BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang optimal (Kurnia, 2008). Pertumbuhan dasar yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto (2009) gigi merupakan jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Kesehatan gigi dipengaruhi oleh kandungan gizi pada makanan, jenis makanan, kebersihan gigi dan kepekaan air ludah (Moestopo, 2000).
Menurut laporan penelitian oleh pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 2007 menyatakan bahwa gigi berlubang telah meningkat khususnya pada anak balita dan anak pra sekolah, yaitu dari 24% meningkat menjadi 28%. Khususnya untuk anak usia 2–5 tahun meningkat 70 % dari karies yang ditemukan.
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2013 menunjukkan 74.1% penduduk mengalami karies gigi dan 68.9% tidak dirawat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang membawahi 12 puskesmas pada tahun 2013, ditemukan 306 kasus karies gigi pada balita 1-4 tahun. Prevalensi kejadian karies gigi terbesar berada di Puskesmas Polokarto yang mencapai 87 kasus yaitu sebesar 28,4%.
difermentasikan. Karbohidrat dapat diubah oleh mikroorganisme yang dapat merusak email pada gigi sehingga terjadinya karies gigi (Donald dkk, 2004)
Konsumsi karbohidrat yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya karies gigi karena dapat meningkatkan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak akan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan tersebut struktur email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut (Donald dkk, 2004)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mengalami kejadian karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies (Artaria, 2009). Menurut penelitian lain diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2004) menjelaskan bahwa ada hubungan keparahan karies gigi dengan tingkatan asupan zat gizi pada anak sekolah dasar. Penelitian lain dilakukan oleh Haryani (2002) menjelaskan bahwa semakin tinggi asupan karbohidrat maka semakin tinggi pula tingkat keparahan karies gigi.
pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut sehingga anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada anak-anak ketika setelah mengkonsumsi makanan mereka jarang melakukan kumur ataupun menggosok gigi, walaupun terdapat beberapa anak-anak yang melakukan menggosok gigi akan tetapi mereka hanya melakukan satu hari sekali pada saat mandi pagi atau sore hari sehingga dapat memicu terjadinya karies gigi.
Salah satu cara pencegahan penyakit karies gigi dan radang gusi adalah memelihara kebersihan mulut melalui sikat gigi yang baik dan teratur. Kebiasaan menyikat gigi sebaiknya dimulai sejak kanak-kanak. Anak harus dikenalkan dengan sikat gigi sejak gigi susunya mulai tumbuh. Mengajarkan anak menggosok gigi sama halnya dengan mengajarkan mandi. Sejak bayi dilahirkan, anak harus mandi secara rutin dan teratur, menggosok gigi juga harus sudah dimulai sejak bayi meskipun saat itu bayi belum mengkonsumsi makanan padat, tapi setelah menyusui sebaiknya gusi harus dibersihkan. Jika dilakukan secara terus-menerus maka tindakan tersebut akan menetap dan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itulah yang menyebabkan anak terbiasa menjaga kebersihan giginya. Rutinitas ini juga akan membantu anak untuk terbiasa menyikat gigi dengan baik dan benar, yaitu gigi bersih dan bebas dari kotoran serta plak, disamping itu proses pembersihannya harus dijaga agar tidak merusak gusi atau email gigi (Kristanti dan Rusiawati, 2002).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 4 posyandu di Kelurahan Mranggen Kecamatan Polokato Sukoharjo didapatkan hasil dari 133 balita yang mengalami karies gigi sebesar 102 balita. Sehingga didapatkan prevalensi angka kejadian karies gigi di Kelurahan Mranggen sebesar 76,69%. Sedangkan untuk perilaku menggosok gigi pada balita terdapat 13 balita yang melakukan menggosok gigi 2-3 kali sehari dan dapat diprevalensikan sebesar 12,6%.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan konsumsi
karbohidrat dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
b. Mendeskripsikan perilaku menggosok gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
c. Medeskripsikan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
d. Menganalisis hubungan konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
e. Menganalisis hubungan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Sukoharjo
Memberikan gambaran secara umum tentang hubungan konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi pada balita, sehingga dapat menjadi tolak ukur keberhasilan program penyuluhan kesehatan di masyarakat terkait dengan prevalensi karies gigi pada anak balita.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor penyebab karies gigi pada balita, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dini oleh masyarakat tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya