnalistik adalah suatu seni dan keterampilan mencari,

mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi

sehari – hari secara indah dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani

khalayaknya sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pandangan dan perilaku

khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.

Sedangkan menurut Effendy, “Jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan

laporan harian yang menarik minat khalayak, nilai dari peliputan sampai dengan

penyebaran informasi pada masyarakat.” (Suhandang, 2004:21). Televisi memiliki

daya tarik yang sangat kuat dibandingkan dengan media lain. Karena televisi

menyajikan acara yang dapat dilihat, didengar, cepat dan hidup bagaikan melihat

sendiri peristiwa yang disiarkan.

2.1.3. Berita

Menurut Doug Newsonm dan James A. Wollert dalam Media Writing

News for the Mass Media (1985: 11) berita adalah apa saja yang ingin dan perlu

diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita,

media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang

mereka butuhkan.

Sedangkan menurut AS Haris Sumadiria, berita adalah laporan tercepat

mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi

sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi,

(24)

15   

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang digunakan

oleh para jurnalis untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan

memilih mana yang lebih baik. Nilai berita menjadi sangat penting dalam

penulisan berita bagi wartawan.

Menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R.Moen, Don Ranly

dalam News Reporting and Editing (1980:6-17) menunjuk kepada sembilan nilai

berita. Serta penambahan dari beberapa pakar lain menyebutkan adanya

ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks (sex). Kemudian As Haris Sumadiria

(2005: 80-92) menggabungnya menjadi sebelas nilai berita, sebagai berikut :

a. Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Untuk menunjukan

berita bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchliffe, pujangga dan editor di

Inggris abad 18, menyatakan dalam sebuah ungkapan, “if a dog bites a man it is

not news, but if a man bites dog, it is news” (Mot, 1958:63 dalam Effendy,

2003:131). Prinsip seperti itu hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan para

reporter dan editor dimanapun.

Nilai berita peristiwa luar biasa dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa,

waktu peristiwa terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang

ditimbulkan peristiwa tersebut baik dalam bentuk jiwa dan harta, maupun

(25)

b. Kebaruan (Newness)

Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru. Apa saja perubahan

penting yang terjadi dan dianggap berarti. Dalam suatu hari tertentu kapanpun dan

dimanapun selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru bahkan kecenderungan

baru. Hal inilah yang selalu diberitakan oleh jurnalis.

c. Akibat (Impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Apa saja yang

menimbulkan akibat sangat berarti bagi kehidupan masyarakat itulah berita.

Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya,

maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan

bergantung pada beberapa hal yakni, seberapa banyak khalayak yang terpengaruh,

pemberitaan langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya

efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio atau televisi yang

melaporkannya.

d. Aktual (Timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Dalam memperoleh dan

menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa

mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai

kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau

narasumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin.

(26)

17   

e. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti yakni kedekatan

geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu

peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat

suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan

semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan

psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau

kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

f. Informasi (Information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm informasi adalah segala

yang biasa menghilangkan ketidakpastian. Tetapi, tidak setiap informasi

mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai

berita tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya

informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik

yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat

dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber

berita yang tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap

penting perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran

masih diperdebatkan. Konflik akan cenderung jalan terus meskipun ada pihak

(27)

menyatu dengan dinamika kehidupan. Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi,

atau kriminal merupakan contoh element konflik di dalam pemberitaan.

h. Orang penting (Prominence)

Ada istilah “Names Make News”, nama menciptakan berita. Ketokohan atau

keterkenalan seseorang kerap kali menjadi objek berita yang menarik untuk

diketahui. Orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur

publik, dimana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah

lakunya.

i. Ketertarikan manusiawi (Human Interest)

Human interest merupakan berita yang mengundang minat insani,

menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin

tahu. Kisah-kisah human interst tergolong ke dalam berita ringan, berita lunak

(soft news)

j. Kejutan (Suprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya secara tiba-tiba, di luar dugaan, tidak

direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa

menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia yang dapat mengundang dan

menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan mengguncang dunia,

seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah, dan laut akan musnah.

Nilai berita kejutan, ditentukan oleh subjek pelaku, situasi, peristiwa

(28)

19   

masyarakat di sekitarnya. Kejutan yang diterima setiap kelompok dari setiap

berita yang disampaikan akan berbeda-beda pengaruhnya.

k. Seks (Seks)

Berita adalah seks begitu pula sebaliknya seks adalah berita. Media massa

tanpa seks dalam segala dimensi dan manifestasinya, sama saja dengan bulan

tanpa bintang, pohon tanpa daun, kolam tanpa ikan, atau sungai tanpa air. Sesuatu

yang mustahil. Segala macam berita tentang seks selalu banyak peminatnya,

selalu dinanti bahkan dicari.

Teori tersebut menimbulkan dampak dengan menjamurnya penerbitan pers

yang secara khusus, mengangkat berbagai isu tentang seks, gender, kehidupan

kaum perempuan dengan segala naluri, kebutuhan, keinginan, dan ambisinya

terhadap lawan jenis, hal-hal psikologis, bisnis, atau bahkan politis.

2.2 Terpaan Media

Menurut Prastyono (Rakhmat 2005 : 23), media exposure dapat diartikan

sebagai terpaan media. Sedangkan, Shore mengatakan “Exposure is hearing,

seeing, reading, or most genneraly, experiencing, with at least a minimal amount

of interest the mass media. The exposure might occure to an individual or group

level”, (Rakhmat 2003 : 23). Jadi dapat dikatakan bahwa terpaan merupakan

(29)

mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi

pada individu maupun kelompok.

Rosengen mengemukakan bahwa penggunaan media terdri dari jumlah

waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang

dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi

media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat 2005 :

66).

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media

baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longerity

(Ardianto Erdinaya, 2004). Sedangkan, pengaruh antara khalayak dengan isi

media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. Andersen mendefinisikan

perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2005).

2.3Definisi ATM

ATM (Automatic teller machine atau automated teller machine; di

Indonesia juga kadang merupakan singkatan bagi anjungan tunai mandiri) adalah

sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan

mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang "teller"

manusia. Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek, transfer

(30)

21   

2.4Definisi Nasabah

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk

keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.

Nasabah juga sangat berperan penting dalam menjalankan roda perbankkan

karena Nasabah, adalah orang yg punya rekening,atau kata lain,orang yg

menggunakan jasa simpan atau pinjam dalam perbankkan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_nasabah)

2.5 Masyarakat Sebagai Konsumen Media Massa

Secara universal dan sederhana masarakat televisi dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa media massa

atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, masyarakat ini memiliki

beberapa karakteristik yaitu memilki jumlah yang besar, bersifat heterogen,

menyebar dan anonim, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial

sehingga tidak konsisten dan dan komposisinya dapat berubah dengan cepat.

(McQuail, 2001:201)

Masyarakat sebagai konsumen media massa adalah massa dan memiliki

perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memilki kerangka acuan

dan lapangan pengalaman yang berbeda. Berdasarkan pengelompokan tersebut,

maka sejumlah acara diperuntukkan untuk kelompok tertentu sebagai sasaran

(31)

warta berita, sandiwara, film seri, music dan lain – lain. Sedangkan untuk

kelompok sasaran adalah acara untuk anak – anak, remaja, mahasiswa, ibu rumah

tangga, pemeluk agama islam dan lain – lain.(Effendy 1993:20)

2.6 Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek aspek tertentu

dalam lingkungannya. Komponen – komponen sikap adalah pengetahuan,

perasaan – perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Lebih mudahnya, sikap

adalah evaluatif terhadap objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni

bagaimana seseorang berhadap – hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada

kebanyakan peneliti dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Dewasa ini banyak

psikolog sosial berasumsi bahwa diantara faktor – faktor lain, perilaku

dipengaruhi oleh tujuannya.

Tujuan perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh

harapan lingkungan sosialnya terhadap perilaku tersebut, norma – norma

subjektif, serta kemampuannya untuk melakukan itu, yakni penilaian perilaku

sendiri. (Van Den Ban dan Hawkins, 1999 : 106–107)

Menurut Schfman dan Kanuk (1997 menyatakan bahwa sikap adalah

ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah senang atau tidak

(32)

23   

yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu dan lain –

lain, Sedangkan Paul dan Olson (1999) menyatakan bahwa pesan adalah evaluasi

konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah

tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif rendah.

2.7 Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa sedikit banyak akan memberikan efek atau pengaruh

pada masyarakat.Efek menerpa seseorang yang menerimanya baik secara sengaja

dan terasa atau tidak sengaja dan malah sebaliknya tidak dimengerti (Liliweri,

1991).

Lebih lanjut, (Jalludin Rakmat, 2003:219) membagi tiga bagian dari efek yang

ditimbulkan oleh media massa, yaitu :

1. Efek Kognitif

Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan

transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

2. Efek Afektif

Efek efektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi,

(33)

3. Efek Behavioral

Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang

meliputi pola – pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku.

Karena penelitian ini meneliti sikap nasabah pengguna ATM di surabaya

terhadap suatu pemberitaan di salah satu program televisi.

Ketiga komponen tersebut berada dalam suatu hubungan yang konsisten.

Sebelum suka atau tidak suka (Efek afektif) terhadap suatu objek, tentu seseorang

harus tahu dan yakin lebih dahulu (Efek kognitif). Seseorang membeli suatu

produk (Efek behavioral), tentu karena suka (Efek afektif), kecuali dalam keadaan

terpaksa.

Penelitian ini lebih memfokuskan pada Efek kognitif dan Efek afektif.

Karena berhubungan dengan pengetahuan perasaan seseorang. sikap nasabah

pengguna kartu ATM di Surabaya pasca pemberitaan pembobolan ATM di

televisi yang diberitakan di media massa. Memungkinkan dapat merubah sikap

maupun menambah pengetahuan mereka. Adapun teori yang peneliti gunakan

dalam menunjang penelitian ini adalah :

2.8 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini

semula berasal dari ilmu psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi,

(34)

25   

komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen –

komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003).

Menurut teori stimulus – organism - response ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (Stimulus, S)

2. Komunikan (Organism, O)

3. Efek (Response, R)

“ Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan

menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh

komunikan” (Effendy, 2003 : 255).

Gambar 2.1

Model Komunikasi S-O-R (Effendy, 2003 : 255)

Stimulus atau pesan yang diterima oleh komunikan melalui media, salah

satunya yaitu media televisi diterima oleh organism atau komunikan yang

(35)

efek – efek dari penerimaan pesan yang terjadi pada komunikan antara lain

mengubah opini, kognisi, afeksi, dan konasi.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin

diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang

kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan

menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk mengubah sikap.

(Effendy,2003)

Maka sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, stimulus dalam

penelitian ini adalah program berita di televisi yang menyampaikan pesan

mengenai pemberitaan pembobolan ATM meresahkan masyarakat indonesia yang

menggunakan ATM selama ini untuk transaksi. Organism dalam penelitian ini

adalah masyarakat surabaya yang berusia 18 – 40 tahun, sedangkan response yang

akan diteliti pada penelitian ini adalah efek kognitif yang mengalami perubahan

kognisi atau pengetahuan komunikan mengenai suatu pesan.

2.9 Teori Sikap

Teori sikap (Standpoint Theory) memberikan kerangka untuk memahami

system kekuasaan. Kerangka ini dibangun atas dasar pengetahuan yang dihasilkan

dari kehidupan sehari-hari orang, mengakui bahwa individu-individu adalah

(36)

individu-27   

individu itu sendiri merupakan sumber informasi yang paling penting mengenai

pengalaman mereka (West and Turner 2008 : 178).

Teori ini mengklaim bahwa pengalaman, pengetahuan, dan perilaku

komunikasi orang dibentuk sebagian besarnya oleh kelompok sosial, kesamaan

latar belakang, atau kesamaan nasib. Sikap menunjuk pada permasalahan dalam

tatanan social dan juga menyiratkan cara-cara baru untuk mengatur kehidupan

social sehingga menjadi setara dan adil. Dalam hal ini teori sikap termasuk dalam

kelompok teori yang disebut sebagai teori sikap.

Teori sikap memiliki beberapa asumsi dari beberapa ahli. Salah satunya

adalah asumsi epistemologis dan ontologis dari pendekatan sikap menyiratkan

bahwa baik yang layak untuk dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Adapun

asumsi epstemologis dan ontologisnya adalah :

1. Pengetahuan bukan konsep yang objektif melainkan dibentuk secara

subjektif oleh yang mengetahuinya. Pendekatan terhadap mengetahui

yang berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh keyakinan dalam

kebenaran objektif.

2. Perbedaan lokasi sosial yang membentuk persepsi dan pengalaman

berbeda meskipun mempunyai latar belakang yang sama.

3. Teori sikap menyingkirkan sikap yang dominant dengan sikap yang

berasal dari luar mainstream budaya. Dalam memulai pemikiran dari

(37)

4. Menbicarakan pengalaman dan kemudian menginterpretasikan. Teori

sikap berusaha untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh

lokasi tertentu terhadap pandangan urang terhadap dunia dan

komunikasi mereka.

Teori sikap menenjukkan cara lain dalam memandang posisi, pengalaman,

dan komunikasi yang relative dari berbagai kelompok sosial. Teori ini memiliki

kecondongan politis dan kritis yang jelas dan teori ini menunjukkan kekuasaan

dalam kehidupan sosial. Teori sikap menunjukkanperbedaan dalam perilaku

komunikasi dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda (West and Turner 2008

: 191).

3.0. Kerangka berpikir

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah pemberitaan media massa, baik

cetak maupun elektronik tentang ATM mempengaruhi pola konsumtif masyarakat

khususnya nasabah terhadap penggunaan ATM di Surabaya. Adapun kerangka

berpikirnya sebagai berikut :

Masyarakat khususnya nasabah mendapat terpaan dari pemberitaan televisi

tentang pembobolan ATM. Sebelum adanya pemberitaan ini masyarakat

khususnya nasabah tidak ada masalah dalam menggunakan ATM untuk

bertransaksi. Bahkan ATM merupakan salah satu alat bantu transaksi keuangan

bagi masyarakat khususnya nasabah. Tapi setelah televisi mempublikasikan

(38)

29   

signifikan terhadap kecemasan masyarakat khususnya nasabah dalam penggunaan

ATM.

Pemberitaan di televisi tentang pembobolan ATM membuat masyarakat

Surabaya khususnya para nasabah cemas akan keamanan finansial mereka.

Mengingat dirampoknya ATM dengan system skimming yang hanya di perlukan

waktu paling lama 5 menit membuat masyarakat merasa resah. Secara sistematis,

kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan di

televisi dengan sikap nasabah di Surabaya tentang pembobolan ATM.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel

Pengertian variabel adalah sebuah konsep dalam bentuk kongkret atau konsep operasional yang acuannya lebih nyata dan secara relatif akan lebih mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta dengan mudah untuk diklarifikasikan (Bungin, 2001:77).

3.1.1 Sikap

Sikap sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkunganya. Dalam hal ini sikap nasabah pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi terhadap penggunaan kartu ATM di Surabaya 

Sikap Nasabah Bank Pengguna ATM di Surabaya Terhadap Pemberitaan

Pembobolan ATM Di Televisi .

(40)

31  

Seperti yang sudah dibahas pada Bab II, bahwa perubahan sikap yang timbul diakibatkan oleh stimulus yang diterima organism (pemirsa) sehingga sikap nasabah ini dapat dilihat dalam tiga komponen, yaitu : Aspek kognitif, aspek afektif dan aspek behavioral.

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak.aspek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Aspek kognitif ini bisa dikaitkan dengan proses berpikir dimana organism akan menggunakan rasionalistis dan logika mereka untuk mengetahui sebuah obyek sikap. Dalam hal ini obyek sikapnya adalah pemberitaan pembobolan ATM di media massa. Dimensi kognitif sikap nasabah Surabaya terhadap pemberitaan mengenai pembobolan ATM yakni meliputi :

a. Pemahaman responden tentang berita pembobolan ATM.

b. Pemahaman responden terhadap modus-modus pembobol ATM.

c. Pengetahuan responden terhadap alat skimmer.

d. Pengetahuan responden tentang cara bertransaksi secara aman dengan menggunakan kartu ATM.

e. Pengetahuan responden tentang pengantian Pin secara berkala.

(41)

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 5 = 20

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 5 = 5

Jenjang yang diinginkan

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Range =

Skor tertinggi - Skor terendah

3 = 20 – 5 = 5

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 5 - 9

2. Aspek Kognitif Netral = 10 - 14 3. Aspek Kognitif Positif = 15 - 20 2. Aspek Afektif

Aspek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Aspek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Jadi sifatnya evaluatif sehingga mereka akan mulai mengerti tentang informasi tentang pembobolan ATM melalui tayangan/pemberitaan di televisi. Dimensi Afektif sikap nasabah Surabaya terhadap pemberitaan mengenai pembobolan ATM yakni meliputi :

a. Perasaan khawatir pasca pemberitaan pembobolan di televisi terhadap pengguna ATM di Surabaya

(42)

33  

c. Perasaan untuk membenci dan mengutuk pembobol ATM

d. Polisi telah bekerja dengan baik untuk mengatasi kejahatan pembobolan ATM

Perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 4 = 4

Jenjang yang diinginkan

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut: Range = = Skor tertinggi - Skor terendah

3 = 16 - 4 = 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Afektif Negatif = 4 - 7

2. Aspek Afektif Netral = 8 - 11 3. Aspek Afektif Positif = 12 - 16 3. Aspek Behavioral

(43)

a Adanya kecenderungan responden untuk menyebarkan berita ini kepada khalayak

b. Adanya kecenderungan responden melaporkan ke polisi apabila responden mengetahui atau mengalami kasus serupa

c. Adanya kecenderungan responden untuk mengganti ATM dengan sistem chip atau menghentikan penggunaan ATM

Perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 3 = 12

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 3 = 3

Jenjang yang diinginkan

Hasil dari penelitian ini dapat dihitung dengan 3 efek yaitu efek kognitif, afektif, abehavioral maka perhitungan interval skornya adalah

Range = Skor tertinggi - Skor terendah

= 12 – 3

3

= 3

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Behavioral Negatif = 3 - 5

2. Aspek Behavioral Netral = 6 - 8 3. Aspek Behavioral Positif = 9 – 12

(44)

35  

Range =

Jenjang yang diinginkan = 48 - 12

3 = 12

Jadi pengkategoriannya adalah :

1. Kategori Negatif jika skor yang diperoleh 12 - 23 2. Kategori Netral jika skor yang diperoleh 24 - 35 3. Kategori Positif jika skor yang diperoleh 36 – 48

Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap nasabah, dapat diketahui melalui sikap yang dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Sikap negatif, jika responden akan menggambil sikap menghentikan penggunaan kartu ATM.

b. Sikap netral, jika responden tidak menggambil tindakan apapun atau acuh terhadap pemberitaan pembobolan ATM.

c. Respon positif, jika responden tetap menggunakan kartu ATM dan cenderung lebih bersikap hati-hati.

3.1.2 Pembobolan ATM

(45)

Berita berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai kontrol sosial. Dalam penelitian ini pemberitaan dalam sebuah media elektronik sebagai suatu komunikator menyampaikan sebuah pesan terhadap komunikan yaitu masyarakat yang menyaksikan pemberitaan pembobolan ATM tersebut.

Untuk mengetahui sikap nasabah terhadap penggunaan ATM pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur aspek kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan dalam bentuk skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap atau favorable (Azwar, 1997:161).

Dalam penelitian ini digunakan skala likert. Yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur bobot 1 samapai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan dengan model ini responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap dan responden akan disediakan jawaban untuk dipilih. Sebagai pernyataan responden terhadap ketidaksetujuan terhadap pertanyaan dari kuesioner (Singarimbun, 1995:111). Jawaban dari kuesioner digolongkan menjadi empat jenis pilihan jawaban, yaitu :

1. Sangat Tidak Setuju (STS) (memiliki skor1).

2. Tidak Setuju (TS) (memiliki skor2).

3. Setuju (S) (memiliki skor3).

(46)

37  

3.2 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi sasaran penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya, yang mana jumlah masyarakat Surabaya tersebut adalah berjumlah 2.599.796 orang (sumber BPS. 2008), dimana peneliti menggambil jumlah sampel masyarakat pengguna kartu ATM. Alasan penelitian yakni masyarakat di kota Surabaya yang pernah menonton pemberitaan pembobolan ATM di media elektronik. Masyarakat dianggap setia dalam menyaksikan televisi. Selain itu ,sejumlah kasus pembobolan ATM juga terjadi di kota Surabaya. Disini peneliti mengklasifikasi sample responden berusia 18-40 tahun dikarenakan usia ini masih produktif dalam penggunaan ATM.

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah nasabah di Surabaya Teknik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling (Sampling Kebetulan) dimana teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sample antara lain :

1. Masyarakat Surabaya yang mempunyai kartu ATM.

2. Masyarakat (nasabah) yang aktif dalam penggunaan kartu ATM.

(47)

Jumlah sample yang terpilih nantinya akan dihitung dengan menggunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut : (Rakhmat, 1995:82).

Keterangan :

n : Jumlah sample

N : Jumlah populasi

d : Presisi 10% derajat ketelitian (0,01)

Jumlah populasimasarakat Surabaya yang diteliti adalah sebanyak 2.599.796 orang , jadi berdasarkan data tersebut untuk mengetahui jumlah sampel maka akan dihitung sebagai berikut :

1

Maka sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden.

3.3 Teknik pengumpulan Data

(48)

39  

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan (Bungin, 2004;122).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui perantara atau menggunakan lembaga lain yang bukan pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Bungin, 2004:122). Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang terkait dengan judul penelitian, data jumlah masyarakat Surabaya dan data-data yang ada pada website internet.

3.4 Metode Analisis Data

(49)

masyarakat terhadap pembobolan ATM di Media massa. Berdasarkan tabel frekuensi dari tiap pertanyaan yang diajukan dengan rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan : P = Persentase responden

F = Frekuensi responden

N = Jumlah responden

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tentang ATM (Automatic Teller Machine )

ATM (Automatic teller machine atau automated teller machine ) adalah

sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan

mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang "teller"

manusia. Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek, transfer

uang atau bahkan membeli pulsa handphone.

Fungsi primer ATM adalah untuk menarik uang tunai. Selain itu, banyak juga yang menggunakan ATM untuk transfer antar rekening. Namun, tidak banyak orang yang tertarik untuk memaksimalkan penggunaan ATM untuk fasilitas-fasilitas lainnya yang tersedia.

(51)

Begitu juga dengan pembayaran telepon dari Telkom dan listrik oleh PLN. Masih banyak yang memilih melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengantri demi mendapatkan bukti pembayaran yang terasa lebih dapat dipercaya dibanding bukti pembayaran yang dikeluarkan oleh mesin ATM. Padahal walaupun kertas bukti pembayaran di ATM lebih kecil, Anda juga bisa mencetak bukti pembayaran di buku rekening Anda dan tercatat di bank sehingga lebih aman. Anda pun bebas dari antrian yang panjang. Masih banyak kemudahan-kemudahan yang ditawarkan ATM seperti pembayaran tagihan kartu kredit, pembayaran pinjaman, dan layanan lainnya seperti TV berlangganan, dan donasi, semua kini bisa dilakukan melalui ATM.

(52)

 

43

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1. Identitas Responden

Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir dan pekerjaan/kesibukan responden. Data ini diperlukan untuk dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :

4.2.2. Usia Responden

Berdasarkan hasil kuesioner yang dapat diketahui bahwasannya dari 100 responden yang menonton pasca pemberitaan pembobolan ATM di Televisi mempunyai jenjang usia 18 - 40 tahun

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

(n=100)

Sumber : kuesioner I.1

(53)

51 orang atau sebesar 51% dari keseluruhan jumlah responden. Responden yang berusia 26 sampai dengan 33 tahun sebanyak 35 orang atau sebesar 35% dari total keseluruhan responden. Sedangkan sisanya responden yang berusia 34 sampai dengan 40 tahun berjumlah 14 orang atau sebesar 14% dari total keseluruhan jumlah responden.

4.2.3. Pendidikan Terakhir Responden

Berdasarkan tabel 4.2 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

(n=100)

NO PENDIDIKAN F %

1 SMA / Sederajat 48 48

2 Sarjana 53 53

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.2

Dari hasil tabel 4.2 diketahui bahwa sebesar 48% responden pendidikan terakhirnya SMA (Sekolah Menengah Atas), sedangkan sisanya 53% responden pendidikannya terakhirnya Akademi (Perguruan Tinggi).

4.2.4. Pekerjaan Responden

(54)

 

45

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

( n = 100 )

Sumber : kuesioner II.1

Dari hasil tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian responden yang menyaksikan pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi dengan pekerjaan pegawai negeri sipil sebanyak 6%, pegawai swasta 20%, pelajar / mahasiswa 42%, wiraswasta 29%, dan pekerjaan lain-lain sebanyak 3% seperti ibu rumah tangga.

4.3 Frekuensi Menonton Tayangan Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM

di Televisi.

(55)

Tabel 4.4

Frekuensi Menonton Tayangan Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi ( n = 100 )

NO FREKUENSI MENONTON F %

1 1 kali 0 0

2 2 kali 19 19

3 3 kali 38 38

4 > 4 kali 43 43

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner II.2..

Dari hasil yang diperoleh dari tabel 4.4 diatas adalah kebanyakan responden pernah menonton pemberitaan pembobolan ATM di televisi lebih dari 4 kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 43 responden (43%), hal ini sangat membantu dalam penelitian ini karena terpaan yang berulang-ulang akan berpengaruh sendiri bagi responden, khususnya mengenai sikap responden pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi terhadap penggunaan ATM. Terpaan yang berulang-ulang nantinya akan menimbulkan ingatan yang kuat terhadap isi dari pemberitaan pembobolan ATM, sehingga responden nantinya akan lebih memahami daftar pertanyaan pada lembar kuesioner.

4.4. Aspek Kognitif

(56)

 

47

mengenai aspek kognitif yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada kuesioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 5.

4.4.1 Nasabah Bank Mencari Informasi Yang Berkaitan Dengan

Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi.

Salah satu bagian yang paling mendominasi dalam informasi yang ditayangkan televisi adalah pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Responden Mengetahui Tentang Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi (n = 100)

Sumber : Kuesioner III.A.1

(57)

para responden disini ingin mengetahui pemberitaan pembobolan ATM tidak hanya dalam media televisi saja melainkan juga dalam media cetak seperti koran, majalah bahkan sampai media online.

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mengetahui penggunaan ATM pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi sehingga responden berusaha mencari kebenaran dari berita tersebut.

4.4.2. Nasabah Bank Mencari Informasi Yang Berkaitan Modus-modus

Pembobolan ATM Pasca Pemberitaan di Televisi

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner pada 100 responden, dapat diketahui frekuensi jawaban mengenai pernyataan bahwa melalui pasca pemberitaan dari televisi dapat diketahui tentang adanya modus-modus yang digunkan dalam pembobolan ATM. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Responden Mengetahui Beberapa Modus yang Dilakukan dalam Pembobolan ATM di Televisi

(n=100)

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Sangat Tidak Tahu 0 0

2 Tidak Tahu 1 1

3 Tahu 84 84

4 Sangat Tahu 15 15

Total 100 100

(58)

 

49

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sangat tahu jika mereka mengetahui mengenai adanya modus-modus dalam pembobolan ATM di televisi sebanyak 15% responden dan yang menyatakan tahu sebanyak 84% responden. Hal ini dikarenakan responden menonton pemberitaan adanya beberapa modus dalam pembobolan ATM di televisi seperti skimming, menambah alat pendeteksi di mulut ATM dan kamera tersembunyi.

Sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu dengan pernyataan mengenai modus-modus pembobolan ATM di televisi sebanyak 1% responden. Hal ini disebabkan karena responden tidak mengetahui adanya modus-modus tertentu dalam pembobolan ATM.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar repsonden dalam penelitian ini responden mengetahui beberapa modus pembobolan ATM pasca pemberitaan di Televisi.

4.4.3 Pengetahuan Nasabah Bank tentang Alat Skimmer sebagai Alat

Pembobol ATM Pasca Pemberitaan di Televisi

(59)

Tabel 4.7

Pengetahuan Responden tentang Alat Skimmer sebagai Alat Pembobol ATM Pasca Pemberitaan di Televisi

(n=100)

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Sangat Tidak Tahu 0 0

2 Tidak Tahu 26 26

3 Tahu 65 65

4 Sangat Tahu 9 9

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III.A.3

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan tahu bahwa melalui tayangan televisi membuat mayarakat dapat mengetahui tentang alat skimmer sebagai alat pembobol ATM sebanyak 65% dan responden yang menyatakan sangat tahu sebanyak 9% responden. Hal ini dikarenakan responden mengetahui dengan jelas mengenai adanya alat skimmer yang digunakan dalam modus pemboolan ATM sehingga dapat meresahkan masyarakat.

Sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu sebanyak 26%. Hal ini dikarenakan responden masih sulit untuk memahami adanya alat skimmer pada ATM pasca pemberitaan di televisi.

(60)

 

51

4.4.4. Pengetahuan Nasabah Bank Tentang Cara Bertransaksi yang Aman

dalam Menggunakan Kartu ATM  

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner pada 100 responden, dapat diketahui frekuensi jawaban mengenai pernyataan bahwa dengan adanya beberapa cara bertransaksi yang aman di televisi. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Pengetahuan Responden Tentang Cara Bertransaksi yang Aman dalam Menggunakan Kartu ATM 

Sumber : Kuesioner III.A.4

(61)

Sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu mengenai cara bertransaksi yang aman pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi sebanyak 28% responden dan yang menyatakan sangat tidak tahu sebanyak 1% responden. Hal ini disebabkan responden tidak mengikuti secara jelas dan terus-menerus tentang pemberitaan pembbolan ATM di televisi.

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berpendapat bahwa pasca pemberitaan di televisi masyarakat dapat mengetahui cara bertransaksi yang aman. Hal ini terbukti dengan besarnya jumlah responden yang menyatakan tahu dan sangat tahu akan pernyataan tersebut, yaitu sebanyak 71% responden.

4.4.5. Pengetahuan Nasabah Bank Mengenai Cara Mengganti Nomer PIN

secara Berkala dalam Menggunakan Kartu ATM Pasca Pemberitaan

di Televisi

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui frekuensi jawaban mengenai pernyataan mengenai cara mengganti pin secara berkala dalam menggunakan ATM pasca pemberitaan di televisi dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Pengetahuan Responden Mengenai Cara Mengganti Nomer PIN secara Berkala dalam Menggunakan ATM Pasca Pemberitaan di Televisi

NO KETERANGAN JUMLAH %

(62)

 

53

Tabel diatas menunjukkan responden yang menyatakan tahu sebanyak 53% dan yang menyatakan sangat tahu sebanyak 14%. Hal ini disebabkan responden mengetahui dengan jelas cara mengantipasi adanya pembobolan ATM melalui penggantian pin ATM secara berkala. Meskipun pihak Bank juga melakukan pencegahan-pencegahan agar tidak terjadi pembobolan.

(63)

Tabel 4.10

Aspek Kognitif Responden dalam Penggunaan Kartu ATM Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM Di Televisi

(n=100)

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Positif 60 60

2 Netral 40 40

3 Negatif 0 0

Total 100 100

Sumber : Data yang diolah pada lampiran 2.

Dari hasil tabel 4.10 menunjukkan bahwa 60% responden mempunyai sikap (aspek kognitif) positif, 40% responden mempunyai aspek kognitif netral. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat mengetahui dan memahami tentang kasus pembobolan ATM pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi.

(64)

 

55

4.5. Aspek Afektif

Aspek Afektif responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembobolan ATM di televisi diukur dengan 4 pertanyaan mengenai aspek Afektif yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada kuesioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4.

4.5.1. Perasaan Khawatir, Takut, dan Cemas dengan Adanya Pemberitaan

Pembobolan ATM di Surabaya

(65)

Tabel 4.11

Perasaan Khawatir, Takut, dan Cemas dengan Adanya Pemberitaan Pembobolan ATM di Surabaya

(n=100)

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 5 5

3 Setuju 41 41

4 Sangat Setuju 54 54

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III.B.1

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan B.1 sebanyak 54% dan 41% responden untuk setuju. Hal ini dikarenakan responden merasakan kekhawatiran, ketakutan dan kecemasan akan keamanan kaatu ATM responden akan terancam pula pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi

Sedangkan yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan kuesioner B.1, sebanyak 5% responden karena responden tetap percaya dengan keamanan dari Bank yang digunakan responden, selain itu responden juga selalu berhati-hati dalam penggunaan kartu ATM sehingga tidak khawatir, takut ataupun cemas pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi.

(66)

 

57

4.5.2. Perasaan Aman Setelah Penangkapan Beberapa Pelaku Pembobol

ATM

Bagaimanakah perasaan masyarakat Surabaya setelah terjadi penangkapan beberapa pelaku pembobolan ATM, merasa amankah mereka. Aspek afektif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Perasaan Aman Setelah Penangkapan Beberapa Pelaku Pembobol ATM

Sumber : Kuesioner III.B.2

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan setuju dengan pernyataan aman setelah penangkapan pelaku pembobolan sebanyak 55% responden dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 18% responden. Hal ini membuktikan bahwa responden menjadi merasa aman seteleh adanya penangkapan beberapa pelaku pembobolan ATM.

(67)

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berpendapat bahwa masyarakat Surabaya merasa aman setelah mengetahui bahwa pihak berwajib telah menangkap beberapa pelaku pembobol ATM melalui pemberitaan di televisi pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi. Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah responden yang menyatakan setuju yaitu 55%.

4.5.3. Perasaan Benci kepada Pelaku Pembobol ATM Pasca pemberitaan di

Televisi

Secara Untuk mengetahui Aspek afektif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Perasaan Benci kepada Pelaku Pembobol ATM Pasca pemberitaan di Televisi

Sumber : Kuesioner III.B.3

(68)

 

59

mengambil uang milik orang lain demi kepentingan sendiri sehingga dia mengorbankan orang lain.

Sedangkan responden yang menyatakan tidak dengan pernyataan bahwa responden membenci pelaku pembobol ATM sebanyak 12%. Responden berpendapat bahwa tidak perlu sampai membenci secara berlebihan karena sudah ada pihak berwajib yang akan menindak lanjuti sesuai hukum yang berlaku.

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa responden membenci pelaku pembobol ATM sebanyak 44% responden dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 44% dikarenakan pengaruh daripada media televisi pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi.

4.5.4. Kinerja Polisi Baik dalam Mengatasi Kasus Pembobolan ATM pada

Pemberitaan di Televisi

(69)

Tabel 4.14

Kinerja Polisi Baik dalam Mengatasi Kasus Pembobolan ATM pada Pemberitaan di Televisi

(n=100)

Sumber : Kuesioner III.B.4

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa kinerja polisi baik dalam mengatasi kasus pembobolan ATM sebanyak 70% responden dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 14%. Hal ini berarti responden atau masyarakat berpendapat bahwa pihak berwajib atau polisi mempunyai kinerja yang baik dalam mengatasi kasus pembobolan ATM ini. Responden beralasan cepatnya pelaku yang tertangkap setelah kasus ini terkuak oleh media.

Sedangkan responden yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa kinerja polisi baik dalam mengatasi kasus pembobolan ATM karena dinilai dalam pemberitaan tersebut beberapa kali polisi masih lamban dalam prosesnya dan sebanyak 16% responden.

(70)

 

61

Dari beberapa tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pembobolan ATM di televisi. Untuk mengetahui dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Aspek Afektif Responden dalam Penggunaan Kartu ATM Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM Di Televisi

(n=100)

Sumber : Data yang diolah pada lampiran 3

Tabel diatas menunjukkan bahwa aspek afektif yang positif sebesar 87% responden mempunyai aspek afektif yang positif, dan sebesar 13% responden memiliki aspek afektif yang netral.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki aspek afektif yang positif terhadap kasus pembobolan ATM pasca pemberitaan di televisi. Hal ini dapat terjadi disebabkan responden mempunyai aspek afektif yang positif, yaitu responden mengambil sebuah sikap mengenai penggunaan ATM pasca menonton pemberitaan pembobolan ATM di televisi kemudian meningkat pada (afektif) responden.

(71)

4.6. Aspek Behavioral

Aspek behavioral responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap penggunaan kartu ATM pasca pemberitaan pembobolan ATM di televisi diukur dengan 3 pertanyaan mengenai aspek behavioral yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada kuesioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 12 dan skor terendah adalah 3.

Dengan demikian jika dimasukkan kedalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel-tabel berikut ini :

4.6.1 Himbauan Kepada Orang lain untuk Waspada dalam Mengambil

Tunai Via ATM

Gambar

 Gambar 2.2 Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan di
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalau masih belum mendingan ya pasti dokter ngasih obat lagi, kalau sudah mendingan paling hanya dikasih obat antibirnik trus ya kalau sudah gak sakit sama sekali

Sebuah penelitian yang membandingkan kondisi antara manula yang memiliki hewan peliharaan dan yang tidak memelihara hewan ( dalam Pet Benefits and Iriformation, para 1)

Berdasarkan pada tabel 3.1 diketahui bahwa variabel Kepemimpinan Transformasional untuk indikator pertama yaitu pemimpin adalah sosok yang memiliki kharisma (tegas dan

Segmentasi yang memungkinkan kelompok konsumen dalam mengkonsumsi produk saya adalah kelompok menengah, karena harga yang kami tawarkan dapat disesuaikan dengan kalangan menengah

Hasil penelitian yang menunjukkan ada pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ibu dalam stimulasi tumbuh kembang anak usia 3 dan 4 tahun di PAUD Tapak Dara Bangunjiwo Kasihan

Cara melakukan SADARI pada wanita usia 20-40 tahun di Pedukuhan Pranti Srihardono Pundong Bantul sebelum dilakukan Demonstrasi tentang teknik SADARI tidak terdapat responden

‘Afwu atau Al- Syafa’at) diperbolehkan meskipun jarimah yang berkaitan dengan perkara hudud selama perkara tersebut belum diajukan kepengadilan untuk disidangkan. Sebagaimana

Secara umum permasalahan yang dihadapi guru adalah keterbatasan alat bantu pembelajaran yang menarik, dan sikap anak didik yang cenderung tidak memperhatikan atau sering sibuk