• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (

Brassica juncea

L.)

TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH :

FERDINAN O SIAHAAN 060301017 / BDP - AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (

Brassica juncea

L.)

TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH :

FERDINAN O SIAHAAN 060301017 / BDP - AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi

Sawi (Brassica juncea L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair

Nama : Ferdinan O Siahaan Nim : 060301017

Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Ferry Ezra Sitepu, MSi Ketua

Ir.Sanggam Silitonga Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. T. Sabrina, MSc

(4)

ABSTRAK

FERDINAN O SIAHAAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dibimbing oleh

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Keberlanjutan produksi pertanian di Indonesia sangat bergantung pada pemupukan yang efektif namun tidak berefek negatif pada kesuburan lahan dalam jangka panjang. Untuk itu, suatu penelitian telah dilakukan di lahan masyarkat masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat + 25 m dpl., pada Januari - Februari 2012 menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial yaitu vaietas tosakan dan dosis pupuk organik cair (500, 1.000, 1.500, 2.000 kg/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel dan indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen. Dosis pupuk organik padat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen.

(5)

ii

ABSTRACT

FERDINAN O SIAHAAN: Growth Respons and mustard greens (Brassica juncea l.) with Applications of liquid Organic Fertilizer is guided by

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Sustainability of agricultural production in Indonesia is very dependent on the effective fertilization but no negative effect on soil fertility in the long run. For which, a study has been carried out in the community land masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang with altitude ± 25 m asl. in January - February 2012 using a randomized block design factorial with two factors: variety (tosakan, prima) and solid organic fertilizer dose (500, 1000 , 1,500, 2,000 kg / ha). The parameters observed were plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

The results showed that the varieties have real impact on plant height, leaf area, leaf chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale and harvest index. Solid organic fertilizers significantly affect plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 17 Oktober 1988 anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari Bapak M. Siahaan dan Ibu S.R.Hutabarat.

Pendidikan yang ditempuh adalah SMA Swasta Swasta Ahmad Yani di Binjai lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Agronomi, Fakultas Pertanian.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (brassica juncea l.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak M. Siahaan dan Ibu S.R.Hutabarat yang selalu mendoakan dan memotivasi menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Ferry Ezra Sitepu, Msi dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku komisi

pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari menentukan judul, menjalankan penelitian, sampai ujian akhir. Khusus kepada teman-teman Budidaya Pertanian 2006 yang membantu dan memberi semangat di saat penelitian berlangsung.

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 5

Varietas ... 6

Pupuk Organik Cair ... 8

Pupuk Hantu ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

(9)

vi

Penyulaman ... 14

Aplikasi Pupuk Cair Hantu ... 14

Pemeliharaan Tanaman ... 14

Penyiraman ... 14

Penyiangan ... 14

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 14

Panen... 15

Pengamatan Parameter ... 15

Tinggi Tanaman ... 15

Luas Daun (cm2) ... 15

Jumlah klorofil (unit/6 mm3) ... 15

Bobot biomassa per sampel (g) ... 15

Bobot segar jual per sampel (g)... 15

Produksi ... 16

Indeks panen ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman umur ke- 17, 24 dan 31 hari setelah tanam (HST)... i

2. Rataan luas daun (cm2) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) ... ii

3. Rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) ... iii

4. Rataan bobot biomassa (gr) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) ... iv

5. Rataan bobot segar (gr) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) ... vii

6. Rataan produksi (ton/ha) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) ... vii

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1.Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 17-31 HST ... 18

2.Hubungan dosis pupuk organik cair dengan luas daun ... 19

3.Hubungan pupuk organik cair dengan bobot biomassa per sampel ... 21

4. Hubungan pupuk organik cair dengan bobot segar jual per sampel ... 23

5. Hubungan pupuk organik cair dengan produksi per plot... 24

(12)

1

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

1. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-17 setelah tanam ... 29

2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-17 ... 29

3. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-24 setelah tanam ... 29

4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-24 ... 29

5. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-31 setelah tanam ... 30

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-31 ... 30

7. Data Luas Daun (cm2) ... 30

8. Sidik Ragam Luas Daun (cm2) ... 30

9. Data Jumlah Klorofil (unit/6 mm3) ... 31

10. Sidik Ragam Jumlah Klorofil (unit/6 mm3) ... 31

11. Data Bobot biomassa per sampel (g) ... 31

12. Sidik Ragam Bobot biomassa per sampel (g) ... 31

13. Data Bobot segar jual per sampel (g) ... 32

14. Sidik Ragam Bobot segar jual per sampel (g) ... 32

15. Data Produksi per plot (ton/ha) ... 32

16. Sidik Ragam Produksi per plot (ton/ha) ... 32

17. Data Indeks panen (%) ... 32

18. Sidik Ragam Indeks panen (%) ... 33

19. Rangkuman Uji Beda Rataan Tiap Parameter ... 34

20. Bagan Lahan Penelitian ... 35

21.Bagan Plot Penelitian ... 36

22. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan... 37

(13)

i

ABSTRAK

FERDINAN O SIAHAAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dibimbing oleh

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Keberlanjutan produksi pertanian di Indonesia sangat bergantung pada pemupukan yang efektif namun tidak berefek negatif pada kesuburan lahan dalam jangka panjang. Untuk itu, suatu penelitian telah dilakukan di lahan masyarkat masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat + 25 m dpl., pada Januari - Februari 2012 menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial yaitu vaietas tosakan dan dosis pupuk organik cair (500, 1.000, 1.500, 2.000 kg/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel dan indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen. Dosis pupuk organik padat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen.

(14)

ABSTRACT

FERDINAN O SIAHAAN: Growth Respons and mustard greens (Brassica juncea l.) with Applications of liquid Organic Fertilizer is guided by

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Sustainability of agricultural production in Indonesia is very dependent on the effective fertilization but no negative effect on soil fertility in the long run. For which, a study has been carried out in the community land masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang with altitude ± 25 m asl. in January - February 2012 using a randomized block design factorial with two factors: variety (tosakan, prima) and solid organic fertilizer dose (500, 1000 , 1,500, 2,000 kg / ha). The parameters observed were plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

The results showed that the varieties have real impact on plant height, leaf area, leaf chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale and harvest index. Solid organic fertilizers significantly affect plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

(15)

2

PENDAHULUAN

Latar belakang

Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Ditinjau dari aspek agroklimatologis, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur – sayuran. Di antara bermacam – macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan tersebut, sawi merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2007).

Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Dalam 100 g sawi nilai gizinya adalah sebagai berikut: protein 2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g, Ca 220,0 mg P 38,0 mg, Fe 2,9 mg, vitamin A 1940 mg, vitamin B 0,09 mg dan vitamin C 102 mg. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan digemari banyak orang, namun produksinya masih tergolong rendah. Salah satu usaha untuk menaikkan produksi adalah dengan cara pemupukan (Manurung, 2011).

(16)

3

produksi ini juga dikarenakan karena adanya pengurangan luas lahan dan banyaknya petani sawi yang beralih ke komoditi lain.

Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani menjadi bingung, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim (Hakim dkk, 1986).

(17)

4

kecil, tanaman buah- buahan dan tanam–tanaman besar lainnya. Ini merupakan suatu cara yang baik untuk membuat pupuk yang kaya akan unsur hara dari pupuk kandang dan bahan–bahan organik lainnya dalam jumlah kecil. Pupuk cair dapat dengan mudah siramkan pada lahan –lahan yang luas. Pupuk cair dibuat dalam larutan konsentrasi sehingga perlu dicampur dengan air untuk pemakaiannya. Pupuk dapat disimpan dan bertahan lama dan bisa digunakan untuk areal yang lebih luas. Pupuk dapat disimpan dimana saja, asalkan harus terlindung dari matahari dan hujan lebat (Misbahuddin, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana pertumbuhan dan produksi dua varietas sawi (Brassica juncea L.) dengan pemberian pupuk cair.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pertumbuhan dan produksi sawi (Brassica juncea L.) dengan pemberian pupuk cair.

Hipotesis Penelitian

Respons pertumbuhan dan produksi sawi nyata (Brassica juncea L.) akibat pemberian pupuk organik cair.

Kegunaan Penelitian

(18)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi

Sawi (Brassica juncea L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair

Nama : Ferdinan O Siahaan Nim : 060301017

Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Ferry Ezra Sitepu, MSi Ketua

Ir.Sanggam Silitonga Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. T. Sabrina, MSc

(19)

i

ABSTRAK

FERDINAN O SIAHAAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dibimbing oleh

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Keberlanjutan produksi pertanian di Indonesia sangat bergantung pada pemupukan yang efektif namun tidak berefek negatif pada kesuburan lahan dalam jangka panjang. Untuk itu, suatu penelitian telah dilakukan di lahan masyarkat masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat + 25 m dpl., pada Januari - Februari 2012 menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial yaitu vaietas tosakan dan dosis pupuk organik cair (500, 1.000, 1.500, 2.000 kg/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel dan indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen. Dosis pupuk organik padat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, produksi per plot dan indeks panen.

(20)

ABSTRACT

FERDINAN O SIAHAAN: Growth Respons and mustard greens (Brassica juncea l.) with Applications of liquid Organic Fertilizer is guided by

IR. FERRY EZRA SITEPU, MSi dan IR. SANGGAM SILITONGA.

Sustainability of agricultural production in Indonesia is very dependent on the effective fertilization but no negative effect on soil fertility in the long run. For which, a study has been carried out in the community land masyarakat Jl. Deasa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang with altitude ± 25 m asl. in January - February 2012 using a randomized block design factorial with two factors: variety (tosakan, prima) and solid organic fertilizer dose (500, 1000 , 1,500, 2,000 kg / ha). The parameters observed were plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

The results showed that the varieties have real impact on plant height, leaf area, leaf chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale and harvest index. Solid organic fertilizers significantly affect plant height, leaf area, chlorophyll amount, the weight of biomass per sample, fresh weight per sample sale, production per plot and harvest index.

(21)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 17 Oktober 1988 anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari Bapak M. Siahaan dan Ibu S.R.Hutabarat.

Pendidikan yang ditempuh adalah SMA Swasta Swasta Ahmad Yani di Binjai lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Agronomi, Fakultas Pertanian.

(22)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (brassica juncea l.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak M. Siahaan dan Ibu S.R.Hutabarat yang selalu mendoakan dan memotivasi menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Ferry Ezra Sitepu, Msi dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku komisi

pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari menentukan judul, menjalankan penelitian, sampai ujian akhir. Khusus kepada teman-teman Budidaya Pertanian 2006 yang membantu dan memberi semangat di saat penelitian berlangsung.

(23)

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAK ... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Hipotesis Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman ... 4 Syarat Tumbuh ... 5 Iklim ... 5 Tanah ... 5 Varietas ... 6 Pupuk Organik Cair ... 8 Pupuk Hantu ... 9 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... 11 Bahan dan Alat ... 11 Metode Penelitian ... 11 PELAKSANAAN PENELITIAN

(24)

Penyulaman ... 14 Aplikasi Pupuk Cair Hantu ... 14 Pemeliharaan Tanaman ... 14 Penyiraman ... 14 Penyiangan ... 14 Pengendalian Hama dan Penyakit ... 14 Panen... 15 Pengamatan Parameter ... 15 Tinggi Tanaman ... 15 Luas Daun (cm2) ... 15 Jumlah klorofil (unit/6 mm3) ... 15 Bobot biomassa per sampel (g) ... 15 Bobot segar jual per sampel (g)... 15 Produksi ... 16 Indeks panen ... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 17 Pembahasan ... 26 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 28 Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

(25)

vii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

(26)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

(27)

1

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

(28)

2

PENDAHULUAN

Latar belakang

Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Ditinjau dari aspek agroklimatologis, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur – sayuran. Di antara bermacam – macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan tersebut, sawi merupakan sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2007).

Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Dalam 100 g sawi nilai gizinya adalah sebagai berikut: protein 2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g, Ca 220,0 mg P 38,0 mg, Fe 2,9 mg, vitamin A 1940 mg, vitamin B 0,09 mg dan vitamin C 102 mg. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan digemari banyak orang, namun produksinya masih tergolong rendah. Salah satu usaha untuk menaikkan produksi adalah dengan cara pemupukan (Manurung, 2011).

(29)

3

produksi ini juga dikarenakan karena adanya pengurangan luas lahan dan banyaknya petani sawi yang beralih ke komoditi lain.

Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani menjadi bingung, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim (Hakim dkk, 1986).

Pupuk organik mengandung beberapa keutamaan seperti kadar unsur hara tinggi, daya higroskopisitasnya atau kemampuan menyerap dan melepaskan airnya tinggi serta mudah larut dalam air sehingga gampang diserap tanaman. Dengan sifat tersebut pupuk organik memiliki beberapa keistimewaan diantaranya sedikit pemakaiannya, praktis dan hemat dalam pengangkutan, komposisi unsur hara pasti, efek kerjanya cepat sehingga pengaruhnya pada tanaman dapat dilihat. Dibalik keunggulannya pupuk ini juga mengalami kekurangan. Pasalnya tidak semua pupuk organik mengandung unsur hara lengkap, sehingga perlu ditambah pupuk pelengkap mikro (Agromedia, 2007).

(30)

4

kecil, tanaman buah- buahan dan tanam–tanaman besar lainnya. Ini merupakan suatu cara yang baik untuk membuat pupuk yang kaya akan unsur hara dari pupuk kandang dan bahan–bahan organik lainnya dalam jumlah kecil. Pupuk cair dapat dengan mudah siramkan pada lahan –lahan yang luas. Pupuk cair dibuat dalam larutan konsentrasi sehingga perlu dicampur dengan air untuk pemakaiannya. Pupuk dapat disimpan dan bertahan lama dan bisa digunakan untuk areal yang lebih luas. Pupuk dapat disimpan dimana saja, asalkan harus terlindung dari matahari dan hujan lebat (Misbahuddin, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana pertumbuhan dan produksi dua varietas sawi (Brassica juncea L.) dengan pemberian pupuk cair.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pertumbuhan dan produksi sawi (Brassica juncea L.) dengan pemberian pupuk cair.

Hipotesis Penelitian

Respons pertumbuhan dan produksi sawi nyata (Brassica juncea L.) akibat pemberian pupuk organik cair.

Kegunaan Penelitian

(31)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani tanaman

Sistematika tanaman sawi menurut Haryanto, dkk (2007) adalah Kingdom Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Brassicales, Famili : Brassicaceae, Genus : Brassica, Spesies : Brassica Juncea L.

Tanaman sawi berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah disekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air dan kedalaman tanah cukup dalam (Fransisca, 2009).

Batang (caulis) sawi pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi kuat (Sunarjono,2003).

(32)

5

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 - 8 butir biji. Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaanya licin dan mengkilat, agak keras dan berwarna coklat kehitaman (Fransisca, 2009).

Syarat tumbuh Iklim

Sawi dapat ditanam di dataran rendah. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman (Tim Penulis PS, 1993).

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).

(33)

6

Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti Andosol. Pada tanah – tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi (Fransisca, 2009).

Sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan sawi adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

Varietas

(34)

7

Varietas unggul adalah jenis yang mempunyai sifat – sifat yang lebih baik dari pada jenis – jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 1994).

Benih dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman. Usaha – usaha lain seperti perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan yang berimbang, serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Setiadi, 1993).

(35)

8

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang terbuat dari sari tumbuhan alami berbentuk cair. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan bakteri. Selain itu, pupuk ini juga dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya (Marsono dan Paulus, S, 2001)

Kualitas pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul terbukti dalam meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://kaskus.com, 2010).

(36)

9

Pupuk Hantu

Pupuk organik cair dengan merek dagang hantu, adalah salah satu pupuk hormon tanaman unggul. Pupuk ini mengandung hormon perangsang tumbuh yaitu:

- GA3 – 98,37 ppm - GA5 – 107, 13 ppm - GA7 – 131, 46 ppm - Auksin IAA – 156,35 ppm

- Sitokinin (Kinetin – 128, 04 ppm dan Zeatin – 106, 45 ppm) Dengan kadar pupuk:

(37)

11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2012 sampai Juni 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi Varietas Tosakan, Pupuk Hantu, insektisida, herbisida, urea, Fungisida Dithane M-45.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk menggemburkan dan membersihkan lahan, handsprayer untuk mengaplikasikan pupuk, timbangan analitik untuk menimbang, gembor untuk menyiram lahan, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, leaf area meter untuk mengukur luas daun, alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan, kertas label sebagai penanda perlakuan, dan kalkulator untuk menghitung data.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan empat taraf perlakuan yaitu :

(38)

12

Jarak Tanam : 25 x 20 cm

Jumlah Plot : 12

Jumlah Ulangan (Blok) : 3

Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm

Ukuran Plot : 100 cm x 125 cm Jumlah tanaman/plot : 25

Jumlah sampel/plot : 5 Jumlah tanaman seluruhnya : 300 Jumlah sampel seluruhnya : 60

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + εij

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4

dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan pupuk cair taraf

ke-j.

µ : Nilai tengah rata-rata.

αi : pengaruh dari blok ke-i

(39)

13

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Disiapkan lahan penelitian seluas 5.50 m x 5.75 m. dibuat plot dengan ukuran 100 cm x 125 cm dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. kemudian tanah dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan kedalaman parit 25 cm.

Persiapan benih

Benih direndam selama 15 menit kemudian diletakkan di dalam bak kecambah yang telah dilapisi koran lembab selama satu malam.

Aplikasi pupuk dasar

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman di lapang. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk urea dan kompos sebagai pupuk dasar. Dosis yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran di lokasi penelitian yaitu untuk Urea 150 kg/ha (18,75 g/plot) dan Kompos 10 ton/ha (1,25 kg/plot).

Penanaman

Penanaman bibit dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman ±3 cm. bibit ditanam dua bibit perlubang tanam. Sebelum bibit dimasukkan kedalam lubang tanam terlebih dahulu dimasukkan kompos.

Penjarangan

(40)

14

Penyulaman

Penyulaman dilakukan antara 14 hari setelah tanam (hst) untuk mengganti tanaman yang rusak atau mati.

Aplikasi pupuk cair Hantu

Pengaplikasian dilakukan sebanyak 3 kali yaitu: 2-3 hari sebelum tanam, 14 hari setelah tanam dan 21 hari setelah tanam dengan cara menyemprotkan pupuk cair pada masing-masing plot sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Pemeliharaan tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab maka penyiraman tidak perlu dilakukan atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual ataupun dengan cara mencabut gulma dengan tangan. Penyiangan di sesuaikan dengan keadaan di lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit

(41)

15

Panen

Panen dilakukan pada saat umur tanaman ±30 hari setelah tanam (hst) dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman, kemudian tanah yang menempel diakar dibuang dengan hati-hati.

Pengamatan parameter

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai daun tertinggi. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap tanaman sampel yaitu pada 14, 21, 28 hst.

Luas daun (cm2)

Luas daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter pada setiap sampel tanaman, dilakukan pada saat panen.

Jumlah klorofil (unit/6 mm3)

Jumlah klorofil diukur dengan menggunakan Klorofil Meter pada setiap sampel tanaman, dilakukan pada saat panen.

Bobot biomassa per sampel (g)

Bobot biomassa per sampel ditetapkan dengan cara menimbang berat seluruh bagian tanaman yang telah dibersihkan dari tanah dan kotoran.

Bobot segar jual per sampel (g)

(42)

16

Produksi per plot (ton/ha)

Produksi per plot ditetapkan dengan cara menimbang seluruh tanaman setelah akar serta daun-daun yang layu dibuang..

Indeks panen

Indeks panen dihitung dengan rumus berikut: Indeks Panen = Bobot segar jual

(43)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa perlakuan yang diuji berbeda nyata terhadap luas daun, bobot biomassa, bobot segar, produksi dan index panen. Tetapi tidak berbeda nyata terhadap jumlah klorofil dan tinggi tanaman.

Tinggi tanaman (cm)

Data tinggi tanaman sawi umur ke- 17, 24 dan 31 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 1,3, dan 5 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 2,4, dan 6.

[image:43.595.153.469.530.658.2]

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman sawi pada umur 17, 24 dan 31 hari setelah tanam. Rataan tinggi tanaman pada perlakuan yang diuji umur pada umur ke- 17, 24 dan 31 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) umur ke- 17, 24 dan 31 hari setelah tanam (HST)

(44)

18

[image:44.595.175.443.157.324.2]

Hubungan dosis pupuk organik cair dengan tinggi tanaman umur 17-31 HST dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 17-31 HST Luas Daun (cm2)

Data luas daun tanaman sawi umur ke-33 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 7 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 8.

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman sawi pada umur ke-33 hari setelah tanam.

(45)
[image:45.595.226.395.106.230.2]

19

Tabel 2. Rataan luas daun (cm2) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) Perlakuan Rataan

P0 117.02 d P1 140.08 bc P2 141.20 b P3 149.91 a

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa rataan luas daun terbesar pada 33 HST terdapat pada perlakuan 6 cc/liter air (149.91 cm2) yang berbeda nyata dengan perlakuan 0 cc/liter air (P0), perlakuan 2 cc/liter air (P1), perlakuan 4 cc/liter air (P2).

[image:45.595.170.452.397.567.2]

Hubungan dosis pupuk organik cair dengan luas daun dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hubungan dosis pupuk organik cair dengan luas daun Jumlah klorofil (unit/6 mm3)

(46)

20

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan yang diuji berpengaruh tidak ntaya terhadap jumlah klorofil tanaman sawi pada umur ke-33 hari setelah tanam.

Rataan jumlah klorofil tanaman pada perlakuan yang diuji pada umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST)

Perlakuan Rataan P0 44.91 P1 45.97 P2 46.05 P3 46.20

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa rataan jumlah klorofil terbesar pada 33 HST terdapat pada perlakuan 6 cc/liter air (46.20 unit/6 mm3) dan rataan jumlah klorofil terendah 33 HST terdapat pada perlakuan 0 cc/liter air (44.91 unit/6 mm3).

Bobot Biomassa per sampel (gr)

[image:46.595.218.403.279.409.2]
(47)

21

[image:47.595.230.393.171.297.2]

Rataan bobot biomassa tanaman pada perlakuan yang diuji pada umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot biomassa (gr) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) Perlakuan Rataan

P0 146.67 d P1 163.07 bc P2 164.33 a P3 163.73 b

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa rataan bobot biomassa terbesar pada 33 HST terdapat pada perlakuan 4 cc/liter air (164.33 gr) yang berbeda nyata terhadap perlakuan 0 cc/liter air (P0), perlakuan 2 cc/liter air (P1), perlakuan 4 cc/liter air (P2).

[image:47.595.174.444.475.632.2]

Grafik hubungan pupuk organik cair dengan bobot biomassa per sampel dapat dilihat pada gambar 4.

(48)

22

Bobot segar jual per sampel (gr)

Data bobot segar tanaman sawi umur ke-33 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 13 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 14.

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan yang diuji berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman sawi pada umur ke-33 hari setelah tanam.

[image:48.595.224.400.411.534.2]

Rataan bobot segar tanaman pada perlakuan yang diuji pada umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot segar (gr) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) Perlakuan Rataan

P0 118.00 bc P1 136.00 b P2 136.67 b P3 140.67 a

(49)
[image:49.595.178.447.79.242.2]

23

Gambar 5. Hubungan pupuk organik cair dengan bobot segar jual per sampel Produksi per Plot (ton/ha)

Data produksi tanaman sawi umur ke-33 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 15 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 16.

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan yang diuji berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman sawi pada umur ke-33 hari setelah tanam.

Rataan produksi tanaman pada perlakuan yang diuji pada umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan produksi (ton/ha) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) Perlakuan Rataan

P0 7.43 c P1 8.57 b P2 8.61 b P3 8.86 a

[image:49.595.229.395.568.695.2]
(50)

24

terhadap perlakuan 0 cc/liter air (P0), perlakuan 2 cc/liter air (P1), perlakuan 4 cc/liter air (P2).

[image:50.595.183.439.200.350.2]

Grafik hubungan pupuk organik cair dengan produksi per plot dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan pupuk organik cair dengan produksi per plot Indeks panen

Data indeks panen tanaman sawi umur ke-33 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 17 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 18.

Berdasarkan sidik ragam, dapat dilihat bahwa perlakuan yang diuji berpengaruh nyata terhadap indeks panen tanaman sawi pada umur ke-33 hari setelah tanam.

(51)
[image:51.595.228.394.106.231.2]

25

Tabel 7. Rataan indeks panen umur ke- 33 hari setelah tanam (HST) Perlakuan Rataan

P0 0.80 d P1 0.84 b P2 0.83 bc P3 0.86 a

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rataan indeks panen terbesar pada 33 HST terdapat pada perlakuan 6 cc/liter air (0.86) yang berbeda nyata terhadap perlakuan 0 cc/liter air (P0), perlakuan 2 cc/liter air (P1), perlakuan 4 cc/liter air (P2).

[image:51.595.176.437.410.555.2]

Grafik hubungan pupuk organik cair dengan indeks panen dapat dilihat pada gambar 7.

(52)

26

Pembahasan

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, rataan tinggi tanaman terbesar pada 31 HST terdapat pada perlakuan 2 cc/liter air (37.01 cm) dan tinggi tanaman terendah 31 HST terdapat pada perlakuan 0 cc/liter air (36.07 cm). Jika dilihat dari rataannya, tinggi tanaman berpengaruh baik dengan pemberian pupuk cair pada perlakuan 2 cc/liter air. Pupuk cair berarti dapat membantu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan yang tidak diberikan pupuk cair sama sekali. Pernyataan ini didukung oleh Marsono dan Paulus (2001) yang menyatakan bahwa pupuk ini juga dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya.

(53)

27

baik, pemupukan yang berimbang, serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul.

Berdasarkan data rataan indeks panen (%), persentase indeks panen terbesar pada 33 HST terdapat pada perlakuan 6 cc/liter air (86.13 %) dan rataan indeks panen terendah 33 HST terdapat pada perlakuan 0 cc/liter air (80.67 %). Dari data dapat kita lihat bahwa pemberian pupuk cair dapat memberikan pertumbuhan lebih cepat sehingga persentase indeks panen menjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan pupuk cair mudah diserap oleh akar tanaman sawi. Pernyataan ini didukung oleh Musnamar (2005) yang menyatakan untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanamn karena

(54)

26

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik cair terhadap tanaman sawi menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap luas daun, bobot biomassa, bobot segar, produksi dan index panen tetapi tidak berbeda nyata terhadap jumlah klorofil dan tinggi tanaman;

2. Perlakuan pemberian pupuk cair yang memberikan produksi baik terdapat pada perlakuan 6 cc/liter air (8.86 ton/ha) dan rataan produksi terendah terdapat pada perlakuan 0 cc/liter air (7.43 ton/ha);

3. Perlakuan pemberian pupuk cair yang terbaik memberikan hasil optimum dari setiap parameter adalah perlakuan P3 (6 cc/liter air), seperti luas daun (149.91 cm2); jumlah klorofil (46.20 unit/6 mm3); bobot segar per sampel (140.67 gr); indeks panen (86.13 %) dan produksi (8.86 ton/ha).

Saran

(55)

29

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Redaksi Agromedia Pustaka. Jakarta. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2011. Produksi Sawi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

Bangun, M. K. 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Fakultas Pertanian UNS. 2011. Proses Pelepasan Varietas Unggul.

Juli 2011.

Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Hakim, N; Nyakpa, M.Y; Lubis, A.M; Nugroho, S.G; Saul, M.R; Diha, M.H; Hong, G.B; dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Haryanto, E., Tina, S., Estu, R., Hendro, S., 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasibuan, B. E., 2004. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lingga, P dan Marsono. 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Manurung, R. F. H., 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Anorganik Cair. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Marsono, dan Paulus, S., 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Misbahuddin. 2011. Pupuk Cair.

Diakses tanggal 25 Juli 2011.

(56)

30

Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prasetyo, Doni Arief. 2004. Pengaruh Pestisida Nabati dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Proboards. 2011. Effect Of Amino Acids On Plants. http:// proboards.com/pupuk&action. Diakses tanggal 25 Juli 2011.

PT. Tirta Manure Buana Hijau. 2011. Bio Symbiotic Plurals – Enzymatic Liquid Fertilizer.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.

Sastrahidajat, I, H dan Soemono. 1996. Budidaya Tanaman Association. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publishers. INC, Illinois

Shvoong, 2011. Pengertian Varietas. Diakses tanggal 21 Juli 2011.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka. Jakarta.

(57)

31

Lampiran 1. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-17 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 16.20 18.52 17.42 52.14 17.38 P1 16.40 18.34 17.60 52.34 17.45 P2 16.22 18.16 17.24 51.62 17.21 P3 16.04 18.32 17.40 51.76 17.25 Jumlah 64.86 73.34 69.66 207.86 69.29 Rataan 16.22 18.34 17.42 17.32 Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-17

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 0.11 0.03 2.62 tn 3.64 Blok 2.00 9.04 4.52 427.81 * 4.46 Galat 8.00 0.08 0.01

Total 14.00 9.24 KK = 0,59%

Keterangan : * = Berbeda nyata tn = Tidak Nyata

Lampiran 3. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-24 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 25.90 28.02 26.92 80.84 26.95 P1 26.06 26.14 26.74 78.94 26.31 P2 26.08 26.16 26.90 79.14 26.38 P3 26.26 25.98 27.10 79.34 26.45 Jumlah 104.30 106.30 107.66 318.26 106.09 Rataan 26.08 26.58 26.92 26.52 Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-24

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 0.75 0.19 0.69 tn 3.64 Blok 2.00 1.43 0.71 2.62 tn 4.46 Galat 8.00 2.18 0.27

Total 14.00 4.36 KK = 1,97%

(58)

32

Lampiran 5. Data tinggi tanaman (cm) hari ke-31 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 35.76 35.84 36.60 108.20 36.07 P1 37.72 36.22 37.10 111.04 37.01 P2 37.50 36.14 37.00 110.64 36.88 P3 37.58 36.20 36.94 110.72 36.91 Jumlah 148.56 144.40 147.64 440.60 146.87 Rataan 37.14 36.10 36.91 36.72 Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Hari ke-31

Sumber DB JK KT

F.Hitun

g Ket F.05 Perlakuan 4.00 1.72 0.43 3.19 tn 3.64 Blok 2.00 2.39 1.19 8.85 * 4.46 Galat 8.00 1.08 0.13

Total 14.00 5.19 KK = 1,00%

Keterangan : * = Berbeda nyata tn = Tidak Nyata

Lampiran 7. Data Luas Daun (cm2)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 120.88 113.10 117.07 351.05 117.02 P1 142.46 135.36 142.43 420.25 140.08 P2 148.78 135.50 139.33 423.61 141.20 P3 172.09 138.18 139.47 449.74 149.91 Jumlah 584.21 522.12 538.30 1644.63 548.21 Rataan 146.05 130.53 134.58 137.05 Lampiran 8. Sidik Ragam Luas Daun (cm2)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakua

(59)

33

Lampiran 9. Data Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 45.34 43.20 46.20 134.74 44.91 P1 46.00 43.68 48.22 137.90 45.97 P2 45.86 43.54 48.74 138.14 46.05 P3 46.10 43.78 48.72 138.60 46.20 Jumlah 183.30 174.20 191.88 549.38 183.13 Rataan 45.83 43.55 47.97 45.78 Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 3.10 0.78 3.47 tn 3.64 Blok 2.00 39.08 19.54 87.56 * 4.46 Galat 8.00 1.79 0.22

Total 14.00 43.97 KK = 1,03 %

Keterangan : * = Berbeda nyata tn = Tidak Nyata

Lampiran 11. Data Bobot biomassa per sampel (g)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 166.00 160.00 114.00 440.00 146.67 P1 181.80 177.60 129.80 489.20 163.07 P2 183.80 177.60 131.60 493.00 164.33 P3 183.60 175.80 131.80 491.20 163.73 Jumlah 715.20 691.00 507.20 1913.40 637.80 Rataan 178.80 172.75 126.80 159.45 Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot biomassa per sampel (g)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 656.06 164.02 284.83 * 3.64 Blok 2.00 6469.34 3234.67 5617.37 * 4.46 Galat 8.00 4.61 0.58

Total 14.00 7130.01 KK = 0,48 %

(60)

34

Lampiran 13. Data Bobot segar jual per sampel (g)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan I II III

P0 130.00 130.00 94.00 354.00 118.00 P1 148.00 148.00 112.00 408.00 136.00 P2 154.00 146.00 110.00 410.00 136.67 P3 152.00 154.00 116.00 422.00 140.67 Jumlah 584.00 578.00 432.00 1594.00 531.33 Rataan 146.00 144.50 108.00 132.83 Lampiran 14. Sidik Ragam Bobot segar jual per sampel (g)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 918.33 229.58 50.09 * 3.64 Blok 2.00 3704.67 1852.33 404.15 * 4.46 Galat 8.00 36.67 4.58

Total 14.00 4659.67 KK = 1,61 %

Keterangan : * = Berbeda nyata tn = Tidak Nyata

Lampiran 15. Data Produksi per plot (ton/ha)

Perlakuan Blok Jumlah Rataan I II III

P0 8.19 8.19 5.92 22.30 7.43 P1 9.32 9.32 7.06 25.70 8.57 P2 9.70 9.20 6.93 25.83 8.61 P3 9.58 9.70 7.31 26.59 8.86 Jumlah 36.79 36.41 27.22 100.42 33.47 Rataan 9.20 9.10 6.80 8.37 Lampiran 16. Sidik Ragam Produksi per plot (ton/ha)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 3.64 0.91 50.09 * 3.48 Blok 2.00 14.70 7.35 404.15 * 4.46 Galat 8.00 0.15 0.02

(61)

35

Lampiran 17. Data Indeks panen (%)

Perlakuan Blok Jumlah Rataan I II III

P0 78.31 81.25 82.46 242.02 80.67 P1 81.41 83.33 86.29 251.03 83.68 P2 83.79 82.21 83.59 249.58 83.19 P3 82.79 87.60 88.01 258.40 86.13 Jumlah 326.30 334.39 340.34 1001.03 333.68 Rataan 81.57 83.60 85.09 83.42 Lampiran 18. Sidik Ragam Indeks panen (%)

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05 Perlakuan 4.00 45.07 11.27 6.15 * 3.48 Blok 2.00 24.85 12.42 6.78 * 4.46 Galat 8.00 14.65 1.83

Total 14.00 84.58 KK = 1,62 %

(62)

34

Lampiran 19. Rangkuman Ui Beda Rataan Parameter

Perlakuan Parameter

A B C D E F G H I

Pupuk Cair (P)

P0 17.38 26.95 36.07 117.02d 44.91 146.67d 118.00bc 7.43c 0.80 d P1 17.45 26.31 37.01 140.08bc 45.97 163.07bc 136.00b 8.57b 0.84 b P2 17.21 26.38 36.88 141.20b 46.05 164.33a 136.67b 8.61b

0.83bc P3 17.25 26.45 36.91 149.91a 46.20 163.73b 140.67a 8.86a 0.86 a Keterangan :

A : tinggi tanaman (cm) hari ke-17 setelah tanam B : tinggi tanaman (cm) hari ke-24 setelah tanam C : tinggi tanaman (cm) hari ke-31 setelah tanam D : Luas Daun (cm2)

(63)

35

Lampiran 20. Bagan penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

b

a

B

T

Keterangan :

a = Jarak antar plot = 30 cm b = Jarak antar ulangan = 50 cm

P0 P1 P2

P1 P2 P3

P2

P3

P3

P0

P0

(64)

36

(65)

37

Lampiran 22. Deskripsi sawi varietas Tosakan

Nama lain : Caisim (Bangkok) Umur tanaman : 30 hari

Bentuk tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai bunga : Panjang dan langsing

Warna tangkai bunga : Hijau tua

Bentuk daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata Warna daun : Hijau

Potensi produksi : 150-200 g/ tanaman

(66)

Lampiran 23. Jadwal kegiatan penelitian

No

.

Kegiatan

Hari ke-

1

2

3

10

17

24

31

1

Persiapan lahan

X

2

Persiapan benih

X

3

Aplikasi pupuk dasar

X

4

Penanaman

X

5

Penjarangan

X

6

Penyulaman

X

7

Aplikasi pupuk cair

X

X

X

8

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Penyiangan

Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Pengendalian Hama dan Penyakit

Disesuaikan dengan kondisi lapangan

9

Panen

10 Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

X

X

X

Luas daun (cm

2

)

Jumlah klorofil (unit/6mm

3

)

Bobot biomassa/sampel (g)

Bobot segar jual/sampel (g)

Produksi per plot (g)

(67)
(68)
(69)

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) umur ke- 17, 24 dan 31 hari setelah tanam (HST)
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 17-31 HST
Tabel 2. Rataan luas daun (cm2) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST)
Tabel 3. Rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) umur ke- 33 hari setelah tanam (HST)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk organik yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada dosis 3,75 g/tanaman dengan tinggi 21,13 cm, pengamatan bobot biomassa tertinggi tanaman persampel

Perlakuan pupuk Puja 168 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot segar per tanaman, bobot kering per tanaman, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan relatif umur 28-40

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot biomassa, bobot segar jual dan indeks panen2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam masing-masing parameter diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot biomassa, bobot segar jual, serta indeks

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil daun, bobot segar jual per

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 dan minggu setelah tanam (MST), jumlah daun 2, 3, dan 5 MST, bobot akar dan bobot segar jual berbeda nyata pada pemberian