• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara religiusitas dan resiliensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara religiusitas dan resiliensi"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Matheus Kwan

089114081

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Trust no one but yourself !

Life is just a game, why so serious ?

This is your life, do what you love and do it often. If you don’t like

something, change it. If you don’t like your job, quit. Start doing

things you love. Stop over analyzing. Life is simple, yet not so easy.

Karya ini kupersembahkan untuk diriku yang terus berusaha,

tidak menyerah, meskipun hampir kehilangan semangat.

(5)
(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI

Matheus Kwan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dengan resiliensi. Asumsi dasarnya adalah dengan sudut pandang religius, seseorang bisa merasa bahwa masih ada harapan dibalik kejadian-kejadian buruk yang terjadi sehingga membantu proses resiliensi seseorang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah religiusitas berhubungan positif dengan resiliensi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma sebanyak 60 siswa yang terdiri dari 30 pria dan 30 wanita. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala religiusitas dan skala resiliensi. Reliabilitas skala religiusitas adalah 0.852 dan skala resiliensi adalah 0.890. Metode analisis data dengan korelasi product moment model Spearman menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,275 dengan probabilitas 0,017. Hasil ini menunjukkan hipotesis bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara religiusitas dengan resiliensi yang diajukan diterima.

(7)

vii

RELATIONSHIP BETWEEN RELIGIOSITY AND RESILIENCE

Matheus Kwan

ABSTRACT

This study aims to examine the relationship between religiosity . The assumption is with religious point of view, a person could feel there is still a hope after all the negative life events so it could help the resilience process. The hypothesis of this research that religiosity has a positive relationship with resilience. Subject in this study were 60 students of Sanata Dharma University, consist of 30 male and 30 female students.. Data collection instrument that is used consists of two scales; religiosity scale and resilience scale. Religiosity scale reliability is 0.852 and resilience scale is 0.890. Methods of data analysis from the correlation product moment in Spearman showed that correlation coefficient is 0,275 with probability number 0,017. These results indicate that there is a positive and significant relationship between religiosity with resilience and its mean hypothesis is accepted.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih

dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis, sehingga skripsi yang

berjudul “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi” ini dapat selesai.

Keberhasilan ini tercapai juga atas bantuan dari banyak pihak yang telah

mengorbankan waktu dan terus memberikan dukungan terhadap penulis.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas segala bantuan baik berupa doa, dorongan semangat, maupun bimbingan

kepada :

1. V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

2. Agnes Indar E., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang

senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.

3. Sylvia Carolina MYM., M.Si. yang telah memberikan banyak masukan dan

referensi yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

4. Seluruh dosen fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

mencurahkan ilmunya kepada penulis semasa menuntut ilmu di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma

5. Seluruh karyawan fakultas Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji,

(10)

x

6. Papa and Mama yang dengan sabar menanti penulis menyelesaikan studi dan

terus memberikan dorongan. Maaf kalau lulusnya lama.

7. Kedua kakak (Siska & Elis) yang sampai capek mengingatkan agar penulis

segera menyelesaikan studinya.

8. fr. Yandriyano Ananda Seto dan Rezky yang bersedia membantu dalam

memberikan penilaian terhadap skala penelitian ini

9. Honji, Ika Kurniawati, Miss Karina, Miss Melisa yang sudah membantu

menerjemahkan skala

10. Putri Setiyarini yang sudah menemani dan banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini

11. Dan masih banyak lagi pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per

satu...Terima kasih semuanya.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun

mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaa skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada

umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

Yogyakarta, Maret 2013

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….…ii

HALAMAN PENGESAHAN………...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ….………iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v

ABSTRAK……….vi

ABSTRACT………..vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………….viii

KATA PENGANTAR…….………..ix

DAFTAR ISI……….xi

DAFTAR TABEL………..………xv

DAFTAR LAMPIRAN……….xvi

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah ………....1

B. Rumusan Masalah ………..4

C. Tujuan Penelitian ………4

D. Manfaat Penelitian………..4

1. Manfaat Teoritis………..4

2. Manfaat Praktis………...4

BAB II LANDASAN TEORI ………..5

(12)

xii

1. Pengertian Resiliensi ………5

2. Karakteristik Resiliensi………..6

3. Hal-hal yang Menguatkan Resiliensi……….9

B. Religiusitas………..12

1. Pengertian Religiusitas ……….12

2. Aspek-aspek Religiusitas ……….13

C. Hubungan Antar Variabel ………...15

D. Hipotesis Penelitian………....17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………18

A. Jenis Penelitian ………..18

B. Identifikasi Variabel Penelitian………..18

C. Definisi Operasional ………..18

1. Religiusitas ………18

2. Resiliensi ………..20

D. Subjek Penelitian ………..……21

E. Metode Pengumpulan Data……….21

1. Skala Religiusitas ……….21

2. Skala Resiliensi ………27

F. Teknik Analisis Data ………..…...29

1. Uji Asumsi Data Penelitian………..….29

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ……….…30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...31

(13)

xiii

B. Deskripsi Subjek Penelitian ………..…….31

C. Uji Asumsi ………..…...32

1. Uji Normalitas ………..….32

2. Uji Linearitas ……….32

D. Hasil Penelitian ………..32

1. Uji Hipotesis ………..32

2. Uji Tambahan ………33

E. Pembahasan ………36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..40

A. Kesimpulan ………40

B. Saran ………..40

DAFTAR PUSTAKA ………..42

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Religiusitas ……….25

Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Aitem Total Skala Religiusitas ………26

Tabel 3. Uji Normalitas ………32

Tabel 4. Skor Hipotetik dan Empiris Skala Religiusitas dan Resiliensi...…34

Tabel 5. Norma Kategorisasi ………35

Tabel 6. Distribusi Religiusitas ………35

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Religiusitas………46

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Try Out………..50

Lampiran 3. Skala Religiusitas Baru.……….58

Lampiran 4. Reliabilitas Skala Religiusitas.………...60

Lampiran 5. Skala Resiliensi………...61

Lampiran 6. Reliabilitas Skala Resiliensi………...63

Lampiran 7. Uji Normalitas ………64

Lampiran 8. Uji Linearitas ……….65

Lampiran 9. Uji Hipotesis ………..66

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak penderita dari keadaan yang stress mencari dukungan dari

agama, para professional, panduan-panduan, atau teman, sementara yang lain

lebih memilih untuk diam, mengisolasi, jatuh dan atau menipu diri sendiri

(Spouse, 1999; Bonanno, 2004). Orang-orang yang memiliki tingkat

religiusitas tinggi cenderung akan menggunakan religious coping dalam melakukan coping stress. Sebuah survey nasional mengenai reaksi stress pada Amerika Serikat setelah kejadian 11 September menemukan bahwa beralih ke

agama (berdoa, atau perasaan spiritual ) merupakan cara kedua yang paling

banyak dipakai (90%), setelah menceritakan atau berbicara dengan orang lain

(98%) (Schuster, dkk., 2001).

Agama atau spiritualitas dianggap sebagai protective factor dalam menghadapi stressor hidup dan juga dapat melindungi diri dari outcomes yang negatif (Cotton, dkk., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Nicholson,

dkk. (2009) juga menemukan bahwa religiusitas mempunyai pengaruh yang

vital dalam untuk efikasi diri pada perawatan orang-orang yang memiliki

gangguan mental. Seligman (2002) mengatakan bahwa orang yang religius

lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan karena penghayatan

terhadap agama dianggap dapat memberikan harapan akan masa depan dan

(17)

Menurut Bastaman (1996), dalam keadaan sehat ataupun sakit

seseorang harus memandang dirinya tidak hanya sebagai makhuk

bio-psiko-sosial saja melainkan juga memandang sebagai makhluk

bio-psiko-sosio-spiritual. Selanjutnya juga dikatakan bahwa spiritual sebagai bagian dari

religiusitas memegang peranan yang besar dalam menghadapi masalah,

supaya stres tidak berlanjut.

Dalam keadaan stress seperti inilah kemampuan untuk bangkit

kembali dan adaptasi yang tinggi dibutuhkan agar terhindar dari hal-hal

negatif yang sifatnya merusak. Kemampuan yang dimaksud disebut dengan

resiliensi. Ryff dan Singer (dalam Baugardner, 2009) mendefinisikan

resiliensi sebagai “pemeliharaan, penyembuhan, atau kemajuan dalam mental

atau kesehatan fisik mengikuti tantangan.” Resiliensi bercirikan “pemantulan

kembali” dari pengalaman negatif dalam waktu yang relatif singkat. Masten

dan Reed menyebutkan bahwa salah satu syarat penilaian resiliensi adalah

seseorang harus menghadapi ancaman yang “signifikan” atau resiko yang

berpotensi untuk menghasilkan outcomes yang negatif.

Saat seseorang sudah depresi, putus asa, tidak bisa melihat manfaat

positif di balik kejadian yang menimpanya dari berbagai sudut pandang logis,

maka agama bisa memberikan sudut pandang lain yang mungkin tidak logis,

namun mampu memberikan harapan kembali bagi orang-orang yang percaya.

Kalimat seperti “Tuhan punya rencana yang lebih indah” dapat memberi

kekuatan bagi orang-orang yang percaya. Kalimat tersebut seperti memberi

(18)

Harapan dan makna hidup yang didapatkan melalui religious coping ini merupakan salah satu hal yang dapat menguatkan resiliensi seseorang.

Secara lebih spesifik, harapan dan makna hidup termasuk dalam klasifikasi I am pada hal-hal yang menguatkan resiliensi seseorang menurut Grothberg (1995). Selain itu, adanya role models dari sosok yang diagungkan dalam agama juga termasuk dalam hal-hal yang menguatkan resiliensi pada

klasifikasi I have. Masih banyak lagi hal yang didapatkan dari religiusitas seseorang yang bisa menguatkan resiliensi.

Meskipun demikian religious coping tidak selalu berhubungan dengan outcomes yang lebih baik. Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Pargament, dkk. (2011), religious coping yang negatif (apakah Tuhan telah mengabaikan saya, mempertanyakan cinta Tuhan pada saya, dan memutuskan bahwa iblis

yang membuat semua ini terjadi) diasosiasikan dengan meningkatnya

kemungkinan kematian.

Selanjutnya menurut Pargament dkk., (2011) ilmu jiwa agama hanya

mengungkap bagaimana perasaan dan pengalaman orang-orang secara

individual terhadap Tuhan, tetapi tidak selamanya orang mampu menghadapi

kesukaran yang menimpanya, dan tidak selamanya pula orang berhasil

mencapai tujuannya dengan usaha yang terencana, teratur, dan telah

diperhitungkan sebelumnya. Hal ini berarti religiusitas tidak selalu mampu

membantu seseorang dalam menghadapi kesukaran yang menimpanya.

Dengan mempertimbangkan faktor religiusitas yang berpotensi

(19)

atau keadaan stress, maka peneliti menjadi tertarik untuk melihat apakah ada

hubungan antara religiusitas dengan resiliensi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka persoalan yang

diangkat adalah sebagai berikut :

“Bagaimana hubungan religiusitas dengan resiliensi?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

“Bagaimana hubungan religiusitas dengan resiliensi?”

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan manfaat bagi ilmu

pengetahuan khususnya psikologi perkembangan sehingga dapat digunakan

sebagai bahan literatur untuk penelitian yang sejenis di masa yang akan

datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

(20)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. RESILIENSI

1. Pengertian Resiliensi

Kata resiliensi sendiri berasal dari bahasa latin abad pertengahan

resilire’ yang berarti ’kembali’. Dalam bahasa inggris, kata ’resiliency’ atau ’resilient’ biasa digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi seseorang yang berhasil kembali dari kondisi terpuruk. Jika dilihat dari asal dan makna kata,

maka resiliensi secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi

yang terpuruk (Connor, 2006).

Resiliensi merupakan konstruk psikologi yang diajukan oleh para ahli

behavioral dalam mengetahui, mendefinisikan, dan mengukur kapasitas individu untuk tetap bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan

(adverse conditions) dan untuk mengetahui kemampuan individu untuk kembali pulih (recovery) dari kondisi tekanan (McCubbin, 2001). Sementara itu resiliensi menurut Grotberg (1995) merupakan sebagai proses dinamis

individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi,

mengatasi, memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalaman

yang dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif.

Desmita (2005) mengatakan resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas

(21)

memungkinkannya menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan

menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang

tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang

menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Adanya

resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam

berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan (Desmita,

2005).

Resiliensi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. (1) Resiliensi

ditentukan dari hasilnya. (2) Resiliensi dianggap sebagai salah satu jenis

kemampuan dan kualitas individu, dimana ini merupakan salah satu

karakteristik individu. (3) Resiliensi dianggap sebagai proses perkembangan

yang dinamis. Berdasarkan definisi ini, APA Help Center (dalam Wei, dkk.

2011) menunjukkan resiliensi sebagai proses adaptif ketika seseorang

mengalami kesulitan, trauma, tragedy, dan stress hebat lainnya.

2. Karakteristik Resiliensi

Wagnild dan Young (dalam Shaikh dan Kauppi, 2010) mendefinisikan

resiliensi sebagai sebuah sifat kepribadian dengan lima karakteristik yang

(22)

a. Keseimbangan batin (equanimity)

Keseimbangan batin (equanimity) didefinisikan sebagai perspektif yang seimbang pada kehidupan dan pengalaman seseorang. Beberapa

orang terus merenungkan kegagalan yang dialami, terbebani dengan

banyak penyesalan, atau cenderung melihat hal-hal buruk yang terjadi

dalam hidup sebagai malapetaka. Orang yang resilien akan mampu

mengerti bahwa hidup tidak selalu baik dan tidak selalu buruk.

Orang-orang yang resilien mempunyai pikiran yang terbuka.

b. Ketekunan (perseverance)

Ketekunan (perseverance) mengacu pada kesediaan untuk melakukan perlawanan terhadap kesulitan. Kebulatan tekad seseorang

meski mengalami kesulitan, kekecewaan, keputusasaan itu yang disebut

dengan ketekunan. Orang yang resilien akan mampu mengatasi hal-hal

seperti kesulitan, kekecewaan, keputusasaan dan tetap maju meraih

tujuannya. Resiliensi merupakan proses untuk bangkit dari pengalaman

negatif dan untuk itu diperlukan ketekunan.

c. Kemandirian (self reliance)

Kemandirian (self reliance) diartikan sebagai kepercayaan diri dan kemampuan untuk bergantung pada diri sendiri dan tidak bergantung pada

orang lain. Individu mampu mengerti kemampuan dan keterbatasan yang

dimiliki. Pengalaman dan latihan akan membentuk kepercayaan pada

(23)

pengalaman-pengalaman dan telah mengembangkan banyak cara untuk mengatasi

sebuah masalah.

d. Kebermaknaan (meaningfulness)

Kebermaknaan (meaningfulness) tergolong ke dalam realisasi hidup, bahwa hidup memiliki tujuan. Sadar akan tujuan atau makna dalam

hidup individu mungkin merupakan karakteristik yang paling penting dari

resiliensi karena ini merupakan fondasi dari empat karakteristik lainnya.

Hidup tanpa tujuan merupakan hal yang sangat sia-sia. Memiliki tujuan

akan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Ketika kita

mengalami kesulitan yang tak terelakan, hal yang dapat membuat kita

terus maju adalah memiliki tujuan.

e. Kesendirian eksistensial (existential aloneness)

Kesendirian eksistensial(existential aloneness) mencerminkan sebuah kesadaran bahwa jalan hidup setiap orang adalah unik. Definisi ini

mencakup ciri-ciri kepribadian serta orientasi filosofis resilien individu.

Individu yang resilien belajar hidup mandiri meskipun hidup

bersama-sama dengan orang lain. Individu sadar bahwa ketika menghadapi hal-hal

dalam hidup, individu itu harus menghadapinya sendiri. Hal ini tidak

berarti melupakan pentingnya berbagi pengalaman dengan orang lain dan

menutup hubungan dengan orang lain. Lebih singkatnya, individu yang

resilien mengenali diri sepenuhnya, tidak merasakan tekanan konformitas,

(24)

3. Hal-hal yang Menguatkan Resiliensi

a. I have (Dukungan eksternal)

Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal

dibutuhkan untuk mengembangkan perasaan aman yang menjadikan

fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk mengembangkan resiliensi.

Faktor dukungan eksternal ini terdiri dari :

1) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu tanpa syarat

(unconditional love)

2) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang telah dibuat

individu. Ketika individu mengikuti aturan, individu tersebut dipuji.

3). Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh bagaimana melakukan sesuatu, memberi semangat individu, model moralitas, dan

memperkenalkan individu pada kepercayaannya.

4) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang memuji dan mendukung individu yang berani melakukan sesuatu sendiri atas

inisiatif individu itu sendiri.

b. I am (Kekuatan personal dan internal)

Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan kekuatan internal

dan personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam

(25)

1) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya. Individu juga

peka terhadap mood orang lain dan bisa memberikan respon yang tepat pada orang lain.

2) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta tersebut dengan berbagai

cara, baik itu tindakan maupun kata-kata. Individu ingin melakukan

sesuatu untuk meringankan penderitaan orang lain.

3) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta mampu

mendapatkan apa yang diinginkan.

4) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan menerima konsekuensi dari

tindakannya. Individu mengerti batas control dirinya dan mengetahui

tanggung jawab dirinya.

5) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk dirinya dan

orang-orang yang bisa dipercaya.

c. I can (Kemampuan interpersonal dan sosial)

Menurut Grothberg (1995), individu bisa mempelajari kemampuan

ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari orang-orang yang

(26)

1) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaanya pada orang lain. Individu dapat menyesuaikan

diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan mampu mengerti dan

bertindak dengan baik.

2) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bantuan

orang lain yang dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan

sampai masalah tersebut selesai.

3) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku yang

tidak mengganggu perasaan orang lain.

4) Gauge the temperament of myself and others. Individu mempelajari siapa yang akan bertindak, mengambil kesempatan, mencoba hal-hal

baru, berhati-hati dan mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sisi.

Individu mengenal dirinya, termasuk temperamen.

5) Seek trusting relationships. Individu memiliki orang-orang yang dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada saat

membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh orang untuk

diajak bicara.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi

semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk, dimana

(27)

kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan

mentransformasikan pengalaman-pengalaman yang dialami pada situasi

sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. Ada hal-hal yang dapat

menguatkan resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal, maupun

kemampuan interpersonal.

B. RELIGIUSITAS

1. Pengertian Religiusitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), religiusitas adalah

pengabdian terhadap agama atau bisa dikatakan sebagai kesalehan. Hardjana

(2005) mendefinisikan religiusitas sebagai perasaan dan kesadaran akan

hubungan dan ikatan kembali dengan Allah. Religiusitas menunjuk pada

tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya dengan mengahayati dan

menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala

tindakan dan pandangan hidupnya (Ghufron & Risnawati, 2010).

Mangunwijaya (1986) membedakan antara istilah religi atau agama dengan

istilah religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal yang

berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan

religiusitas menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. Hal ini

selaras dengan pendapat Glok dan Stark (dalam Dister, 1986) yang

mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, yang berarti adanya unsur

(28)

2. Aspek-aspek Religiusitas

Glok dan Stark (dalam Ancok dan Suroso, 2008) mengatakan bahwa

terdapat 5 aspek dalam religiusitas, yaitu :

a. Religious Belief (The Ideological Dimension)

Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima

hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan,

malaikat, surga dan neraka. Meskipun harus diakui setiap agama tentu

memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan

agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang

berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga

menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya. Dalam begitu

adapun agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah

kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang

dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati

oleh penganut agama.

b. Religious Practice (The Ritual Dimension)

Religious practice (the ritual dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur

yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang

(29)

c. Religious Feeling (The Experiental Dimension)

Religious Feeling (The Experiental Dimension) atau bisa disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang

pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan,

merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh

Tuhan, dan sebagainya.

d. Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)

Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh

seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di

dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang

beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan,

ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

e. Religious Effect (The Consequential Dimension)

Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran

agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah seseorang mengunjungi

tetangganya yang sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan

hartanya, dan sebagainya.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah

penghayatan seseorang terhadap ajaran agamanya. Hal ini dapat terlihat dari

pikiran, sikap, dan perilaku seseorang yang sesuai dengan ajaran agamanya.

(30)

belief, religious practice, religious feeling, religious knowledge, dan religious effect.

C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

Resiliensi seseorang dapat meningkat ataupun menurun. Hal ini

dikarenakan resiliensi itu sendiri merupakan proses dinamis individu. Dengan

kata lain, ketika individu mengalami suatu masalah atau dalam keadaan stress,

ada hal-hal yang bisa dilakukan individu tersebut dalam rangka meningkatkan

resiliensi dirinya.

Banyak peneliti yang mengidentifikasikan faktor-faktor spesifik yang

dapat mempengaruhi resiliensi seperti hubungan yang bisa dipercaya, dukung

emosi dari luar keluarga, self-esteem, dukungan untuk menjadi mandiri, harapan, mengambil resiko secara bertanggung jawab, merasa dicintai, prestasi

di sekolah, percaya pada Tuhan dan moralitas, unconditional love untuk seseorang (Grotberg, 1995).

Grotberg (1995) mengklasifikasikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi resiliensi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu I am (faktor internal), I have (faktor eksternal), dan I can (kemampuan interpersonal dan sosial). Hal-hal yang menguatkan resiliensi ini bisa didapatkan melalui

pengabdian seseorang terhadap agama atau religiusitas.

Individu yang memiliki religiusitas tinggi sadar bahwa dirinya memiliki

(31)

rules). Selain itu, melalui cerita mengenai “Tuhan” dan para pengikutnya (nabi, rasul), seseorang diberikan sosok yang menjadi panutan (role models). Semua hal yang disebutkan ini termasuk faktor eksternal yang dapat menguatkan

resiliensi seseorang.

Setiap agama mengajarkan tentang cinta kasih, dan orang yang

benar-benar mengikuti ajaran agamanya akan mengembangkan rasa cinta pada orang

lain, membantu orang lain. Hal ini termasuk hal yang dapat menguatkan

resiliensi (loving, emphatic, and altruistic). Orang yang memiliki religiusitas tinggi juga bisa bangga dan mensyukuri dirinya sebagai individu yang

mempunyai berbagai kelebihan yang diberikan Tuhan. Orang yang memiliki

religiusitas tinggi juga menaruh kepercayaan dan harapan pada Tuhan (filled with hope,faith, and trust). Dengan sudut pandang religius, seseorang dapat melihat bahwa masih ada harapan atau rencana yang lebih baik yang akan

diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Harapan dan makna hidup inilah yang

dibutuhkan oleh individu yang sedang mengalami keadaan stress. Semua hal yang disebutkan ini termasuk faktor internal yang dapat menguatkan resiliensi

seseorang.

Dalam sebuah agama selalu diajarkan untuk berdoa. Melalui doa,

manusia dapat berkomunikasi dengan sosok yang diagungkan dalam agama

tersebut. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan

perasaannya pada orang lain melalui doa. Melalui doa, individu juga

mendapatkan kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mendapat

(32)

masalahnya. Sosok yang diagungkan dalam agama, seperti Tuhan, Allah,

ataupun dewa-dewa lainnya, selalu ada dan menemani kapan saja. Di saat

seseorang mengalami masalah dan tidak tahu ingin menceritakan atau

berbicara dengan siapa, mereka bisa mencari sosok tersebut. Sosok yang

dipercaya dan selalu ada untuk umatnya. Semua hal yang disebutkan ini

termasuk kemampuan interpersonal yang dapat menguatkan resiliensi

seseorang.

Ada banyak hal dari agama dan sifat religius seseorang yang secara

teoritis berhubungan dengan hal-hal yang dapat menguatkan resiliensi

seseorang, baik itu internal maupun eksternal. Berdasarkan uraian mengenai

beberapa hal yang didapatkan sifat religius dan kaitannya dengan hal-hal yang

menguatkan resiliensi seseorang, maka peneliti mempunyai hipotesis adanya

hubungan positif antara religiusitas dengan resiliensi.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada korelasi positif antara religiusitas

(33)

18 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan

menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi

pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,

2009).

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian ini terdiri dari

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah religiusitas

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah resiliensi

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Religiusitas

Religiusitas dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala

religiusitas. Semakin tinggi skor yang didapat dari skala, semakin tinggi

pula religiusitas subjek. Dalam membuat skala ini, konsep religiusitas

(34)

Glok dan Stark (dalam Ancok dan Suroso, 2008) mengatakan

bahwa terdapat 5 aspek dalam religiusitas, yaitu :

a. Religious Belief (The Ideological Dimension)

Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima

hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada

Tuhan, malaikat, surga dan neraka.

b. Religious Practice (The Ritual Dimension)

Religious practice (the ritual dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam

agamanya.

c. Religious Feeling (The Experiental Dimension)

Religious Feeling (The Experiental Dimension) atau bisa disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang

pernah dialami dan dirasakan.

d. Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)

Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh

seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang

(35)

e. Religious Effect (The Consequential Dimension)

Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh

ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial.

2. Resiliensi

Resiliensi subjek dapat diketahui dari skor skala resiliensi. Semakin

tinggi skor, maka semakin tinggi resiliensi subjek. Skala yang dipakai

merupakan skala terjemahan dari Resilience Scale yang dikembangkan oleh Wagnild and Young. Wagnild dan Young (dalam Shaikh dan Kauppi,

2010) mendefinisikan resiliensi sebagai sebuah sifat kepribadian dengan

lima karakteristik yang saling terkait. Karakteristik ini mencakup

keseimbangan batin (equanimity), ketekunan (perseverance), kemandirian (self-reliance), kebermaknaan (meaningfulness), dan kesendirian eksistensial (existential aloneness).

a. Keseimbangan batin (equanimity) didefinisikan sebagai perspektif yang seimbang pada kehidupan dan pengalaman seseorang

b. Ketekunan mengacu pada kesediaan untuk melakukan perlawanan

terhadap kesulitan.

c. Kemandirian diartikan sebagai kepercayaan diri dan kemampuan untuk

bergantung pada diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

d. Kebermaknaan tergolong ke dalam realisasi hidup, bahwa hidup

(36)

e. Kesendirian eksistensial mencerminkan sebuah kesadaran bahwa jalan

hidup setiap orang adalah unik. Definisi ini mencakup ciri-ciri

kepribadian serta orientasi filosofis resilien individu.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah sumber utama penelitian yaitu yang memiliki

data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Subjek penelitian pada

dasarnya yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1998).

Subjek pada penelitian ini yaitu sebagian kecil populasi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan kriteria beragama Katolik.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode

kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan yaitu dengan metode skala.

Skala merupakan alat ukur psikologis dalam bentuk kumpulan

penyataan-pernyataan sikap yang disusun sedemikian rupa sehingga respon seseorang

terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan diinterpretasikan (Azwar,

1998).

1. Skala Religiusitas

Skala Religiusitas yang akan digunakan bertujuan untuk mengukur

religiusitas yang dimiliki oleh individu. Skala ini menggunakan

(37)

a. Religious Belief

1) percaya terhadap api penyucian (nomor aitem 1)

2) percaya terhadap malaikat (11)

3) Tuhan mengabulkan doa umatnya (21)

4) Dosa akan dipertanggungjawabkan setelah meninggal ( 35)

5) Manusia makhluk evolusi (6)

6) Tuhan hadir pada saat dibutuhkan (16)

7) Meragukan surga dan neraka (26)

8) Ada perbuatan yang tidak diampuni Tuhan (40)

b. Regilious Practice

1) Pergi ke gereja setiap minggu (2)

2) Sering mengikuti kegiatan yang berkaitan gereja (12)

3) Melakukan pantang dan puasa (22)

4) Menghadiri misa dalam hari penting agama Katolik (34)

5) Berdoa sebelum dan sesudah makan tidur (7)

6) Mengikuti jalan salib (17)

7) Membaca Kitab Suci (27)

8) Melakukan pengakuan dosa (39)

c. Religious Feeling

1) Rezeki karena Tuhan murah hati (3)

(38)

3) Tuhan memberi kekuatan menghadapi masalah (23)

4) Selalu dilindungi Tuhan (38)

5) Mendapat pencerahan ketika berdoa (8)

6) Merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup (18)

7) Tuhan memberi jawaban pada masalah yang dihadapi (28)

8) Merasa baik-baik saja walau jarang ke gereja dan berdoa (33)

d. Religious Knowledge

1) Empat peristiwa dalam doa Rosario (4)

2) Tujuan tuguran (14)

3) Nama kedua belas murid Yesus (24)

4) Doa Aku Percaya (37)

5) Sepuluh perintah Allah (9)

6) Nama-nama Santo (19)

7) Makna setiap hari raya Katolik (29)

8) Wanita yang mengusap wajah Yesus (32)

e. Religious Effect

1) Menyisihkan uang untuk disumbangkan (5)

2) Membantu teman yang kesulitan (15)

3) Menjadi sukarelawan (25)

4) Mengunjungi teman yang sakit (36)

(39)

6) Memaafkan kesalahan orang lain (20)

7) Hidup berfoya-foya (30)

8) Hanya membantu orang yang dikenal (31)

Aitem pada Skala Religiusitas disusun berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. Untuk pernyataan yang bersifat favorable. Setiap aitem menyediakan 4 pilihan jawaban

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Penilaian untuk aitem yang bersifat favorable.

Pada setiap aitem favorable untuk jawaban Sangat Setuju (SS)

diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor

2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan

aitem-aitem yang bersifat unfavorable berlaku sebaliknya, yaitu untuk

jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2,

Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi

skor 4.

FAVORABEL UNFAVORABEL

Jawaban Nilai Jawaban nilai

SS 4 SS 1

S 3 S 2

TS 2 TS 3

(40)

Berikut rancangan aitem-aitem yang tersusun dalam blue print :

Tabel 1

Blue Print Skala Religiusitas

No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1

Skor total diperoleh dengan cara menjumlahkan skor subjek

pada masing-masing aitem yang akan digunakan dalam analisis

statistik. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin

tinggi pula religiusitas subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh subjek maka semakin rendah pula religiusitas subjek. Tidak

disertakan alternatif jawaban netral/ tengah pada skala ini

dimaksudkan agar subjek tidak memiliki kecenderungan untuk

memilih jawaban netral/ tengah.

a. Validitas dan Reliabilitas

Validitas yang digunakan dalam skala penelitian ini adalah

validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasikan

lewat pengujian alat ukur yang ditentukan melalui pendapat orang

(41)

dan skala dibuat oleh peneliti sendiri. Reliabilitas skala religiusitas

didapatkan dengan bantuan program SPSS 16. Skala religiusitas

memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.852. Hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas aitem memuaskan.

b. Uji Daya Beda Aitem

Dasar kerja yang dipergunakan dalam seleksi aitem adalah

memilih aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi

ukur yang dikehendaki penyusunnya (Azwar,2004). Seleksi aitem

dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing aitem

dengan nilai total. Semakin tinggi koefisien korelasi antara aitem

dengan skor totalnya maka semakin tinggi daya pembedanya. Skala

Religiusitas menggunakan persyaratan akan pemilihan aitem-aitem

yang memiliki koefisien korelasi aitem total (rix) lebih besar atau

sama dengan 0.250.

Tabel 2

Hasil Uji Korelasi Aitem Total Skala Religiusitas

rix Item Total

rix ≥ 0.250 1 2 3 4 7 8 9 11 12 13 16 17 18 21

23 24 26 27 28 29 31 33 34 35 37

38 39

27

rix ≤ 0.250 5 6 10 14 15 19 20 22 25 30 32 36

40

(42)

Koefisien korelasi aitem total dalam skala religiusitas ini berkisar

antara 0.081 – 0.601. Aitem-aitem yang tidak lolos seleksi nilainya

berkisar antar 0.081 – 0.249.

2. Skala Resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini menggunakan Resilience Scale yang dikembangkan oleh Gail M. Wagnild & Heather M. Young. Reliabilitas skala ini tergolong cukup tinggi, yaitu dengan nilai

coefficient alpha 0.91 (Ahner, Kiehl, Sole, dkk 2006). Sesuai dengan prosedur penerjemahan oleh Greco, dkk. (1987), skala diterjemahkan

terlebih dahulu ke bahasa Indonesia oleh Ika Kurniawati yang pernah

menjadi guru bahasa Inggris di salah satu lembaga bimbingan belajar

Yogyakarta. Setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, skala

diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris oleh Andre Honji (Sarjana

Sastra Inggris). Skala asli bahasa Inggris kemudian dibandingkan

dengan skala yang sudah diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris dari

bahasa Indonesia untuk mengetahui apakah terjadi perubahan makna

tiap aitem. Proses pembandingan ini dilakukan oleh Miss Karina

Macdonal (native speaker dari Irlandia) dan Miss Melisa (native speaker dari Filipina). Melalui pengujian reliabilitas dengan menggunakan SPSS 16, skala resiliensi mempunyai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.890. Hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas aitem memuaskan. Sementara itu untuk koefisien korelasi aitem total

(43)

Skala resiliensi yang akan digunakan bertujuan untuk mengukur

resiliensi yang dimiliki oleh individu. Skala ini menggunakan

indikator-indikator sebagai berikut:

a. Keseimbangan batin :

1) Bisa melihat sebuah situasi dari berbagai sudut pandang (19)

2) Tidak terus memikirkan hal-hal di luar kendali (22)

3) Bisa menemukan sesuatu yang lucu (16)

4) Bisa menemukan jalan keluar dalam keadaan yang sulit (23)

5) Keyakinan diri untuk melalui masa-masa sulit (17)

b. Ketekunan :

1) Tetap fokus pada tujuan meskipun ada hal yang mengganggu (7)

2) Tekun (10)

3) Bisa melewati masa-masa sulit (13)

4) Melakukan hal sesuai rencana (1)

5) Memiliki disiplin diri (14)

6) Mampu melakukan apa yang ingin dilakukan (24)

c. Kemandirian

1) Lebih mandiri daripada orang lain (3)

2) Bisa melakukan sesuatu sendirian bila memang diharuskan (5)

3) Bisa menemukan solusi alternatif (2)

4) Bisa melakukan hal-hal yang harus dilakukan saat darurat (18)

(44)

d. Kebermaknaan hidup

1) Merasakan hidup yang bermakna (21)

2) Tetap tertarik pada suatu hal (4 dan 5)

3) Jarang mempertanyakan makna dari hal-hal yang terjadi (11)

4) Merasa bangga bila menyelesaikan sesuatu (6)

e. Kesendirian eksistensial

1) Tidak masalah bila ada orang yang tidak menyukai dirinya (25)

2) Bisa berdamai dengan diri sendiri (8)

3) Tidak terlalu mencemaskan masa depan (12)

4) Mampu memaksa diri melakukan sesuatu (20)

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi Data Penelitian

Untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang

ada dilakukan uji asumsi sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan

antara distribusi sebaran variable predictor dan variable kriterium

penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi

normal apabila signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Sebaliknya

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 5% atau 0,05

maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal. Uji normalitas ini

(45)

b. Uji linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan

antara skor variabel predictor dan variabel kriterium merupakan garis

lurus atau tidak. Jika hubungan antar variabel tersebut menunjukkan

garis lurus maka dapat dikatakan terdapat korelasi linear antar kedua

variabel. Data dinyatakan linear apabila dua variabel mempunyai

signifikansi kurang dari 0,05.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah persyaratan analisis data dipenuhi maka dilanjutkan dengan

pengujian hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

digunakan teknik korelasi product moment dari Spearman dengan menggunakan program SPSS versi 16 untuk mengetahui korelasi antar variabel

(46)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam pengambilan data peneliti

menyebarkan skala kepada mahasiswa S1 dari berbagai jurusan. Peneliti

mencari sendiri subjek penelitian yang akan diberikan skala.

Informasi mengenai subjek diperoleh pada bagian identitas yang

terdapat dalam skala yang disebarkan oleh peneliti. Dalam skala tersebut ada

beberapa hal yang harus diisi oleh subjek berkaitan dengan informasi subjek

penelitian, di antaranya adalah jenis kelamin dan usia. Penelitian ini

menggunakan uji coba dan pengambilan data sebenarnya.

B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan karakteristik

beragama Katolik.. Dalam penelitian ini terkumpul 100 sampel uji coba dan

(47)

C. UJI ASUMSI

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS

16 for windows dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3 Uji Normalitas

Nilai Probabilitas Makna

Religiusitas 0.452 Sebaran data normal

Resiliensi 0.857 Sebaran data normal

Ket : Sebaran data disebut normal apabila >0.05

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan dengan program bantuan SPSS 16 for windows. Nilai probabilitas pada penelitian ini sebesar 0,112. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel religiusitas dengan variabel

resiliensi dapat dikatakan tidak linier, karena nilai probabilitasnya lebih

besar dari 0,05.

Hasil uji linieritas dapat dilihat pada lampiran.

D. HASIL PENELITIAN

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik

(48)

dengan menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows. Uji hipotesis satu ekor (one-tailed) dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini mengarah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara

variabel religiusitas dengan resiliensi adalah sebesar 0,275 dengan

probabilitas 0,017. Karena signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara variabel

religiusitas dengan variabel resiliensi.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa r = 0,275, dengan

demikian dapat diketahui koefisien determinasinya (r2), yaitu sebesar

7,6% terhadap resiliensi, sedangkan sisanya sebesar 92,4% lainnya

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Tambahan

Uji tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan

subjek memiliki tingkat religiusitas dan resiliensi yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif dapat diketahui skor

empirik dan skor hipotetik. Skala religiusitas memiliki empat alternatif

jawaban dengan skor bergerak dari 1-4 pada skala religiusitas. Skala

religiusitas terdiri dari 27 aitem, sehingga kemungkinan skor terendah

(49)

tertinggi (Xt) adalah 4 x 27 = 108. Standar deviasi hipotetiknya adalah

(108−27)

6 = 13.5, sementara mean hipotetiknya adalah

(1+4) 27

2 = 67.5.

Skala resiliensi memiliki tujuh alternatif jawaban dengan skor

bergerak dari 1-7 pada skala resiliensi. Skala resiliensi terdiri dari 25

aitem sehingga kemungkinan skor terendah (Xr) data resiliensi secara

hipotetik adalah sebesar 1 x 25 = 25 dan skor tertinggi (Xt) adalah 7 x 25

= 175. Standar deviasi hipotetiknya adalah (175−25)

6 = 25, sementara mean

hipotetiknya adalah (1+7) 25

2 = 100.

Tabel 4

Skor Hipotetik dan Empiris Skala Religiusitas dan Resiliensi

Variabel

N Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks M SD Min Maks M SD

Mean hipotetis merupakan rata-rata skor pada alat ukur penelitian,

sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mean empiris pada skala religiusitas

lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek

(50)

resiliensi juga lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini juga menunjukkan

bahwa subjek memiliki resiliensi yang tinggi.

Berdasarkan deskripsi data penelitian, maka dapat dilakukan suatu

pengkategorisasian skor pada kedua variabel penelitian. Untuk mengetahui

tinggi rendahnya skor yang diperoleh subjek dapat dilakukan

pengkategorian dengan menetapkan suatu kriteria. Kategorisasi yang

digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan distribusi normal.

Norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 5 Norma Kategorisasi

Interval Kategorisasi Nama Kategori X > (µ + 1σ) Tinggi

Kategori tersebut didasarkan pada nilai mean hipotetik dan standar

deviasi hipotetik pada masing-masing variabel yang dapat dilihat pada

tabel 4.4 dan 4.5 berikut :

Tabel 6

Distribusi Religiusitas

Skor f Persentase (%) Kriteria

> 81 28 46.67 % Tinggi 54 < X < 81 31 51.67 % Sedang < 54 1 1.66 % Rendah

(51)

Berdasarkan hasil analisis data dan kategori skala religiusitas,

menunjukkan bahwa 51.67 % (31 subjek dari 60 subjek keseluruhan)

berada dalam kategori sedang, 46.67 % (28 subjek dari 60 subjek

keseluruhan) berada dalam kategori tinggi, dan 1.66 % (1 subjek dari 60

subjek keseluruhan) berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil

analisis ini dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek dalam penelitian ini

sebagian besar tingkat religiusitasnya cenderung sedang.

Tabel 7 Distribusi Resiliensi

Skor f Persentase (%) Kriteria

> 125 35 58.33 % Tinggi 75 < X < 125 25 41.67 % Sedang < 75 0 0% Rendah

Jumlah 60 100

Berdasarkan hasil analisis data dan kategori skala resiliensi,

menunjukkan bahwa 58.33% (35 subjek dari 60 subjek keseluruhan)

berada dalam kategori tinggi. 41.67% (25 subjek dari 60 subjek

keseluruhan) berada dalam kategori sedang dan 0% (0 subjek dari 60

subjek keseluruhan) berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil

analisis ini dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek dalam penelitian ini

sebagian besar tingkat resiliensinya cenderung tinggi.

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas

(52)

diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara religiusitas dengan resiliensi

sebesar 0,275 dengan nilai probabilitas sebesar 0,017. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas

dengan resiliensi.

Melalui hasil penelitian, dapat diketahui bahwa religiusitas memiliki

peran yang penting dalam membantu seseorang dalam proses resiliensi diri

setelah ditimpa masalah. Agama atau spiritualitas dianggap sebagai protective factor dalam menghadapi stressor hidup dan juga dapat melindungi diri dari outcomes yang negatif. (Cotton dkk., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Nicholson dkk. (2009) juga menemukan bahwa religiusitas mempunyai

pengaruh yang vital dalam untuk efikasi diri pada perawatan orang-orang

yang memiliki gangguan mental. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Seidmahmoodi, dkk (2011) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara orientasi religiusitas, resiliensi, dan status perkawinan dengan

perkembangan posttraumatic.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Annalakshmi & Abeer (n.d.)

mengenai religious personality dan resiliensi di kalangan siswa remaja Muslim di India menemukan bahwa religious personality yang berbeda antara tinggi dan yang rendah akan memiliki resiliensi yang berbeda pula. Religious personality memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi positif dengan resiliensi. Sudah banyak studi yang menyelidiki hubungan antara

peran religiusitas dan kesehatan mental. Pada kebanyakan kasus, para peneliti

(53)

mental yang lebih baik dan lebih sejahtera (Moreira-Almeida dkk., 2006).

Berdasarkan teori Grothberg (1995) mengenai sumber-sumber resiliensi,

spiritualitas atau keyakinan (I am) juga memiliki peranan penting terhadap resiliensi individu.

Resiliensi harus diusahakan dan dilakukan oleh individu. Ibadah,

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuka

pandangan seseorang akan nilai-nilai potensi dan makna hidup yang terdapat

dalam diri dan sekitarnya. Ibadah merupakan ritual dalam rangka

mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui cara-cara yang diajarkan dalam

agama. Ibadah yang dilakukan secara khidmat sering menimbulkan perasaan

tentram, mantap dan tabah sehingga tidak jarang pula menimbulkan perasaan

seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan

penting dengan demikian menjalani hidup sesuai tuntunan agama

memberikan corak penghayatan bahagia dan bermakna bagi pelakunya.

Seligman (2002) mengatakan bahwa orang yang religius lebih bahagia dan

lebih puas terhadap kehidupan karena penghayatan terhadap agama dianggap

dapat memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam

hidup bagi manusia.

Sebuah studi yang meneliti hubungan antara keyakinan agama secara

umum, spiritualitas, dan hasil kesehatan mental dari penyalahgunaan bahan

terlarang dengan menggunakan sampel besar menemukan bahwa orang yang

dapat pulih dikarenakan memiliki tingkat keyakinan agama dan afiliasi

(54)

tingkat keyakinan agama dan spiritualitas yang tinggi ditemukan berkaitan

dengan orientasi hidup yang lebih optimis, dukungan sosial yang besar,

ketahanan yang lebih tinggi terhadap stres, dan kecemasan yang lebih rendah.

Penelitian ini tidak dapat digeneralisir ke semua agama dan semua

usia. Perbedaan budaya dan nilai-nilai yang dianut tiap agama bisa menjadi

salah satu faktor yang berpengaruh pada resiliensi. Selain itu, perbedaan

perkembangan mental dan emosi dewasa awal, dewasa tengah, maupun

dewasa akhir bisa memberikan pengaruh pada resiliensi dan hasil penelitian.

Meskipun demikian, penelitian ini cukup bisa memberi gambaran mengenai

hubungan religiusitas dengan resiliensi pada populasi mahasiswa yang

(55)

40 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang dilakuan pada bagian sebelumnya,

kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa antara variabel religiusitas

dengan resiliensi terdapat hubungan yang ditunjukkan dengan hasil

perhitungan korelasi sebesar 0,275 dengan tingkat probabilitas sebesar

0,017 pada taraf 0,05. Dengan hasil tersebut dapat dilihat bahwa

religiusitas terkait dengan resiliensi. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan

nilai hasil uji korelasi spearman product moment.

B. SARAN

1. Dalam penelitian berikutnya yang mengambil topik yang sama dengan

penelitian ini sebaiknya lebih meningkatkan lagi hasil penelitian

dengan mengambil subjek yang lebih bervariasi. Hal ini disebabkan

dalam penelitian ini masih banyak kekurangan seperti subjek lebih

umum pada mahasiswa, untuk selanjutnya sebaiknya lebih divariasikan

mulai dari mahasiswa sampai orang tua.

2. Penelitian ini hanya mengambil sampel dari satu agama yaitu Katolik,

sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisir. Untuk penelitian

(56)

agama yang ada di Indonesia dengan sistem perbandingan sehingga

(57)

42

DAFTAR PUSTAKA

Ahner, N.R., Kiehl E.M., Sole M.L., Byers J. A Review of Instruments Measuring Resilience. Comprenhensive Pediatric Nursing, 29 : 103-125, 2006. Annalakshi N., & Abeer M., n.d. Islamic Worldview, Religious Personality and

Resilience among Muslim Adolescent Students in India. Europe’s Jpurnal of Pscyhology, 7 (4), pp.716-738

Ancok, D. dan Suroso, N.F. 2008. Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Anggarasari, R.E. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Sikap Konsumtif

pada Ibu Rumah Tangga. Indonesian Psychologycal Journal. Psikologika. Halaman 15-20 Nomor4 Tahun II .

Azwar, Syaifudin. 1998.Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Syaifudin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Syaifudin. 2009.Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bastaman, H.D. 1996. Meraih Hidup Bermakna, Kisah Pribadi dengan

Pengalaman Tragis. Jakarta : Penerbit Paramadina.

Baugardner, S.R. 2009. Positive Psychology. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Bonanno, G. A. 2004. Loss, Trauma, and Human Resilience: Have We Underestimated the Human Capacity to Thrive After Extremely Aversive Events? The AmericanPsychologist, 59, 20-28.

Connor, M.K. 2006. Assesment of resilience in the aftermath trauma. Journal of Clinical Psychiatry vol 67 pp 46-49.

Cotton, S., Zebrachi, K., Rosenthal, S.L., Tsevat, J., & Drotar, D. 2006. Religion/ spirituality and adolescent health outcomes: a review. Journal of Adolescent Health, 38, 472–480.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Dister, N.S. 1988. Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius

(58)

Gr eco, L.D ., Wa lop W., & Ea stridge L. 1987 . Clinical epid em iology , questionnaire de velop men t: 3 . Tran sla tion. Ca na da Medica l Association Journal, 136, 817–818

Grotberg, Edith. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children. Denhaag : Bernard van Leer Foundation.

Hardjana, A.M. 2005. Religiositas, agama dan spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius.

Huffman, Karen. 2000. Psychology in Action. United States of America : john Wiley & Sons, Inc.

Joseph, S., & Linley, P. A. 2006. Positive therapy: A meta-theory for positive psychological practice. New York: Routledge

Mangunwidjaya, Y.B. 1986. Menumbuhkan sikap religius pada anak Gramedia Jakarta

McCubbin, L. 2001. Challenge to The Definition of Resilience. Paper Presented at The Annual Meeting of The American Psychological Association in San Francisco, 24-28 Agustus.

Moreira, A.A., Lotufo, N.F., & Koenig, H. G. 2006. Religiousness and Mental Health: A review. Revista Brasileira de Psiquiatria, 28(3), in press.

Nicholson,A., Rose,R., & Bobak ,M. 2009. Association between attendance at religious services and self-reported health in 22 European countries, Social Science & Medicine, 69, 519–528.

Pardini, D.A., Plante T.G., Sherman A., Stump. J.E. 2000. Religious Faith and Sprituality in Substance Abuse Recovery : Determining the Mental Health Benefits. Journal of substance abuse treatment, vol 19, p. 347-354 Pargament KI, Koenig HG, Tarakeshwar N, Hahn J. Religious struggle as a

predictor of mortality among medically ill elderly patients: a 2-year longitudinal study. Arch InternMed. 2001 Aug 13-27;161(15):1881-5. Santrock, J. W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

(59)

Seidhamoodi, J., Rahimi, C., Mohamadi, N. Resiliency and Religious Orientation : Factors Contributin to Posttraumatic Growth in Iranian Subject. Iran J Psychiatry 2011; 6: 145-150

Seligman, Martin. 2002. Authentic Happiness. New York : Simon & Schuster, Inc.

Shaikh, A. & Kauppi, C. 2010. Deconstructing Resilience: Myriad Conceptualizations and Interpretations. International Journal of Arts and Sciences 3(15): 155 - 176

Spouse, L. 1999. The trauma of being a refugee.Medicine, conflict, and survival,

15, 394-403.

(60)
(61)

Lampiran 1 Skala Religiusitas

Usia :

Jenis kelamin : L / P

Petunjuk:

Berikut ini tersedia pertanyaan- pertanyaan yang harus Anda jawab terkait dengan

religiusitas dan resiliensi pasca putus cinta. Jawablah pertanyaan- pertanyaan

tersebut sesuai dengan pikiran dan perasaan Anda saat ini.

Dibawah ini telah tersedia kotak jawaban yang akan Anda gunakan sebagai

pilihan jawaban. Berilah tanda silang (X) pada kotak pilihan jawaban tersebut:

STS : sangat tidak setuju

TS : tidak setuju

S : setuju

SS : sangat setuju

Contoh :

Jika Anda setuju dengan pernyataan tersebut, maka Anda akan memilih jawaban

sesuai dengan pikiran dan perasaanmu dengan memberi tanda silang (x) pada

kotak S (setuju).

STS TS S SS

(62)

Berilah salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda

NO PE R T AN Y A AN STS TS S SS

1 Saya percaya adanya api penyucian setelah kematian

2 Setiap minggu, saya pasti menyempatkan diri untuk pergi ke gereja

3 Rezeki yang saya terima selama ini dikarenakan kemurahan hati Tuhan

4 Saya masih mengingat 4 peristiwa dalam doa rosario

5 Saya selalu menyisihkan sebagian uang saya untuk disumbangkan pada orang yang kurang mampu

6 Manusia merupakan makhluk yang telah melalui evolusi yang panjang

7 Saya sering lupa untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, tidur

8 Saya jarang mendapatkan pencerahan ketika berdoa

9 Saya hanya mengingat sebagian kecil dari 10 perintah Allah

10 Saya belum pernah berkarya (mengajar/melayani) di panti sosial

11 Saya percaya bahwa malaikat itu ada dan mengawasi seluruh umat manusia

12 Saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja ataupun komunitas gereja di lingkungan tempat tinggal saya

(63)

NO PE R T AN Y A AN STS TS S SS

14

Saya mengerti tujuan dari tuguran yang diadakan setelah misa Kamis Putih

15 Saya sering membantu teman saya yang sedang dalam kesulitan

16 Tuhan hanya hadir pada saat kita membutuhkan-Nya

17 Saya jarang mengikuti jalan salib

18 Saya jarang merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup saya

19 Nama Santo yang saya ingat tidak lebih dari 10

20 Sulit bagi saya untuk memaafkan kesalahan orang

21 Tuhan akan mengabulkan doa umatnya jika umat terus berusaha dan percaya padaNya

22 Saya selalu melakukan pantang dan puasa pada hari pantang dan puasa

23 Tuhan memberi kekuatan pada saya dalam menghadapi masalah

24 Saya masih mengingat kedua belas nama murid Yesus

25 Saya sering menjadi sukarelawan di tempat-tempat yang terkena musibah

26 Saya meragukan bahwa surga dan neraka itu ada

27 Saya jarang membaca kitab suci

28 Saya jarang menemukan jawaban dari Tuhan mengenai permasalahan yang saya hadapi

(64)

NO PE R T AN Y A AN STS TS S SS

30 Saya sering berfoya-foya

31 Saya hanya mau membantu orang-orang yang saya kenal

32 Saya sering lupa nama wanita yang mengusap wajah Yesus pada saat proses jalan salib

33 Saya merasa baik-baik saja ketika saya jarang ke gereja, jarang berdoa

34 Saya selalu menghadiri misa dalam setiap hari-hari penting dalam agama Katolik

35 Semua dosa yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan setelah meninggal nanti

36 Saya selalu mengunjungi teman yang sakit dan mendoakannya

37 Saya mengingat doa Aku Percaya (syahadat para rasul)

38 Saya berani menghadapi masalah apa saja karena saya yakin saya selalu dilindungi Tuhan

39 Saya jarang melakukan pengakuan dosa

(65)

Lampiran 2

Reliabilitas Skala Try Out

Case Processing Summary

N % Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(66)
(67)

Case Processing Summary

N % Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

(68)
(69)

Case Processing Summary

N % Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(70)
(71)

Case Processing Summary

N % Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(72)
(73)

Lampiran 3

Skala Religiusitas Baru

Berilah salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda

NO PE R T AN Y A AN STS TS S SS

1 Saya percaya adanya api penyucian setelah kematian

2 Setiap minggu, saya pasti menyempatkan diri untuk pergi ke gereja

3 Rezeki yang saya terima selama ini dikarenakan kemurahan hati Tuhan

4 Saya masih mengingat 4 peristiwa dalam doa rosario

5 Saya sering lupa untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, tidur

6 Saya jarang mendapatkan pencerahan ketika berdoa

7 Saya hanya mengingat sebagian kecil dari 10 perintah Allah

8 Saya percaya bahwa malaikat itu ada dan mengawasi seluruh umat manusia

9 Saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja ataupun komunitas gereja di lingkungan tempat tinggal saya

10 Setiap kali saya berdoa dalam keheningan, Tuhan seperti berada di samping saya dan mendengarkan semuanya

11 Tuhan hanya hadir pada saat kita membutuhkan-Nya

12 Saya jarang mengikuti jalan salib

Gambar

Tabel 4. Skor Hipotetik dan Empiris Skala Religiusitas dan Resiliensi...…34
Tabel 1
Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Aitem Total Skala Religiusitas
Tabel 3  Uji Normalitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa peran administrator publik akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu kebijakan yang telah dirumuskan dan disahkan oleh para policy

struktur organisasi dan tata kerja De- partemen ESDM maka secara umum dapat dikatakan bahwa Badan Geologi dan unit-unit di lingkungannya telah memiliki e-leadership , walaupun

Strategi manajemen SI/TI diperoleh dari hasil identifikasi solusi SI/TI sehingga dibutuhkanrekrutmen SDM pada struktur organisasi yaitu unit kerja IT yang terdiri dari

Pokja VII ULP Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:h.

Penelitian Kristianto (2009) mengenai pengaruh information asymmetry dan budget emphasis sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara budgetary participation dan

Pengujian hipotesis yang kedua melalui uji t mengenai pengaruh efikasi diri terhadap prestasi belajar siswa menunjukan t hitung sebesar 3,6534 sedangkan.. t tabel

(1) Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB atau kepala BPBD, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya, meminta kepada instansi/lembaga terkait untuk mengirimkan sumber

Telah dilakukan analisa untuk menentukan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada Coconut Fatty Acid Destillate (CFAD) dan Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) di PT. Sampel yang