• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN KADAR ORGANIK AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TRICKLING FILTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENURUNAN KADAR ORGANIK AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TRICKLING FILTER."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN KADAR ORGANIK AIR LIMBAH

LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN

TRICKLING FILTER

Oleh :

NPM. 0652010008

CHOIRIYAH SAVITRI

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

i

HidayahNya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas skripsi saya ini dengan judul PENURUNAN KADAR ORGANIK AIR LIMBAH

LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TRICKLING FILTER. Skripsi ini

merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “Veteran” Jawa Timur untuk mendapatkan gelar Sarjana.

Selama menyelesaikan tugas ini, penyusun telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Edi Mulyadi. SU, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN ”Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing kami.

2. Ir. Tuhu Agung R. MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur .

3. Orang Tua dan Keluarga tercinta yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil.

4. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

(3)

ii

besarnya apabila di dalam laporan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang di pahami.

(4)

iii

BAB IV HASIL DAN PENBAHASAN IV.2 Pengaruh Debit (ml/mnt) pada Penurunan BOD dan TSS...28

IV.3 Pengaruh Rasio Resirkulasi terhadap Penurunan BOD dan TSS...31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan...36

(5)

iv

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN...B-1

LAMPIRAN C ANALISA BOD dan TSS...C-1

LAMPIRAN D GAMBAR RANGKAIAN ALAT dan ANALISA...D-1

(6)

v

Gambar 3.2 Gambar Diagram Kerangka Penelitian...24

Gambar 4.1 Pengaruh Debit (ml/mnt) terhadap Efisiensi penurunan BOD...29

Gambar 4.2 Pengaruh Debit (ml/mnt) terhadap Efisiensi Penurunan TSS...30

Gambar 4.3 Pengaruh Rasio Resirkulasi terhadap Efisiensi Penurunan BOD...33

(7)

vi

Tabel 2.1 Tabel Karakteristik Limbah Laundry………...9

Tabel 2.2 Tabel Baku Mutu Limbah Cair Domestik...10

Tabel 2.3 Tabel Nilai tipikal parameter desain trickling filter...11

Tabel 4.1 Analisa Awal Limbah Cair Industri Laundry Sidoarjo...27

Tabel 4.1.1 Tabel Penyisihan BOD...28

Tabel 4.1.2 Tabel Penyisihan TSS...28

Tabel 4.2.1 Tabel Penyisihan BOD...31

(8)

Pembimbing: Dr. Ir. Edy Mulyadi, SU

Judul Skripsi

Penurunan Kadar Organik Air Limbah

Laundry

Dengan

Menggunakan

Trickling Filter

INTISARI

Suatu industri laundry adalah merupakan salah satu industri yang dapat

menimbulkan masalah terhadap kualitas lingkungan. Air buangan yang dikeluarkan oleh industri laundry mengandung kadar organik yang tinggi yang bisa menyebabkan oksigen dalam air menurun. Pengolahan limbah dengan menggunakan proses biologi yaitu Trickling filter diharapkan dapat membantu menurunkan kandungan BOD dan TSS.

Trickling Filter mempunyai unit utama berupa filter media yang terdiri atas tumpukan batu sebagai media bertumbuhnya bakteri dan terjadinya kontak antara bakteri dan limbah. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel yang dilakukan adalah debit (48, 50, 52, 54, 56 ml/menit) dan rasio resirkulasi (0,5;1;1,5;2;2,5) dengan parameter yang dilakukan yaitu BOD dan TSS.

Pada hasil dari penelitian ini mendapatkan hasil penurunan yang terbaik yaitu

dengan debit 48ml/mnt dan rasio resirkulasi sebesar 0,5 mampu menurunkan

kandungan organik BOD air limbah laundry sebesar 84,65 % dan kandungan organik

TSS air limbah laundry sebesar 84,69%.

(9)

Npm : 0652010008

Pembimbing: Dr. Ir. Edy Mulyadi, SU

Judul Skripsi

Penurunan Kadar Organik Air Limbah

Laundry

Dengan

Menggunakan

Trickling Filter

ABSTRACT

A laundry’s industri is one’s of industry can be have a big problem environmental quality. High protein effluent from laundry’s industry followed by dissolved oxygen decrease in water receive body. Waste processing through biologist process by using trickling filter which expented can be degradingthe content of BOD dan TSS.

Tricking Filter have main unit such as media filter consists of stone pile as

media growth of bacterial and occur contact between bacteria and wastewater. This research is done with use variable which is of flowrate (48,50,52,54, 56 ml/mnt)

and re-circulation ratio (0,5;1;1,5;2;2,5) with parameter test BOD and TSS.

Product of this research get the best degrade is with flowrate 48 ml/mnt and re-circulation ratio 0,5 can degrading 84,65% BOD of waste laundry’s industri and can degrading 84,69% TSS of waste laundry’s industri.

(10)

1

I.1 Latar Belakang

Pola kehidupan masyarakat kota dengan menggunakan limbah laundry semakin meningkat, seiring dengan pesatnya perkembangan industri saat ini. Jumlah limbah

yang ditimbulkan oleh industri laundry di sekitar pemukiman dapat menimbulkan

dampak yang merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu

kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk itu limbah yang dimunculkan di industri

laundry perlu penanganan yang lebih efektif.

Di zaman modern saat ini, banyak usaha – usaha laundry bermunculan. Dan

banyak juga masyarakat yang mendirikan home industry laundry. Air limbah

buangan yang dihasilkan dari kegiatan laundry dapat menimbulkan dampak yang

merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu atau mempengaruhi

kehidupan masyarakat itu sendiri. Sehingga diperlukan penanganan untuk

mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Air limbah laundry mengandung detergent yang merupakan suatu derivatik zat

organik sehingga akumulasinya menyebabkan meningkatnya kandungan organik

sehingga dalam pengolahannya sangat cocok menggunakan proses biologi (Anonim,

2007). Pada penelitian ini dipilih Trickling Filter karena mampu menyisihkan

(11)

Dan Trickling Filter mempunyai kelebihan dibandingkan dengan memakai proses

biologi lainnya yaitu lumpur yang dihasilkan lebih sedikit apabila dibandingkan

dengan menggunakan sistem lumpur aktif (Wahyuningsih, 2005).

I.2 Permasalahan

Banyaknya jumlah home industry laundry, sehingga dibutuhkan penanganan dalam menurunkan kandungan organik (BOD dan TSS) dengan

menggunakan Trickling Filter, agar tidak mencemari lingkungan sekitar dan

sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan.

I.3 Tujuan

1. Menurunkan kandungan organik (BOD dan TSS) limbah cair industri

laundry, sehingga aman dibuang ke badan air.

2. Mengetahui kemampuan Trickling Filter dalam menurunkan kandungan

organik (BOD dan TSS) limbah cair industri laundry.

I.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan metode pengolahan

limbah cair yang lebih cepat, efektif, dan dinamis.

2. Mengurangi tingkat pencemaran dan melindungi badan air yang

disebabkan oleh limbah cair industri laundry.

I.5 Ruang Lingkup

1. Air limbah laundry yang diambil dari industri laundry CV. Bu Nanik

(12)

2. Yang dianalisis kandungan organik (BOD dan TSS) sebagai

parameter dengan menggunakan alat Trickling Filter.

(13)

4

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Limbah Cair Industry Laundry

Limbah cair industri laundry adalah merupakan hasil buangan yang

berbentuk cair dari industri laundry. Industry laundry merupakan industri yang

bergerak di bidang jasa yang melayani proses pencucian baju, aneka perlengkapan

rumah tangga dan kendaraan.

Pengolahan limbah tidaklah mudah, terutama penanganan limbah cair

sehingga memenuhi batas cukup aman yand dipersyaratkan. Untuk itu perlu diketahui

variable-variabel penting yang dapat mempengaruhi kondisi badan air, seperti:

1. Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD)

Kebutuhan oksigen biologis (BOD) merupakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk mendegradasi zat-zat organic yang dapat dibusukkan

dalam keadaan aerobik. Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi

oksidasi zat-zat organis dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena

ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian

reaksi telah tercapai (Ginting, 2007).

Variabel BOD digunakan sebagai tolak ukur kandungan senyawa organic

(14)

oksigen untuk reaksi yang dilakukan oleh sel setara dengan konsentrasi senyawa sel

organic yang dilakukan.

2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

Kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

menguraikan zat-zat organik dan anorganik secara kimiawi. Pengukuran kekuatan

limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air

limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingakan dengan analisa BOD

(Ginting, 2007).

COD dinyatakan sebagai tolak ukur yang lain untuk menyatakan kebutuhan

oksigen yang diperlukan pada reaksi oksidasi secara kimiawi. COD dari nilai sample

akan selalu memiliki nilai numerik yang lebih besar daripada nilai BODnya.

3. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen yang larut dalam air.

Oksigen terlarut ini digunakan sebagai tanda derajat pengotor limbah yang ada.

Sehingga semakin tinggi oksigen terlarut maka limbah yang ada semakin kecil dan

sebaliknya semakin rendah oksigen terlarut maka kandungan polutan dalam air

semakin besar (Prasetyo dalam Wahyuningsih, 2006).

4. pH

Nilai pH menunjukkan tingkat pencemaran yang ada dapat berkondisi asam

atau basa. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan agar air yang dibuang dapat ke

(15)

5. TSS (Total Suspended Solid)

Semakin tinggi nilai padata tersuspensi maka kekeruhan menjadi semakin

besar, berarti tingkat pencemaran yang terjadi pada badan air dapat ditunjukkan

dengan adanya padatan tersuspensi yang tinggi.

6. Warna dan Bau

Warna dan bau merupakan indikator untuk mengetahui secara fisik bahwa

beban pencemar yang da di dalam air tinggi, tetapi parameter tersebut tidak dapat

menunujukkan secara jelas seberapa besar bahaya yang dikandungannya (Metcalf and

Eddy dalam Wahyuningsih, 2006).

Karakteristik mengenai limbah cair merupakan faktor utama dalam

merencanakan suatu pengolahan limbah cair. Karakteristik itu dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Parameter yang termasuk dalam karakteristik fisika limbah cair industri

laundry adalah kekeruhan, warna dan bau.

1). Kekeruhan

Adanya kandungan zat padat tersuspensi pada limbah laundry dalam jumlah

yang tinggi dikarenakan industri tersebut mengandung zat organik yang tinggi.

2). Warna dan Bau

Untuk mengetahui secara fisik bahwa polutan yang berada di dalam limbah

laundry tersebut masih tinggi. Sehingga menimbulkan warna putih yang keruh

(16)

2. Karakteristik Kimia

Dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu zat organik dan zat anorganik.

Limbah cair indutri laundry ini rata-rata mengandung detergent, karbohidrat, protein,

lemak dan air. Sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya kandungan BOD yang

tinggi.

3. Karakteristik Biologi

Yang termasuk karakteristik biologi adalah adanya ganggang, lumut dan

mikroorganisme walaupun terdapat dalam jumlah yang kecil, namun perlu

diperhatikan terutasma untuk tujuan biologis (Utami, 2009).

II.1.1 Komposisi Limbah Cair Industry Laundry

Kandungan Limbah cair industri laundry pada umumnya mengandung :

1. Deterjen

2. Padatan terlarut (tanah, pasir, lempung dan lain-lain)

3. Protein, karbohidrat, minyak dan lemak

4. Darah, urine, keringat dan spesimen lain yang berbentuk cair (Utami, 2009).

1). Deterjen

Deterjen didefinisikan sebagai produk pencuci atau pembersih yang

mengandung sejumlah komponen diantaranya adalah surfaktan yang mempunyai

sifat mampu menghilangkan kotoran dengan proses fisika-kimia dari unsur-unsur

(17)

Sabun didefinisikan adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan

membersihkan, bekerja dengan bantuan air (Anonim).

2). Padatan Terlarut

Padatan terlarut yang terdapat dalam limbah cair mempunyai cukup andil

untuk meningkatkan endapan lumpur dan menyebabkan kondisi anderobik (Metcalf

& eddy dalam Utami, 2009 ).

3). Protein, Karbohidrat, Minyak dan Lemak

Protein, karbohidrat, minyak dan lemak dapat mengurangi kadar oksigen dalam

air, meningkatkan kadar BOD dan COD serta menimbulkan bau busuk. (Metcalf &

Eddy dalam Utami, 2009).

4). Darah, Urine, Keringat dan Spesimen Lain Berbentuk Cair

Bahan ini bersifat infeksius yang dapat menularkan berbagai macam penyakit

jika terdapat dalam limbah cair dan air yang mengandung bahan ini dan dipakai oleh

manusia (Utami, 2009).

II.1.2 Dampak Bagi Lingkungan dan Kesehatan Limbah Cair Industri

Laundry

Bahan buangan berupa detergent didalam air lingkungan akan mengganggu,

karena berbagai alasan sebagai berikut :

1. Deterjen yang menggunakan bahan non fosfat akan menaikkan pH sampai dengan

10,5-11.

2. Bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam detergent akan mengganggu

(18)

3. Ada sebagian bahan detergent yang tidak dapat dipecah atau didegradasi oleh

mikroorganisme yang ada di dalam air, sehingga merugikan.

(Wardhana dalam Utami, 2009).

II.1.3 Karakteristik Limbah Laundry

Air buangan industri laundry dalam skala industri rumah tangga termasuk

dalam air buangan domestik. Air limbah laundry mengandung detergent (MBAS),

sabun, dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang sangat berbahaya.

Sebelum melakukan upaya pengolahan maka perlu melakukan identifikasi

katakteristik limbah laundry. Karakteristik tersebut seperti yang ditampilkan pada

tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Laundry

Sumber : Data Primer, 2010

II.1.4 Baku Mutu Limbah Cair Domestik

Parameter kunci dalam pengendalian limbah cair berasal dari industri laundry

adalah BOD, TSS, pH, Minyak dan Lemak, menurut Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu limbah cair domestik

yang ditampilkan pada tabel 2.2 dibawah ini.

No. Parameter Satuan Hasil Kadar Maksimum

1. BOD mg/lt 130,48 100

(19)

Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum

1. BOD mg/lt 100

2. TSS mg/lt 100

3. pH - 6-9

4. Minyak & Lemak mg/lt 10

Sumber : Kep. Men. Lingkungan Hidup No.112 tahun 2003

II.2 Trickling Filter

Menurut (Wahyuningsih, 2006), proses pengolahan biologis Trickling Filter

mempunyai unit utama berupa filter media yang terdiri atas tumpukan batu atau

plastik sebagai media bertumbuhnya bakteri dan terjadinya kontak antara bakteri dan

limbah.

Trickling Filter dapat didefinisikan sebagai media biological, dimana air

buangan dengan debit tertentu dialirkan melalui media dan effluennya dikeluarkan

melalui bawah media dengan bantuan system underdrain.

Trickling Filter biasanya terdiri dari bangunan berpenampang bulat dengan

media batu pecah atau media lain yang tidak larut yang ditempatkan pada kedalaman

(20)

Air limbah masuk melalui permukaan atas kolam trickling filter yang

dilengkapi dengan penyaring (shower). Air limbah akan membasahi permukaan

medium filter dan mengalir ke bawah sebagai effluent.

Gambar 2.1 Trickling Filter

Tabel 2.3 Nilai tipikal parameter desain trickling filter

Parameter Desain/ Operasi Nilai Resirkulasi (-) 0 – 3 Beban hidrolik (m3/m2 hari) 20 Beban organik kg BODS/m3 hari 0,5 Klarifier :

Laju pembebanan 0,4 – 1,0 Waktu tinggal (jam) 2,5 – 3,5

(21)

Pada proses Trickling Filter pengurangan kadar organik pada limbah bukan

dengan proses penyaringan, tetapi penurunan kadar organik disebabkan oleh proses

adsorbsi, dimana terjadi lapisan tipis biologis yang melapisi media filter. Kemudian

setelah proses adsorbsi, bahan organik yang ada di limbah diperlukan oleh lapisan

biologis untuk tumbuh dan sebagai sumber energi. Ketika air limbah masuk ke dalam

filter, air limbah akan mengalami kontak dengan lapisan biologis tipis di filter. Proses

adsorbsi pada limbah di lapisan filter akan menghasilkan zat anorganik yang dibuang

keluar.

Mikroorganisme yang tumbuh melekat sebagai film pada permukaan filter

melaksanakan oksidasi di dalam air limbah dan oksigen dari udara. Hal ini

menyebabkan mikroorganisme berkembangbiak sehingga film semakin meningkat

dan menghasilkan gas CO2

Bahan-bahan organik yang ada dalam air limbah diuraikan oleh

mikroorganisme yang menempel pada media filter. Bahan organik sebagai substrat

yang terlarut dalam air limbah diadsorbsi ke dalam biofilm atau lapisan berlendir. keluar udara.

Kelebihan dan Kekurangan Trickling Filter :

Sistem Trickling Filter sesuai untuk pengolahan limbah cair dengan debit

relatif kecil, baik untuk tujuan oksidasi karbon maupun nitrifikasi. Desain dan operasi

trickling filter cukup sederhana, tetapi sistem ini memerlukan klarifier primer,

klarifier sekunder, serta memerlukan resirkulasi effluent. Terdapat potensi terjadinya

penyumbatan pada media filter oleh benda berukuran besar (seperti plastik, ranting,

(22)

Pada bagian luar lapisan biofilm, bahan organik diuraikan mikroorganisme aerobik.

Pertumbuhan mikroorganisme akan mempertebal lapisan biofilm. Oksigen yang

terdifusi dapat dikonsumsi sebelum biofilm mencapai ketebalan maksimum. Pada

saat mencapai ketebalan penuh oksigen tidak dapat mencapai penetrasi secara penuh,

sehingga pada bagian dalam atau pada permukaan media akan berada pada kondisi

anaerobik.

Pada saat lapisan biofilm mengalami penambahan penebalan, bahan organik

yang diadsorb dapat diuraikan oleh mikroorganisme namun tidak mencapai

mikroorganisme yang berada di permukaan media. Dengan kata lain, tidak tersedia

bahan organik untuk sel karbon pada bagian permukaan media, sehingga

mikroorganisme sekitar permukaan media mengalami fase endogenous (kematian).

Pada akhirnya mikroorganisme tersebut akan lepas dari media. Cairan yang masuk

akan turut melepas atau mencuci dan mendorong biofilm keluar. Setelah itu lapisan

biofilm baru akan segera mulai tumbuh. Fenomena lepasnya biofilm dari media

disebut sebagai sloughing dan hal ini fungsi dari beban organik dan bedan hidroulik

memberikan kecepatan daya gerus biofilm. Sedangkan beban organik memberikan

kontribusi pada laju metabolisme dalam biofilm.

Aktifitas biologi umumnya mempunyai kondisi lingkungan tertentu. Makanan

yang mencukupi perlu secara kontinyu di suplay, tempat hidup mikroba harus lembab

dan dibutuhkan juga kondisi aerobik oksigen yang dibutuhkan disuplay sebagian dari

oksigen terlarut dari dalam air buangan dan sebagian lagi dari sirkulasi udara melalui

(23)

Kemampuan mikroorganisme yang tumbuh pada lapisan film Trickling filter

untuk meremove substrat (bahan-bahan organik) tergantung pada :

1. flow rate air buangan

2. kemampuan air buangan

3. koefisien difusi molekul substrat ke dalam lapisan film

4. rate substrat yang dibutuhkan biomassa

Secara umum kemampuan removal akan bertambah baik dengan

bertambahnya kekuatan air buangan maupun flow rate air buangan, walaupun

demikian bertambahnya kemampuan removal ini mempunyai nilai maksimum. Pada

tingkat kekuatan air buangan dan flowrate tertentu kemampuan removal akan

berkurang.

1. Media Filter

Media filter adalah suatu bahan yang memiliki area permukaan tinggi per unit

volume, memiliki daya tahan yang tinggi dan tidak mudah tersumbat untuk

memberikan celah masuknya udara.

Dalam penelitian ini menggunakan media batu zeolit. Zeolit adalah mineral

yang berasal dari batu kapur. Disamping harganya murah juga dapat dipakai dengan

mudah dan ringkas. Batuan zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok

alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca).

Batuan ini berwama abu-abu sampai kebiru-biruan. Para ahli mineralogi menyatakan

zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami. Diantaranya: Natrolit, Thomsonit,

(24)

Gambar 2.2 Batu Zeolit

Pemanfaatan zeolit di Indonesia masih terbatas, karena belum semua

masyarakat Indonesia menyadari manfaatnya.. Sifat dari zeolit adalah kemampuannya

mengikat kation yang tinggi, Sruktur kristalnya unik sehingga bersifat sebagai

penyerap (Anonim).

2. Seeding

Seeding merupakan proses pembibitan bakteri, seeding dilakukan untuk

memperoleh suatu populasi mikroorganisme agar dapat membentuk lapisan biofilm

yang menempel pada media, sehingga dapat menguraikan kandungan beban organik

yang ada di dalam air.

Pada proses ini mikroorganisme diusahakan tumbuh dengan baik, karenanya

jenis mikroorganisme harus diperhatikan. Sehingga media benar-benar sesuai dengan

kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut. Pada proses seeding

mikroorganisme diberikan makanan organik dan anorganik agar pertumbuhan

(25)

3. Resirkulasi

Resirkulasi adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan

efisiensi removal dalam proses Trickling Filter sehingga tingkat pengolahan yang

diinginkan dapat tercapai. Kenyataannya dengan adanya R (Rasio Resirkulasi hasil

nya tambah jelek).

Fungsi dari resirkulasi yang utama adalah untuk menaikkan kebasahan media

filter dengan mengatur kecepatan aliran limbah sebaik-baiknya sehingga diperoleh

ketebalan biofilm yang merata dan dapat meningkatkan kerja filter serta menghindari

sloughing (Adiprayitno dalam Wahyuningsih, 2006).

Pertimbangan resirkulasi didasarkan pada faktor-faktor yang menyebabkan

meningkatnya pengolahan dengan resirkulasi, antara lain:

1) Bahan organik di dalam effluen filter yang diresirkulasi, dimasukkan kembali

sehingga terjadi kontak dengan bahan biologis di dalam filter lebih dari satu

kali. Hal ini menambahkan waktu kontak dengan mikroorganisme.

2) Jika resirkulasi dialirkan melalui bak sedimentasi, aliran ini akan

mengencerkan aliran air buangan dengan beban yang kecil. Hal ini membantu

menjaga kondisi filter tetap baik selama periode fluktuasi pembebanan.

3) Resirkulasi memperbaiki pendistribusian di atas permukaan filter memperkecil

kecenderungan clogging dan membantu mengontrol filter, dengan rasio

resirkulasi 1 sampai 2 (Wahyuningsih, 2009).

(26)

Biofilm adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

lingkungan kehidupan yang khusus dari sekelompok mikroorganisme, yang melekat

ke suatu permukaan padat dalam lingkungan perairan biofilm dapat tumbuh di

berbagai permukaan termasuk batu, air, gigi makanan, pipa, alat-alat medis dan

jaringan implant.

Pada pengolahan limbah biofilm dapat digunakan untuk memurnikan air

dengan cara menguraikan senyawa-senyawa berbahaya dalam perairan.

Biofilm terdiri dari sel-sel mikroorganisme yang melekat erat ke suatu

permukaan sehingga berada dalam keadaan diam, tidak mudah lepas atau berpindah

tempat. Pelekatan ini seperti bakteri disertai oleh penumpukan bahan-bahan organik

yang diselubungi oleh matrik polimer ekstraseluller yang dihasilkan oleh bakteri

tersebut. Matrik ini berupa struktur benang-benang bersilang satu sama lain yang

dapat berupa perekat bagi biofilm.

Biofilm terbentuk khususnya secara cepat dalam sistem yang mengalir dimana

suplai nutrisi tersedia secara teratur bagi bakteri (Wahyuningsih, 2008).

II.3 Landasan Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses Trickling Filter adalah debit

filtrasi, ketebalan media, material media.

1. Debit filtrasi

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan diperlukan keseimbangan antara

debit filtrasi dengan kondisi media yang ada. Seringkali dengan debit yang

(27)

adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati ruang pori di antara

butiran media akan menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara

permukaan butiran media dengan air yang akan di filtrasi, sehingga proses

filtrasi tidak dapat terjadi secara sempurna.

Kecepatan aliran yang terlalu tinggi melewati ruangan pori antara butiran

media menyebabkan partikel-partikel halus yang akan di saring lolos. Selain

itu dengan kecepatan aliran yang terlalu tinggi terjadi gerakan-gerakan butiran

media yang dapat menyebabkan mengecilnya lubang pori.

2. Kedalaman dan Material Media

1) Kedalaman media

Kedalaman media dalam filter merupakan hal penting dalam perencanaan

filter. Tebal tidaknya media akan menyebabkan lamanya pengaliran dan

besarnya daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya

saring yang tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.

Sebaliknya media yang terlalu tipis mempunyai waktu pengaliran yang

pendek dan kemampuan daya saring yang rendah. Demikian pula dengan

butiran media berpengaruh pada porositas, rate filtrasi dan kemampuan

daya saring.

2) Bentuk butiran

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pori dan luas permukaan media

(28)

sangat mempengaruhi proses operasional. Dalam beberapa literatur bentuk

butiran dapat di kelompokkan menjadi :

(1) Spherical (bentuk bulat)

(2) Rounded (hampir bulat)

(3) Worn (berbentuk bulat)

(4) Sharp (berbentuk tajam)

(5) Crushed (berbentuk pecahan)

Dengan adanya perbedaan bentuk memungkinkan terjadinya perbedaan

luas permukaan dari butiran media filter.

3) Porositas media

Perbandingan antara volume bed dengan volume rongga media disebut

porositas. Kelayakan agar media dapat digunakan sebagai media filter

adalah apabila butiran dapat dibentuk dan disusun menjadi media butir

yang poros dengan porositas kurang lebih 0,4. porositas media per butir

ini tidak boleh kurang dari 0,4 karena dapat mengakibatkan fiter menjadi

cepat tersumbat. Sebaliknya bila nilainya lebih besar dari 0,4 akan

menghasilkan efluen yang buruk.

Menurut Wahyuningsih (2006) menyatakan bahwa dua sifat media filter

yang penting adalah sebagai berikut :

(1) Luas Permukaan (Specific Surface Area)

Semakin besar luas permukaan (Surface Area) akan menghasilkan

(29)

petumbuhan biologis semakin luas, sehingga jumlah mikroorganisme

persatuan volume akan lebih besar.

(2) Ruang Rongga Kosong (Void Space)

Semakin besar prosentasi ruang kosong (rongga) akan meningkatkan

kemampuan pengolahan air buangan dengan jumlah yang lebih besar

karena beban hidrolik yang lebih besar dapat terjadi tanpa membatasi

transfer oksigen, sehingga kondisi aerobik dapat dipertahankan.

Sebagai parameter untuk menentukan kadar air buangan dilakukan uji

(30)

21

III.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Limbah industri Laundry dari industri laundry CV. Bu Nanik, Sidoarjo.

Yang diambil langsung dari pipa outlet mesin cuci laundry.

2. Batu Zeolit (± 2 cm ).

3. Mikroorganisme dari kotoran sapi.

III.2 Peralatan Penelitian

(31)

Keterangan Alat :

1. Bak penampung 1 sebagai tempat penampung limbah laundry

2. Kolom Trickling Filter

3. Bak penampung 2 sebagai tempat untuk menampung effluent

4. Pompa untuk menaikkan air dari bak penampung 2 ke reaktor

5. Gate valve digunakan untuk mengatur besarnya debit yang mengalir

III.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kontinue dan dikerjakan dalam dua tahap

proses yaitu: tahap persiapan dan tahap percobaan utama.

III.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi proses aklimatisasi (pembiakan bakteri dalam

reaktor). Sehingga reaktor siap digunakan untuk penyisihan BOD dan TSS, yaitu

meliputi:

1. Isi bak penampung dengan limbah laundry yang sudah disaring terlebih

dahulu.

2. Kemudian dilakukan pembiakan terhadap bakteri (seeding) dengan

menggunakan mikroorganisme kotoran sapi dan ditambahkan aquadest

untuk mempercepat tumbuhnya mikroorganisme kemudian masukkan ke

aerator dengan memberikan udara dan nutrien selama satu minggu hingga

timbul mikroorganisme.

3. Kemudian dilakukan aklimatisasi dalam reaktor selama 1 minggu untuk

(32)

beradaptasi dengan air buangan yang akan diolah. Maka reaktor Trickling

Filter siap digunakan untuk menyisihkan bahan organik yaitu BOD dan

TSS.

III.3.2 Tahap Percobaan Utama

Tahap percobaan utama dilakukan secara kontinue dalam reaktor Trickling Filter yaitu:

1. Limbah cair laundry disaring terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke

dalam bak penampung.

2. Limbah cair laundry dalam bak penampung dianalisis BOD dan TSS nya.

3. Limbah cair laundry dalam bak penampung dialirkan menuju reaktor

Trickling Filter secara gravitasi (upflow). Reaktor tersebut dijalankan

dengan memvariasikan operasi terhadap debit air limbah laundry yaitu

sebesar 48,50,52,54,56 (ml/menit).

4. Kemudian di bak penampung terakhir diresirkulasi menuju reaktor

Trickling Filter dengan rasio resirkulasi sebesar 0,5;1;1,5;2;2,5 .

5. Setelah proses dalam reaktor Trickling Filter berjalan sesuai dengan

peubah yang dijalankan, yaitu debit limbah cair laundry dengan rasio

resirkulasi. Kemudian sampel limbah cair laundry diambil untuk dianalisa

(33)

III.3.3 Kerangka Penelitian

Gambar 3.2 Kerangka Penelitian

Masalah Pencemaran Badan air

Tujuan

Persiapan data: Karakteristik Limbah

Baku Mutu Limbah Cair Industri Laundry

Penentuan Parameter Pencemaran

Persiapan Merancang Alat

Proses Pengolahan Pencemaran dengan Trickling Filter

BOD dan TSS ≤ BML

Kesimpulan dan Saran

(34)

III.4 Peubah

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) kondisi yang

dikerjakan yaitu kondisi tetap dan peubah yang dijalankan. Pelaksanaan penelitian

dilakukan pada kondisi tetap yaitu diameter tabung 12 cm ketinggian tabung 80 cm,

volume air limbah 7 liter dan pH 7,4.

dan TSS, adalah sebagai berikut :

efisiensi (%) =Cin – Ceff

Perhitungan efisiensi penyisihan ini didasarkan atas perbandingan

pengurangan konsentrasi zat pencemar pada titik influent dan effluent terhadap

x 100 % Cin

Dengan :

(%) = Prosentase penyisihan

C in = Konsentrasi zat pencemar pada influent

(35)

konsentrasi zat pencemar pada titik influent. Penurunan dan prosentase yang

diperoleh selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, maka akan

(36)

27

terdapat dalam limbah cair industri laundry yang berasal dari Sidoarjo. Sebelum

dilakukan penelitian limbah cair industry Laundry dianalisa terlebih dahulu untuk

mengetahui kadar awalnya. Berikut adalah data analisa awal limbah cair Industri

Laundry Sidoarjo adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Analisa Awal Limbah Cair Industri Laundry Sidoarjo Parameter Satuan Hasil

PH - 7,4

BOD mg/l 130,48

TSS mg/l 280

Sumber : Data Primer

Limbah cair tersebut diolah dengan menggunakan proses biologi, yaitu

dengan menggunakan alat Trickling Filter. Untuk memperoleh hasil penurunan

kandungan organik BOD dan TSS yang maksimum. Berikut beberapa analisa yang

(37)

4.1 Pengaruh Debit (ml/mnt) Pada Penurunan BOD dan TSS Ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1.1 Penyisihan BOD

Tabel 4.1.2 Penyisihan TSS

Q Rasio Resirkulasi (R)

(ml/menit) 0,5 1 1,5 2 2,5

ditunjukkan dengan debit yang kecil maka efisiensi penyisihan kadar organik BOD

dan TSS mengalami peningkatan, dibandingkan dengan debit yang besar. Hal ini

dikarenakan semakin lama waktu kontak limbah dengan mikroorganisme sehingga

mikroorganisme dapat menguraikan kadar organik air limbah tersebut. Sehingga

(38)

menyebabkan media filter yang dipakai yaitu batu zeolit mengalami penebalan dan

mempunyai daya saring tinggi.

Pada proses Trickling Filter mengalami proses penguraian dan besarnya

daya saring dapat diketahui dengan hasil menurunnya kadar organik air limbah

laundry yaitu BOD dan TSS.

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Debit (ml/mnt) terhadap Efisiensi penurunan BOD

terbesar terletak pada debit 48 ml/mnt. Hal ini dikarenakan bahwa semakin kecil debit

yang digunakan maka semakin lama waktu pengaliran yang dibutuhkan juga. Dengan

semakin lama waktu kontak antara air limbah laundry dengan mikroorganisme maka

(39)

Efisiensi penurunan BOD yang terendah berada pada debit 56 ml/mnt

dengan rasio resirkulasi sebesar 2,5. Yaitu sebesar 75,12 %. Sedangkan efisiensi

penurunan yang terbesar terletak pada debit 48 ml/mnt sebesar 84,65 % dengan rasio

resirkulasi sebesar 0,5. Terlihat bahwa dari data penelitian bahwa hasil percobaan

memberikan angka penyisihan BOD terbaik sebesar 84,65 % dengan angka 20,02

mg/lt dimana angka tersebut telah memenuhi standart baku mutu yang telah

ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 112 tahun

2003, terkait dengan baku mutu limbah cair domestik.

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Debit (ml/mnt) terhadap Efisiensi Penurunan TSS

terbesar terletak pada debit 48 ml/mnt dan hasil efisiensi penurunan yang terendah

(40)

sesuai dengan berkurangnya ketebalan media karena tebal tidaknya media akan

menyebabkan lamanya pengaliran dan besarnya daya saring. Dengan media yang

terlalu tebal mempunyai daya saring yang tinggi tetapi membutuhkan pengaliran yang

lama. Sebaliknya media yang terlalu tipis mempunyai waktu pengaliran yang pendek

dan kemampuan daya saring yang rendah. Pada Hal ini dikarenakan adanya proses

adsorpsi dimana molekul-molwkul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan

biofilm yang mengelilingi adsorben. Pada hasil tersebut dapat dilihat bahwa

penyisihan kadar TSS air limbah laundry terbaik yaitu pada debit 48 ml/mnt dengan

rasio resirkulasi sebesar 0,5 dengan penyisihan sebesar 84,69 % dimana angka

tersebut telah memenuhi standart baku mutu yang telah ditetapkan.

(41)

Tabel 4.2.2 Penyisihan TSS

Q Rasio Resirkulasi (R)

(ml/menit) 0,5 1 1,5 2 2,5

Penyisihan TSS (%)

56 55,94 52,72 39,96 39,91 34,63

54 58,90 54,47 53,90 51,22 42,53

52 68,37 66,10 61,34 53,45 42,93

50 81,83 81,34 79,95 77,81 69,85

48 84,69 84,70 81,60 80,80 72,63

Dengan mempelajari berbagai variasi rasio resirkulasi pada proses

Trickling Filter itu didapatkan bahwa dengan rasio resirkulasi yang kecil dan dengan

debit yang kecil maka hasil penurunan kadar organik BOD dan TSS air limbah

laundry mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan rasio resirkulasi yang

kecil maka air limbah yang sudah diuraikan oleh mikroorganisme akan mengalami

peningkatan dengan waktu kontak yang lama. Dan dengan debit yang kecil maka

waktu pengaliran yang lama dalam proses tersebut sehingga air limbah laundry bisa

kontak dengan mikroorganisme. Oleh karena itu efisiensi penurunan kandungan

organik BOD dan TSS nya juga semakin tinggi.

(42)

Gambar 4.3. Grafik Pengaruh Rasio Resirkulasi terhadap Efisiensi Penurunan

laundry terhadap rasio resirkulasi dengan semakin kecil rasio resirkulasi yang

dilakukan maka semakin besar efisiensi penyisihan kadar organik nya. Terlihat bahwa

dengan rasio resirkulasi sebesar 0,5 maka hasil efisiensi penurunan kadar organik

yang didapatkan juga terbaik yaitu sebesar 84,65 % dalam penurunan kadar BOD

dengan debit yang kecil sehingga waktu pengaliran nya akan lama. Dengan waktu

pengaliran yang lama tersebut dapat menguraikan kandungan organic air limbah

(43)

Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Rasio Resirkulasi Terhadap Efisiensi Penurunan

limbah laundry yang terbaik adalah terletak pada rasio resirkulasi sebesar 0,5 dengan

debit 48 ml/mnt sebesar 84,69% sedangkan efisiensi penurunan kandungan organik

yang terendah terletak pada debit 56ml.mnt dengan rasio resirkulasi sebesar 2,5

sebesar 75,12%..

Semakin besar resirkulasi yang dilakukan dengan waktu kontak yang lama

pula pada penyisihan kadar organik TSS air limbah laundry maka terjadi kenaikan

pula pada efisiensi penurunan kadar organik TSS. Hal ini dikarenakan dengan adanya

waktu pengaliran yang lama maka air bisa melewati pori-pori pada media dengan

(44)

rasio resirkulasi maka air limbah yang akan kontak dengan mikroorganisme akan

(45)

36

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan skala laboratorium dengan proses biologi dengan menggunakan alat trickling filter pada industri laundry antara

lain :

1.Pengolahan limbah industri laundry dapat dilakukan dengan menggunakan

proses biologi dengan menggunakan alat trickling filter yang dipengaruhi oleh

debit dan rasio resirkulasi.

2. Pada penurunan kadar organik air limbah laundry Sidoarjo dapat diturunkan

dengan menggunakan trickling filter. Untuk BOD efisiensi penurunan

kandungan organik yang terbaik pada limbah laundry adalah sebesar 84,65 %

terletak pada debit 48 ml/mnt dengan rasio resirkulasi sebesar 0,5. Sedangkan

untuk TSS efisiensi penurunan kandungan organik yang terbaik adalah

sebesar 84,69 % yang terletek pada debit 48 ml/mnt dengan rasio resirkulasi

sebesar 0,5.

V.2 Saran

1. Penelitian ini dilakukan dengan proses biologi, untuk selanjutnya perlu dikembangkan dengan proses kimia atau fisika untuk membandingkan hasil

(46)
(47)

Anonim, 2003, “Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Baku

Mutu Limbah Cair Domestik”, Surabaya.

Anonim, 2008, ”Pengolahan Limbah Detergent, Madiun”,

Anonim, 2007, “ Pengelolaan Limbah Industri Pangan”, 12, Jakarta.

http://www. Temporary

files/default.htm, 10/11/2008.

Anonim, 1996, ”Zeolit Bahan Pembenah tanah”

Ginting, P.,2007, Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, 60, Yrama

Widya, 50, Bandung.

http://www. Suara

merdeka.com/harian/0402/233/ragam 3.htm, 6/5/10.

Metcalf & Eddy, 2003, Waste Water Engineering: Treatment, Disposal, Reuse, Third

Edition, Mc Graw Hill International, 615, New york..

Utami, A.P.S., 2009, Penurunan Konsentrasi Detergent Pada Limbah Industri

Laundry Dengan Menggunakan NaOH Sebagai Koagulan, 11-14, Skripsi,

Jurusan Teknik Lingkungan UPN, Surabaya.

Wahyuningsih, R., 2006, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan

Menggunakan Trickling Filter, 4-6 dan 20-23, Skripsi, Jurusan Teknik

(48)

A-1

Hasil pengukuran BOD awal dan BOD setelah proses dan hasil

pengukuran TSS awal dan TSS setelah proses ditabelkan seperti di bawah ini :

Tabel a.1 Pengaruh rasio resirkulasi dan debit terhadap BOD

Debit Rasio Resirkulasi

Tabel a.2 Pengaruh rasio resirkulasi dan debit terhadap TSS

(49)

CONTOH PERHITUNGAN

1. Perhitungan Waktu Detensi (Td) Reactor :

Diketahui Volume reactor (Vr) = 7 liter = 7000 ml

Td =

Td dengan rasio resirkulasi = 0,5 yaitu Td = menit menit

2. Perhitungan Efisiensi BOD dan TSS

Prosentase penurunan kandungan BOD dan TSS pada pengolahan limbah

cair Industri Laundry Sidoarjo dengan proses biologi dengan menggunakan

Trickling Filter dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

Contoh Perhitungan Penurunan BOD

Pada variabel debit aliran 48 ml/mnt dan rasio resirkulasi sebesar 0,5 :

(50)

Contoh Perhitungan Penurunan TSS

Pada variabel debit aliran 48 ml/mnt dan rasio resirkulasi sebesar 0,5:

Kadar TSS awal = 280 mg/L

Kadar TSS akhir = 42,812 mg/L TSS awal

% Penyisihan TSS = TSS awal – TSS akhir

TSS awal X 100%

= 280 – 42,812

280

= 84,69 %

X 100%

(51)

ANALISA BOD dan TSS

A. ANALISA BOD

Bahan :

a. Limbah cair Industri Laundry Sidoarjo

b. Larutan MnSO

c. Larutan alkali iodida azida

4

a. Ambil contoh yang sudah disiapkan

b. Tambahkan 1 mL MnSO4

c. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna dan 1 mL alkali iodida azida dengan ujung pipet

tepat di atas permukaan larutan.

d. Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai dengan 10 menit

(52)

g. Masukkan ke spektrometer dan catat hasilnya.

(Sumber : Metode Analisa Cara Uji Air Limbah Prop. Jatim)

B. ANALISA TSS

Bahan :

a. Limbah cair Industri Laundry Sidoarjo

b. Air suling

a. Kocok contoh uji sampai homogen

b. Pipet 50ml – 100ml contoh uji, masukkan ke dalam alat penyaringan yang

telah dilengkapi dengan alat pompa penghisap dan kertas saring

(53)

d. Setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring dengan air suling

sebanyak 10ml dan dilakukan 3x pembilasan

e. Lanjutkan penghisapan selama kira-kira 3menit setelah penyaringan

sempurna

f. Pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam cawan

yang telah mempunyai berat tetap

g. Uapkan hasil saringan yang ada dalam cawan sehingga kering pada

penangas air

h. Masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke dalam

oven pada suhu 180oC ± 2o

i. Pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan dalam

desikator

C selama tidak kurang dari satu jam

j. Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik

k. Ulangi langkah h sampai j sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai B

gram)

( Sumber : Metode Analisa Berdasarkan SNI 06-6989.19-2004)

(54)

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Laundry
Tabel 2.3 Nilai tipikal parameter desain trickling filter
Gambar 2.2 Batu Zeolit
Gambar 3.1 Trickling Filter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada model regresi linear sederhana diperoleh kesimpulan yang sama dengan model regresi linear sederhana, namun model regresi linear sederhana tidak tepat digunakan karena

"Memperhatikan berbagai penafsiran terhadap berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, khususnya berkaitan dengan pemberian resmisi, asimilasi dan pembebasan

Banyak hal yang bisa dilakukan guru untuk mencitakan susana yang menyenangkan dalam kelas, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai

Pityriasis versikolor yang disebabkan oleh Malasezia furfur Robin (BAILLON 1889) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif,

Tabel 4.2 merupakan hasil waktu rata-rata yang diperoleh dari tabel-tabel sebelumnya dalam pengujian untuk waktu pencarian rata-rata berdasarkan looping dari

Persentase Rumah Sakit Umum Daerah yang memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar.. Persentase Rumah Sakit Umum Daerah yang memiliki sarana, prasarana dan

Tetapi, disini jelas adanya praktek jual beli barang sistem panjar titip di Toko Rizky Jaya ini merugikan salah satu pihak, yaitu pihak pemilik toko karena barang

Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara angka melek huruf terhadap jumlah penduduk miskin di