SKRIPSI
MUHAMMAD RIZKY ANDRY 080301097
AGROEKOTEKNOLOGI - BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica junceaL.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR
SKRIPSI
MUHAMMAD RIZKY ANDRY 080301097
AGROEKOTEKNOLOGI - BPP
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian
Pupuk Cair
Nama : Muhammad Rizky Andry
NIM : 080301097
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian Perkebunan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.P. Ir. Revandy I. M. Damanik, M.Sc., Ph.D. Ketua Anggota
Mengetahui,
i
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKY ANDRY: Responses Growth and Production of Mustard Greens (Brassica juncea L.) to the Addition of Liquid Fertilizer,
supervised by RATNA ROSANTY LAHAY and REVANDY I.M. DAMANIK.
The objective of this research was acquired of effect on addition of liquid fertilizer of growth and production of mustard greens . Therefor, research has been conducted at experimental field of Agriculture USU (± 25 m asl.) in August-September 2014 using a randomized block design with one factor. that was addition of liquid fertilizer consist of control, basic fertilizer (urea, SP36, KCl), organic liquid fertilizer (1, 2 and 3 ml/l water per plant) and anorganic liquid fertilizer (1,5, 3, and 4,5 ml/l water per plant). Observation variables measured were plant height, total leaves, total leaf chlorophyll, total biomass weight, fresh root weight, sell fresh weight, and harvest index.
The results showed that 2 and 3 weeks after planting (MST) of plant height, 2, 3, and 5 MST of leaf total, fresh root weight, sell fresh weight be significantly different of addition liquid fertilizer. We recommend that basic fertilizer should be given on mustard greens cultivation, because the results on growth and production of mustard greens was well.
ii
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKY ANDRY: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair, dibimbing oleh RATNA
ROSANTY LAHAY dan REVANDY I.M. DAMANIK.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pada pemberian pupuk cair terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Agustus-September 2014 menggunakan rancangan acak kelompok dengan 1 faktor, yaitu pemberian pupuk cair (kontrol, pupuk dasar (Urea, SP36, KCl),
pupuk cair organik (1, 2, 3 ml/l air per tanaman) dan pupuk cair anorganik (1,5, 3, 4,5 ml/l air per tanaman). Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah klorofil daun, total bobot biomassa, bobot akar, bobot segar jual dan indek panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 dan minggu setelah tanam (MST), jumlah daun 2, 3, dan 5 MST, bobot akar dan bobot segar jual berbeda nyata pada pemberian pupuk cair. Sebaiknya pemupukan dasar diberikan pada budidaya sawi, dikarenakan hasilnya memberikan pertumbuhan dan produksi yang sangat baik.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat pada tanggal
21 Juli 1990 dari Ayah Khairuddin dan Ibu Elvahanim. Penulis merupakan putra
pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri I Tanjung Pura, Kabupaten
Langkat dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara melalui jalur Reguler Mandiri. Penulis memilih Minat Budidaya
Pertanian dan Perkebunan (BPP), Program Studi Agroekoteknologi.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Tanah
Raja Kecamatan Sei Bulu Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara dari
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juneaL.) pada Pemberian Pupuk Cair”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Ayahanda Khairuddin dan
Ibunda Elvahanim serta paman dan bibi saya H. Ahmad Husein, SE dan
Hj. Nurhaniah BBA. yang telah membesarkan, memelihara dan
mendidik serta membiayai penulis selama ini. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP. dan
Bapak Ir. Revandy I.M. Damanik, M.Sc, Ph.D. selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, tim sukses penulis
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Medan, April 2015
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 6
Pupuk Dasar ... 7
Pupuk Cair Organik ... 8
Pupuk Cair Anorganik ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
PELAKSANAAN PENELITIAN Penyemaian Benih ... 13
Persiapan Lahan ... 13
Persiapan Media Tanam ... 13
Pindah Tanam ... 13
Aplikasi Perlakuan ... 13
Pemeliharaan Tanaman ... 14
Penyiraman ... 14
Penyulaman ... 14
Penjarangan ... 15
Penyiangan ... 15
Pengendalian Hama Penyakit ... 15
Panen ... 15
vi
Tinggi Tanaman (cm) ... 15
Jumlah Daun (helai) ... 16
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 16
Bobot Total Biomassa (g) ... 17
Bobot Akar (g) ... 17
Bobot Segar Jual (g) ... 17
Indeks Panen ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi Tanaman (cm) ... 18
Jumlah Daun (helai) ... 20
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 22
Bobot Total Biomassa (g) ... 23
Bobot Akar (g) ... 23
Bobot Segar Jual (g) ... 24
Indeks Panen ... 25
Pembahasan Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi 2, 3, 4 dan 5 MST (cm) pada
Pemberian Pupuk Cair ... 19
2. Rataan Jumlah Daun Sawi 2, 3, 4 dan 5 MST (helai) pada
Pemberian Pupuk Cair ... 21
3. Rataan Jumlah Klorofik Daun Sawi (unit/6 mm3) pada
Pemberian Pupuk Cair ... 22
4. Rataan Bobot Total Biomassa Sawi (g) pada Pemberian Pupuk Cair 23
5. Rataan Bobot Akar Sawi (g) pada Pemberian Pupuk Cair ... 24
6. Rataan Bobot Segar Jual Sawi (g) pada Pemberian Pupuk Cair ... 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tinggi Tanaman dari 2 sampai 5 MST pada Pemberian Pupuk
Cair ... 19
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ... 32
2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 32
3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ... 33
4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 33
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 34
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 34
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) ... 35
8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 35
9. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) ... 36
10. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ... 36
11. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) ... 37
12. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ... 37
13. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) ... 38
14. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 38
15. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) ... 39
16. Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ... 39
17. Data Pengamatan Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 40
18. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun ... 40
19. Data Pengamatan Bobot Total Biomassa (g) ... 41
20. Sidik Ragam Bobot Total Biomassa ... 41
21. Data Pengamatan Bobot Akar (g) ... 42
22. Sidik Ragam Bobot Akar ... 42
x
24. Sidik Ragam Bobot Segar Jual ... 43
25. Data Pengamatan Indeks Panen ... 44
26. Sidik Ragam Indeks Panen ... 44
27. Deskripsi Tanaman Sawi ... 45
28. Bagan Penelitian ... 46
29. Foto Sampel Sawi ... 47
30. Foto Lahan Penelitian ... 48
i
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKY ANDRY: Responses Growth and Production of Mustard Greens (Brassica juncea L.) to the Addition of Liquid Fertilizer,
supervised by RATNA ROSANTY LAHAY and REVANDY I.M. DAMANIK.
The objective of this research was acquired of effect on addition of liquid fertilizer of growth and production of mustard greens . Therefor, research has been conducted at experimental field of Agriculture USU (± 25 m asl.) in August-September 2014 using a randomized block design with one factor. that was addition of liquid fertilizer consist of control, basic fertilizer (urea, SP36, KCl), organic liquid fertilizer (1, 2 and 3 ml/l water per plant) and anorganic liquid fertilizer (1,5, 3, and 4,5 ml/l water per plant). Observation variables measured were plant height, total leaves, total leaf chlorophyll, total biomass weight, fresh root weight, sell fresh weight, and harvest index.
The results showed that 2 and 3 weeks after planting (MST) of plant height, 2, 3, and 5 MST of leaf total, fresh root weight, sell fresh weight be significantly different of addition liquid fertilizer. We recommend that basic fertilizer should be given on mustard greens cultivation, because the results on growth and production of mustard greens was well.
ii
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKY ANDRY: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair, dibimbing oleh RATNA
ROSANTY LAHAY dan REVANDY I.M. DAMANIK.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pada pemberian pupuk cair terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Agustus-September 2014 menggunakan rancangan acak kelompok dengan 1 faktor, yaitu pemberian pupuk cair (kontrol, pupuk dasar (Urea, SP36, KCl),
pupuk cair organik (1, 2, 3 ml/l air per tanaman) dan pupuk cair anorganik (1,5, 3, 4,5 ml/l air per tanaman). Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah klorofil daun, total bobot biomassa, bobot akar, bobot segar jual dan indek panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 dan minggu setelah tanam (MST), jumlah daun 2, 3, dan 5 MST, bobot akar dan bobot segar jual berbeda nyata pada pemberian pupuk cair. Sebaiknya pemupukan dasar diberikan pada budidaya sawi, dikarenakan hasilnya memberikan pertumbuhan dan produksi yang sangat baik.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Daerah asal tanaman sawi diduga dari
Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina
dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia diduga pada abad XI bersamaan dengan
lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya (Rukmana, 1995).
Produksi sawi di Indonesia meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2012
yaitu 565.636 ton, 562.838 ton, 583.770 ton, 580.969 ton, 594.911 ton per hektar,
namun dapat dilihat dari produktivitas tanaman sawi yang mengalami penurunan
yaitu 103,6 ton, 99,8 ton, 98,2 ton, 94,4 ton, dan 97,4 ton per hektar
(Departemen Pertanian, 2012).
Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim. Pemanenan sawi hanya dilakukan 1 kali pada waktu sekali penanaman. Tanaman sawi
mengandung Vitamin A dan Vitamin C serta mengandung minyak atsiri serta
Vitamin K. Tanaman sawi umumnya tumbuh dan berkembang dengan baik
pada daerah pegunungan dengan suhu yang cukup dan temperatur yang
stabil (Setiadi, 1993).
Pengembangan budidaya sawi mempunyai prospek baik untuk mendukung
upaya peningkatan pendapatan petani, gizi masyarakat, perluasan kesempatan
kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui
pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan
2
komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas
tersebut. Di samping itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya
memberikan keuntungan yang memadai (Arinong dkk., 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor dalam (genetik) dan faktor luar (lingkungan). Beberapa faktor luar
yang menentukan, sebagian ada yang dapat dikendalikan oleh manusia antara lain
pemupukan. Tujuan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara ke dalam
tanah yang terus-menerus diserap oleh tanaman sehingga unsur hara bagi tanaman
akan selalu tetap tersedia. Pemupukan yang efektif adalah yang tepat kuantitas
dan kualitas. Tepat kuantitas yaitu tepat dosis pupuknya, sedangkan tepat kualitas
meliputi beberapa hal, antara lain :1) tepat unsur hara, pupuk yang diberikan
berdasarkan masalah nutrisi yang ada, 2) tepat waktu dan tempat, sehingga dapat
tersedia bagi tanaman, dan 3) unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman
untuk meningkatkan produksi dan kuantitasnya (Nabihaty, 2011).
Pemberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk
organik. Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi
tanaman, sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar
unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur
hara yang disediakan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia dan bahan organik
secara seimbang akan meningkatkan produktivitas tanah sehingga mendukung
pertumbuhan tanaman (Yuwono, 2007).
Supermes merupakan pupuk cair organik dengan konsentrasi tinggi yang sangat menggairahkan pertumbuhan jasad-jasad mikro organisme dalam tanah,
3
dengan. Kandungan unsur dalam Supermes yaitu 18,5% N, 3,5% P2O5, 3,5% K2O
(Anonim, 2013).
Masuknya unsur hara ke tanaman tidak saja melalui akar tapi dapat juga
langsung melalui daun. Organ sel-sel daun yang berperan penting dalam
penyerapan hara memalui daun adalah stomata (Damanik dkk., 2011).
Bayfolan adalah pupuk cair anorganik yang mengandung antara lain: 11% N, 10% P2O5, 6% K2O, yang pemakaiannya diaplikasikan ke
daun tanaman. Biasanya pupuk daun ini diaplikasikan pada tanaman
sayur-sayuran (Novizan, 2002).
Pemupukan lewat daun umumnya dilakukan dengan cara melarutkan
pupuk tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk disemprotkan ke permukaan daun.
Meskipun pupuk daun baik untuk tanaman semusim berumur pendek, tetapi pada
taraf tertentu dapat juga pupuk itu diaplikasikan pada tanaman berumur panjang
atau tanaman yang berbunga atau berbuah (Prihmantoro, 2003).
Berdasarkan uraian di atas dalam upaya menghasilkan tanaman sawi yang
berkualitas dengan pemberian pupuk cair, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi
(Brassica juncea L.) terhadap Pemberian Pupuk Cair”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk
cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.).
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pupuk cair terhadap pertumbuhan dan produksi
4
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat
5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Steenis (2003), tanaman sawi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisio : Angiospermae;
Sub-divisio : Spermatophyta; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Brassicaceae;
Famili : Brassicales; Genus : Brassica; Spesies : Brassica juncea L.
Sawi memiliki akar serabut dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat
panjang (silindris) menyebar ke semua arah. Pada kedalaman antara 30-50 cm.
Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari tanah, serta
menguatkan berdirinya batang (Haryanto dkk., 2006).
Batang tanaman sawi berbentuk bulat, tetapi panjang batangnya hanya
sekitar 5-10 cm. Batangnya sawi berwarna hijau yang terbungkus oleh helaian
daun yang telah tua (Steenis, 2003).
Tangkai daun sawi agak panjang, langsing, berwarna putih kehijauan.
Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Daun tanaman sawi yang
telah tua akan busuk dalam pangkal batang karena daunnya tidak akan pernah
gugur (Setiadi, 1993).
Bunga tanaman sawi berwarna kekuning-kuningan. Dalam 1 tangkai
bunga terdapat beberapa bunga yang mekar. Bunga sawi biasanya dengan
kelipatan 3 ataupun 5 pada umumnya (Hafiz, 2007).
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan
berongga. Biji tanaman sawi berbentuk bulat dengan ukuran yang sangat kecil.
Biji tanaman sawi berwarna kehitaman, dalam 1 tangkai bunga akan
6
Syarat Tumbuh Iklim
Pada umumnya tanaman sawi tumbuh dengan sangat baik pada
ketinggian 5 sampai 1200 meter di atas permukaan laut, tapi umumnya
tanaman sawi dibudidayakan pada ketinggian tempat mulai 100 meter di atas
permukaan laut. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam
dalam keadaan yang lembab (Rukmana, 1995).
Curah hujan yang cocok untuk tanaman sawi sekitar 1500-2000 mm
per tahun dengan distribusi hujan yang merata. Kelembaban relatif (RH) yang
baik untuk tanaman sawi sekitar 75-80 %, serta dengan suhu udara yang cocok
adalah 24-27 oC (Haryanto dkk., 2006).
Tanaman sawi membutuhkan penyinaran yang baik agar pertumbuhannya
juga baik. Lama penyinaran cahaya matahari adalah sekitar 6-8 jam per hari. Ini
sangat berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman (Hafiz, 2007).
Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang gembur, banyak
mengandung humus, serta pembuangan airnya baik. Tanaman sawi cocok pada
tanah andisol dan tanah inseptisol serta tanah yang bertekstur lempung berliat dan
lempung berdebu. Tanaman ini juga cocok pada tanah yang mengandung pasir
dan lumpur sebab baik untuk pertumbuhannya (Hafiz, 2007).
Tanaman sawi akan baik pertumbuhannya apabila pada tanah yang akan
dibudidayakan memiliki drainase yang baik serta aerase yang baik pula. Lahan
yang baik pada tanaman ini umumnya lahan yang tidak ternaungi atau lahan
7
Derajat keasaman (pH) yang paling baik untuk tanaman sawi adalah
kisaran pH antara pH 5,5 sampai pH 7,5. Tanah tidak tergenang, khususnya untuk
tanah dengan pH-nya dibawah 5,5 (asam) maka perlu diperbaiki sifat kimianya
dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya dapat mendekati pH normal
(Sarief, 2005).
Pupuk Dasar
Setiap usaha pertanian bertujuan untuk memperoleh hasil yang tinggi
dari usaha pertaniannya. Oleh sebab itu sebagai dasar pertimbangan untuk
melakukan pemupukan dasar adalah adanya keinginan untuk memperoleh
pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi tanaman yang tinggi secara
lestari (Damanik dkk., 2011).
Dosis pupuk dasar untuk tanaman sawi adalah Urea 75 kg/ha, SP36 adalah
50 kg/ha dan KCL adalah 50 kg/ha, diberikan sebagai pupuk dasar
pada saat tanam. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara tugal sekitar 5 cm
di samping tanaman dengan kedalaman sekitar 5 cm (Fransisca, 2009).
Pupuk Cair Organik
Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya rendah
maksimal 5%, dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
pada tanah, karena bentuknya yang cair. Maka jika terjadi kelebihan kapasitas
pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur
penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam
pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk
di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik lebih mudah larut. Pupuk
8
hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara
secara cepat (Musnamar (2006) dalam Taufika (2011).
Supermes adalah pupuk cair dengan efektivitas tinggi yang disusun secara ilmiah dengan formula yang berasal dari tanaman tropis dan unsur - unsur
organik lainnya. Dirancang secara ampuh untuk mempercepat/meningkatkan
pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan. Pupuk ini berwarna coklat tua
dengan kandungan senyawa kimia berupa N (18,5%), P2O5 (3,5%), K2O (3,5%),
Cu (0,09%), Fe (0,07%), B (0,06%), Mg (0,09%), Mn (0,08%), dan Zn (0,08%).
Konsentrasi anjuran Supermes untuk tanaman sayur-sayuran adalah 2 ppm (Nabihaty, 2011).
Manfaat pupuk cair organik Supermes antara lain :
- Pupuk Cair Organik dengan konsentrasi tinggi yang sangat menggairahkan
pertumbuhan jasad-jasad mikro organisme dalam tanah, mempercepat proses
pembentukan Humus dan memperbaiki struktur tanah.
- Memperkuat batang dan perkembangan tanaman sehingga memperkuat daya
tahannya terhadap serangan penyakit-penyakit dan memperbaiki pemulihan
tanaman dan pengaruh penyakit-penyakit tanaman.
- Mempercepat Pertumbuhan, Pembungaan dan Pembuahan tanaman, serta
meningkatkan hasil produksi panen 30-100%.
- Bisa dicampur dengan pestisida/insectisida organik lainnya.
- Sama sekali tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
- Konsentrasi campuran air tergantung dari jenis/macam tumbuhan yang
diklasifikasikan sebagai:
9
- Tumbuhan berbatang lunak/tanaman semusim
- Sayur-sayuran, bunga-bungaan dan tanaman-tanaman hias (2 mL/L air)
(Anonim, 2013).
Pupuk Cair Anorganik
Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap berbentuk cair, produksi Bayer. Kandungan kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6%, dan unsur-unsur hara mikro
lainnya yang melengkapi yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No, Gelatin serta zat penyangga. Warna cairannya hijau agak kehitam-hitaman. Dianjurkan sebagai
konsentrasi normal 0,2% atau 2 ppm Bayfolan (Sutejo, 2002).
Kandungan pupuk daun Bayfolan identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk, bahkan sering lebih lengkap karena ditambah oleh
beberapa unsur mikro. Keuntungan menggunakan pupuk daun Bayfolan adalah respon tanaman terhadap pupuk tersebut sangat cepat karena langsung
dimanfaatkan oleh tanaman (Novizan, 2002).
Ada satu hal kelebihan yang paling mencolok dari pupuk daun yaitu
penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat
akar. Akibatnya tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak
rusak. Oleh karena itu pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil guna
dibanding lewat akar (Lingga dan Marsono, 2004).
Penyemprotan pupuk daun Bayfolan idealnya dilakukan pada pagi hari dan sore hari karena bertepatan dengan saat membukanya stomata. Diprioritaskan
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan daun. Dua jam setelah
10
penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun Bayfolan pada saat udara panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat
11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas
permukaan laut, pada bulan Agustus sampai September 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih sawi varietas Tosakan cap
Panah Merah, tanah top soil, kompos, pupuk Urea, SP36, KCL, (Sumber pupuk
cair organik), Bayfolan (Sumber pupuk cair anorganik), polibag 5 kg, label
sampel, insektisida (bahan aktif Deltamethrin 25 EC), fungisida (bahan aktif
Mankozeb 80 %), dan bahan pendukung lainnya.
Alat yang digunakan adalah karung goni, cangkul, gelas ukur, gembor,
ember, handsprayer, tugal, plank penelitian, gunting, timbangan analitik,
kalkulator, meteran, dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial
dengan perlakuan, yaitu:
K0 = Kontrol (tanpa dipupuk)
K1 = Pupuk dasar (0,6 g Urea/tanaman, 0,4 g SP36/tanaman,
0,4 g KCL/tanaman)
S1 = 1 mL/L air (Supermes)
S2 = 2 mL/L air (Supermes)
S3 = 3 mL/L air (Supermes)
B1 = 1,5 mL/L air (Bayfolan)
12 B3 = 4,5 mL/L air (Bayfolan)
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Ukuran plot : 80 cm x 80 cm
Jarak tanam : 30 cm x 25 cm
Jumlah tanaman/plot : 5 tanaman
Jumlah tanaman sampel/plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 96 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 120 tanaman
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 30 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linier sebagai berikut:
Yij= µ + ρi+ τj+ εij
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk cair
pada taraf ke-j
µ : Nilai tengah umum
ρi : Efek blok ke-i
τj : Efek pupuk cair ke-j
εij : Efek galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk cair ke-j
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan dengan uji beda rataan
13
PELAKSANAAN PENELITIAN Penyemaian Benih
Benih sawi berukuran kecil, maka perlu dilakukan penyemaian benih.
Benih disemai pada media semai berupa campuran topsoil, kompos, dan pasir di
dalam bak kecambah. Dibuat larikan dengan jarak 5 cm antar larikan. Kondisi
persemaian harus tetap lembab.
Persiapan Lahan
Diukur lahan percobaan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma,
kemudian ditentukan plot dengan ukuran 80 cm x 80 cm sebanyak 8 plot dan
dibuat 3 ulangan. Jarak antar plot 30 cm dan ulangan 30 cm.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah topsoil yang dimasukkan ke dalam
polibag ukuran 50 cm x 30 cm x 0,8 mm.
Pindah Tanam
Sebelum bibit dipindah tanam, pada setiap polibag yang telah disiapkan,
dibuat lubang tanam dengan cara menugal sedalam ± 2 cm. Setelah itu bibit yang
memenuhi kriteria dicabut dari persemaian dan ditanam 2-3 bibit pada media
tanam di polibag. Setelah penjarangan, hanya tersisa 1 tanaman per polibag.
Aplikasi Perlakuan
Perlakuan pupuk dasar (Perlakuan K1) yang digunakan adalah Urea, SP36,
dan KCL. Dosis pupuk Urea adalah 75 kg/ha setara dengan 34 kg N/ha dan setara
dengan 0,6 g/tanaman, diberikan sebagai pupuk dasar pada saat seminggu
sebelum pindah tanam. Dosis pupuk SP36 adalah 50 kg/ha setara dengan 18 kg
14
saat tanam. Dosis pupuk KCL adalah 50 kg/ha setara dengan 30 kg K2O/ha dan
setara dengan 0,4 g/tanaman, diberikan sebagai pupuk dasar pada saat tanam.
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara tugal sekitar 5 cm di samping tanaman
dengan kedalam sekitar 5 cm.
Pupuk cair Supermes diberikan untuk perlakuan S1, S2 dan S3. Pupuk cair
Bayfolan diberikan untuk perlakuan B1, B2 dan B3.
Perlakuan Supermes diaplikasikan setiap 7 hari sekali dimulai 2 minggu
setelah pindah tanam (MSPT) sampai 5 hari menjelang panen dengan konsentrasi
1 mL/L air ,2 mL/L air, 3 mL/L air. Pemberian Supermes dilakukan dengan cara
disemprot pada daun menggunakan handsprayer.
Perlakuan Bayfolan diaplikasikan setiap 7 hari sekali dimulai 2 minggu
setelah pindah tanam (MSPT) sampai 5 hari menjelang panen dengan konsentrasi
1,5 mL/L air ,3 mL/L air, 4,5 mL/L air. Pemberian Bayfolan dilakukan dengan
cara disemprot pada daun menggunakan handsprayer.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam (MSPT) yaitu
mengganti tanaman yang mati, tanaman yang tumbuhnya abnormal, tanaman yang
terserang hama dan penyakit serta tanaman yang tidak berkecambah. Disediakan
15
Penjarangan
Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dengan
memotong tanaman menggunakan gunting dan meninggalkan salah satu tanaman
normal per polibag.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma di
polibag. Untuk membersihkan setiap plot dan parit dilakukan dengan cara
mekanis menggunakan cangkul. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Bila terjadi serangan hama, maka dapat dilakukan penyemprotan insektisida
(bahan aktif Deltamethrin 25 EC) dengan konsentrasi 0,5 cc/l air, sedangkan
penyakit menggunakan fungisida (bahan aktif Mankozeb 80 %) dengan dosis 2 g/l air.
Panen
Pemanenan dilakukan 40 hari setelah pindah tanam (HSPT) atau
ditentukan jika kriteria panen sawi telah terpenuhi.
Peubah amatan Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun
terpanjang setelah diluruskan yang ditandai dengan patok. Tinggi tanaman diukur
2 minggu setelah pindah tanam (MSPT), interval pengukuran seminggu sekali
16
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai 2 minggu setelah pindah tanam (MSPT),
dengan interval seminggu sekali sampai 40 hari setelah pindah tanam (HSPT).
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)
Pengukuran jumlah klrofil daun dilakukan pada saat tanaman memasuki
masa panen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Klorofil Meter.
Pengukuran dilakukan dengan cara memilih daun tengah yang memiliki bentuk,
ukuran dan warna yang bagus. Jumlah klorofil daun diukur pada 3 titik daun,
yaitu ujung daun, tengah daun dan pangkal daun kemudian dirata-ratakan
jumlahnya.
Bobot Total Biomassa (g)
Bobot tanaman sampel utuh ditimbang dengan timbangan analitik, tanpa
memisahkan bagian akar dari batang dan daun tanaman. Sebelum ditimbang,
tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan.
Bobot Akar (g)
Bobot akar ditimbang dengan timbangan analitik, yang terlebih dahulu
memisahkan bagian akar dari batang dan daun. Sebelum ditimbang, tanaman
dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan Kemudian bagian daun yang layak
jual ditimbang.
Bobot Segar Jual (g)
Bobot batang dan daun tanaman sampel yang telah dipisahkan dari akar
ditimbang dengan timbangan analitik. Sebelum ditimbang, tanaman dibersihkan
dengan air dan dikeringanginkan Kemudian bagian daun yang layak jual
17
Indeks Panen
Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Bobot Segar Jual (g) Indeks panen =
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk
cair berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 dan 3 minggu setelah tanam
(MST), jumlah daun pada 2, 3, dan 5 MST, bobot akar, dan bobot segar jual.
Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2, 3, 4, dan 5 MST
dapat dilihat pada Lampiran 3-10. Pemberian pupuk cair berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 2 dan 3 MST, dan berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman 4 dan 5 MST. Rataan tinggi tanaman 2, 3, 4, dan 5 MST pada
19
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2, 3, 4, dan 5 MST (cm) pada pemberian pupuk cair .
Waktu Pengamatan
Perlakuan Rataan
2 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 12,05 b
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 21,91 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 11,23 bc
S2 (2 mL/L air (Supermes) 13,43 b
S3 (3 mL/L air (Supermes) 8,64 c
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 10,60 bc
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 11,37 bc
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 10,82 bc
3 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 17,51 bc
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 29,73 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 15,39 bc
S2 (2 mL/L air (Supermes) 16,94 bc
S3 (3 mL/L air (Supermes) 12,28 c
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 15,99 bc
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 18,71 b
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 14,86 bc
4 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 20,85
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 31,03
S1 (1 mL/L air (Supermes) 19,99
S2 (2 mL/L air (Supermes) 23,00
S3 (3 mL/L air (Supermes) 15,61
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 21,33
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 24,00
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 22,68
5 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 25,74
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 56,90
S1 (1 mL/L air (Supermes) 25,83
S2 (2 mL/L air (Supermes) 19,31
S3 (3 mL/L air (Supermes) 21,10
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 23,29
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 29,67
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 29,05
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
Pada 2 MST, pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Tanaman sawi tertinggi yaitu pada perlakuan K1 (21,91 cm), sedangkan
20
seluruh perlakuan sedangkan pada S3 berbeda nyata terhadap S1, B1, B2, dan B3.
Sedangkan pada pada 3 MST, pemberian pupuk cair juga berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman. Tanaman sawi tertinggi yaitu pada perlakuan
K1 (29,73 cm), sedangkan yang terendah pada perlakuan S3 (12,28 cm). Perlakuan
K1 berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan sedangkan S3 berbeda tidak nyata
terhadap K0, S1, S2, B1 dan B3 .
Tinggi tanaman dari 2 sampai 5 MST pada pemberian pupuk cair dapat
dilihat pada Gambar 1.
6 5 4 3 2 1 60 50 40 30 20 10
Umur Tanaman (MSST)
[image:35.595.114.511.304.571.2]T in g g i T a n a m a n (c m ) Ko K1 S1 S2 S3 B1 B2 B3 Var iab le
Gambar 1. Tinggi Tanaman dari 2 sampai 5 MST pada Pemberian Pupuk Cair
Jumlah Daun (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun 2, 3, 4, dan 5 MST
dapat dilihat pada Lampiran 11-18. Pemberian pupuk cair berpengaruh nyata
21
jumlah daun 4 MST. Rataan jumlah daun 2, 3, 4, dan 5 MST pada pemberian
[image:36.595.106.514.163.679.2]pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 2, 3, 4, dan 5 MST (helai) pada pemberian pupuk cair .
Waktu Pengamatan
Perlakuan Rataan
2 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 3,33 bc
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 4,53 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 3,53 b
S2 (2 mL/L air (Supermes) 2,87 bc
S3 (3 mL/L air (Supermes) 2,73 c
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 3,00 bc
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 3,47 b
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 3,40 bc
3 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 4,60 b
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 7,60 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 4,67 b
S2 (2 mL/L air (Supermes) 4,87 b
S3 (3 mL/L air (Supermes) 3,80 b
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 3,53 b
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 4,47 b
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 5,20 b
4 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 5,43
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 8,20
S1 (1 mL/L air (Supermes) 4,93
S2 (2 mL/L air (Supermes) 5,10
S3 (3 mL/L air (Supermes) 3,53
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 4,53
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 5,32
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 5,90
5 MST K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 6,85 c
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 11,13 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 7,13 c
S2 (2 mL/L air (Supermes) 9,78 ab
S3 (3 mL/L air (Supermes) 6,40 c
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 7,06 c
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 7,97 bc
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 6,95 c
22
Pada 2, 3 dan 5 MST, pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun. Pada 2 MST Jumlah daun sawi tertinggi yaitu pada perlakuan K1
(4,53 helai), sedangkan yang terendah pada perlakuan S3 (2,73 helai). Perlakuan
K1 berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan sedangkan perlakuan S3 berbeda
tidak nyata dengan K0, S2, B1 dan B3 . Pada 3 MST Jumlah daun sawi tertinggi
yaitu pada perlakuan K1 (7,60 helai), sedangkan yang terendah pada perlakuan B1
(3,53 helai). Perlakuan K1 berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan sedangkan
perlakuan B1 berbeda tidak nyata dengan seluruh perlakuan kecuali K1. Dan pada
5 MST Jumlah daun sawi tertinggi yaitu pada perlakuan K1 (11,13 helai),
sedangkan terendah pada perlakuan S3 (6,40 helai). Perlakuan K1 dan S2 berbeda
tidaknya nyata sedangkan S3 berbeda tidak nyata dengan K0, S1, B1, B2, dan B3.
Jumlah daun dari 2 sampai 5 MST pada pemberian pupuk cair dapat
dilihat pada Gambar 2.
6 5 4 3 2 1 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2
Umur Tanaman (MST)
[image:37.595.113.510.443.708.2]Ju m la h D a u n (h e la i) Ko K1 S1 S2 S3 B1 B2 B3 Var iab le
23
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah klorofil daun dapat dilihat
pada Lampiran 19-20. Pemberian pupuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah klorofil daun namun adanya kecenderungan perlakuan pupuk dasar (K1)
lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Rataan jumlah klorofil daun pada
[image:38.595.120.507.278.417.2]pemberian pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah klorofil daun sawi (unit/6 mm3) pada pemberian pupuk cair .
Perlakuan Rataan
K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 37,64
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 42,07
S1 (1 mL/L air (Supermes) 38,04
S2 (2 mL/L air (Supermes) 38,43
S3 (3 mL/L air (Supermes) 35,27
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 36,93
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 39,18
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 38,20
Bobot Total Biomassa (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot biomassa dapat dilihat pada
Lampiran 21-22. Pemberian pupuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
biomassa namun terlihat bahwa perlakuan tertinggi pada pupuk cair organik 2
ml/L air (S2) namun tidak jauh berbeda pada perlakuan pupuk dasar (K1). Rataan
bobot biomassa sawi pada pemberian pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot biomassa sawi (g) pada pemberian pupuk cair .
Perlakuan Rataan
K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 105,50
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 189,67
S1 (1 mL/L air (Supermes) 125,39
S2 (2 mL/L air (Supermes) 202,64
S3 (3 mL/L air (Supermes) 64,80
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 115,00
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 119,67
[image:38.595.119.508.606.750.2]24
Bobot Akar (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot akar dapat dilihat pada
Lampiran 23-24. Pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap bobot akar.
[image:39.595.115.510.207.362.2]Rataan bobot akar sawi pada pemberian pupuk cair dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot akar sawi (g) pada pemberian pupuk cair
Perlakuan Rataan
K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 9,50 d
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 23,67 b
S1 (1 mL/L air (Supermes) 19,50 b
S2 (2 mL/L air (Supermes) 12,00 cd
S3 (3 mL/L air (Supermes) 6,24 d
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 12,08 cd
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 19,08 bc
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 31,78 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
Pada pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap bobot akar. Bobot
akar tanaman sawi tertinggi yaitu pada perlakuan B3 (31,78 g), sedangkan yang
terendah pada perlakuan S3 (6,24 g). Perlakuan B3 berbeda nyata terhadap seluruh
perlakuan sedangkan pada S3 berbeda tidak nyata terhadap K0, S2, dan B3.
Bobot Segar Jual (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot segar jual dapat dilihat pada
Lampiran 24-25. Pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap bobot segar
jual. Rataan bobot segar jual sawi pada pemberian pupuk cair dapat dilihat pada
25
Tabel 6. Rataan bobot segar jual sawi (g) pada pemberian pupuk cair
Perlakuan Rataan
K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 68,17 d
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 247,67 a
S1 (1 mL/L air (Supermes) 119,89 c
S2 (2 mL/L air (Supermes) 175,28 b
S3 (3 mL/L air (Supermes) 36,67 e
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 96,25 cd
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 124,75 c
B3 (4,5 mL/L air (Bayfolan) 49,33 de
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
Pada pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual.
Bobot segar jual tanaman sawi tertinggi yaitu pada perlakuan K1 (247,67 g),
sedangkan yang terendah pada perlakuan S3 (36,67 g). Perlakuan K1 berbeda nyata
terhadap seluruh perlakuan sedangakan S3 berbeda tidak nyata dengan B3.
Indeks Panen
Data hasil pengamatan dan sidik ragam indeks panen dapat dilihat pada
Lampiran 26-27. Pemberian pupuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap indeks
[image:40.595.123.508.552.706.2]panen. Rataan indeks panen sawi pada pemberian pupuk cair dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rataan indeks panen sawi pada pemberian pupuk cair
Perlakuan Rataan
K0 (Kontrol (tanpa pupuk) 0.64
K1 (Pupuk dasar (Urea, SP36, KCl) 1.33
S1 (1 mL/L air (Supermes) 0.62
S2 (2 mL/L air (Supermes) 1.11
S3 (3 mL/L air (Supermes) 0.66
B1 (1,5 mL/L air (Bayfolan) 0.92
B2 (3 mL/L air (Bayfolan) 1.08
26
Pembahasan
Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 3 minggu
setelah tanam (MST), jumlah daun 2, 3, dan 5 MST, bobot akar, dan bobot segar
jual.
Pada peubah amatan tinggi tanaman 2 dan 3 minggu setelah tanam (MST)
(Tabel 1), pemberian pupuk dasar Urea, SP36, KCl (K1) memberikan hasil rataan
tinggi tanaman tertinggi yaitu 21,91 cm dan 29,73 dibandingkan dengan tanpa
pemupukan dan perlakuan pupuk cair. Hal ini disebabkan karena pada pupuk
dasar (Urea, SP-36 dan KCl) memiliki kandungan hara yang lebih tinggi,
sehingga kebutuhan hara tanaman sawi dapat terpenuhi dengan baik. Aplikasi
pupuk dasar melalui akar juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hara
dapat dengan mudah diabsorbsi tanaman dibandingkan dengan pupuk cair yang
diaplikasikan melalui daun yang rentan terhadap penguapan. Hal ini sesuai
dengan Fransisca (2009) yang menyatakan bahwa faktor penguapan larutan pupuk
akibat tingginya suhu harus menjadi pertimbangan saat aplikasi pupuk cair.
Karena jika penguapan terjadi maka hara yang dibutuhkan tanaman tidak dapat
terpenuhi (defesiensi hara) yang berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan
tanaman.
Pada peubah amatan jumlah daun 2, 3, dan 5 MST (Tabel 2), pemberian
pupuk dasar Urea, SP36, KCl (K1) memberikan hasil rataan jumlah daun tertinggi
yaitu 4,53 helai, 7,60 helai dan 11,13 helai dibandingkan dengan tanpa
27
(Urea, SP-36 dan KCl) memiliki kandungan hara yang lebih tinggi, sehingga
kebutuhan hara tanaman sawi dapat terpenuhi dengan baik. Aplikasi pupuk dasar
melalui akar juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hara dapat dengan
mudah diabsorbsi tanaman dibandingkan dengan pupuk cair yang diaplikasikan
melalui daun yang rentan terhadap penguapan. Hal ini sesuia dengan Fransisca
(2009) yang menyatakan bahwa faktor penguapan larutan pupuk akibat tingginya
suhu harus menjadi pertimbangan saat aplikasi pupuk cair. Karena jika penguapan
terjadi maka hara yang dibutuhkan tanaman tidak dapat terpenuhi (defesiensi
hara) yang berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Pada peubah amatan bobot akar (Tabel 5), pemberian pupuk cair dengan
konsentasi 4,5 ml/L air (Bayfolan) (B3) memberikan hasil rataan bobot akar
tertinggi yaitu 31,78 g dibandingkan dengan pupuk cair (Supermes) dan tanpa pemupukan. Hal ini disebabkan karena penggunaan pupuk cair (Bayfolan) dengan konsetrasi yang tepat mampu meninggaktan pertumbuhan tanaman yang
mengakibatkan kondisi perakaran yang baik pula dimana kondisi perakaran yang
baik dapat dilihat pada bobot akar yang tinggi. Hal ini sesuia dengan Arinong et al., (2009) yang menyatakan bahwa bobot akar menunjukkan hubungan antara jumlah akar dan panjang akar yang terbentuk. Bobot akar dapat menjadi indikasi
pertumbuhan tanaman.
Pada peubah amatan bobot segar jual (Tabel 6), pemberian pupuk dasar
Urea, SP36, KCl (K1) memberikan hasil rataan bobot segar jual tertinggi yaitu yaitu
247,67 g dibandingkan dengan pupuk cair dan tanpa pemupukan. Hal ini
disebabkan karena pupuk dasar (Urea, SP-36 dan KCl) memiliki kandungan hara
28
baik. Dimana semakin tinggi pertumbuhan tanaman maka dapat meningkatkan
29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Perlakuan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap karakter tinggi
tanaman 4 dan 5 minggu setelah tanam (MST), jumlah daun 4 MST, jumlah
klorofil daun, bobot biomassa serta indeks panen dan perpengaruh nyata terhadap
karakter tinggi tanaman 2 dan 3 MST, jumlah daun 2, 3 dan 5 MST, bobot akar
dan bobot segar jual. Bobot segar jual tertinggi diperoleh pada perlakuan K1
(Pupuk dasar (0,6 g Urea/tanaman, 0,4 g SP36/tanaman 0,4 g KCL/tanaman) yang
berpengaruh nyata terhadap perlakan lainnya. Penggunaan pupuk cair belum bisa
mengganti pupuk dasar.
Saran
Sebaiknya dalam budidaya sawi tetap dilakukan pemupukan dengan pupuk
dasar Urea, SP36, KCl, dikarenakan memberikan hasil yang paling baik dalam
30
DAFTAR PUSTAKA
Arinong, A. Rahman, H. Rukka, dan L. Vibriana. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Bokashi. Agrisistem 4: 25-28.
Bangun, M.K. 1991. Rancangan percobaan. Diktat. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Fransisca, S. 2009. Respons Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan
Pupuk Cair Organik. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hafiz, A.G., 2007. Sawi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Handoko, K., 2008. Tanaman Sawi dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Haryanto E., Tina S., dan Estu R. 2006. Sawi dan Selada. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2012. Produksi Tanaman Sayuran. Jakarta.
Anonim. 2013. Supermes Pupuk Cair dan Tambak Organik. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama
Lingga, Pinus dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nabihaty, F. 2011. Koleksi pupuk. Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Prihmantoro, H. 2003. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Sawi. Penebar Swadaya. Jakarta
Sarief. 2005. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Setiadi. 1993. Sawi. Rineka Cipta. Jakarta.
Steenis, C.G.G.V. 2003. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.
31
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Taufika, R. 2006. Pengujian Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus Carota L.). Tanaman Hortikultura 1 : 1 - 3.
32
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
KO 12,90 9,16 14,10 36,16 12,05
K1 19,64 23,44 22,66 65,74 21,91
S1 8,52 12,13 13,04 33,69 11,23
S2 14,62 13,62 12,04 40,28 13,43
S3 6,94 6,62 12,36 25,92 8,64
B1 9,44 13,15 9,22 31,81 10,60
B2 11,16 12,82 10,14 34,12 11,37
B3 11,88 10,80 9,78 32,46 10,82
Total 95,10 101,74 103,34 300,18 12,51
Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 4,77 2,39 0,49 3,74 tn
Perlakuan 7 341,61 48,80 10,08 3,95 *
Galat 14 67,80 4,84
Total 23 414,18
KK = 17,59 % Keterangan :
33
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
KO 20,04 11,84 20,64 52,52 17,51
K1 28,70 29,90 30,60 89,20 29,73
S1 11,90 17,58 16,68 46,16 15,39
S2 20,56 18,22 12,04 50,82 16,94
S3 10,42 11,46 14,96 36,84 12,28
B1 13,08 19,48 15,40 47,96 15,99
B2 18,60 20,76 16,76 56,12 18,71
B3 16,66 11,74 16,18 44,58 14,86
Total 139,96 140,98 143,26 424,20 17,68
Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 0,71 0,36 0,03 3,74 tn
Perlakuan 7 576,46 82,35 7,12 3,95 *
Galat 14 161,92 11,57
Total 23 739,09
KK = 19, 24 % Keterangan :
34
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 25.14 13.60 23.80 62.54 20.85
K1 31.60 33.80 27.70 93.10 31.03
S1 10.80 26.20 22.96 59.96 19.99
S2 21.30 25.00 22.70 69.00 23.00
S3 13.42 14.20 19.20 46.82 15.61
B1 22.50 22.90 18.60 64.00 21.33
B2 22.50 26.10 23.40 72.00 24.00
B3 20.50 27.75 19.80 68.05 22.68
Total 167.76 189.55 178.16 535.47 22.31
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 29.70 14.85 0.73 3.74 tn
Perlakuan 7 398.99 57.00 2.80 3.95 tn
Galat 14 284.61 20.33
Total 23 713.30
KK = 20, 21 % Keterangan :
35
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 32,44 17,18 27,60 77,22 25,74
K1 37,22 39,60 93,88 170,70 56,90
S1 14,90 34,84 27,76 77,50 25,83
S2 29,68 1,40 26,84 57,92 19,31
S3 22,84 15,72 24,74 63,30 21,10
B1 14,20 32,68 23,00 69,88 23,29
B2 22,70 35,76 30,56 89,02 29,67
B3 0,00 0,00 27,16 27,16 9,05
Total 173,98 177,18 281,54 632,70 26,36
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 936,27 468,13 2,41 3,74 tn
Perlakuan 7 3992,02 570,29 2,93 3,95 tn
Galat 14 2723,19 194,51
Total 23 7651,48
KK = 52,90 % Keterangan :
36
Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 3,60 2,80 3,60 10,00 3,33
K1 5,00 4,40 4,20 13,60 4,53
S1 3,40 3,60 3,60 10,60 3,53
S2 2,20 3,40 3,00 8,60 2,87
S3 3,20 2,20 2,80 8,20 2,73
B1 3,20 3,00 2,80 9,00 3,00
B2 3,60 3,40 3,40 10,40 3,47
B3 3,80 3,40 3,00 10,20 3,40
Total 28,00 26,20 26,40 80,60 3,36
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST
SK Db JK KT F. hit F.05 Ket.
Blok 2 0,24 0,12 0,76 3,74 tn
Perlakuan 7 6,56 0,94 5,86 3,95 *
Galat 14 2,24 0,16
Total 23 9,04
KK = 13,78 % Keterangan :
37
Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 4,20 4,20 5,40 13,80 4,60
K1 7,80 7,20 7,80 22,80 7,60
S1 3,40 5,00 5,60 14,00 4,67
S2 5,40 4,80 4,40 14,60 4,87
S3 5,40 3,20 2,80 11,40 3,80
B1 3,40 3,20 4,00 10,60 3,53
B2 3,40 5,40 4,60 13,40 4,47
B3 5,60 5,80 4,20 15,60 5,20
Total 38,60 38,80 38,80 116,20 4,48
Lampiran 12. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST
SK Db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 0,00 0,00 0,00 3,74 tn
Perlakuan 7 32,29 4,61 5,34 3,95 *
Galat 14 12,10 0,86
Total 23 44,40
KK = 9,24 % Keterangan :
38
Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 7,40 3,50 5,40 16,30 5,43
K1 8,60 8,20 7,80 24,60 8,20
S1 3,40 5,80 5,60 14,80 4,93
S2 6,50 4,40 4,40 15,30 5,10
S3 4,00 3,80 2,80 10,60 3,53
B1 4,00 5,60 4,00 13,60 4,53
B2 4,75 6,60 4,60 15,95 5,32
B3 6,50 7,00 4,20 17,70 5,90
Total 45,15 44,90 38,80 128,85 5,37
Lampiran 14. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST
SK dB JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 3,23 1,62 1,10 3,74 tn
Perlakuan 7 37,90 5,41 3,67 3,95 tn
Galat 14 20,66 1,48
Total 23 61,79
KK = 22,62 % Keterangan :
39
Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 7,20 5,75 7,60 20,55 6,85
K1 10,00 12,40 11,00 33,40 11,13
S1 4,80 8,40 8,20 21,40 7,13
S2 11,75 10,00 7,60 29,35 9,78
S3 6,00 5,80 7,40 19,20 6,40
B1 5,33 8,60 7,25 21,18 7,06
B2 7,50 8,40 8,00 23,90 7,97
B3 7,25 7,00 6,60 20,85 6,95
Total 59,83 66,35 63,65 189,83 7,91
Lampiran 16. Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST (helai)
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 2,68 1,34 0,71 3,74 tn
Perlakuan 7 58,65 8,38 4,42 3,95 *
Galat 14 26,52 1,89
Total 23 87,86
KK = 17,40 % Keterangan :
* = nyata pada taraf 5 % tn = tidak nyata
40
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Klorofil
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 37,60 38,33 36,98 112,91 37,64
K1 41,32 44,22 40,68 126,22 42,07
S1 38,15 38,68 37,30 114,13 38,04
S2 40,05 38,35 36,90 115,30 38,43
S3 32,28 37,74 35,80 105,82 35,27
B1 38,35 36,92 35,53 110,80 36,93
B2 42,40 37,78 37,36 117,54 39,18
B3 37,70 40,23 36,68 114,61 38,20
Total 307,84 312,24 297,23 917,31 38,22
Lampiran 18. Sidik Ragam Jumlah Klorofil
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 14,90 7,45 2,56 3,74 tn
Perlakuan 7 79,61 11,37 3,91 3,95 tn
Galat 14 40,74 2,91
Total 23 135,25
KK = 16,70 % Keterangan :
41
Lampiran 19. Data Pengamatan Bobot Biomassa (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 112,00 103,75 100,75 316,50 105,50
K1 190,00 169,00 210,00 569,00 189,67
S1 36,67 267,50 72,00 376,17 125,39
S2 207,50 321,67 78,75 607,92 202,64
S3 45,00 95,00 54,40 194,40 64,80
B1 100,00 166,25 78,75 345,00 115,00
B2 95,00 173,00 91,00 359,00 119,67
B3 87,50 150,00 57,00 294,50 98,17
Total 873,67 1446,17 742,65 3062,48 127,60
Lampiran 20. Sidik Ragam Bobot Biomassa (g)
SK Db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 34994,05 17497,03 6,02 3,74 *
Perlakuan 7 45024,79 6432,11 2,21 3,95 tn
Galat 14 40719,46 2908,53
Total 23 120738,30
KK = 42,26 % Keterangan :
42
Lampiran 21. Data Pengamatan Bobot Akar (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 14,00 5,25 9,25 28,50 9,50
K1 24,00 20,00 27,00 71,00 23,67
S1 13,50 27,50 17,50 58,50 19,50
S2 10,00 15,00 11,00 36,00 12,00
S3 6,25 6,67 5,80 18,72 6,24
B1 10,00 16,25 10,00 36,25 12,08
B2 21,25 14,00 22,00 57,25 19,08
B3 31,00 33,33 31,00 95,33 31,78
Total 130,00 138,00 133,55 401,55 16,73
Lampiran 22. Sidik Ragam Bobot Akar
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 4,02 2,01 0,11 3,74 tn
Perlakuan 7 1482,19 211,74 12,04 3,95 *
Galat 14 246,11 17,58
Total 23 1732,32
KK = 25,06 % Keterangan :
43
Lampiran 23. Data Pengamatan Bobot Segar Jual (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 90,00 48,50 66,00 204,50 68,17
K1 238,00 294,00 211,00 743,00 247,67
S1 156,67 140,00 63,00 359,67 119,89
S2 197,50 188,33 140,00 525,83 175,28
S3 36,67 23,33 50,00 110,00 36,67
B1 90,00 102,50 96,25 288,75 96,25
B2 101,25 159,00 114,00 374,25 124,75
B3 70,00 30,00 48,00 148,00 49,33
Total 980,08 985,67 788,25 2754,00 114,75
Lampiran 24. Sidik Ragam Bobot Segar Jual (g)
SK dB JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 3158,52 1579,26 1,96 3,74 tn
Perlakuan 7 103036,39 14719,48 18,28 3,95 *
Galat 14 11273,74 805,27
Total 23 117468,65
KK = 24,72 % Keterangan :
44
Lampiran 25. Data Pengamatan Indeks Panen
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K0 0.80 0.47 0.66 1.93 0.64
K1 1.25 1.74 1.00 3.99 1.33
S1 0.47 0.52 0.88 1.87 0.62
S2 0.95 0.59 1.78 3.32 1.11
S3 0.81 0.25 0.92 1.98 0.66
B1 0.90 0.62 1.23 2.75 0.92
B2 1.07 0.92 1.25 3.24 1.08
B3 0.80 0.20 0.84 1.84 0.61
Total 7.05 5.31 8.56 20.92 0.87
Lampiran 26. Sidik Ragam Indeks Panen
SK db JK KT F. hit F. 05 Ket.
Blok 2 0.66 0.33 3.62 3.74 tn
Perlakuan 7 1.61 0.23 2.52 3.95 tn
Galat 14 1.28 0.09
Total 23 3.55
KK = 18.24 % Keterangan :
45
Lampiran 27. Deskripsi Tanaman Sawi Varietas Tosakan
Tanggal dilepas : PT. East West Seed Indonesia
Nama lain : Caisim (Bangkok)
Umur tanaman : 40 - 50 HST
Bentuk tanaman : Besar, semi buka, dan tegak
Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas
Tangkai daun : Panjang dan langsing Warna tangkai daun : Hijau tua
Bentuk daun : Lebar, panjang, dan memiliki pinggiran daun rata
Warna daun : Hijau
46
Lampiran 28. Bagan Penelitian
I II III
U a
b B T
S
Keterangan:
a = Jarak antar ulangan 30 cm b = Jarak antar plot 30 cm
80 cm 80 cm K0 S1 S3 B1 B3 B2 S2 K1 S1 K0 S3 K1 S1 B3 B1 S3 B1 S2 S2
B2 K1
B2 K0 B3 a b Keterangan:
Jarak antar polibag ditentukan berdasarkan jarak tanam (a x b)
47
Lampiran 29. Foto Sampel
Foto sampel tanaman dari semua perlakuan
Foto sampel perlakuan pupuk cair Supermes dengan perlakuan kontrol
48
Foto sampel perlakuan pupuk cair Supermes dengan perlakuan kontrol dan perlakuan pupuk dasar
49