BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Tentang Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit
Menurut Johanes (2004) kata "kredit" berasal dari bahasa Romawi
"credere" yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya. Seseorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang telah
mendapat kepercayaan dari kreditur.
Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 menyebutkan
pengertian kredit, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di
persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan atau pembagian hasil tertentu. Kredit juga didefinisikan
sebagai penyerahan atas dasar kepercayaan sejumlah uang atau barang yang
dipersamakan dan wajib dikembalikan sesuai dengan syarat-syarat yang
disepakati bersama.
Adapun menurut Hasibuan (2007:87) mengemukakan pengertian
kredit yang lebih jelas bahwa: " Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati". Kemudian Suyatni, (2002)
memberikan definisi kredit sebagai berikut: Kredit dapat pula berarti bahwa
kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam
jangka waktu tertentu".
Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa suatu fungsi pokok
dari kredit pada dasaraya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan
usaha berbagai bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat dalam hal ini mempermudah mendapatkan modal usaha.
2.1.2 Unsur-Unsur dan Jenis-Jenis Kredit
a. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit menurut Kasmir (2008) adalah sebagai berikut :
1) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian suatu kredit (bank) bahwa kredit yang
diberikan baik berupa uang atau jasa yang akan benar - benar diterima
kembali dimasa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank kepada
calon debitur karena sebelum dana tersebut dikucurkan, sudah dilakukan
penelitian dan penyelidikan bagaimana situasi dan kondisi calon debitur
sehingga dapat dinilai apakah calon debitur tersebut dipastikan memiliki
kemauan dan kemampuan membayar kredit yang disalurkan, sehingga pada
saat dana telah dikucurkan tidak terjadi masalah yang berpengaruh baik bagi bank maupun debitur
2) Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur
pihak menandatangi hak dan kewajibannya, kesepakatan kredit ini
dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,
yaitu bank dan nasabah disaksikan oleh notaris.
3) Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka
waktu.
4) Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu
kredit semakin bersar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini
menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang
lalai maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana
alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5) Balas Jasa
Merupakan keuntungan .atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang
dikenal dengan nama bunga bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk
bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi, kredit ini
merupakan keuntungan utama suatu bank. Sedangkan bagi bank
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dalam bentuk bagi hasil.
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu
diberikan ukuran - ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas
b. Jenis-jenis kredit
Secara umum jenis-jenis kredit yang dikeluarkan oleh bank dapat
dilihat dari berbagai segi adalah :
1) Dari Segi Jangka Waktu
a) Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya untuk keperluan modal
kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau
jika untuk pertanian misalnya tanaman padi dan palawija
b) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun,
dan biasanya kredit ini untuk melakukan investasi.
c) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama, yaitu
diatas tiga tahun atau lima tahun dan biasanya untuk keperluan investasi
jangka panjang.
2) Dari Segi Kolektibilitas
a) Kredit lancar (pas)
Adalah kredit yang kriterianya antara lain pembayaran angsuran
pokok dan bunga tepat waktu, memiliki mutasi rekening yang aktif, dan
bagian dari kredit yang dijamin dengan angsuran tunai.
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :
(2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.
(3) Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
b) Kredit dalam perhatian khusus (special mention)
Adalah kredit yang kriterianya antara lain terdapat tunggakan
angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui sembilan puluh
hari, kadang-kadang terjadi cerukan, mutasi rekening relatif aktif jarang
teriadi pelanggaran terhadap kontrak vang dijanjikan dan didukung oleh
pinjaman baru.
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang
belum melampaui 90 hari.
b. Kadang - kadang terjadi cerukan
c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
d. Mutasi rekening relatif rendah.
e. Didukung dengan pinjaman baru.
c) Kurang Lancar (substandard)
Yang dimaksud kredit kurang lancar adalah kredit yang mempunyai
kriteria antara lain terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui sembilan puluh hari, sering terjadi cerukan, frekuensi
mutasi rekening relatif rendah, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
telah diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari dan dokumen pinjaman
lemah.
3) Dari Segi Tujuan Dan Kegunaannya
Kredit untuk perluasan usaha atau untuk membangun proyek/pabrik
dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan
biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b) Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang dipergunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang
dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
c) Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang dipergunakan untuk konsumsi secara
pribadi, misalnya untuk perumahan, kredit mobil dan lain sebagainya.
4) Dari segi jaminan
a) Kredit Dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu
artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi oleh jaminan yang
diberikan debitur.
b) Kredit Tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan ataupun orang tertentu.
Hanya melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas sicalon debitur selama
berhubungan dengan yang bersangkutan.
2.2 Teori Tentang Manajemen Strategi
2.2.1 Pengertian dan Model Manajemen Strategi
Strategi menurut Hamel dan Prahalad (1994) didefinisikan sebagai
tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi juga
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Perumusan strategi menurut David (2009) mencakup kegiatan
mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang
dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal organisasi, memilih strategi tertentu untuk digunakan.
Teknik-teknik perumusan strategi ini dapat diintegrasikan ke dalam kerangka
pembuatan keputusan tiga tahap, yaitu Input Stage (tahap masukan),
Matching Stage (tahap pencocokan), dan Decision Stage (tahap keputusan).
David (2009) menyatakan proses manajemen strategis dapat
dengan cukup mudah dipelajari dan diaplikasikan dengan
menggunakan sebuah model. Model ini tidak menjamin keberhasilan,
tetapi ia mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis
untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategi. David (2009)
berpendapat bahwa Model Manajemen Strategis Komprehensif terdiri
dari tiga unsur utama yaitu unsur perumusan, implementasi dan
Sumber : David, 2009
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Komprehensif
2.2.2 Tingkatan Strategi
Strategi yang disusun dapat dibedakan menjadi beberapa
tingkatan tergantung pada jenis perusahaan atau organisasi yang
melakukannya, apakah perusahaan tunggal atau perusahaan atau
Gambar 2.2 Tingkatan Strategi
a. Strategi Korporat
Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan korporat atau
bisnis secara keseluruhan mencakup bagaimana
mengintegrasikan dan mengelola semua bisnis (Divisi Baru,
Merger, Akuisis). Korporat bertanggung jawab membangun
“value” dalam bisnisnya. Korporat bertanggung jawab pada portofolio bisnis, memastikan bahwa bisnis akan beroprasi
dalam jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang
dimilikinya kompatibel satu sama lain. Strategi korporat
merupakan game plan keseluruhan dari perusahaan diversifikasi. Strategi ini menjadi payung atau pedoman strategi bagi seluruh
unit bisnis yang dimiliki perusahaan diversifikasi.
Strategi bisnis atau sering disebut strategi unit bisnis ini bisa
berupa strategi di level anak perusahaan, divisi, lini produk, atau
profit centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri. Isu dalam strategi bisnis adalah bagaimana
mengkoordinasikan fungsi-fungsi bisnis/manajemen untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Di level bisnis strategi yang
diformulasikan akan berkaitan dengan posisi bisnis terhadap
pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren pasar dan
teknologi, dan upaya-upaya mempengaruhi persaingan melalui
tindakan-tindakan strategis seperti integrasi vertikal, atau
tindakan politis seperti lobi. Strategi generik Michael Porter
adalah contoh strategi bisnis.
c. Strategi Fungsional
Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level
fungsi manajemen dari tiap bisnis, seperti fungsi SDM,
keuangan, operasional, dan pemasaran. Level ini menjadi pusat
informasi manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan
korporat. Setiap unit fungsional diharuskan mengembangkan
strategi bisnis agar dapat memberikan kontribusi pada
kesuksesan strategi bisnis secara keseluruhan.
d. Strategi Operasional
Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di unit-unit
operasional seperti penjualan, distribusi, penyimpanan, promosi,
ini akan menentukan kelancaran proses dan kesuksesan
organisasi secara keseluruhan.
2.3 Teori Tentang Lingkungan Bisnis
2.3.1 Pengertian dan Aspek Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang terdiri dari
variabel kekuatan dan kelemahan dalam kontrol manajemen
perusahaan. Menurut Kotler (2008), pengidentifikasian faktor internal
dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan, yaitu faktor
kekuatan dan kelemahan. Perusahaan menghindari ancaman yang berasal
dari faktor eksternal melalui kekuatan yang dimilikinya dari faktor
internal. Sedangkan kelemahannya dari faktor internal dapat diminimalkan
dengan melihat peluang dan faktor eksternalnya.
Menurut David (2009) analisis lingkungan internal berfokus pada
upaya identifikasi dan evaluasi kekuatan serta kelemahan suatu
perusahaan dalam area fungsional bisnis, termasuk manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasional,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis
lingkungan internal berdasarkan area fungsional bisnis dibagi menjadi
enam fungsi yaitu manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi,
produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi manajemen.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
hingga pengembangan. Bagaimana potensi SDM diperusahaan
dapat memberikan kontribusi maksimal untuk perusahaan.
2. Organisasi
Organisasi adalah pengaturan yang disengaja terhadap sejumlah
orang untuk mencapai tujuan tertentu (Robbins, 2004). Tujuan
tersebut dapat berupa keuntungan (perusahaan), kebijakan publik
(pemerintah) maupun perubahan sosial (organisasi nirlaba).
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pembagian kerja dan
penempatan yang sesuai bagi setiap orang. Manajemen dapat
dikatakan sebagai menempatkan orang yang tepat di posisi yang
tepat pada waktu yang tepat untuk mencapai tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah struktur sebagai
pengejawantahan strategi organisasi ke dalam pelaksanaannya di
lapangan. Maksudnya tidak lain adalah agar tujuan organisasi
dapat tercapai dengan efektif dan efisien yaitu dengan membuat
sebuah desain struktur yang memiliki fleksibilitas untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang dinamis dimana semua hal
dapat berubah dengan cepat. Untuk itulah diperlukan sebuah
struktur formal yang dapat mendukung dan mempermudah
anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan organisasi.
3. Pemasaran
Pemasaran tidak hanya terbatas pada aktivitas penjualan
produk, tetapi juga upaya-upaya untuk memahami kebutuhan
Terdapat tujuh fungsi pemasaran pokok yaitu analisis
konsumen, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk atau
jasa, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis
peluang (David, 2009).
4. Keuangan
Keadaan keuangan suatu perusahaan sangat vital untuk
keberlangsungan perusahaan.
5. Produksi atau Operasional
Fungsi produksi atau operasi suatu bisnis mencakup semua
aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa.
Aktivitas produksi atau operasi seringkali mempresentasikan
bagian terbesar dari asset manusia dan modal suatu organisasi
(David 2009).
5. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (litbang) diarahkan untuk
mengembangkan produk-produk baru, meningkatkan kualitas
produk, atau untuk memperbaiki proses produksi sehingga dapat
menekan biaya (David 2009).
6. Sistem Informasi
Sistem informasi manajemen mengelola Informasi dari
berbagai bagian perusahaan untuk dijadikan bahan
pertimbangan pengambilan keputusan manajerial. Tujuan dari
sistem manajemen informasi adalah meningkatkan kualitas
2.3.2 Pengertian dan Aspek Lingkungan Eksternal
Menurut David (2009) lingkungan eksternal berfokus pada upaya
identifikasi kejadian yang berada di luar kendali suatu perusahaan. Audit
eksternal mengungkap peluang-peluang dan ancaman-ancaman besar
yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan
strategi guna mengambil keuntungan dari berbagai peluang tersebut
dan menghindar atau meminimalkan dampak dari ancaman yang muncul.
Analisis lingkungan eksternal adalah upaya untuk memeriksa
kondisi lingkungan eksternal perusahaan, baik berupa kondisi yang
memberikan peluang bagi perusahaan maupun kondisi yang
mengancam perusahaan. Lingkungan eksternal menurut Robinson dan
Pearce (2009) adalah faktor-faktor diluar kontrol perusahaan yang
mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap arah dan tindakan, struktur
organisasi, serta proses internal. Menurut David (2009) lingkungan
eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori luas yaitu kekuatan
ekonomi, kekuatan sosial, budaya dan demografis, kekuatan politik,
pemerintahan, dan hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan kompetitif.
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem
ekonomi tempat perusahaan beroperasi (Robinson dan Pearce,
2009). Keadaan ekonomi di suatu daerah atau negara tempat
perusahaan berada dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
Keadaan ekonomi berada di luar kontrol perusahaan namun
perusahaan.
2. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki
dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan
konsumen. Tren-tren sosial, budaya, demografis, dan lingkungan
membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan
mengkonsumsi. Tren-tren baru itu menciptakan jenis
konsumen yang berbeda dan, konsekuensinya, menciptakan
kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula
(David 2009).
3. Faktor Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat
regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen
utama organisasi. Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan
hukum, karenanya, dapat mempresentasikan peluang atau
ancaman baik bagi organisasi kecil maupun besar (David 2009).
4. Faktor Teknologi
Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki
dampak yang dramatis terhadap organisasi (David 2009).
Kemajuan teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan
produk baru, tetapi juga mencakup cara-cara pelaksanaan atau
metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
5. Faktor Kompetitif
kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman, tujuan, dan
strategi mereka. Mengumpulkan dan mengevaluasi
informasi tentang pesaing penting bagi perumusan strategi yang
berhasil (David 2009). Pesaing bagi perusahaan merupakan
pelaku usaha terkait. Persaingan dengan pelaku-pelaku usaha
terkait dapat mempengaruhi kualitas produk dan keuntungan
perusahaan.
2.4 Pengertian dan Matriks SWOT
Menurut Zimmerer (2003), perencanaan strategis bukan
merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus
berlangsung. Pemikiran strategis tidak memiliki titik akhir, dan akibatnya
proses perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses
perencanaan manajemen strategis adalah mengenali lingkungan internal
perusahaan (strength, weaknesses) dan lingkungan eksternal perusahaan (opportunity, threat).
Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan
(Strengths), kelemahan (Weakness) dalam lingkungan internal perusahaan, dan peluang (Opportunities) serta ancaman (Threats) lingkungan eksternal perusahaan. Analisis kekuatan dan kelemahan yang ada di lingkungan
internal terutama ditujukan terhadap faktor keberhasilan kunci (Key Success Factor). Jadi dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh cara untuk mengembangkan dan memanfaatkan kekuatan serta penopang atau
mengurangi kelemahan dengan maksud untuk memanfaatkan peluang dan
Dari analisis ini ada empat kemungkinan identifikasi lingkungan
yang dihadapi perusahaan :
Terdapat peluang dalam suatu perusahaan dan perusahaan
mempunyai kekuatan untuk mendapatkannya sehingga harus disusun
strategi yang bersifat agresif.
Terdapat peluang dalam suatu perusahaan akan tetapi perusahaan
mempunyai kelemahan yang pokok untuk mendapatkannya,
sehingga harus disusun strategi yang bersifat perubahan haluan
(Turnaround).
Terdapat ancaman dalam suatu perusahaan mempunyai kekuatan
untuk mendapatkannya, sehingga harus disusun strategi bisnis yang
bersifat diversifikasi.
Terdapat ancaman dalam suatu perusahaan dan disamping itu
mempunyai kelemahan, sehingga harus disusun strategi yang
bersifat defensif.
Analisis SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang
efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimkan
kelemahan dan ancaman suatu perusahaan. Apabila diterapkan secara tepat,
asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang berpengaruh untuk
merancang suatu strategi yang berhasil. Analisis lingkungan perusahaan
memberikan informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman dalam lingkungan suatu perusahaan, yang merupakan fokus utama
Tabel 2.1 Diagram Matrik SWOT
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, dapat disusun empat strategi
utama yaitu : SO (Strengths, Opportunities), WO (Weakness, Opportunities), ST (Strengths, Threats), dan WT (Weakness, Threats).
Untuk menyusun Tabel 2.1 terdapat 8 (delapan) langkah dalam menyusun
matrik SWOT, yaitu:
1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
Tabel 2.1 menunjukkan berbagai alternatif strategi dari setiap
elemen SWOT yang terdiri dari :
1) Strategi SO (Kekuatan Peluang).
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi yang
dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas
peluang yang telah diidentifikasi.
2) Strategi WO (Kelemahan Peluang).
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi
di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around). Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan
karena kelemahan perusahaan.
3) Strategi ST (Kekuatan Ancaman).
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Dalam analisis ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi
ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat
4) Strategi WT (Kelemahan-Ancaman).
Perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas
dari kerugian yang lebih besar (defensive). Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang
umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit
tersebut. Keputusan yang diambil adalah mengadakan kerjasama
dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di
suatu saat akan hilang.
2.5 Penelitian Terdahulu
Fadhila dkk (2013) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Atas
Strategi yang Dilakukan PT Bank Mandiri Dalam Meningkatkan Kualitas
Portofolio Produk Kredit Usaha Mikro (KUM) dengan Menggunakan Analisis
SWOT (Studi pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Cabang Leces
Probolinggo)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegiatan kredit yang sangat
penting untuk menggerakkan perekonomian rakyat salah satunya kredit mikro
dan banyak lembaga keuangan yang memperluas pasar di segmen mikro salah
satunya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank dalam setiap penyaluran
kreditnya dibutuhkan strategi-strategi khusus agar kredit yang disalurkan
tersebut berkualitas yang nantinya juga akan memperbaiki kualitas
portofolionya. Secara umum kinerja dan tingkat pencapaian portofolio kredit
ini bertujuan untuk memberikan implikasi strategi yang dapat digunakan melalui
model analisis SWOT. Hasil penelitian diperoleh posisi perusahaan dalam
kuadran SWOT berada pada kuadran III. Dimana peluang yang tersedia sangat
menyakinkan namun tidak dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup
untuk mengelolanya. Strategi yang direkomendasikan adalah mengatasi
kelemahan yang diuraikan dalam pembahasan untuk menggarap peluang yang
ada..
Hosen dan Arif (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri di Kabupaten Pati” Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu yang
bersandarkan padahasil wawancara mendalam, catatan-catatan dan data-data
penunjang lainnya untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif berkaitan
dengan topik penelitian.
Berdasar pada analisis SWOT, diperoleh keterangan sebagai berikut: a.
Kelebihan 1) KUR merupakan program pemerintah. 2) Adanya jaminan dari
pemerintah (resiko jaminan ditanggung oleh pemerintah sebesar 70%, sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pemerintah). 3) Proses pencairannya cepat.
4) Keramahan pelayanan yang syar’i. 5) Integritas dari staffmarketing yang
sangat baik. 6) Tingkat marjin untuk KUR kategori mikro yang ditawarkan oleh
BSM Pati lebih rendah dibanding bank lainnya. 7) KUR Memberikan proses
perpanjangan kontrak. 8) Kekurangan 1) Limit plafon yang kurang mampu
memenuhi kebutuhan nasabah. 2) Kurangnya penjelasan akan perbedaan antara
KUR dengan progam lainnya. 3) Jaminan pemerintah tidak begitu
membantu mengembangkan usaha UMKM-K.
Wiyono dkk (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Strategi Pola Pembiayaan Kredit Mikro pada Bank BNI : Solusi Pemenuhan
Permodalan Bagi Usaha Kecil”. PT. Bank Negara Indonesia atau BNI (Persero)
Tbk sebagai bank yang telah berusia lebih dari setengah abad dan telah memiliki
jaringan hampir disetiap Daerah Kabupaten diseluruh Indonesia, lima kantor
cabang di Luar Negeri dan dilihat dari aset Bank BNI berada pada urutan kedua
setelah Bank Mandiri. Bank BNI didukung oleh 12 Kantor Wilayah dengan 223
Cabang, maka bagi Bank BNI bukan hal sulit untuk mengembangkan bisnis,
khususnya mikro banking, mengingat sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki cukup berpengalaman. Komitmen mewujudkan paradigma baru Bank
BNI dalam mengembangkan usaha segmen mikro (micro banking atau mikro
banking) dibuktikan dengan membentuk Unit Bank Mikro yang dipimpin oleh
seorang pejabat setara Wakil Divisi dan diberikan kewenangan penuh dalam
operasionalnya.
Dalam upaya perwujudannya, dibentuklah organisasi, yang diantaranya
akan mempraktekkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh rentenir,
koperasi simpan pinjam, ataupun lembaga keuangan mikro lainya yang
berbentuk informal menjadi formal. Pada awal tahun 2001, Bank BNI mulai
mengembangkan usaha mikro yang diberi nama Unit Bank Mikro (UBM),
dengan harapan dapat melayani masyarakat, dalam hal ini pengusaha kecil
dalam menjalankan usahanya dengan prinsip win-win solution.
Dari hasil analisis SWOT, dapat dipetakan pasar yang bagaimana harus
strategi-strategi pemasaran yang efektif dan tepat dapat diterapkan, sehingga
ekspansi kredit mikro Bank BNI dapat menghasilkan keuntungan optimal
Dalam menjalankan bisnisnya di sektor mikro, Bank BNI menggunakan dua
strategi pemasaran, yakni : 1) Memasarkan produk-produk kredit mikro secara
organik (proses dan pengelolaan debitur mikro dikelola sendiri oleh Bank BNI).
2) Melakukan aliansi strategis melalui suatu kerjasama dengan lembaga
keuangan mikro lainnya (anorganik), seperti BPR, Koperasi dan lainnya,
sehingga penyaluran kredit mikro Bank BNI dapat menjangkau pasar yang lebih