• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAFALAN SINGKATAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAFALAN SINGKATAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PELAFALAN SINGKATAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH

ANAK AGUNG PUTRI SRI PROGRAM STUDI D4 PARIWISATA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang pelafalan singkatan unsur serapan ke dalam bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Untuk mencapai tujuan itu penulis menggunakan teori sosiolinguistik terapan. Konsep ini di antaranya mengacu pada pembahasan yang dibicarakan oleh Yus Badudu mengenai pelafalan bahasa Indonesia baku. Pengumpulan data menggunakan metode pengamatan dalam pelaksanaannya dibantu dengan teknik pencatatan. Populasi adalah semua singkatan dalam bahasa Indonesia. Sampel tertulis diambil dari Kamus Lengkap Inggris - Indonesia dan Indonesia - Inggris, Sedangkan yang lisan diperoleh dari penutur bahasa Indonesia yang dianggap sebagai pemberi teladan, radio, dan televisi.

Selanjutnya pada waktu menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif, penyajian kaidah dilakukan dengan menggunakan metode informal yaitu dengan perumusan kata-kata biasa. Dari analisis deskriptif diperoleh kesimpulan, bahwa pelafalan singkatan bahasa Inggris yang disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia dan singkatan pelafalan bahasa Inggris tetap dilafalkan ke dalam bahasa Inggris.

PELAFALAN SINGKATAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia adalah bahasa negara dan bahasa nasional dalam perkembangannya tidak

menutup dari dari pengaruh luar, kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Perkembangan

bahasa Indonesia (bI) itu haruslah mempunyai arah yang jelas sehingga tidak merugikan bangsa

Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

mencanangkan politik bahasa nasional yang bertujuan untuk membina dan mengembangkan bI. Politik

bahasa nasional memberi arah yang jelas tentang perkembangan bahasa Indonesia baik dalam

kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara. Arah perkembangannya sesuai

dengan aspirasi Sumpah Pemuda (tahun 1928) dan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36.

Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai 1. Lambang

kebanggaan kebangsaan, 2. Lambang identitas nasional, 3. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai

masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya budaya dan bahasanya, dan 4. Alat perhubungan

▸ Baca selengkapnya: cpu singkatan dari … *

(2)

Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai

bahasa negara sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV Pasal

36. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi antara lain; 1. Bahasa resmi

negara, 2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, 3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembngunan nasional serta kepentingan pemerintah, dan 4.

Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi (Halim, 1980:24).

Dalam hubungan sebagai bahasa negara, bI adalah satu-satunya alat yang memungkinkan bangsa

Indonesia membina serta mengembangkan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional yang dimaksudkan

adalah kebudayaan nasional yang memiliki ciri-ciri identitas sendiri yang membedakannya dengan

kebudayaan daerah, karena sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam

beberapa unsur kebudayaan yang terbatas, dalam bahasanya, kesenian, dan adat istiadatnya. Sulit

menonjolkan sifat khas yang memberi identitas dalam unsur-unsur kebudayaan, sistem teknologi (karena

teknologi bersifat universal), juga dalam ekonomi, ilmu pengetahuan, dan agama.

Bahasa Indonesia yang telah dinyatakan sebagai bahasa nasional dan negara terus tumbuh dan

berkembang. Perkembangan itu sesuai dengan tingkat kemajuan masyarakat Indonesia menuju masyarakat

yang modern. Dalam sejarah perkembangannya itulah bI memperoleh sumbangan- sumbangan positif baik

dari bahasa daerah yang hidup di Indonesia maupun dari bahasa-bahasa asing. Kosa kata bahasa asing

memegang peranan penting dalam pengembangan bI. Hal ini karena fungsi bahasa asing (bahasa Inggris)

sangat besar dalam pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh

bahasa daerah maupun bahasa asing (bahasa Inggris), akibat adanya kontak bahasa menimbulkan berbagai

peristiwa bahasa. Peristiwa bahasa itu dapat berupa saling memungut dalam berbagai aspek kebahasaan,

misalnya; dalam bentuk fonologi (lafal), morfologi, dan kalimat disesuaikan dengan bahasa pemungut

(penerima).

Pembahasan tentang lafal bI yang baku (standar) telah banyak dibicarakan di antaranya ; Adhitama

(1978), Hakim (1978, 1986), Latif (1971) Moeliono (1986), Badudu (1979, 1985), dan Sulaga (1988).

Walaupun cukup banyak pembicaraan tentang lafal bI, tetapi sampai saat ini tidak dijumpai bukti adanya

produk perundangan peraturan pemerintah atau keputusan menteri yang menetapkan lafal baku bI. Selain

alasan itu, penelitian pelafalan singkatan bI perlu dilakukan mengingat banyak singkatan kata yang kita

serap dari bahasa daerah maupun bahasa asing khususnya bahasa Inggris, dalam pemakaian selanjutnya

disesuikan dengan lafal bahasa Indonesia baku.

▸ Baca selengkapnya: copler singkatan dari

(3)

Bertitik tolak dari latar belakang yang dipaparkan di atas, oleh karena tidak adanya ketentuan resmi

tentang lafal baku bI menyulitkan peneliti untuk menentukan pembahasan yang dianggap sebagai acuan

atau rujukan. Akan tetapi dari sekian banyak pembahasan yang ada, hampir semua pembahasan merumuskan bahwa lafal baku bI adalah lafal yang tidak memperdengarkan “warna” lafal daerah atau lafal bahasa asing (Badudu, 1979:115).

Mengingat banyak masalah yang timbul di dalam pelafalan bI, masalah tersebut terpilah-pilah sesuai

dengan sudut pandang masing-masing. Berkaitan dengan penelitian ini, maka masalah yang diajukan pada

kesempatan ini adalah terformalisasi dalam bentuk pernyataan berikut.

a. Singkatan bahasa Inggris dilafalkan ke dalam bahasa Indonesia atau singkatan bahasa Inggris tetap

dilafalkan dalam bahasa Inggris.

b. Singkatan yang dibedakan antara singkatan lambang huruf dan singkatan kata.

1.3 Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang pelafalan singkatan

dalam bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui

singkatan bahasa Inggris yang menggunakan lafal bahasa Inggris. Selain itu juga untuk mengetahui

singkatan lambang huruf dan singkatan kata.

1.4 Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik terapan, yang membicarakan tentang perencanaan

bahasa yang mengacu ke dalam bahasa Indonesia baku. Pemilihan teori ini dimaksudkan karena masalah

yang dikaji adalah pelafalan singkatan dalam bahasa Indonesia. Dengan teori ini dapat diketahui pelafalan

bI yang baku atau tidak baku. Konsep ini berlaku pada pembahasan yang dibicarakan oleh Badudu (1979,

1985), Arifin (1985), Moeliono (1986), dan Sulaga (1988). Di samping itu juga digunakan buku Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (1988) dan Pedoman Umum Pembentukan Kata dan Istilah (1988) dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta.

1.5 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga macam. Ketiga metode yang

digunakan itu; 1. Metode pengumpulan data, 2 Metode pengolahan data (analisis data), dan metode

▸ Baca selengkapnya: skbm singkatan dari

(4)

1. Metode Pengumpulan Data

Mengingat penelitian ini adalah pelafalan singkatan dalam bI maka metode yang digunakan metode

pengamatan atau observasi. Metode pengamatan adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Usaha pengumpulan data dan informasinya dapat dilakukan

secara intensif disertai analisis dan penyajian kembali atas semua data yang dikumpulkan (Keraf,

1982:162).

2. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan di analisis dengan

menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan atau

menguraikan secara rinci pelafalan singkatan dalam bahasa Indonesia. Pola analisis yang diterapkan

adalah analisis deduktif dengan pengertian analisis yang berdasarkan atas prinsip, hukum, teori atau

keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala khusus (Akhadiah M.K. 1984: 10- -17).

3. Metode Penyajian Hasil

Untuk memudahkan memahami hasil penelitian serta agar mendapat gambaran lebih jelas tentang hasil

yang diperoleh, maka penelitian ini disajikan dengan metode informal. Di samping metode itu, juga

dibantu dengan teknik penjabaran dengan menggunakan kata dan istilah bahasa Indonesia ragam baku

(Sudaryanto, 1982:16).

1.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan sasaran yang dijadikan objek penelitian (Marzuki, 1982:41). Dengan

demikian, populasi penelitian pelafalan singkatan dalam bI ini adalah semua singkatan yang ada dalam bI.

Oleh karena populasi penelitian ini demikian luas sehingga peneliti mengambil sampel bagian dari

populasi. Bagian inilah yang diteliti atau diselidiki dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (Hadi.

1983:70).

Sampel yang ditetapkan singkatan bI dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis. Pelafalan singkatan dalam

bI lisan diperoleh dari penutur bI yang dianggap sebagai pemberi teladan, radio, dan televisi. Sedangkan

yang tertulis meliputi kamus, yaitu Kamus Lengkap Modern Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris.

Karangan Kasir Ibrahim dkk., Kamus Internasional Populer. yang merupakan kumpulan naskah-naskah

bersifat ilmu pengetahuan atas nama penerbit Karya Anda, Kamus Umum Lengkap Inggris-Indonesia

(5)

II. PENGERTIAN LAFAL DAN SINGKATAN

1. Pengertian Lafal

Menurut Yus Badudu (1980:115) yang dapat dianggap sebagai lafal bI baku adalah lafal bI yang tidak memperdengarkan “warna” lafal bahasa daerah maupun asing. Kalau ada orang yang bertutur dalam bI sukar ditebak dari suku mana ia berasal karena lafal dan lagu tuturnya tidak memperdengarkan “warna”

bahasa daerah atau asing, maka orang itu dapat dikatakan telah berbahasa Indonesia yang baik (lafal

baku).

Khusus menyangkut cara pelafalan bI yang berasal dari bahasa asing, seperti bunyi [ f, , z, x],

Hastuti (1983:64) mengklasifikasikan penutur bI menjadi dua. Pertama, orang awam cenderung mencari

kemudahan, melafalkan bunyi-bunyi yang berasal dari bahasa asing itu sesuai dengan lafal asalnya

(Karena dalam bI bunyi-bunyi itu tidak ada sehingga alat ucap orang Indonesia masih sulit mengucapkan

bunyi-bunyi itu sesuai dengan aslinya). Kedua, kaum terpelajar pada umumnya tahu asal-usul bunyi-bunyi

itu cenderung menirukan dan mengikuti cara pelafalan kata sesuai dengan yang berlaku pada bahasa asing

itu.

Adanya dua golongan yang berbeda itu menyebabkan timbul beberapa gejala yang kadang-kadang

memberi efek yang tidak melancarkan pembinaan bI. Pembinaan bI kesulitan dalam mengucapkan

bunyi-bunyi yang berasal dari bahasa asing tetapi dapat diatasi bila sejak kecil para penutur bI telah sering dilatih

mengucapkan bunyi-bunyi tersebut secara benar sebab pada hakikatnya bahasa dikatakan suatu kebiasaan

(Hastuti, 1983:64).

Madia (1985:55) memberi pandangan tentang bunyi-bunyi yang berasal dari bahasa asing itu, dalam bI

beberapa cenderung ada secara teoritis tetapi dalam kenyataan bunyi-bunyi itu sebenarnya tidak ada.

Seperti bunyi [f] dan [v] (bahasa asing) dalam bI berstatus satu bunyi yaitu [f]. Demikian juga lambang q

dan x tidak melambangkan bunyi seperti dalam bahasa asing. Ddalam bI kedua lambang itu

melambangkan bunyi [k] untuk lambang q dan klaster [ks] untuk lambang x.

Kenyataan seperti tersebut di atas membuat peneliti menemui kesulitan dalam menentukan lafal baku

bI. Sebagai bahan peneliti berpedoman pada autoritas berpijak pada pendapat para ahli atau mereka yang

telah menyelidiki fakta-fakta itu secra cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta

kemudian memberi pendapat mereka sesuai dengan bidang yang ditekuni (Keraf, 1983:12).

(6)

Sampai saat ini belum terdapat keseragaman terminologi dan pembagian singkatan. Badudu

(1980:86) menggunakan istilah pokok singkatan kata. Singkatan kata dapat dibedakan atas dua macam

yaitu 1. Singkatan kata seperti : MPR, SMA, SD, dan TK, dan 2. Akronim seperti ; ABRI, Sekjen,

AMPI, bimas, dan pemilu. Anton M. Moeliono (1986:55) juga menggunakan istilah pokok singkatan kata. Menurut Anton, singkatan kata dapat dibedakan atas empat yaitu 1. Singkatan kata yang disingkatkan cara penulisannya, tetapi selalu dilafalkan sebagai kata , seperti y.l. (yang lalu), tgl.

(tanggal), bhw. (bahwa), dan ed. (editor); 2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal dan dilafalkan sesuai dengan nama huruf itu, seperti; MPR (em.pe.er), SMA (es.em.a), dan TK (te.ka); 3. Singkatan yang

dibentuk dengan memilih huruf awal tertentu hingga dapat dibaca sebagai kata biasa, seperti; KAMI,

ABRI, IKIP, dan AMPI, dan 4. Singkatan yang dibentuk dengan memadukan suku kata dengan suku kata atau suku kata dengan huruf sehingga mirip engan pola umum bahasa Indonesia, seperti; pemilu,

tilang, Supersemar, dan berdikari.

Di samping itu juga dijumpai abreviasi atau singkatan berkombinasi dengan bilangan seperti; BP7

[be.pe.tujuh] yang berasal dari BPPPPPPP, dan P3K [pe.tiga.ka] berasal dari PPPK, dan singkatan kata yang berupa gabungan antara abreviasi dan akronim seperti ; TKS BUTSI [te.ka.es.butsi], DPD Golkar

[de.pe de gOlkar], DPP AMPI [de.pe.pe. ampi]. Singkatan kata seperti ini disebut abreviakronim (Sudaryanto, 1983:230- - 231).

4. Sistem Pelafalan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Tiap bahasa mempunyai pola bunyi, bentuk, makna, perbendaharaan kata yang khas dengan kaidah

yang khas pula. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia , walaupun sama-sama menggunakan huruf Latin,

akan menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam sistem perlambangan bunyi dengan huruf itu. Dalam hal

pemakaian huruf, bI memiliki kesamaan dengan bahasa Inggris (bIng), namun berbeda dalam pelafalan.

Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris menggunakan 26 buah huruf dalam menuliskan bunyi-bunyi

suatu kata. Huruf-huruf itu ialah: a,b,c,d,e,f,g,h,I,j,k,l,m,n,o,p,q , r, s, t, u, v, w, x,y, dan z (Arifin, 1985:24

juga EYD, 1979:13). Huruf-huruf yang sama itu diberi nama yang berbeda antara bI dengan bIng. Berikut

ini adalah daftar huruf yang dipakai dalam bI atau dalam bIng disertai dengan namanya masing-masing.

(7)

---

III. PELAFALAN SINGKATAN DALAM BAHASA INDONESIA DAN INGGRIS

Pelafalan yang dimaksudkan dalam kaitan dengan singkatan dalam pembahasan ini adalah lafal bI

baku, Pertumbuhan dan perkembangan singkatan bI banyak mendapat pengaruh atau sumbangan dari

bahasa lain. Pengaruh atau pinjaman bahasa terjadi akibat adanya kontak bahasa seperti; kedekatan

hubungan (intimate borrowing), melalui jalur budaya (cultural borrowing, dan jalur dialek (dialect borrowing) (Lehiste, 1979:183).

Pelafalan singkatan dalam bI selanjutnya, akan dibagi menjadi dua kelompok pembahasan. Kedua

(8)

1.Singkatan bahasa Inggris (asing) dilafalkan ke dalam bI atau singkatan ba

hasa Inggris yang dilafalkan ke dalam bahasa aslinya.

2. Singkatan yang dibedakan antara singkatan lambang huruf dan singkatan

dan singkatan kata.

3.1 Singkatan Bahasa Inggris Dilafalkan ke dalam Bahasa Indonesia atau Singkatan Bahasa Inggris Tetap Dilafalkan ke dalam Bahasa Inggris

1. Singkatan Bahasa Inggris Dilafalkan ke dalam Bahasa Indonesia

Singkatan bahasa Inggris yang dilafalkan ke dalam bahasa IndonesiaI, antara lain sebagai berikut. ---!

2. Singkatan Bahasa Inggris Tetap Dilafalkan ke dalam Bahasa Inggris

Singkatan bahasa Inggris yang tetap dilafalkan sesuai dengan lafal aslinya (Inggris), antara lain sebagai berikut.

---! ! TERTULIS ! L A F A L !

(9)

! Tidak Baku ! Baku !

3.2 Singkatan yang Dibedakan Antara Singkatan Lambang Huruf dan Singkatan Kata

1. Singkatan Lambang Huruf

Singkatan lambang huruf adalah singkatan yang diperoleh sebagai proses menyingkat cara penulisan, tetapi selalu dilafalkan sesuai dengan kata yang disingkat. Singkatan ini didasarkan atas pertimbangan kehematan ortografis, antara lain sebagai berikut.

Singkatan kata secara umum dapat dipilah lagi menjadi tiga macam seperti berikut ini.

(10)

USA ! yu es ei ! u Es a ! IBF ! ai bi ef ! i be Ef !

b. Singkatan kata yang berupa gabungan antara fonem, suku kata, dan kata. Contohnya:

c. Singkatan kata yang berupa gabungan antara abreviasi dan akronim.

Maksudnya, sebagian singkatan kata itu berperilaku sebagai abreviasi dan sebagian lagi berperilaku sebagai akronim.

menimbulkan berbagai peristiwa bahasa. Peristiwa itu dapat berupa saling memungut dalam berbagai

aspek kebahasaan, di antaranya; bidang fonologi, morfologi, dan kalimat disesuaikan dengan bahasa

(11)

Bertitiktolak dari pembahasan di atas dapat disimpulkan.

1. Pelafalan singkatan-singkatan bahasa Inggris yang disesuaikan dengan

pelafalan bahasa Indonesia atau singkatan bahasa Inggris tetap dilafalkan dalam bahasa Inggris

Seperti contoh berikut ini.

2. Singkatan yang dibedakan antara singkatan lambang huruf dan singkatan kata. Seperti contoh berikut ini.

Bahasa Indonesia memiliki sifat terbuka yaitu mudah menyerap bahasa lain baik bahasa serumpun

maupun bahasa yang tidak serumpun. Unsur bahasa lain khususnya bahasa asing diperlukan oleh bahasa

Indonesia agar bI menjadi bahasa modern yaitu bahasa yang mampu mewahanai aspirasi modern bangsa

Indonesia.

Dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan bI idealnya mesti

didasarkan kepada pengetahuan tentang unsur-unsur bahasa lain yang diterima oleh bI, khususnya

pelafalan bahasa asing. Untuk itu, singkatan-singkatan bahasa asing yang diserap oleh bI perlu mendapat

(12)

maka dari itu penelitian-penelitian tentang pelafalan singkatan dalam bI yang diserap atau dipengaruhi

bahasa asing maupun daerah perlu diteliti guna memperkaya khazanah kebahasaan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia Jakarta: Pustaka Antarkota.

Badudu, J.S. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung Pustaka Prima.

Candrawati, Ni Luh Komang. 1986. “Unsur Leksikal Bahasa Inggris yang Masuk ke dalam Bahasa Indonesia”. sebuah Skripsi

Hadi, Sutrisno. 1981. Statistik. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Halim, Amran. 1980. Politik Bahasa Nasional 1 dan 2. Jakarta: Balai Pustaka.

Hastuti, Sri P.H. 1983. Permasalahan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Intan

Ibrahim, M. Kasir. Dkk. Kamus Lengkap Modern Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris. Surabaya: CV Putra Karya.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru

Marzuki, 1982. Metodologi Riset. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Madia, I Made. 1985. “Khazanah Fonem Konsonan Bahasa Indonesia dan Beberapa Permasalahannya”, dalam Majalah Widya Pustaka. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

M. Moeliono, Anton. 1986. Santun Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengem- bangan Bahasa.

---1983. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

(13)

Rusyana, Yus, dan Samsuri. 1976. Tatabahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulaga, I Nyoman. 1988. Lafal dan Kata Baku Bahasa Indonesia. Denpasar: Ikayana.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

46 www.slideshare.net

Internet Source 1%

pspar.unud.ac.id Internet Source 1%

pt.slideshare.net

Internet Source

1%

aminsaefullah-ajib-ajib.blogspot.com 10 Internet Source

1%

rifkidanang94.blogspot.com 11 Internet Source

1%

lib.uin-malang.ac.id 12 Internet Source

1%

wirmanvalkinz.blogspot.com 13

Internet Source

<1%

nindyapuspita178.wordpress.com 14 Internet Source

<1% 8

(47)

47 fr.slideshare.net 15

Internet Source

<1%

sttbali.com 16 Internet Source

<1%

blogsaefcreativity.blogspot.com 17 Internet Source

<1%

ejournal.unsrat.ac.id 18 Internet Source

<1%

lib.ui.ac.id 19

Internet Source

<1%

library.um.ac.id

20

Internet Source <1% revisari13.blogspot.com

21

Internet Source <1%

selaaaaaaa.blogspot.com 22 Internet Source

<1%

badanbahasa.kemdiknas.go.id 23 Internet Source

(48)

48 G. E. Marrison. "Literary travels in Bali", 24

Indonesia and the Malay World, 11/1994 Publication

<1%

repository.widyatama.ac.id 25

Internet Source

<1%

kerisologi.multiply.com 26 Internet Source

<1%

pengertiandancontohmakalah.blogspot.com 27 Internet Source

<1%

jejaka-kreatif.blogspot.com 28 Internet Source

<1%

www.jumanta.com 29 Internet Source

<1%

www.bantuantugasakhir.blogspot.com 30 Internet Source

(49)

49 triezdamila.blogspot.com 31 Internet Source

<1%

EXCLUDE QUOTES OFF EXCLUDE MATCHES OFF

EXCLUDE OFF

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan verifikasi dokumen elektronik dengan dokumen asli, apabila terjadi perbedaan data kualifikasi, maka yang digunakan adalah data.. pada dokumen

Prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal ada- lah prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang Pasar Modal berdasarkan Fatwa Dewan Sya- riah Nasional Majelis Ulama

memperbaiki kualitas pembelajaran yang di lakukan di dalam kelas. 16) yang menyatakan bahwa “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembentukan UU Paten yang pada mulanya dimaksudkan untuk mendorong industrialisasi di dalam negeri, dalam perkembangannya lebih disebabkan

utama yaitu : SO (Strengths, Opportunities), WO ( Weakness, Opportunities), ST (Strengths, Threats), dan WT ( Weakness, Threats). Tuliskan kekuatan internal

oleh para ahli materi dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini.. 3 Diagram Batang Kualitas Penilaian Aspek Isi Buku Praktik Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang personal hygiene organ reproduksi sebanyak 26 responden (60,5%) dan responden yang memiliki

Pada pekerja batu bata yang ada di Desa Ledug kebanyakan dari mereka memiliki masa kerja yang sudah lebih dari 10 tahun dan masih banyak yang belum menggunakan