• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI TIGA JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRODUKSI TIGA JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK SKRIPSI OLEH :"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI TIGA JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

PAULUS REJEKI MATANARI 130301237

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

PRODUKSI TIGA JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

PAULUS REJEKI MATANARI 130301237

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(3)

Judul : Produksi Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) yang Diberi Perlakuan Berbagai Pupuk Organik

Nama : Paulus Rejeki Matanari

NIM : 130301237

Prodi : Agroteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Bintang, MP. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Ketua Anggota

Diketahui Oleh : Ketua Program Studi

Dr. Ir. Sarifuddin, MP.

Ketua Program Studi

(4)

ABSTRACT

PAULUS REJEKI MATANARI. Production of Three Types of Cultivated Plants (Brassica juncea L.) Given the Treatment of Various Organic Fertilizers. Supervised by BINTANG SITORUS and ABDUL RAUF.

The study aims to determine the production of three types of mustard plants are treated with various provision of organic fertilizer. The research was conducted in Lumban Lobu village, Bonatua Lunasi sub district, Toba Samosir district. This research was conducted in December - April 2018. The design use randomized block design with two factors and two replications. Factor I the type of mustard plant with 3 kinds of mustard plant, namely 1. mustard pakchoy; 2. mustard greens; 3. mustard greens. Factor II various organic fertilizer 1. cow urine fertilizer (730 ml/m2); 2.

compost from the farm shop (6 kg/m2) 3. Liquid organic fertilizer Ghost (5 cc/liter) and 4. Compost Fertilizer Vegetable Waste (6 kg/m2). Parameters observed were number of leaves, biomass weight per sample, fresh weight of sale per plot, biomass weight per plot, fresh weight of sale per plot and harvest index.

The results showed that the type of mustard plants had a significant effect on the number of leaves. Composting of vegetable waste compost increases the number of leaves, the weight of biomass per sample, the fresh weight of sale per sample, the weight of biomass per plot, the fresh weight of sale per plot. The interaction between the type of mustard plant with the provision of various organic fertilizers has no significant effect on all parameters.

Keywords: mustard, production, organic fertilizer.

(5)

ABSTRAK

PAULUS REJEKI MATANARI : Produksi Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) yang Diberi Perlakuan Berbagai Pupuk Organik. Dibimbing oleh BINTANG SITORUS dan ABDUL RAUF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi tiga jenis tanaman sawi yang diberi perlakukan dengan berbagai pemberian pupuk organik. Penelitian ini dilaksanakan di lahan warga desa Lumban Lobu, kecamatan Bonatua Lunasi, kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember – April 2018. Metode Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Faktor I Jenis tanaman sawi dengan 3 jenis tanaman sawi yaitu 1. Sawi pakchoy; 2. Sawi pahit; 3. Sawi hijau. Faktor II Berbagai pupuk organik yaitu 1. Pupuk urin sapi (730 ml/m2); 2. Pupuk kompos toko pertanian (6 kg/ m2); 3. Pupuk organik cair Hantu (5 cc/liter); 4. Pupuk kompos Limbah Sayur (6 kg/ m2). Parameter yang diamati adalah jumlah daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per plot, bobot biomassa per plot, bobot segar jual per plot dan indeks panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman sawi berpengaruh nyata hanya terhadap parameter jumlah daun. Pemberian jenis pupuk organik berpengaruh nyata meningkatkan jumlah daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, bobot biomassa per plot, bobot segar jual per plot. Interaksi antara jenis tanaman sawi dengan pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.

Kata Kunci: sawi, produksi, pupuk organik.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 17 Oktober 1994 anak tunggal dari ayahanda Anton Matanari dan ibunda Dinaria Marsianna Pasaribu.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Raksana Medan dan pada tahun 2013 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis memilih minat Ilmu Tanah, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan antara lain organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Fakultas Pertanian USU (2014-2016). Menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN V Kebun Lubuk Dalam Kabupaten Siak Provinsi Riau pada tahun 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul penelitian ini adalah “Produksi Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) yang Diberi Perlakuan Berbagai Pupuk Organik” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Bintang, M.P. dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P. selaku ketua dan anggota komisi

pembimbing penelitian yang telah banyak membantu dalam peyelesaian usulan penelitian ini..

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2018

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sawi... 4

Sawi Pakchoy ... 5

Sawi Hijau ... 7

Sawi Pahit ... 9

Pupuk Organik ... 10

Pupuk Kompos ... 11

Pupuk Limbah Sayur... 12

Pupuk Kandang Ayam ... 13

Pupuk Organik Cair ... 14

Pupuk Urin Sapi ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Pembuatan Pupuk Kompos Limbah Sayur ... 20

Pembuatan Pupuk Urin Sapi ... 20

Pembuatan Biosida Daun Pepaya ... 21

Analisis Tanah Awal ... 21

Analisis Pupuk Organik ... 21

Persiapan lahan/ media tanam ... 21

(9)

Penanaman ... 21

Penjarangan ... 22

Penyulaman ... 22

Aplikasi Kompos dan Kompos Limbah Sayur ... 22

Aplikasi Pupuk Organik Cair Hantu dan Urin Sapi ... 22

Pemeliharaan Tanaman ... 22

Penyiraman ... 22

Penyiangan ... 22

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 23

Panen ... 23

Parameter Penelitian ... 22

Jumlah Daun ... 23

Bobot biomassa per sampel ... 23

Bobot biomassa per plot ... 23

Bobot segar jual per sampel ... 24

Bobot segar jual per plot ... 24

Indeks Panen ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Pembahasan... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair Ternak ... 16

2. Rataan Jumlah Daun ... 25

3. Rataan Bobot Biomassa per sampel ... 26

4. Rataan Bobot Biomassa per plot ... 27

5. Rataan Bobot Segar Jual per sampel ... 27

6. Rataan Bobot Segar Jual per plot ... 28

7. Rataan Indeks Panen ... 29

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Dosis Pupuk ... 38

2. Bagan Penanaman dalam plot ... 40

3. Bagan Plot Penelitian ... 41

4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 42

5. Deskripsi Sawi Pahit Varietas Morakot ... 43

6. Deskripsi Pak Choy Varietas Emone 26 ... 44

7. Deskripsi Sawi Hijau Varietas Tosakan ... 45

8. Hasil Analisis Tanah ... 46

9. Hasil Analisis Kompos Limbah Sayur ... 46

10. Hasil Analisis Pupuk Urin Sapi ... 46

11. Hasil Analisis Kompos ... 47

12. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair Hantu ... 47

13. Rataan Jumlah Daun ... 48

14. Rataan Bobot Biomassa per sampel ... 48

15. Rataan Bobot Segar Jual per sampel ... 49

16. Rataan Bobot Biomassa per plot ... 49

17. Rataan Bobot Segar Jual per plot ... 50

18. Rataan Indeks Panen ... 50

19. Data Pengamatan Jumlah Daun ... 51

20. Data Sidik Ragam Jumlah Daun ... 51

21. Data Pengamatan Bobot Biomassa per sampel ... 52

(12)

22. Data Sidik Ragam Bobot Biomassa per sampel ... 52

23. Data Pengamatan Bobot Biomassa per plot ... 53

24. Data Sidik Ragam Bobot Biomassa per plot... 53

25. Data Pengamatan Bobot Segar Jual per sampel ... 54

26. Data Sidik Ragam Bobot Segar Jual per sampel ... 54

27. Data Pengamatan Bobot Segar Jual per plot ... 55

28. Data Sidik Ragam Bobot Segar Jual per plot... 55

29. Data Pengamatan Indeks Panen ... 56

30. Data Sidik Ragam Indeks Panen ... 56

31. Prosedur Kerja Pembuatan Pupuk Kompos Limbah Sayur ... 57

32. Prosedur Kerja Pembuatan Pupuk Urin Sapi ... 58

33. Prosedur Kerja Pembuatan Biosida Daun Pepaya ... 59

31. Foto Lahan Penelitian ... 60

32. Foto Pengaplikasian Pupuk ... 61

33. Foto Pembuatan Pupuk Kompos Limbah Sayur ... 62

34. Foto Pembuatan Pupuk Urin Sapi ... 63

35. Foto Tanaman Sawi ... 64

36. Foto Panen ... 66

37. Foto Perhitungan Bobot Tanaman Sawi ... 67

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran khususnya sawi. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi tersebut, ditambah dengan peluang pasar internasional yang cukup besar bagi komoditas tersebut, sawi layak diusahakan (Nurshanti, 2010).

Sawi (Brassica juncea L.) adalah komoditas sayuran yang memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dan berprospek untuk dikembangkan di Indonesia.

Kebutuhan masyarakat akan sawi semakin meningkat seiring dengan beragamnya menu makanan yang memanfaatkan sayuran ini. Keterbatasan lahan pertanian sawi dapat mengakibatkan berkurangnya jenis sawi dipasaran. Keberadaan jenis sawi yang terbatas dipasaran memungkinkan masyarakat tidak terlalu mengetahui jenis sawi yang ada. Pengembangan perlu dilakukan agar jenis sawi makin beragam dipasaran.

Contoh jenis sawi yang umum dipasaran adalah sawi hijau, pakchoy, sawi putih, kailan dan sawi pahit (Sutarto dkk., 2016).

Produksi sawi di Indonesia pada Tahun 2014 sebesar 602.478 ton atau mengalami penurunan sebesar 33.250 ton atau sekitar 5,23% dibandingkan tahun 2013. Sementara itu produksi sawi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 yaitu sebesar 63.032 ton mengalami penurunan sebesar 9,72% dari tahun 2013 sebesar 69.820 ton dengan luas panen 5.932 ha. Sumatera Utara merupakan provinsi

penghasil sawi terbesar kedua di Indonesia setelah provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik, 2017).

(14)

Pengembangan budidaya sawi mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut. Disamping itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai (Arinong dkk., 2008).

Produksi sawi dapat ditingkatkan diantaranya melalui intensifikasi. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman. Seiring perkembangan pertanian saat ini untuk menuju pertanian berkelanjutan maka salah satu alternatif yaitu menggunakan bahan organik sebagai sumber hara untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Sholikhin dkk., 2014).

Limbah (sampah) padat dari sisa pasar atau panen berupa sayur-sayuran merupakan salah satu sumber dalam pembuatan pupuk organik. Pengolahan limbah sayur-sayuran yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah dari hasil panen ataupun limbah pasar yang dapat ditemukan hampir di semua pasar tradisional di Indonesia. Ketersediaan bahan tersebut dapat diolah dengan fermentasi/ dekomposisi sumber bahan organik menjadi pupuk organik.

(15)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian menggunakan berbagai pupuk organik untuk meningkatkan produksi tiga jenis tanaman sawi (Brassica juncea L.).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi tiga jenis tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang diberi perlakukan dengan berbagai pemberian pupuk organik.

Hipotesis Penelitian

Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tiga jenis tanaman sawi (Brassica juncea L.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Sawi

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).

Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mie goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Haryanto et al., 2002).

Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya segar dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan sedikit vitamin C (Yuniarti et al., 2000).

Pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC-21ºC. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl). Daerah yang memiliki suhu berkisar antara 19ºC- 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000-1200 m di atas permukaan laut, semakin

(17)

tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin rendah, sementara itu pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara. Misalnya proses perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan dan lain sebagainya (Cahyono, 2003).

Tanah yang sesuai untuk penanaman sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta drainase yang baik. Derajat kemasaman (pH) tanah

yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sawi berkisar antara 6-7 (Perwitasari et al., 2012).

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersediaan air tanah mencukupi. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun yakni daerah dengan ketinggian 1000-1500 m dpl (Cahyono, 2003).

Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika penyiraman dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup, tanaman ini dapat tumbuh sebaik pada musim penghujan.

Jadi, jika budidaya sawi dilakukan pada dataran tinggi, tanaman ini tidak perlu air yang banyak. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Sehingga, tanaman sawi sesuai ditanam pada akhir musim penghujan (Nurshanti, 2010).

Sawi Pakchoy (Brassica rapa L.)

Sawi daging atau sawi sendok atau pakcoy atau bisa juga disebut dengan bokchoy merupakan tanaman sayuran yang tergolong dalam suku Brassicaceae.

(18)

Pakchoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China Selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih berkerabat dekat dengan Chinese vegetable. Saat ini pakchoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Winda, 2014).

Sawi pakchoy kurang peka terhadap suhu dibandingkan sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi yang lebih luas. Daerah penanaman yang cocok untuk tanaman ini adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman sawi jenis ini dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi (Hernowo, 2010).

Tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15- 30 cm (Cahyono, 2003).

Tanaman sayuran sawi daging tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada saat musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah cara penyiraman yang harus dilakukan secara teratur. Tanaman ini ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi, yaitu berkisar 20-25

(19)

tanaman/m2. Sawi sendok memiliki umur pasca panen yang singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0oC (Winda, 2014).

Selain rasanya yang ramai di lidah, sayuran ini mengandung banyak manfaat yang dapat berguna bagi tubuh saat dikonsumsi. Berbagai nutrisi yang terkandung baik dikonsumsi untuk ibu hamil, baik untuk mengurangi kolestrol dan pencernaan, baik untuk kesehatan mata karena mengandung vitamin A, baik untuk membantu proses pembekuan darah karena mengandung vitamin K, baik untuk kesehatan kulit dan mencegah penuaan karena karena mengandung vitamin E serta baik untuk pembentukan kolagen karena kandungan vitamin C pada sawi daging hampir setara dengan jeruk (Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2014).

Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Sawi hijau termasuk salah satu komoditas sayuran yang banyak disukai masyarakat. Daun tanaman sawi hijau biasanya dikonsumsi sebagai menu kuliner favorit masyarakat, seperti bakso sayur, mie ayam, nasi goreng dan berbagai macam menu masakan lainnya. Masyarakat atau konsumen dapat memperoleh produk sayuran ini di supermarket, pasar induk, berbagai lokasi transaksi sayuran dan pedagang sayuran keliling (Octaviany et al., 2012).

Sawi hijau atau caisim atau sering juga disebut dengan sawi bakso memiliki rasa yang manis dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Banyak sekali petani tradisional yang membudidayakan tanaman ini, akan tetapi sejauh ini petani masih menanam di lingkungan yang terbuka, sehingga saat musim hujan banyak tanaman yang rusak karena terkena air hujan dan terserang penyakit. Sedangkan saat musim

(20)

kemarau, kualitas sawi hijau turun karena daunnya banyak sekali dimakan serangga (Telaumbanua et al., 2014).

Budidaya tanaman sawi hijau harus memperhatikan unsur hara (nutrisi) di dalam tanah dan kondisi iklim mikro. Unsur hara yang cukup tersedia di tanah akan diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sedangkan iklim berkaitan dengan faktor di luar tanaman dalam mendukung pertumbuhannya. Tanaman sawi hijau lebih sesuai jika ditanam di dataran tinggi dengan intensitas sinar matahari yang cukup, karena selama pertumbuhannya tanaman sawi hijau memerlukan suhu yang rendah hingga hangat yaitu antara (22-33oC), sedangkan suhu tanah pada kisaran 7-28oC, dan kelembaban lingkungan ± 75% serta kelengasan tanah pada kisaran 60-88% (wb) (Telaumbanua et al., 2014).

Sawi hijau memiliki keunggulan komparatif diantaranya: dapat tumbuh disemua wilayah indonesia, umur panen relatif pendek 30-40 hari setelah tanam, produksi tinggi, dan permintaan tinggi. Serta budidaya dan pemeliharaannya mudah (Haryanto et al., 2002).

Ciri tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan menyebar ke semua arah disekitar permukaan tanah, tidak membentuk krops. Tanaman sawi hijau memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada didalam tanah. Daun tanaman sawi hijau berbentuk bulat, tidak berbulu, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah daun yang lebih muda tetapi membuka (Cahyono, 2003).

(21)

Tanaman yang tergolong famili atau suku Brassicaceae termasuk sawi hijau dapat digunakan sebagai akumulator logam berat. Kemampuan tanaman dalam phytoextraction pada lahan yang tercemar logam berat.

Kemampuan tanaman dalam mengakumulasi logam berat dapat diprediksi dari nilai Bioconcentration Factor (BCF) dan Transfer Factor (TF) (Susana dan Suswati, 2013).

Sawi Pahit (Brassica juncea (L.) Czern)

Sawi pahit (Brassica rapa L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang dimanfaatkan daun-daun yang masih muda.

Daun sawi pahit sebagai makanan sayuran memiliki macam-macam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Cahyono, 2003).

Tanaman sawi pahit (Brassica rapa L.) termasuk dalam familia Cruciferae atau suku Brassicaceae yang memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Pada umunya sawi pahit yang biasa digunakan sebagai olahan masakan memiliki daun yang lebar berwarna hijau atau ungu. Tepi daun dari sayuran ini sedikit berombak atau sedikit cuping dan memiliki tangkai daun serta urat (tulang) daun tengah yang lebar. Jenis sawi ini paling banyak dibudidayakan di kawasan Asia Tenggara (Chooi, 2003).

Sawi pahit pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto et al., 2002).

Sawi pahit menghasilkan banyak tunas yang tumbuh cergas pada batang utama sebelum berbunga. Jenis sawi ini juga memiliki batang yang besar dan menghasilkan pucuk serta akar tunjang yang besar dan berisi. Sawi pahit ditanam

(22)

melalui biji, biji mulai berkecambah dalam masa 3-5 hari setelah disemai. Sayuran ini bisa dipanen dalam masa 3 minggu. Jika menginginkan sayuran sawi pahit dengan ukuran yang lebih besar, maka perlu diberikan masa pertumbuhan yang lebih panjang (Chooi, 2003).

Tanaman sawi pahit dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas. Meskipun demikian, telah banyak varietas yang tahan terhadap suhu panas, sehingga tanaman sawi dapat ditanam atau dikembangkan pada daerah dengan ketinggian mulai 5 m sampai dengan 1.200 m dpl.

Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta drainase yang baik. pH tanah yang optimal untuk budidaya sawi pahit berkisar antara 6 - 6,5 (Haryanto et al., 2002).

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan, bagian hewan, limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dan/atau dapat diperkaya dengan bahan mineral atau mikroba, bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia serta biologi tanah (Permentan, 2007).

Pupuk organik merupakan hasil akhir dari proses dekomposisi bagian atau sisa tanaman dan binatang, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang, dan lain sebagainya. Limbah atau kotoran hewan merupakan bahan organik yang paling baik untuk pupuk dan sangat bermanfaat bagi tanah pertanian (Yuliarti, 2009).

(23)

Sisa tumbuhan dan hewan mengandung banyak unsur hara dalam bentuk organik. Sebelum diserap tanaman, bahan organik tersebut harus didekomposisi terlebih dahulu dengan bantuan mikroorganisme, kemudian menjadi bentuk unsur anorganik, proses ini disebut dengan mineralisasi (Taiz dan Zeiger, 2002).

Penambahan bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti meningkatkan kapasitas air, buffer, KTK dan porositas tanah. Sementara itu, dari aspek kimia tanah, penambahan bahan organik dapat meningkatkan pH tanah, ketersediaan hara makro, dan mikro. Selain itu, bahan organik juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah, seperti meningkatnya pertumbuhan makro dan mikroorganisme di dalam tanah (Parnata, 2010).

Pupuk Kompos

Kompos adalah zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan dicirikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Bahan- bahan mentah yang biasa digunakan seperti: merang, daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil bagi C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002).

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain : memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, mengandung hara yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit,

(24)

membantu proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia (Indriani, 2007).

Pemberian kompos dapat meningkatkan produksi tanaman dan memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan akan mengalami dekomposisi secara lambat dan melepaskan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman seperti N, P dan K serta unsur-unsur hara makro dan mikro lainnya. Penambahan bahan organik seperti kompos kedalam tanah juga akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan meningkatkan KTK tanah (Clemente et al., 2013).

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, disamping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002).

Campuran bahan yang sudah ditambah bioaktivator difermentasi dengan cara menutupnya dengan menggunakan terval dan membiarkannya selama 5-7 hari. Pada hari kedua atau ketiga, temperatur bahan kompos akan meningkat menjadi 40-60oC.

Jika temperatur meningkat, tumpukan bahan tersebut harus dibalik kemudian ditutup lagi. Tiga hari kemudian temperatur akan turun kembali dan berangsur-angsur stabil.

Jika temperatur sudah stabil, bahan tersebut sudah menjadi kompos dan siap dikemas atau digunakan (Sofian, 2006).

(25)

Pupuk Limbah Sayur

Sampah sampah pasar dan sampah rumah tangga berupa sayuran tidak dapat langsung diberikan untuk memupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Kompos sampah rumah tangga merupakan pupuk organik yang diperoleh dari hasil pelapukan limbah organik sampah organik hasil perlakuan manusia (rumah tangga). Perlakuan kompos melibatkan penambahan mikroorganisme dekomposer atau aktivator ke dalam bahan (Amik dan Asnita, 2011).

Tolok ukur kualitas pupuk organik yang dihasilkan adalah kandungan C-organik, C/N rasio dan N-total. Hasil analisis dari kompos sampah rumah tangga yang diproduksi oleh BPTP Jawa Timur menunjukkan kandungan C-organik berkisar 15,41 - 18,89, C/N- rasio berkisar 11,88 - 18,29, dan N-total berkisar 0,58 - 1,57% (BPTP Jawa Timur, 2010).

Dari uji laboratorium diketahui bahwa pupuk organik sampah rumah tangga dengan dekomposer ditambah dengan pupuk kandang dan dedak mengandung C- organik yang tinggi (Amik dan Asnita, 2011).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.

Hewan ternak yang banyak dimanfaatkan kotorannya antara lain ayam, kambing, sapi, kuda, dan babi. Kotoran yang dimanfaatkan biasanya berupa kotoran padat atau cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan. Kandungan hara dalam pukan sangat menentukan kualitas pukan. Pupuk kandang ayam mengandung hara

(26)

57% H2O, 29% bahan organik, 1,5% N, 1,3% P2O5, 0,8% K2O, 4% CaO dengan rasio C/N 9-11 (Hartatik dan Widowati, 2010).

Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimia. Ciri fisiknya adalah berwarna kecoklatan kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri-ciri kimiawinya adalah C/N sangat kecil (bahan pembentuknya sudah dan tidak terlihat) temperature nya relatif stabil (Novizan, 2002).

Pupuk kandang ayam dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sehingga dapat membantu struktur agregat tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).

Pupuk Organik Cair Hantu

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006).

Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia, biologi tanah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama

(27)

melalui akar namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara terutama melalui akar namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara, oleh sebab itu pupuk cair dapat disemprotkan pada daun. Keuntungan dari penggunaan pupuk organik cair, kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk

tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman

(Yuliarti, 2009).

Komposisi yang terkandung dalam pupuk organik cair Hantu sebagai berikut:

C Organik = 6,18% ; N = 3,63% ; P2O5 = 3,84% ; K2O = 5,23% ; pH = 6,69 (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2015).

Pupuk Urin Sapi

Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urin sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tananaman. Karena baunya yang khas, urin sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman serangga (Susetyo, 2013).

Pada proses fermentasi urine terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang belum difermentasi (Sudiro, 2011).

Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Sumber limbah cair (urin) ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

(28)

organik cair dapat diperoleh dari ternak ruminansia contohnya ternak kerbau lumpur.

Urin kerbau lumpur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena mengandung nitrogen, posfat, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan pada kotoran kerbau lumpur (Banjarnahor, 2016).

Selama ini masih jarang penggunaan urine sapi sebagai pupuk padahal urine sapi sebagai pupuk padahal urine sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik. Urine sapi yang paling baik untuk diolah menjadi pupuk cair adalah urine sapi murni segar (kurang dari 24 jam) yang belum bercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang (Sudiro, 2011).

Tabel 1. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair Beberapa Jenis Ternak

Jenis Ternak

Jenis Kotoran

Kandungan Hara Makro (%)

Nitogen Fosfor Kalium Kalsium

Kuda Padat 0,56 0,13 0,23 0,12

Cair 1,24 0,004 1,26 0,32

Kerbau Padat 0,26 0,08 0,14 0,33

Cair 0,62 - 1,34 -

Domba Padat 0,65 0,22 0,14 0,33

Cair 1,43 0,01 0,55 0,11

Sapi Padat 0,33 0,11 0,13 0,26

(29)

Cair 0,52 0,01 0,56 0,007

Babi Padat 0,57 0,17 0,38 0,06

Cair 0,31 0,05 0,81 -

Sumber : Hadisuwito, S. 2007.

(30)

BAHAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, dimulai pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman sawi pakchoy, sawi hijau dan sawi pahit sebagai objek pengamatan, pupuk kompos toko pertanian, pupuk kompos limbah sayur, pupuk organik cair Hantu, pupuk urin sapi sebagai perlakuan yang diaplikasikan, bahan-bahan kimia sebagai bahan untuk analisis tanah serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul untuk persiapan lahan, tali plastik untuk membatasi lahan penelitian, pisau/parang untuk memotong tali dan lain-lain, meteran untuk mengukur lahan, pacak sampel sebagai penanda, timbangan untuk mengukur bobot sayur, kamera sebagai alat dokumentasi, buku untuk penulisan data, peralatan laboratorium untuk kegiatan analisis, alat tulis dan alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I = Jenis Sawi S1 = Sawi Pakchoy S2 = Sawi Pahit

(31)

S3 = Sawi Hijau

Faktor II = Pupuk Organik

N1 = Pupuk Urin Sapi (730 ml per plot) N2 = Pupuk Kompos (6 kg per plot)

N3 = Pupuk Organik Cair Hantu (5 cc/liter air per plot) N4 = Pupuk Kompos Limbah Sayur (6 kg per plot).

Maka diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu:

S1N1 S2N1 S3N1

S1N2 S2N2 S3N2 S1N3 S2N3 S3N3

S1N4 S2N4 S3N4

Jarak tanam : 30 cm x 30 cm

Jumlah ulangan : 2 Ulangan

Luas Plot : 1 m x 1 m

Jarak antar blok : 30 cm

Jumlah plot : 24

Jumlah populasi/plot : 16 Jumlah sampel/plot : 8 Jumlah sampel/ulangan : 96 Jumlah sampel seluruhnya : 192 Jumlah tanaman seluruhnya : 384

(32)

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan model linier Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan sebagai berikut :

Yijk = + i + j + ( )jk + ijk

Dimana :

Yijk :Data pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan percobaan ke-i dari Varietas Sawi dan percobaan ke-j dari Pupuk Organik.

:Nilai tengah umum

i :Pengaruh percobaan ke-i dari faktor Varietas Tanaman Sawi

j :Pengaruh percobaan ke-j dari faktor Pupuk Organik

( )ij :Pengaruh percobaan ke-i dari faktor Varietas Tanaman Sawi dan percobaan ke-j dari faktor Pupuk Organik

ijk :Pengaruh pengacakan dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan Varietas Tanaman Sawi dengan Pupuk Organik

Selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang diukur dan dilakukan uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) padauji taraf 5 %

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Pupuk Kompos Limbah Sayur

Disiapkan sampah organik (sisa sayuran) yang berasal dari limbah pasar ataupun limbah panen sebanyak 300 kg yang terdapat di pasar kemudian dicacah kecil sampai ukuran 2 cm. Setelah dicacah, kemudian dicampurkan dengan kotoran ayam 5 kg dan dedak 1 kg dihomogenkan. Kemudian, bahan organik yang telah homogen tersebut disirami dengan cairan EM-4 yang telah dicampur dengan 50 ml EM-4, 50 ml larutan gula putih yang telah dicairkan serta 1 liter air. Setelah semua bahan tercampur, ditutup dengan terpal untuk menjaga supaya suhu tetap panas dan mempercepat pengomposan dan juga menghindari terkena hujan. Setiap sehari sekali selama 3 minggu terpal penutup dibuka dan pupuk organik dibolak balik.

Pembuatan Pupuk Urin Sapi

Disiapkan bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik cair yaitu urin sapi, gula merah dan EM-4 dengan perbandingan 10 liter urin sapi ; 500 gram gula merah dan 100 ml EM-4. Kemudian dimasukkan gula merah yg sudah dicairkan kedalam ember plastik. Lalu urin sapi dimasukkan kedalam ember plastik diaduk merata, kemudian ditutup rapat dan disimpan selama 14 hari. Selama proses penyimpanan, pupuk organik cair diaduk setiap harinya, untuk membuang gas. Setelah melalui fermentasi selama 14 hari ditandai perubahan warna dan bau, pupuk organik cair kemudian dimasukkan kedalam botol air mineral, dan siap untuk digunakan.

(34)

Pembuatan Biosida Daun Pepaya

Disiapkan daun pepaya sebanyak 1 kg kemudian di tumbuk daun pepaya tersebut hingga halus. Daun pepaya yang telah halus tersebut direndam dalam 10 liter air dalam ember kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 g detergen. Hasil campuran didiamkan satu malam kemudian setelah satu malam larutan disaring dengan kain halus.

Analisis Tanah Awal

Analisis tanah awal dilakukan terhadap tanah meliputi, pH H2O (Metode Elektrometri), % C-Organik (Metode Walkley and Black) dan N-Total (Metode Kjedhal).

Analisis Pupuk Organik

Dilakukan analisis pupuk organik yang berasal dari urin sapi dan kompos limbah sayur yaitu pH H2O, % C, N, P dan K

Persiapan Lahan/ Media Tanam

Tahap awal dari persiapan lahan yaitu pembersihan gulma. Pembersihan gulma pada lahan penelitian dilakukan dengan menggunakan cangkul dan parang setelah lahan dibersihkan lalu dibentuk plot dengan ukuran 1 m x 1 m dengan lebar parit antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan atau blok 50 cm. Lahan yang telah berbentuk plot kemudian diolah dengan kedalaman efektif 20 cm dengan menggunakan cangkul hingga tanah menjadi gembur dan kemudian siap untuk ditanamai.

Penanaman

(35)

Penanaman benih dilakukan secara langsung tanpa penyemaian, kemudian dibuat lubang tanam dengan kedalaman 3-5 cm, lalu ditanam dua benih/lubang.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan antara 14 hari setelah tanam (hst) untuk mengurangi jumlah tanaman per lubang tanam.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan antara 14 hari setelah tanam (hst) untuk mengganti tanaman yang rusak atau mati.

Aplikasi Kompos dan Kompos Limbah Sayur

Kompos dan Kompos Limbah Sayur diaplikasikan ke dalam plot sesuai dengan perlakuan masing-masing yang telah ditetapkan pada bagan penelitian.

Kemudian diinkubasi selama 2 minggu untuk menghomogenkan antara bahan penelitian dengan tanah

Aplikasi Pupuk Organik Cair Hantu dan Urin Sapi

Pengaplikasian dilakukan sebanyak 3 kali yaitu: 2 hari sebelum tanam, 14 hari setelah tanam dan 21 hari setelah tanam dengan cara menyemprotkan pupuk cair pada masing-masing plot sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

(36)

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).

Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan dengan menggunakan biosida daun pepaya dengan dosis 50 ml/m2 yang di aplikasikan pada saat tanaman berumur 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST).

Panen

Panen dilakukan pada saat umur tanaman ± 30 hari setelah tanam (hst) dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman kemudian tanah yang menempel diakar dibuang dengan hati-hati.

Parameter Pengamatan Jumlah daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang telah tumbuh pada tanaman. Penghitungan jumlah daun dilakukan saat panen.

Bobot biomassa panen per sampel (g)

Berat konsumsi panen per sampel adalah berat bersih dari tanaman yang sudah dibersihkan dari kotoran-kotoran/ tanah yang menempel pada akar, dan ditimbang dengan menggunakan timbangan.

Bobot biomassa panen per plot (g)

(37)

Berat biomassa panen per plot adalah berat bersih dari tanaman sampel yang sudah dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel pada akar, dan ditimbang menggunakan timbangan.

Bobot segar jual per sampel (g)

Penimbangan bobot segar jual per tanaman sampel ditetapkan dengan cara menimbang tanaman sampel setelah akar serta daun-daun menguning maupun layu dibuang.

Bobot segar jual per plot (g)

Penimbangan bobot segar jual per plot ditetapkan dengan cara menimbang tanaman sampel setelah akar serta daun-daun menguning maupun layu dibuang.

Indeks panen

Indeks panen dihitung dengan rumus berikut:

Indeks Panen = Bobot segar jual Bobot biomassa

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman sawi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, bobot biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, bobot biomassa per plot dan bobot segar jual per plot.

Jumlah Daun

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 13 menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dengan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Rataan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...gram...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 7,19 4,25 5,13 5,52c N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 8,44 5,31 6,25 6,67b

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 7,63 3,88 4,31 5,27c

N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 9,81 6,13 10,56 8,83a

Rataan 8,27a 4,89c 6,56b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

(39)

Bobot Biomassa per sampel

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 14 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biomassa per sampel. Perlakuan Jenis tanaman sawi dan interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dengan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biomassa per sampel. Rataan bobot biomassa per sampel pada perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Bobot Biomassa per Sampel Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...gram...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 22,13 7,56 12,81 14,17b N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 31,81 28,56 24,44 28,27b

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 22,94 5,81 8,19 12,31b N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 91,25 91,75 161,44 114,81a

Rataan 42,03 33,42 51,72

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

Bobot Biomassa per plot

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 16 menunjukkan bahwa Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biomassa per plot. Perlakukan jenis tanaman sawi dan Interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik tidak berpengaruh

(40)

nyata terhadap parameter bobot biomassa per plot. Rataan bobot biomassa per sampel dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4. Rataan Bobot Biomassa per Plot Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...gram...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 326,50 88,00 168,50 194,33b N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 455,50 400,50 431,00 429,00b

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 283,00 73,00 129,50 161,83b N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 1129,00 1410,00 2040,00 1526,33a

Rataan 548,00 492,88 692,25

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

Bobot Segar Jual per Sampel

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 15 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar jual per sampel.

Perlakuan jenis tanaman sawi dan interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dengan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar jual per sampel. Rataan bobot segar jual per sampel dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan Bobot Segar Jual per Sampel Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...gram...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 20,25 6,31 11,44 12,67b N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 28,56 24,81 22,06 25,15b

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 20,56 5,38 6,56 10,83b

(41)

N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 86,06 91,56 150,00 109,21a

Rataan 38,86 32,02 47,52

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

Bobot Segar Jual per Plot

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 17 menunjukkan bahwa pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar jual per plot. Perlakuan jenis tanaman sawi dan interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar jual per plot. Rataan bobot segar jual per plot pada perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan Bobot Segar Jual per Plot Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...gram...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 300,50 73,50 149,00 174,33b N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 412,00 349,00 382,00 381,00b

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 252,50 58,00 105,50 138,67b N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 1062,00 1291,00 1885,50 1412,83a

Rataan 506,75 442,88 630,50

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

Indeks Panen

Hasil uji sidik ragam seperti pada lampiran 18 menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman sawi tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Perlakuan pupuk

(42)

organik tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Interaksi antara perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter indeks panen. Rataan indeks panen pada perlakuan jenis tanaman sawi dan pupuk organik dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan Indeks Panen Pada Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Organik

Perlakuan

Jenis Sawi

Rataan S1

(Pakchoy)

S2 (Pahit)

S3 (Hijau) ...%...

N1 (Urin Sapi 730 ml/l air) 0,92 0,83 0,89 0,88 N2 (Kompos Toko Pertanian 6

kg/plot) 0,87 0,87 0,90 0,88

N3 (POC Hantu 5 ml/l air) 0,89 0,96 0,81 0,89

N4 (Kompos Limbah Sayur 6

kg/plot) 0,93 1,00 0,93 0,89

Rataan 0,90 0,91 0,88

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf α = 5%

(43)

Pembahasan

Respon Jenis Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) terhadap Produksi Tanaman Sawi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa jenis tanaman sawi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot dan indeks panen.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil analisis data statistik yang menunjukkan bahwa jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Rataan tertinggi diperoleh pada perlakuan Sawi Pakchoy sebesar 8,27 diikuti oleh Sawi Hijau sebesar 6,56 dan terendah pada Sawi Pahit sebesar 4,89. Hal ini disebabkan oleh adanya pembedaan ciri dan karakteristik dari ketiga jenis tanaman sawi tersebut. Menurut Ramli (2014) perbedaan pertambahan jumlah daun pada tanaman disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dari jenis dan varietas tanaman itu sendiri, dan faktor eksternal yang berperan antara lain hara yang berperan didalamnya dan air yang ikut mengangkut hara dari dalam tanah.

Ketersediaan unsur hara sangat diperlukan oleh tanaman untuk membentuk suatu senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan pembesaran sel. Unsur hara yang berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan daun yaitu nitrogen. Menurut Sandra (2001), pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman sawi perlu diberikan pupuk dengan kandungan Nitrogen yang

(44)

tinggi, karena unsur tersebut merupakan bahan utama untuk menyusun protein yang dibutuhkan dalam pembelahan sel.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil analisis data statistik yang menunjukkan bahwa jenis tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot dan indeks panen. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman dari genetik masing masing tanaman sawi seperti perbedaan jumlah daun yang mempengaruhi produksi dari setiap jenis tanaman sawi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhartina (2005) yang menyatakan bahwa terjadinya atau timbulnya variasi disebabkan oleh adanya pengaruh faktor keturunan atau genetik dan lingkungan.

Respon Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Organik Terhadap Produksi Tanaman Sawi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot.

Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen.

Pemberian berbagai jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot dengan rataan teringgi pada perlakuan N4 (pupuk limbah sayur) dan terendah pada N3 (pupuk organik cair Hantu).

Pemberian kompos limbah sayur berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual

(45)

per plot. Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada parameter jumlah daun, biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot pada perlakuan N4 (pupuk limbah sayur) diikuti perlakuan N2 (pupuk kompos), N1 (pupuk urin sapi) dan N3 (tanpa kompos).

Perlakuan pupuk limbah sayur adalah perlakuan dengan nilai rataan yang tertinggi dikarenakan pupuk limbah sayur dibuat dengan campuran pupuk kandang ayam. Pupuk kandang ayam disamping mempunyai kemampuan untuk water holding capacity juga menyediakan hara bagi tanaman. Kontribusi terbesar dari pupuk

kandang ayam adalah kandungan N. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara.

Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula fase reproduktif dan hasil tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Risnandar (2004) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki struktur fisik dan biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menyumbangkan sejumlah hara kedalam tanah yang dapat berfungsi guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti unsur hara N.

Interaksi Perlakuan Jenis Tanaman Sawi terhadap pemberian Berbagai Jenis Pupuk Organik

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi jenis tanaman sawi dengan pemberian berbagai jenis pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Hal ini diduga karena kemampuan yang berbeda disetiap jenis tanaman sawi dalam menyerap unsur hara. Hasil penelitian Syafrudin et. al., (2012),

(46)

menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan varietas dengan jenis pupuk tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun dikarenakan perbedaan respon akibat perlakuan beberapa varietas tidak bergantung pada jenis pupuk yang diberikan begitu juga sebaliknya. Menurut Wijaya (2008), ketersediaan unsur hara sangat diperlukan oleh tanaman untuk membentuk suatu senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan pembesaran sel.

Jenis tanah pada lahan penelitian ini adalah Inceptisol. Hasil uji laboratorium menunjukkan nilai C-Organik pada lahan penelitian ini sebesar 0,06 % dengan nilai N sebesar 0,09 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya status kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Juarsah (2000) yang menyatakan bahwa permasalahan tanah inceptisol yaitu rendahnya status kesuburan tanah yang tercermin dari rendahnya produktivitas tanah. Salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas tanah adalah dengan pemberian bahan organik. Bahan organik selain memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah antara lain; berat volume tanah, porositas total, pori aerasi dan pori air tersedia, stabilitas agregat tanah dan agregasi tanah

Menurut Suwardjo (1981) keberadaan bahan organik pada lahan sayuran perlu dipertahankan dan dipelihara mengingat perannya cukup besar dalam memelihara keserasian fungsi ekologis tanah, kesinambungan produksi, dan kelestarian lingkungan. Tanah yang miskin bahan organik berkurang daya sangganya terhadap pupuk, sehingga efisiensi pemupukan menjadi rendah.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jenis tanaman sawi dan pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Perlakuan terbaik adalah pemberian N4 (Pupuk Limbah Sayur) pada tanaman S3 (Sawi Pakchoy).

2. Pemberian berbagai jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, biomassa per sampel, bobot segar jual per sampel, biomassa per plot, bobot segar jual per plot dengan rataan teringgi pada perlakuan N4 (pupuk limbah sayur) dan terendah pada N3 (pupuk organik cair Hantu).

3. Interaksi antara jenis tanaman sawi dengan pemberian berbagai jenis pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Saran

Berdasarkan penelitian ini jenis tanaman sawi dengan perlakuan pupuk limbah sayur yang dibuat sendiri oleh peneliti dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan atau kondisi di desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arinong, A. Rahman, H. Rukka, dan L. Vibriana. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Bokashi. Agrisistem 4: 25-28.

Amik, K. dan Asnita. 2011. Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga. Sinartani. Edisi 3-9 Agustus 2011 No.3417 Tahun XLI.

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2014. Manfaat Sawi Sendok (Pakchoy). Bandung.

Badan Pusat Statistik, 2017. Produksi Tanaman Sawi. Diakses dari www.bps.go.id pada tanggal 20 September 2017.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. 2010. Hasil Analisis Kimia Bahan Organik Berbahan Baku Sampah Rumah Tangga dengan menggunakan Berbagai Macam Dekomposer/ Aktivator 4 Minggu Setelah Inkubasi.

Malang.

Banjarnahor, E. R. 2016. Pengaruh Pemberian Feses dan Urin Kerbau Lumpur Terhadap Produksi dan Kualitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum Schamach) Dengan Interval Pemotongan yang Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Cahyono, B., 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Pahit. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta

Chooi, O.H. 2003. Sayuran Khasiat Makanan dan Ubatan. Utusan Publications &

Distributors Sdn Bhd. Kuala Lumpur.

Clemente, J.S., M.J. Simpson., A.J. Simpson., S.F. Yanni., J.K. Whallen. 2013.

Comparison of Soil Organic Matter composition after incubation with maize leaves, roots, and stems. Elsevier Journal. 192 : 86-96.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2015. Buku Pupuk Terdaftar. Kementrian Pertanian (Hal. 340).

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Hartatik, W. dan L. R. Widowati. 2010. Pupuk Kandang.

http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Diunduh 25 September 2017.

Hal. 60-67.

Haryanto, E., Tina, S., Estu, R., Hendro, S., 2002. Pasar dan Permintaan Sayuran.

Pemasaran Hasil Usaha Tani. Dasar-dasar pemasaran. Jakarta.

(49)

Hernowo, B., 2010, Panduan Sukses Bertanam Buah dan Sayuran, Penerbit Cable Book, Klaten (Hal. 6).

Juarsah. 2000. Manfaat dan alternatif penggunaan lahan kritis melalui penanaman leguminosa. Buku II Prosiding Kongres Nasional VII. HITI, Bandung.

Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal. 59-61.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Depok. Hal.

87-88.

Nurshanti, D. F., 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca juncea L.) dengan Tiga Varietas Berbeda. Jurnal Agronobis 2 (4): 7-11.

Octaviany, M., Murni, I.V.M., dan Susilo, F.X. 2012. Pengaruh Penyungkupan dan Penggunaan Insektisida Terhadap Populasi Kumbang Daun dan Kerusakan pada Tanaman Sawi. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. Vol. 12 (2):138.

Parnata A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

[PERMENTAN] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2011. Nomor 70/Permentan/sr.140/10/2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah.

Perwitasari, B., M. Tripatma dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh media tanam dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoi (Brasica juncea L.) dengan sistem hidroponik. Jurnal Agrovigor, 5(1): 14-25.

Ramli. 2014. Efisiensi Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Manjemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pare (Momordica charantia L.).

Fakultas Pertanian, Universitas Tamansiswa, Padang.

Risnandar, C. 2004. Jenis dan Karakteristik Pupuk Kandang. Jurnal Agrivigor 3(3):232-244.

Simaungkalit, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

(50)

Sholikhin, dkk. 2014. Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca juncea L.). Departemen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Sudiro, A. 2011. Demonstrasi Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi di Kabupaten Sinjai. http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id. Diunduh 20 Agustus 2017

Suhartina, 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Malang.

Susana, R. Dan Suswati, D. 2013. Bioakumulasi dan Distrisusi Cd Pada Akar dan Pucuk 3 Jenis Tanaman Famili Brassicaceae: Implementasinya untuk Fitoremediasi. Manusia dan Lingkungan. Vol. 20 (2):222.

Susetyo, N.A., 2013. Pemanfaatan urin sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair) dengan Penambahan Akar Bambu melalui Proses Fermentasi dengan Waktu yang Berbeda. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Sutarto, U., Koesriharti dan N. Aini. 2016. Respon Tiga Jenis Sawi (Brasicca sp.) Terhadap Aplikasi Macam Pulsa. Jurnal Produksi Tanaman (4) : 447-453.

Sutedjo, M. M. Dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara.

Jakarta.

Suwardjo, H. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Pola Usaha tani Tanaman Semusim. Disertasi Doktor. SPS.IPB. Bogor.

150 Hlm.

Syafruddin, Nurhayati dan Ratna, W. 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis. J. Floratek 7:107- 114.

Taiz L and E Zeiger. 2002. Plant Physhiology Third Edition. Massachusetts: Sinauer Associates, Inc, Publisher.

Telaumbanua, M., Purwantana, B., dan Sutiarso, L. 2014. Rancangbangun Aktuator Pengendali Iklim Mikro di dalam Greenhouse Untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica rapa var.parachinensis L.). Agritech. Vol. 34 (2): 214.

Wijaya K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman . Jakarta: Prestasi Pustaka.

(51)

Winda, Y., 2014. SKRIPSI. Pembuatan Kompos Ampas Tebu dan Aplikasinya Dalam Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Medan. Medan.

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher.

Yogyakarta.

LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Dosis Pupuk

Pupuk Kompos

Pada lahan penelitian diketahui:

Bahan Organik Aktual = 1,03%, Bulk density = 1,35 g/cm3. Bahan Organik yang diinginkan = 3%.

Kebutuhan Bahan Organik

= Bahan Organik yang diinginkan – Bahan Organik Actual = 3% - 1,03%

= 1,97%

Berat Tanah = Bulk Density x Volume

= 1,35 g/cm3 x 10000 cm x 10000 cm x 20 cm

= 2700 ton/ha.

Kebutuhan Bahan Organik per hektar

= 1,97% x 2700 ton/ha

= 53,19 ton/ha

= 5,3 kg/plot. Disetarakan menjadi 6 kg/plot.

Pupuk Organik Urin Sapi

Kebutuhan pupuk sawi adalah 175 kg N

Menurut Sudiro (2011) kandungan zat hara pada urine sapi, nitrogen 1,00%, fosfor 0,50%, kalium 1,50%, dan air sebanyak 95%.

(52)

Diasumsikan kandungan N pada urine 1%, maka untuk memenuhi kebutuhan 175 Kg N diberikan urine sapi sebanyak 17500 Kg urine sapi/Ha.

= 17500 Kg urine sapi/Ha

= 17500 Kg urine sapi/10000 m²

= 1,75 Kg urine sapi/ m²

Massa jenis (ρ) urine sapiadalah 0,8. Maka, volume urine sapi yang diberikan adalah:

= 1,75 Kg urine sapi/m²/0,8

= 2,18 liter/m²

Untuk lahan seluas 1 m² (1 m x 1 m), maka urine sapi yang diberikan adalah sebanyak :

= 2,18 liter/m² x 1 m²

= 2,18 liter (diaplikasikan selama 3 kali, maka diberikan 730 ml/aplikasi).

Gambar

Tabel  1.  Kandungan  Hara  Makro  Kotoran  Padat  dan  Cair  Beberapa  Jenis  Ternak
Foto Tanaman Sawi Pakchoy
Foto Penimbangan Tanaman Sawi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 dan minggu setelah tanam (MST), jumlah daun 2, 3, dan 5 MST, bobot akar dan bobot segar jual berbeda nyata pada pemberian

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per

Rata-rata Bobot Basah Per Plot Tanaman Sawi Pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Organik. Tabel 12 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan D3 (

Hasil uji BNT pada taraf 5 % menunjukkan bahwa panjang akar tanaman pada perlakuan pemberian pupuk organik hayati merupakan sampel terpanjang (35,80 cm)

Hasil pengamatan terhadap bobot segar tanaman sawi menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman sawi Hasil uji BNT 05%

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, panjang daun,

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam masing-masing parameter diketahui bahwa varietas berbeda nyata pada luas daun, bobot biomassa, bobot segar jual, serta indeks panen