• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN HARA TANAH LAPISAN ATAS DI LERENG TENGGARA GUNUNGAPI SINABUNG PASCA ERUPSI 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KANDUNGAN HARA TANAH LAPISAN ATAS DI LERENG TENGGARA GUNUNGAPI SINABUNG PASCA ERUPSI 2013-2014."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN HARA TANAH LAPISAN ATAS

DI LERENG TENGGARA GUNUNGAPI SINABUNG

PASCA ERUPSI 2013-2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: DITA SAFITRI NIM. 3103131013

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

ABSTRAK

Dita Safitri, 3103131013. Analisis Kandungan Hara Tanah Lapisan Atas di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung Pasca Erupsi 2013-2014. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNIMED, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di tanah lapisan atas (topsoil) (2) Tekstur tanah lapisan atas (topsoil) (3) Kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 di lereng tenggara Gunungapi Sinabung, Kabupaten Karo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan yang ada di lereng tenggara dari radius 3 km hingga 10 km dari puncak gunung. Ada 9 titik sampel yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa studi dokumenter, observasi lapangan dan pengukuran kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan HidyahNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah: Analisis Kandungan Hara Tanah Lapisan Atas di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung Pasca Erupsi 2013-2014. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis Menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak kekurangan dan rintangan karena keterbatasan dan kurangnya pengetahuan penulis, untuk itu kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Nurmala Brutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.

4. Bapak Drs.Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi dan Ibu

Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

5. Bapak Drs. Nahor M. Simanungkalit, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

7. Ibu Dra. Elfayetti, M.P dan Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si, M.Sc

selaku dosen penguji skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

9. Bapak H. Siagian yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan

informasi.

10. Bapak Drs. Tulis Sembiring, Sekretaris Bakesbang Kabupaten Karo yang telah

memberikan rekomendasi izin penelitian.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua yang teramat penulis sayangi Ayahanda

(7)

iv

memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Teristimewa kepada adik-adik Astri Nurhanifah, Muhammad Yunan Tamimi

dan Muhammad Ammar Habib yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

13. Sahabat-sahabat yang sudah membantu penulis, Ria M. Pulungan S.Pd, Eka Sri

Dewianti S.Pd, Asra Febriana. Z, Fitri A. Ritonga S.Pd, Isma Hadayani, Miska Fauziah Siregar dan Rosinta Silaban.

14. Teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Geografi, Elsany Saragih, Nelvia M.

Sari Gea, Danti Novita, Anggita Hidayana Hasibuan S.Pd dan seluruh teman C Reguler 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap sekiranya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Penulis dengan lapang dada dan dengan hati terbuka menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan kualitas tulisan ilmiah penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 November 2014

Dita Safitri

(8)

vi

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Prosedur Pengambilan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Diagram Alir Penelitian ... 34

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 35

B. Kondisi Fisik ... 35

C. Kondisi Non Fisik ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA...75

(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Klasifikasi Unsur N Total...………..18

2. Klasifikasi Unsur P Tersedia...……….20

3. Klasifikasi Unsur K Tersedia...………..21

4. Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah...……….23

5. Status Kandungan Bahan Organik...………25

6. Rasio Luas Wilayah Terhadap Luas Kabupaten Karo Tahun 2012…….……..37

7. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Karo………..………...38

8. Tinggi Wilayah Kecamatan Kabupaten Karo di Atas Permukaan Laut (DPL).39

9. Rata-rata Curah Hujan Tahunan Kabupaten Karo Tahun 2014……….41

10.Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson………..……….42

11.Kelerengan di Tenggara Gunung Api Sinabung………44

12.Penggunaan Lahan Di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung…………..….46

13.Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013……..50

14.Kepadatan Penduduk dirinci Per-Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013..51

15.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Karo Tahun 2012..52

16.Kandungan Unsur N di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...………….57

17.Kandungan Unsur P di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ………..59

18.Kandungan Unsur K di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung…….……….60

19.Kandungan pH di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...62

20.Tekstur Tanah di Lereng Tenggara Gunung Ap Sinabung...64

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir………..28

2. Diagram Alir Penilitian...34

3. Peta Lokasi Penelitian...………...36

4. Peta Kemiringan Lereng di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ……..…45

5. Peta Penggunaan Lahan di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung...47

6. Peta Jenis Tanah di Lereng Tenggara Gunung Api Sinabung ………...49

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Klasifikasi Unsur N Total...……….…78

2. Klasifikasi Unsur P Tersedia... ……….78

3. KlasifikasimUnsur K Tersedeia... ………...78

4. Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah ………..………...79

5. Status Kandungan Bahan Organik………....………79

6. Lembar Observasi...……….………80

7. Tabel Pengukuran...……….………80

8. Data Curah Hujan...……….………81

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

of Fire atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik

daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang

mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan

mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai

sabuk gempa Pasifik. Kepulauan Indonesia termasuk daerah vulkanis yang aktif di

dunia dan menurut Van Bemmelen (dalam Harahap, 2007), terdapat sebanyak 128

gunungapi tersebar pada berbagai pulau di Indonesia. Keberadaan gunung-gunungapi

aktif ini menyebabkan tanah di daerah sekitar gunungapi menjadi subur.

Menurut Munir (dalam Harahap, 2007), material-material yang dikeluarkan oleh

suatu aktivitas vulkanisme berupa gas, cair, dan padat. Gas-gas yang keluar antara

lain uap air, O2, N2, CO2, CO, SO2, H2S, NH3, H2SO4, dan sebagainya. Materi cair

yang dikeluarkan adalah magma yang keluar melalui pipa gunung yang disebut lava

sedangkan materi padat yang disemburkan ketika gunungapi meletus berupa bom

(batu-batu besar), kerikil, lapilli, pasir, debu serta debu halus.

Tanah yang ada di sekitar gunungapi adalah jenis tanah vulkanik. Tanah

vulkanis merupakan tanah yang berasal dari hasil letusan gunungapi, pada saat

gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yang siap untuk dimuntahkannya

yaitu berupa bahan padatan, cair dan gas. Bahan padatan dapat berupa pasir dan debu

vulkan, sedangkan bahan cair dapat berupa lava. Bahan-bahan vulkanis tersebut

(13)

2

yang berkembang dari debu vulkan tergolong subur dan cocok dijadikan sebagai

lahan pertanian seperti tanaman hortikultura. Menurut Lembaga Penelitian Tanah

(dalam Harahap, 2007), bahwa luas tanah ini di Indonesia sekitar 6,5 juta ha atau 34

% tersebar di daerah-daerah vulkan dan dijadikan sebagai daerah untuk lahan

pertanian terutama bagi tanaman hortikultura dan perkebunan.

Tanah vulkanis Indonesia memiliki beragam bahan induk, akibat letusan

gunungapi pada periode kwarter–tersier. Pembentukkan tanah vulkanis berasal dari

lahar, lava, tuff dan debu vulkanik yang bersifat rhiolitik (reaksi masam dengan

kadar mineral silika (SiO2) 67 – 75 % sampai andesit (reaksi intermediet dengan

kadar SiO2) 55 – 65 %. Hasil letusan tersebut berupa padatan sebagai bahan

piroklastik seperti bom, lapili, pasir dan debu yang semula berupa cairan lava, pumis,

dan lahar yang membeku (Tan dalam Harahap, 2007).

Di Pulau Sumatera tercatat sebanyak 31 gunungapi yang membentuk jajaran

pegunungan Bukit Barisan dan tujuh diantaranya terdapat di Provinsi Sumatera Utara

(Litbang Sumatera Utara, 2010). Pulau Sumatera mempunyai lahan pegunungan

seluas 15.238.140 ha atau 32,1 %, sedangkan luas tanah vulkanis sekitar 2.725.000

ha atau 5.75 % (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1997). Debu vulkan yang

berasal dari Pulau Sumatera umumnya bersifat dasit (masam), andesitik (intermediet)

dan rhiolitik (Harahap, 2007).

Gunungapi Sinabung berbentuk strato, terletak di Dataran Tinggi Karo, Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak pada posisi 3º 10’ LU, 98º 23,5’ BT

dengan ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut. Dataran Tinggi Karo secara

administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Karo (Wikipedia, 2014).

(14)

3

karena tanah yang terdapat di dearah ini terbentuk dari material-material vulkanik.

Kesuburan tanah ini menjadikan Kabupaten Tinggi Karo terkenal sebagai daerah

penghasil berbagai buah-buahan, bunga-bungaan dan sayur-sayuran. Mata

pencaharian penduduk yang paling utama adalah usaha di bidang pertanian pangan,

hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan

yang cocok sebagai lahan pertanian sayuran dataran tinggi. Jenis sayuran yang

banyak dihasilkan di Kabupaten Karo adalah tomat, kol, kentang, labu, cabe, buncis,

wortel, lobak dan lain sebagainya (BPS Kabupaten Karo, 2012). Daerah tersebut

memasok berbagai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan untuk kebutuhan daerah

baik di perkotaan/kabupaten di Sumatera Utara, bahkan sampai ke Provinsi Aceh,

Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Batam serta kebutuhan hotel-hotel di

daerah pariwisata.

Gunungapi Sinabung tidak pernah aktif sejak tahun 1600 hingga kemudian

meletus kembali pada tahun 2010. Pada tahun 2013, Gunungapi Sinabung meletus

kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama

terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore

harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan

ini melepaskan awan panas dan debu vulkanik. Hasil pemantauan secara visual oleh

Badan Geologi sejak 16 Maret – 22 Maret 2014 terjadi beberapa kali guguran awan

panas ke arah barat, barat daya, tenggara dan timur. Tanggal 23-29 Maret 2014

puncak gunung teramati tertutup kabut tebal, terjadi guguran debu vulkanik ke arah

selatan, tenggara hingga timur. Guguran awan panas masih terus terjadi hingga April

2014. Terhitung sejak 8 April 2014 pukul 17.00 WIB, status Gunungapi Sinabung

(15)

4

yang berasal dari letusan ini membawa material-material yang menumpuk dan

merusak lahan-lahan pertanian terutama yang berada di radius yang dekat dengan

puncak gunung. Aktifitas letusan inilah yang membentuk tanah vulkanik di daerah

sekitar lereng gunung.

Dataran tinggi tanah Karo merupakan kawasan penyebaran Tuff Andesit dari

lahar Gunungapi Sinabung dan Gunung Sibayak (Tan dalam Harahap, 2007). Namun

semakin ke selatan tanah-tanah dataran tinggi Karo dipengaruhi juga oleh

penyebaran Tuff Liparit yang berasal dari Gunung Toba. Tanah – tanah yang

terdampak debu vulkanik di Kabupaten Karo berupa tanah andisol dan inceptisol

(Wikipedia, 2014).

Andisol merupakan salah satu jenis tanah di daerah tropika yang memiliki sifat

khas yang tidak dimiliki oleh jenis tanah yang lain. Tanah ini dicirikan oleh bobot isi

yang rendah dan memilki kompleks pertukaran yang didominasi oleh bahan amorf

yang bermuatan variabel serta retensi fosfat yang tinggi. Tanah yang terbentuk dari

debu volkan ini umumnya ditemukan di daerah dataran tinggi (>400m di atas

pemukaan laut) (Darmawidjaya, 1997).

Letusan Gunungapi Sinabung yang terjadi pada tahun 2013-2014 didominasi

oleh pasir dan debu halus. Fiantis (dalam Harahap, 2007) menyatakan bahwa bahan

padatan ini berdasarkan diameter partikelnya terbagi atas debu vulkan (< 0.26 mm)

yang berupa bahan lepas dan halus, pasir (0.25 – 4 mm) yang lepas dan tumpul,

lapilli atau ‘little stone’ (4 – 32 cm) yang berbentuk bulat hingga persegi dan bom (>

32 mm) yang bertekstur kasar.

Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang

(16)

5

dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya

jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus

dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo, 2009).

Debu yang jatuh dan menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif dan

negatif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah, secara tidak langsung,

adalah memperkaya dan meremajakan tanah yang juga meningkatkan pertumbuhan

tanaman, sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi permukaan

daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut lambat laun

akan mati. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman. Dampak negatif

lainnya adalah kemungkinan terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik

tersebut. Penelitian kandungan debu vulkanik di Fuego, Costa Rica menunjukkan

rata-rata kandungan Al, B, Ca, Cd, Cl, Cu, Fe, Li, dan Pb secara berturut-turut

(dalam mg/kg) adalah 5,2; 0,088; 400; 0,008; 124; 2.08; 0,044; 0,104 (Wikipedia

dalam Andhika, 2011).

Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman

yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi

jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun.

Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara

yang menyuburkan tanah. Dalam hitungan bulan, terjadinya hujan dapat membuat

lapisan debu vulkanik yang tertumpuk di permukaan tanah mengalami pencucian

(leaching) dan mineral-mineral yang terkandung dalam debu vulkanik akan meresap

ke dalam tanah.

Penyerapan bahan kimia selain dipengaruhi oleh faktor pencucian juga

(17)

6

tekstur tanah tanah merupakan salah satu sifat fisika yang mempengaruhi

kemampuan tanah untuk mengikat air dan unsur hara. Kandungan bahan organik

pada tanah pertanian juga menjadi faktor penentu yang sangat penting. Bahan

organik diketahui dapat membantu memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah (Suriadi,

2005). Bahan organik juga menjadi salah satu indikator kesuburan tanah.

Lereng tenggara Gunungapi Sinabung adalah salah satu lereng dengan dampak

erupsi yang paling parah. Berdasarkan catatan Badan Geologi, tanggal 17 November

2013 terjadi 3 (tiga) kali erupsi yang diikuti awan panas ke arah Tenggara dan pada

tanggal 19 November 2013, pukul 21:55 WIB, terjadi erupsi debu vulkanik, warna

abu-abu tebal, tinggi kolom debu 10.000 meter, arah debu vulkanik ke barat daya,

amplitudo maksimum 120 mm (over scale), di puncak terlihat kilatan petir, lama

gempa 43 menit. Terjadi luncuran awan panas kearah tenggara dengan jarak 500

meter, terdengar suara gemuruh ± 3 menit dan terdengar dentuman hingga jarak 15

km. Jika ditarik garis lurus dari puncak Gunungapi Sinabung ke arah tenggara dari

radius 3 km sampai dengan radius 10 km, maka desa yang masuk ke wilayah ini

adalah Desa Berastepu, Desa Pintu Besi, Desa Beganding dan Desa Nang Belawan.

Desa-desa yang berada di sepanjang lereng tenggara merupakan desa-desa dengan

lahan pertanian holtikultura.

Pasca bencana yang mengakibatkan rusaknya lahan pertanian dan perubahan

tingkat kesuburan tanah . Daerah yang berada di radius yang lebih dekat dengan

puncak gunung, terkena dampak yang berbeda dengan daerah yang berada dalam

radius yang lebih jauh. Ketebalan debu yang menutupi lapisan tanah di setiap daerah

juga berbeda-beda. Di beberapa tempat debu vulkanik menutupi permukaan tanah

(18)

7

diperlukan penelitian di setiap radius dengan ketebalan debu vulkanik yang beerbeda

untuk dapat mengetahui dampak debu vulkanik pasca erupsi terhadap kandungan

unsur hara makro primer, tekstur tanah dan kandungan bahan organik di lereng

tenggara Gunungapi Sinabung. Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan

riset di daerah vulkanis Gunungapi Sinabung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui masalah yang muncul,

antara lain:

1. Kondisi lahan pertanian yang rusak akibat erupsi di lereng tenggara Gunungapi

Sinabung.

2. Permukaan tanah tertutup lapisan debu vulkanik dan material piroklastik lainnya

di lereng tenggara Gunungapi Sinabung.

3. Berubahnya sifat fisika, kimia dan biologi tanah akibat erupsi di lereng tenggara

Gunungapi Sinabung.

4. Terjadi penambahan zat-zat kimia ke dalam tanah pasca erupsi yang sebagian

besar dibawa oleh air hujan dan meresap ke dalam tanah di lereng tenggara

Gunungapi Sinabung.

5. Pengelolaan kembali lahan pertanian pasca erupsi di lereng tenggara Gunungapi

Sinabung.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada:

1. Unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di tanah lapisan atas

(19)

8

2. Tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara Gunungapi

Sinabung.

3. Kandungan bahan organik di tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara

Gunungapi Sinabung.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di

tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi

Sinabung?

2. Bagaimana tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca

erupsi Gunungapi Sinabung?

3. Bagaimana kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng

sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi Sinabung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kandungan unsur hara makro primer dan tingkat keasaman (pH) di

tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca erupsi Gunungapi

Sinabung.

2. Mengetahui tekstur tanah lapisan atas (topsoil) di lereng sebelah tenggara pasca

erupsi Gunungapi Sinabung.

3. Mengetahui kandungan bahan organik tanah lapisan atas (topsoil) di lereng

(20)

9

F. Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

- Sumber data dan informasi untuk mata kuliah Geografi Pertanian.

- Dalam bidang pendidikan, dapat menjadi bahan pembelajaran tambahan pada

materi Sumberdaya Alam dan Pedosfer, mata pelajaran Geografi SMA.

2. Manfaat Praktis

- Sumber informasi bagi Pemerintah Kabupaten Karo, masyarakat dan

pihak-pihak terkait untuk pengelolaan lahan pertanian.

- Bahan studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

selanjutnya.

- Untuk menambah wawasan dan mempertinggi sikap ilmiah peneliti dalam

(21)

72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap kandungan unsur hara

tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo

dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Kandungan Unsur Hara Makro Primer dan Tingkat Keasaman Tanah Lapisan

Atas Pasca Erupsi

Kandungan unsur hara makr primer di lereng tenggara Gunungapi Sinabung

adalah sebagai berikut: (a) kandungan unsur N (nitrogen) tanah lapisan atas (topsoil)

di lereng tenggara Gunung Api Sinabung secara keseluruhan termasuk sedang

(rata-rata 0,23%) dan bisa digunakan untuk bertani. Berdasarkan penelitian dapat

disimpulkan bahwa penambahan debu vulkanik pada tanah dalam jumlah yang tidak

berlebihan dapat meningkatkan kandungan N pada tanah, (b) Kandungan rata-rata

unsur P (posfor) tanah lapisan atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung

adalah 9,50 ppm yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan penelitian,

penambahan debu vulkanik pada tanah dengan jumlah yang tidak berlebihan akan

meningkatkan kandungan P tanah, (c) kandungan rata-rata K (kalium) tanah lapisan

atas (topsoil) di lereng tenggara Gunung Api Sinabung termasuk dalam kategori

tinggi (mencapai 0,84 mg). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa

penambahan debu vulkanik dalam jumlah yang tidak berlebihan akan meningkatkan

(22)

73

Gunung Api Sinabung secara umum bersifat asam dengan pH dibawah 6 (rata-rata

5,1) . Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak dengan puncak

gunung dan semakin tebal lapisan debu vulkanik yang menutupi tanah, semakin

rendah pH-nya.

2. Tekstur Tanah di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Tekstur tanah di lereng tenggara hampir sama. Hasil uji laboratorium

menunjukkan bahwa tanah di lereng tenggara memiliki tekstur debu berpasir dan

pasir berdebu dengan fraksi debu dan pasir yang lebih dominan. Rata-rata kandungan

fraksi debu sebanyak 44,32% dan fraksi pasir mencapai 53,63%. Tanah dengan

tekstur tersebut memiliki kemampuan menahan air dan hara yang sedang. Pemberian

debu vulkanik pada tanah mempengaruhi persentase pasir, debu, dan liat, namun

tidak mengubah tekstur tanah (Andhika, 2011).

3. Kandungan Bahan Organik di Lereng Tenggara Gunungapi Sinabung

Kandungan rata-rata bahan organik di lereng tenggara Gunung Api Sinabung

termasuk dalam kategori sedang (2,8%). Tanah yang memiliki kandungan bahan

organik terendah adalah tanah yang tertutup debu vulkanik tebal dan yang tertinggi

adalah tanah yang sama sekali tidak tertutup debu vulkanik. Berdasarkan hasil uji

laboratorium dapat dilihat bahwa semakin tebal debu penutupnya, semakin rendah

kandungan bahan organiknya. Hal ini disebabkan proses pelapukan material letusan

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk bisa meningkatkan kandungan

bahan organik tanah. (Rauf, 2014). Letusan yang terus-menerus mengakibatkan

tumpukan material bersuhu tinggi dan debu vulkanik semakin tebal mengakibatkan

(23)

74

(bahkan makroorganisme seperti cacing akan mati) sehingga menurunkan kandungan

bahan organik tanah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat penulis berikan

antara lain:

1. Kandungan unsur hara makro primer yaitu nitrogen dan posfor termasuk dalam

kategori sedang. Untuk memaksimalkan produktifitas dapat ditambahkan pupuk

baik berupa pupuk alami (kompos) maupun buatan. Unsur kalium sudah tersedia

cukup untuk kegiatan pertanian.

2. PH tanah yang rendah dapat menyebabkan kurang maksimalnya penyerapan

unsur hara, terutama unsur hara yang larut dalam air. Untuk menaikkan pH

hingga batas normal, dapat ditambahkan zat kapur (CaCO3).

3. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah di daerah yang memiliki

kandungan bahan organik yang rendah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan

antara lain dengan pemberian pupuk kandang yang sudah dikomposkan,

meletakkan serasah-serasah (sisa dari tanaman-tanaman yang sudah mati atau

daun-daunan yang gugur). Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kandungan bahan organik tanah adalah dengan pupuk hijau. Pupuk hijau adalah

kegiatan penanaman tanah dengan tumbuhan kacang-kacangan atau yang

(24)

78

78

DAFTAR PUSTAKA

Albert, Daniel S. 2012. Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Konstanta Kisi Debu Vulkanik Gunung Sinabung. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Andhika, Mirza M. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Fisika Dan Kandungan Logam Berat Pada Tanah Inceptisol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Anonim. 2010. Gunung Api di Sumatera Utara. Litbang Sumut.

_______. 2014. Gunung Sinabung. Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung diakses 28 April 2014.

_______. 2014. Nutrien. Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Nutrien diakses 20 Maret 2014.

Anda, Markus. 2011. Potensi Hara di Balik Bencana Letusan Gunung Api. Jurnal Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Arsyad, Sitanala. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

BPS Kabupaten Karo. 2014

Bappeda. 2014. Karo dalam Angka 2014. Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Karo

Cottenia, A. 1980. Soil and Plant Testing as a Basis of Fertilyzer Recommendations. Soil Buletin no.38/FAO. Roma.

Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(25)

79

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Harahap, Irvana Heru. 2007. Kajian Sifat Kimia Tanah Vulkanis Pasca Erupsi Gunung Talang 12 April 2005 Di Aie Batumbuk Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Skripsi. Fakultas Pertanian Univeritas Andalas.

Hermanto, Catur. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Hermawati, Nofia (dkk). 2011. Aplikasi Teknologi Nuklir Untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010 Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat (AANC). PLTN Yogyakarta.

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jamulya dan Yuniarto, T.1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan-ESL Pertanian. Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1997

Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. Departemen Pendidikan Nasional http://kbbi.web.id/lereng, diakses 28 April 2014.

Rachim, A. Junaedi dan Mahfud Arifin. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta. Jakarta.

Rahmatika, Widayana. 2014. Peran Bahan Organik Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Kadiri. http://www.fp.uniska-kediri.ac.id/hal.php?page=3 diakses tanggal 15 Mei 2014.

Rauf, Abdul. 2014. Debu Vulkanik Suburkan Tanah Pertanian Karo. Harian Medan Bisnis Edisi 17 September 2014. Medan

Selpan, M. 2011. Tekstur Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana www.fp.unud.ac.id diakses tanggal 15 Mei 2014

(26)

80

Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Identifikasi dan Penentuan Logam Berat pada Tanah Vulkanik di Daerah Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Seminar Nasional V SDM Teknologi. Yogyakarta.

Suriadi, Ahmad dan Moh.Nazam. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik (Kasus di Kabupaten Bima). Departemen

Pertanian NTB. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2005/SP/penilaian.doc

diakses tanggal 15 Mei 2014.

Suriadikarta, DA (dkk). 2010. Identifikasi Sifat Kimia Abu Volkan, Tanah Dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Syaifuddin. 2013. Tekstur Tanah. Badan Penyuluhan & Pengembangan SDM

Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

http://www.stppgowa.ac.id/informasi/artikel-ilmiah/154-tekstur-tanah. Gowa.

Syekhfani. 2013. Manajemen Unsur NPK. Universitas Brawijaya

http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/2013/10/soil-manajemen-unsur-npk/, diakses tanggal 10 Maret 2013.

Referensi

Dokumen terkait

EGAR MEJUPAN (E014960S6), Pengukuran Biomassa dan Kandungan Hara Kalsium (Ca) di atas Pennukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kastls eli HPH PT. Diamond Raya

Telah dilakukan identifikasi kandungan logam berat menggunakan metode magnetik pada tanah lapisan atas pada empat lokasi di kota Sawahlunto yaitu pada daerah pertambangan,

Pada lapisan tanah bagian atas pada areal lahan yang kosong yang pernah ditumbuhi tegakan dengan spesies yang sama selama 39 tahun masih mempunyai kandungan karbon

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan logam berat yang dapat diserat tanaman antara lain adalah pH tanah, kapasitas tukar kation, kandungan bahan organik, tekstur tanah,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,