PEMBUATAN DAN ANALISIS PERBANDINGAN
KINERJA WAJAN BOLIC DAN ANTENA KALENG DALAM
MENANGKAP SINYAL WIFI
Makalah
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika
Diajukan oleh :
Bayu Nur Huda
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PEMBUATAN DAN ANALISIS PERBANDINGAN
KINERJA WAJAN
BOLIC
DAN ANTENA KALENG DALAM
MENANGKAP SINYAL
WIFI
Bayu Nur Huda
Teknik Informatika, Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : shinigami.7x@gmail.com
ABSTRAKSI
Internet tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya hotspot gratis yang banyak dibangun. Bagi masyarakat yang tinggal jauh dari area free hostpot, wajan bolic dan antena kaleng merupakan solusi murah untuk jaringan wireless LAN. Tugas Akhir ini menitikberatkan pada pembuatan dan perbandingan kinerja wajan bolic dan antena kaleng yang beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz untuk jaringan wireless LAN, menganalisis kuat sinyal, penurunan sinyal pada saat menemui hambatan pohon, serta menghitung nilai gain dari kedua antena tersebut.
Sesuai dengan namanya, antena wajan bolic ini menggunakan reflektor dari wajan, dengan waveguide dari pipa paralon yang dilapisi dengan lakban alumunium, dan wireless USB adapter sebagai penerima sinyal. Sementara itu, antena kaleng hanya menggunakan waveguide yang berasal dari kaleng bekas dan wireless USB adapter sebagai penerima sinyal. Penelitian ini menggunakan Software Prolink WN2000 sebagai instalasi wireless USB,
Software Cantennator sebagai perhitungan pada pembuatan antena kaleng, dan Software WirelessMon sebagai penelitian kuat sinyal.
Hasil pengukuran dan analisis diperoleh hasil bahwa antena wajan bolic dan antena kaleng Mempunyai rata–rata sinyal yang sama yaitu -60 dB pada jarak 100 meter. Namun wajan bolic lebih stabil dalam penangkapan sinyal. Penurunan sinyal pada saat menemui hambatan pohon dari kedua antena tersebut juga sama yaitu sebesar 13 dB pada jarak 100 meter. Nilai gain wajan bolic dan antena kaleng juga mendapatkan hasil yang sama yaitu sebesar 12,15 dB. Rekomendasi dari penulis sendiri adalah menggunakan antena kaleng jika jarak sinyal yang akan ditangkap tidak terlalu jauh, jika jarak sinyal yang akan ditangkap jauh atau sinyal yang ditangkap kurang stabil maka disarankan menggunakan wajan bolic.
PENDAHULUAN
Seiring di zaman kemajuan teknologi seperti saat ini, tingkat mobilitas sangat tinggi dan kebutuhan akan Internet tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya hotspot-hotspot gratis yang banyak dibangun. Namun bagi masyarakat yang tinggal jauh dari area free hostpot, mereka harus membeli antena grid, pigtail, AP (Access Point) client, outdorbox, POE (Powet Over Ethernet), pipa tower, kabel UTP (Unshielded twisted pair) dan biaya instalasi. Hal tersebut tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk mengatasinya sebagian masyarakat
menggunakan antena-antena alternatif seperti antena wajan bolic, payung bolic, antena tutup panci, antena kaleng dan
antena alternatif lainya untuk menjangkau hotspot.
Saat ini sudah banyak antena-antena alternatif yang dijual dipasaran dan jenisnya pun beragam. Tetapi masyarakat pada umumnya hanya sekedar mengenal keunggulan dari antena-antena tersebut tanpa mengetahui bukti rill yang ditinjau dari segi keilmuan seperti komponen-komponen yang digunakan, perhitungan-perhitungan yang digunakan dan performa dari masing-masing antena.
Dari permasalahan di atas maka perlu dilakukan suatu pembuatan dan analisis perbandingan antena wifi yang dapat dengan mudah dibuat, mempunyai
fungsionalitas tinggi serta murah dan terjangkau oleh masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian sebelumnya yang berhubungan pada antena wajan bolic dan antena kaleng. Untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan guna ketepatan pelaksanaan diuraikan sebagai berikut :
Ramadhan, (2009) meneliti tentang “Internet dengan wajan bolic” yang menitik beratkan pada antena wajan bolic
untuk Line of Sight (LoS) yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz untuk jaringan wireless LAN. Antena ini menggunakan reflektor dari wajan, dengan waveguide dari pipa paralon yang dilapisi dengan alumunium foil, dan penerima sinyal menggunakan wireless USB (Universal Serial Bus) adapter. Dari hasil pengukuran dan analisis diperoleh hasil bahwa antena wajan bolic adalah antena directional yang mempunyai keterarahan sinyal. Mempunyai nilai gain sebesar 11,15 dBi. Mempunyai polarisasi yang sejajar dengan antena pemancar.
Yurandi, (2013) Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah reflektor untuk frekuensi 2,4 GHz dan bagaimana memuat reflektor antena yang bisa menghasilkan
Wajan bolic secara umum terdiri atas reflektor dan waveguide. Jadi, diperlukan perhitungan untuk memperhitungan parameternya yang berupa titik focus reflector, panjang gelombang radio di udara, panjang gelombang radio di dalam waveguide, diameter pipa, posisi USB (Universal Serial Bus) adapter, panjang pipa yang dilapisi aluminium, panjang pipa keseluruhan dan jarak minimum.
Muslim, (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Wajan untuk Antena Wifi” dapat diangkat rumusan masalahnya adalah bagaimana caranya merancang dan membuat antena wifi dengan memanfaatkan wajan, agar dapat
digunakan sebagai alat untuk mendukung RT RW net. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil yang optimal
dari pembuatan antena wajan sebagai bahan utama pembuatan wajan bolic, dan dapat dibuat dengan mudah serta murah, serta diharapkan pengguna antena wajan bolic ini dapat memanfaatkannya sebagai antena jaringan RT RW net. Perangkat hardware dan software yang semakin mahal apalagi di saat krisis ini membuat kita mencari sumber daya yang murah dan baik untuk menghadapi era teknologi informasi yang pesat. Oleh karena itu kebutuhan akan hardware yang murah namun dapat digunakan secara optimal menjadi kebutuhan utama para user tak terkecuali para pelaku IT.
Dari telaah diatas penulis ingin mengembangkan bagaimana perbandingan antara wajan bolic dengan antena kaleng. Dengan mengangkat rumusan masalah seperti perbandingan kuat sinyal, kerugian (loss) ketika menemui obstacle pohon, gain, serta dari wajan bolic dan antena kaleng.
METODE
Metodologi penelitian ada beberapa tahapan yaitu tahapan awal yang dilakukan menganalisis kebutuhan hardware dan software yang diperlukan dalam penelitian. Setelah semua kebutuhan sudah dipersiapkan, langkah selanjutnya
memperhitungkan dan membuat antena yang akan dibuat. Langkah berikutnya melakukan pengujian perbandingan kuat
sinyal, nilai gain, serta penurunan sinyal saat menemui hambatan pohon pada antena wajan bolic dan antena kaleng. Jika tidak ada gangguan dan mendapatkan sebuah hasil dari penelitian, maka dilanjutkan dengan penulisan laporan hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
level sinyal. Kondisi antena pada saat penelitian berada pada ketinggian 2 meter diatas permukaan tanah dan menghadap kearah AP ( Access point ), sementara kondisi cuaca pada saat penelitian cerah.
Hasil pengujian indoor
Pengujian antena pada ruangan indoor dilakukan pada jarak 50 meter, dikarenakan kuat sinyal pada ruangan indoor lebih kecil dibandingkan pada ruangan outdoor. Hasil pengujian kuat sinyal dibuat dalam bentuk grafik, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan analisis.
1. Hasil pengujian USB wifi eksternal
tanpa reflektor.
Gambar 1 Kuat sinyal indoor tanpa reflektor
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 1 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -76 dB sampai -82 dB dengan
kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal – 79 dB.
2. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan antena kaleng.
Gambar 2 Kuat sinyal indoor antena kaleng
Berdasarkan hasil pengamatan pada
Gambar 2 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -68 dB sampai -80 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal – 75 dB.
3. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan wajan bolic tanpa tutup.
Gambar 3 Kuat sinyal indoor wajan bolic tanpa tutup
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 3 grafik mendeteksi sinyal sebesar
antara -70 dB sampai -78 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata
4. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan wajan bolic.
Gambar 4 Kuat sinyal indoor wajan bolic Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 4 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -71 dB sampai -77 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal – 74 dB.
Hasil pengujian outdoor
Pengujian antena outdoor ini dilakukan pada kondisi Line of Sight (LoS) atau tanpa hambatan dengan jarak 100 meter. Hasil pengujian ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam mengukur nilai gain. Berikut merupakan hasil dari pengujian outdoor dalam kondisi LoS.
1. Hasil pengujian USB wifi eksternal tanpa reflektor.
Gambar 5 Kuat sinyal outdoor tanpa reflektor
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 5 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -69 dB sampai -70 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal – 69.5 dB.
2. Hasil pengujian USB wifi eksternal
menggunakan antena kaleng.
Gambar 6 Kuat sinyal outdoor antena kaleng
3. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan wajan bolic tanpa tutup.
Gambar 7 Kuat sinyal outdoor wajan bolic tanpa tutup
Berdasarkan hasil pengamatan pada
Gambar 7 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -59 dB sampai -62 dB dengan
kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal –60 dB. Rata –rata sinyal yang diperoleh wajan bolic tanpa tutup dan antena kaleng dalam penelitian ini sama, namun sinyal yang dihasilkan wajan bolic lebih stabil, hal itu dikarnakan reflektor dari wajan yang membuat sinyal lebih fokus dalam penangkapannya.
4. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan wajan bolic.
Gambar 8 Kuat sinyal outdoor wajan bolic
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 8 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -59 dB sampai -65 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal –62 dB. Rata –rata sinyal yang diperoleh wajan bolic dan wajan bolic tanpa tutup dalam penelitian ini lebih besar rata – rata sinyal yang didapat wajan bolic tanpa menggunakan tutup yaitu lebih besar -2 dB, hal ini dikarenakan tutup yang dimaksudkan agar sinyal yang telah masuk ke dalam tutup pipa paralon tidak terpencar keluar, sebaliknya menjadi penghalang sinyal yang akan ditangkap.
Hasil pengujian outdoor dengan
hambatan pohon
Pengujian antena outdoor ini dilakukan pada kondisi terdapat hambatan
dengan jarak 100 meter. Pada pengujian ini hambatan pohon sekitar sepanjang 5 meter serta tinggi pohon sekitar 5 meter, kondisi pohon tersebut tidak terlalu lebat. Berikut merupakan hasil dari pengujian outdoor dalam kondisi terdapat hambatan pohon. 1. Hasil pengujian USB wifi eksternal
Gambar 9 Kuat sinyal tanpa reflektor pada hambatan pohon
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 9 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -77 dB sampai -83 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal –80 dB.
2. Hasil pengujian USB wifi eksternal
menggunakan antena kaleng.
Gambar 10 Kuat sinyal antena kaleng pada hambatan pohon
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 10 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -69 dB sampai -77 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal – 73 dB. Batas waktu yang
diteliti dari jam 13:20:07 sampai jam 13:21:32.
3. Hasil pengujian USB wifi eksternal menggunakan wajan bolic tanpa tutup.
Gambar 11 Kuat sinyal wajan bolic tanpa tutup pada hambatan pohon
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 11 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -71 dB sampai -75 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal –73 dB. Rata –rata sinyal yang diperoleh wajan bolic dan antena kaleng dalam penelitian ini sama, namun sinyal yang dihasilkan wajan bolic lebih stabil, hal itu dikarnakan reflektor dari wajan yang membuat sinyal lebih fokus
dalam penangkapannya.
4. Hasil pengujian USB wifi eksternal
menggunakan wajan bolic.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 4.12 grafik mendeteksi sinyal sebesar antara -73 dB sampai -77 dB dengan kondisi sinyal tidak stabil, dan rata – rata sinyal –74 dB.
Pengukuran Gain
Pengukuran gain maksimum antena
ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan wireless USB adapter yang digunakan. Perhitungan yang digunakan adalah dengan membandingkan level sinyal maksimum yang diterima wireless USB adapter dengan level sinyal maksimum yang diperoleh antena. Untuk mengetahui nilai level sinyal maksimum
yang diterima oleh wireless USB adapter adalah dengan mengkoneksikan wireless USB adapter ke access point tanpa bantuan
antena ataupun waveguide. (Adiyanto, 2008)
Pencarian nilai gain pada percobaan ini diambil nilai dari hasil percobaan pada pengujian antena dengan kondisi outdoor dan keadaan tanpa hambatan. Berikut merupakan hasil dari pencarian nilai gain yang didapat dari antena kaleng dan wajan bolic.
1. Gain antena kaleng
Menentukan gain pada antena kaleng dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut.
Gk = (Pt – Ps) + Gs ...(4.1)
Berdasarkan persamaan 4.1, maka dapat ditemukan hasil dari gain antena kaleng adalah sebagai berikut:
= (- 59 dB) – (- 69dB) + 2.15dB = 12.15 dB
Keterangan dari persamaan 4.1 adalah: Gw = Gain antena kaleng (dB)
Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diperoleh antena Kaleng (dB) Ps = Nilai level sinyal maksimal
yang diterima wireless USB adapter (dB)
Gs = Gain wireless USB adapter (2,15dB)
2. Gain Wajan Bolic
Menentukan gain pada antena kaleng
dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut.
Gw = (Pt – Ps) + Gs ...(4.2)
Berdasarkan persamaan 4.2, maka dapat ditemukan hasil dari gain antena kaleng adalah sebagai berikut:
= (- 59 dB) – (- 69dB) + 2.15dB = 12.15 dB
Keterangan dari persamaan 4.2 adalah: Gw = Gain antena wajan bolic(dB)
Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diperoleh antenna wajan bolic (dB) Ps = Nilai level sinyal maksimal yang
Perbandingan Fleksibilitas Antena Dari penelitian dan pengujian yang telah dilakukan terhadap antena kaleng dan antena wajan bolic dapat ditarik kesimpulan bahwa antena kaleng yang lebih fleksibel dibanding dengan wajan bolic. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 berikut:
Tabel 1 Flexibilitas Antena
Berdasarkan table 4.3 diatas: 1. Antena Kaleng
Antena kaleng memiliki bentuk yang
sederhana, bahan yang digunakan mudah diperoleh dan tidak harus membeli yang baru, pembuatannya sangat sederhana dan hanya memerlukan sedikit alat untuk membuatnya dan waktu yang diperlukan tidak lama.
2. Antena Wajan bolic
Pembuatan antena wajan bolic lebih sulit dibanding antena kaleng antena, komponen yang dibutuhkan lebih banyak. Bahan utamanya yaitu wajan yang digunakan sebagai reflektor harus yang masih layak, sehingga harus membeli yang baru. Pembuatan
antena wajan bolic memerlukan perhitungan yang lebih detail dibanding antena kaleng, terutama pada bagian feeder. Pembuatan pada tahap yang rumit yaitu pada tahap pembuatan feeder, pada tahan feeder memerlukan ketelitian dalam pembuatannya.
Perbandingan Biaya
Pada implementasinya pembuatan antena tentu memerlukan biaya. Biaya yang dikeluarkan antara antena kaleng dan antena wajan bolic pasti berbeda, dan antena yang paling sedikit membutuhkan biaya yaitu antena kaleng, untuk lebih
jelasnya sebagai berikut: 1. Antena Kaleng
Biaya pembuatan antena kaleng tidak
mahal. Bahan pembuatan antena kaleng tidak terlalu banyak. Berikut merupakan tabel daftar bahan yang digunakan untuk membuat antena kaleng.
Tabel 2 Daftar harga bahan antena kaleng
2. Antena Wajan bolic
Bahan pembuatan wajan bolic cukup banyak sehingga memerlukan biaya yang cukup banyak pula, untuk harga – harga bahan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Daftar harga bahan antena Wajan bolic
Berdasarkan perbandingan biaya yang
diperlukan untuk pembuatan masing – masing antena, biaya yang paling banyak
yaitu biaya pembuatan antena wajan bolic.
Pengujian Terhadap User
Pengujian dilakukan dengan cara user melakukan uji coba antena ini secara langsung. Hal ini dilakukan sebagai bukti riil tentang pengujian antena, serta mengetahui pendapat dari para pengguna antena. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan masukan dari responden adalah dengan melakukan pengisian
kuesioner yang telah dibuat penulis. tabel 4 berikut merupakan kuesioner serta jawaban dari 6 orang responden yang telah melakukan uji coba antena.
Tabel 4 Kuesioner
Keterangan dari tabel 4.6 : SS = Sangat Setuju. TS = Tidak Setuju R = Ragu
S = Setuju.
STS = Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan sebagai berikut:
Gambar 13 Pernyataan 1
2. Pada Gambar 14 diketahui bahwa 67% dari semua responden memilih jawaban Sangat Setuju (SS), yaitu antena kaleng lebih efisien dibandingkan wajan bolic dalam hal biaya.
Gambar 14 Pernyataan 2
3. Pada Gambar 15 diketahui bahwa setelah menggunakan wajan bolic dan antena kaleng kondisi sinyal meningkat, 50% dari semua responden memilih jawaban Sangat Setuju (SS).
Gambar 15 Pernyataan 3
4. Pada Gambar 16 diketahui bahwa 50% dari semua responden memilih
jawaban Setuju (S), yaitu kuat sinyal yang diperoleh wajan bolic lebih besar dibandingkan kuat sinyal yang diperoleh antena kaleng.
Gambar 16 Pernyataan 4
5. Pada Gambar 17 diketahui bahwa sinyal yang diperoleh wajan bolic tanpa tutup lebih besar dari pada sinyal yang diperoleh wajan bolic dengan tutup, 83% responden yang ragu (R)
Gambar 17 Pernyataan 5
6. Pada Gambar 18 diketahui bahwa sinyal yang diperoleh wajan bolic lebih stabil dibanding sinyal yang diperoleh antena kaleng, 50% responden yang Setuju (S)
7. Pada Gambar 19 diketahui bahwa 66% responden yang setuju (S) dengan pernyataan kondisi sinyal dengan menggunakan wajan bolic dan antena kaleng saat menemui obstacle pohon menurun.
Gambar 19 Pernyataan 7
8. Pada Gambar 20 diketahui bahwa ketinggian antena mempengaruhi kuat sinyal, 50% dari seluruh responden menjawab setuju (S)
Gambar 20 Pernyataan 8
9. Pada Gambar 21 diketahui bahwa nilai gain dari wajan bolic lebih besar dari pada nilai gain dari antena kaleng, 50% dari seluruh responden menjawab setuju (S)
Gambar 21 Pernyataan 9
10. Pada Gambar 22 diketahui bahwa kemudahan penggunaan Software WirelessMon, 33% responden sangat setuju (SS) dan 33% responden setuju (S)
Gambar 22 Pernyataan 10 Kesimpulan pengujian terhadap user: Setelah dilakukan pengujian antena sebagian besar responden menyatakan sangat setuju (SS) dan setuju (S) pada kuesioner, walaupun peneliti menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian tentang kedua antena ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan dan pengukuran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan dan implementasi antena kaleng lebih sederhana dan sinyal yang diperoleh cukup baik, sedangkan untuk biaya pembuatannya relatif lebih hemat, tapi untuk pemfokusan sinyal masih kurang sehingga stabillitas sinyal masih kurang dibandingkan wajan bolic.
wajan bolic, dapat dilihat bahwa pada saat memakai reflector wajan dan antena kaleng mendapatkan rata-rata sinyal yang sama, namun wajan bolic lebih stabil dalam menangkap kuat sinyal.
3. Penurunan sinyal tanpa menggunakan reflektor akibat hambatan pohon sebesar 10.5 dB, sedangkan penurunan sinyal dengan menggunakan reflektor antena kaleng dan wajan bolic tanpa tutup akibat hambatan pohon sebesar 13 dB, serta wajan bolic dengan tutup sebesar 12 dB.
4. Gain yang diperoleh antena kaleng dan wajan bolic tanpa tutup sama yaitu sebesar 12.15 dB.
5. Faktor cuaca sangat mempengarui kekuatan sinyal, dalam penelitian cuaca yang baik untuk kekuatan sinyal adalah tidak mendung juga tidak terlalu panas.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto. Molin, 2008, “Pembuatan Antena Wajan bolic”, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
Ariyus, Dony and Rum Andri K.R, 2008, ”Komunikasi Data”, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta
Muslim. Much Aziz, 2008, “Pemanfaatan Wajan untuk Antena Wifi”, Universitas Stikubank ,Semarang
Pangera. Ali Abas, 2008, “Menjadi Administator Jaringan Nirkabel”, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta
Ramadhan. Syaiful, 2011, “Internet dengan wajan bolic”, Universitas Gunadarma
Sasongko. Dimas, 2008, “Rancang Antena Kaleng Silinder untuk komunikasi Wireless LAN 2.4 Ghz”, Universitas Satya Negara Indonesia
Wowok, 2008, “Antena Wireless Untuk Rakyat”, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta