• Tidak ada hasil yang ditemukan

LITERASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN SELF-EFFICACY TINGGI: STUDI KASUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LITERASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN SELF-EFFICACY TINGGI: STUDI KASUS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 156

LITERASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN SELF-EFFICACY TINGGI: STUDI KASUS

Aprillia Putri Pradinar1, Ida Sulistyawati2, Via Yustitia3

1,2,3Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Surabaya, Indonesia

aprilliapradinar423@gmail.com

Abstrak

Literasi matematika sangat penting dimiliki siswa dalam menghadapi perkembangan abad 21. Self- efficacy merupakan salah satu faktor psikologi yang mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi kemampuan literasi matematika siswa dengan self-efficacy tinggi. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dianalisis dengan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan self-efficacy tinggi. Pengumpulan data menggunakan teknik angket, soal, serta wawancara. Analisis data untuk menentukan self-efficacy yaitu penskoran dan predikat, sedangkan dalam menganalisis hasil soal menggunakan kriteria level lima.

Keabsahan data dengan triangulasi metode. Subjek penelitian ini adalah S12 merupakan siswa berkategori self-efficacy tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan literasi matematika sangat kurang, siswa sangat kurang dalam tahap pembuatan kesimpulan namun untuk selebihnya sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan literasi seseorang tidak dapat ditentukan melalui self-efficacy.

Kata kunci: Literasi matematika, self-efficacy

PENDAHULUAN

Secara umum literasi mengacu pada kemampuan serta keterampilan seseorang dalam melakukan aktivitas seperti menulis, membaca, berhitung, berbicara, dan menyelesaikan permasalahan dengan menemukan pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Dengan mengaitkan inti kegiatan pada aktivitas seperti membaca, berpikir, serta menulis dalam menggunakan berbagai sumber media cetak ataupun internet untuk memecahkan masalah tertentu, literasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang berkaitan dengan bahasa dan proses berpikir (Suyono, 2018; Spaull, 2019; Yustitia, Amin, &

Abadi, 2020). Jika seseorang ingin memiliki kemampuan literasi tinggi, maka dia harus membaca dan menulis banyak hal sehingga dapat menginspirasi banyak orang dengan berpikir serta mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Dalam mendukung seseorang untuk dapat memiliki kemampuan literasi tinggi, tentunya diperlukan permasalahan khusus menggunakan penalaran kritis dalam memecahkan masalah seperti pada pembelajaran matematika.

Menurut OECD, literasi matematika adalah kemampuan seseorang dalam mengeksplorasi dan memahami fungsi pada kehidupan nyata yang berkaitan dengan matematika, dan melalui penggunaannya dapat memberikan penilaian saat menerapkan matematika di kehidupan sehari-hari (Askew, 2015; Nizham, 2017 ;Via Yustitia & Juniarso, 2019). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa literasi matematika menjadi salah satu komponen mendasar yang mempunyai peranan penting

(2)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 157 di dalam kehidupan. Ini akan mempengaruhi tuntutan bagi pelajar di abad 21, yaitu siswa tidak hanya menyelesaikan soal dengan berhitung saja melainkan sudah harus mampu melibatkan matematika pada kehidupan sehari-hari, tujuannya agar siswa dapat dengan mudah menemukan pemecahan masalah dalam membuat keputusan tertentu secara tepat. Dapat dikatakan bahwa literasi matematika bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan seseorang dalam menerapkan konsep matematika ke dalam kehidupan sehari-hari (Kurniawati & Mahmudi, 2019). Berikut ciri-ciri siswa dengan keterampilan literasi matematika, yaitu (1) mampu mendesain pemecahan masalah dengan tepat dan kompleks; (2) siswa dapat menjelaskan alasan-alasan yang berkaitan dengan pemecahan masalah melalui komunikasi;

(3) siswa dapat menggunakan model matematika secara kompleks untuk mempelajari dan menarik kesimpulan beserta alasan dalam memperkuat argumentasi terkait identifikasi masalah (Syawahid &

Putrawangsa, 2017).

Apa yang diharapkan tidaklah sesuai dengan di lapangan. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran sulit dan banyak siswa yang menghindarinya. Inilah yang menjadikan literasi matematika menjadi rendah dan sangat kurang. Terbukti saat pembagian buku raport yang menunjukkan nilai matematika sering kali lebih rendah daripada mata pelajaran lain. Hasil International Student Assessment Program (PISA) menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 73 dari 79 negara dalam bidang kemampuan literasi matematika siswa, skor rata-rata yang diperoleh lebih rendah yaitu 379 poin dari ketentuan standar (OECD, 2019). Fenomena di bidang pendidikan ini tentunya menjadi masalah serius dan pemerintah harus segera mencari solusi efektif dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia agar tidak menimbulkan permasalahan yang berkelanjutan pada masa mendatang.

Dibutuhkan tinjauan ulang dalam mengkaji lebih mendalam terkait kemampuan literasi matematika siswa dengan tujuan agar standar pendidikan Indonesia menjadi meningkat khususnya pada jenjang sekolah dasar yang memerlukan penanaman konsep dasar. Apabila solusi tidak segera ditemukan, maka akan sangat berdampak besar terhadap kualitas pendidikan yang masih sangat kurang di Indonesia.

Menurut data penelitian yang relevan sebelumnya, pada saat menyampaikan gagasan diperlukan keterampilan dalam berbicara secara efektif dan juga dibutuhkan self-efficacy siswa yang tinggi agar ide-ide dapat terwujud melalui pertanyaan dan saran (Alifia & Rakhmawati, 2018). Ini menyatakan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, akan dapat menyalurkan segala ide-ide atau gagasan dalam menjawab setiap pertanyaan serta dapat memberikan saran yang dibutuhkan melalui keterampilan berbicara yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga bisa diterima oleh semua siswa, begitupula sebaliknya yang terjadi jika siswa memiliki self-efficacy yang sedang ataupun rendah.

Dari perbedaan self-efficacy pada masing-masing siswa inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi matematika di Indonesia.

Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap diri sendiri dalam mencapai suatu tujuan tertentu melalui tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan target secara sukses (Bandura, 2006).

Self-efficacy juga dapat diartikan sebagai konsep diri mengenai keyakinan seseorang pada

(3)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 158 kemampuannya untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah tertentu (Bonne & Lawes, 2016;

Pardimin, 2018; Street, Malmberg, & Stylianides, 2017). Dengan kata lain, self-efficacy berupaya untuk mengetahui fungsi-fungsi kehidupan manusia yang berkaitan dengan pengendalian diri dalam menyesuaikan pemikiran, pemberian motivasi serta memberikan dukungan pada diri sendiri, penyesuaian dalam bidang emosional dan dalam bidang psikologis. Siswa dengan self-efficacy tinggi akan memiliki motivasi semangat, ketekunan dan keberanian dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Berbeda pada siswa dengan self-efficacy rendah ataupun sedang. Siswa dengan self-efficay rendah cenderung menghindari tugas dan cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan pada saat yang sama, siswa dengan self-efficacy sedang biasanya memiliki kemampuan rata-rata dari teman sebayanya. Berdasarkan latar belakang inilah yang menjadikan peneliti tertarik meneliti keterampilan literasi matematika terkait perbedaan karakteristik self-efficacy siswa.

METODE

Penelitian ini merupakan studi kasus. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan secara mendalam mengenai kemampuan literasi matematika siswa pada subjek terpilih yang ditinjau dari self-efficacy di kelas IV-B SDN Kebondalem Mojosari. Hasil penelitian akan diuraikan secara deskriptif dengan subjek penelitian menggunakan siswa yang memiliki self-efficacy sangat tinggi, karena tidak ditemukan siswa dengan self-efficacy sedang ataupun rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket self-efficacy, tes soal, dan wawancara terkait hasit tes soal literasi matematika siswa secara langsung bersama subjek terpilih. Penelitian dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebelum menyebar angket dan soal kepada siswa, peneliti telah melakukan validasi kepada dosen dan juga guru kelas. Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada Rabu, 25 November 2020 dengan tujuan untuk menyebarkan angket self-efficacy dan memberikan tes soal literasi matematika. Alasan pengambilan data digabungkan karena kesempatan siswa masuk ke sekolah sangatlah terbatas sehingga semula satu kelas berjumlah 32 siswa, hanya sebagian kelas yaitu sebanyak 17 siswa saja yang diperbolehkan masuk. Setelah memperoleh data angket kemudian peneliti menganalisis menggunakan kriteria penskoran, sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penskoran Angket Self-Efficacy

Kriteria Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Skor yang sudah didapatkan kemudian dihitung dengan rumus:

(4)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 159 Gambar 1. Rumus Angket Self-Efficacy

Selanjutnya, jika skor sudah diketahui hasilnya kemudian peneliti dapat menggolongkan predikat self-efficacy siswa berdasarkan rentang skor angket yang diperoleh. Berikut rentang skor angket self- efficacy dalam menentukan predikat siswa:

Tabel 2. Predikat Skor Angket

Skor Tes Predikat

83 – 100 Sangat Tinggi

65 – 82 Tinggi

48 – 64 Sedang

30 – 47 Rendah

13 – 29 Sangat Rendah

Setelah menentukan predikat dari 17 siswa tersebut, hasil angket self-efficacy menunjukkan bahwa siswa dengan self-efficacy sedang dan rendah tidak ditemukan pada hasil perolehan. Rata-rata predikat self-efficacy yang diperoleh siswa yaitu tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan dalam menentukan subjek terpilih peneliti mempunyai kriteria khusus, yaitu (1) siswa dengan self-efficacy sangat tinggi, (2) kemampuan literasi matematika siswa berbeda dengan kemampuan yang dimiliki teman yang lain, (3) siswa mau menjawab semua pertanyaan peneliti dalam menggali informasi yang dibutuhkan.

Setelah analisis hasil amgket self-efficacy telah dilaksanakan dalam menentukan subjek, maka subjek yang terpilih yaitu subjek 8 (S8) dengan skor 85 predikat self-efficacy sangat tinggi, subjek 12 (S12) dengan skor 88 predikat self-efficacy sangat tinggi, dan subjek 15 (S15) dengan skor 95 predikat self-efficacy sangat tinggi. Kemudian pertemuan ke-2 dilaksanakan pada Kamis, 3 Desember 2020 untuk melakukan wawancara tidak terstruktur dalam menggali kemampuan literasi matematika dengan subjek terpilih. Peneliti berpedoman pada kriteria indikator level 5 dalam melakukan wawancara tidak terstruktur dengan subjek. Kriteria tersebut diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Level Literasi Matematika

Level Kemampuan Siswa

5

a. Merancang penyelesaian permasalahan secara tepat dan kompleks.

b. Menafsirkan alasan dalam menyelesaikan permasalahan dengan mengkomunikasikannya.

c. Mengidentifikasi permasalahan dengan mengembangkan model pembelajaran matematika dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks serta mengambil kesimpulan dan memberikan alasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah memperoleh data relevan literasi matematika siswa kelas IV-B SDN Kebondalem Mojosari terkait self-efficacy melalui teknik angket, tes literasi matematika, dan wawancara sehingga subjek yang

(5)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 160 dipilih adalah subjek 8 (S8), subjek 12 (S12), dan subjek 15 (S15). Dalam penelitian ini akan membahas terkait hasil pada subjek 12 (S12), dimana S12 adalah siswa dengan kepribadian pendiam dan cukup pasif didalam kelas, namun menurut hasil angket self-efficacy termasuk kategori sangat tinggi dengan skor 88. Fokus penelitian merujuk pada hasil S12 terkait kriteria level lima kemampuan literasi matematika serta kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Soal Literasi Matematika Nomor 1 Perhatikan mobil-mobil berikut!

Gambar 1. Soal Nomor 1 Mobil Jika Budi ingin jumlah mobil merah menjadi 1

4 bagian dari jumlah mobil keseluruhan, berapa mobil putih yang harus Budi warnai menjadi merah?

a. Merancang Penyelesaian Permasalahan Secara Tepat dan Kompleks

Gambar 2. Jawaban S12 pada Soal Nomor 1

Berdasarkan gambar 2 tentang hasil jawaban S12 terkait pembuatan rancangan dalam menyelesaikan permasalahan yaitu terlihat bahwa S12 dapat menyebutkan apa yang diketahui dan ditanya, namun hal tersebut belum sepenuhnya benar pada bagian yang ditanyakan. Hal ini menunjukkan bahwa S12 belum mampu secara maksimal memahami isi informasi permasalahan yang terdapat dalam soal nomor 1 tersebut. Self-efficacy yang ditunjukkan S12 yaitu memiliki kemauan untuk memecahkan masalah dan yakin dapat melakukannya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang telah dilakukan antara peneliti dengan S12, sebagai berikut:

A : “Coba jelaskan pada soal nomor 1, mana yang diketahui dan ditanya?”

S12 : “Jumlah seluruh mobil 24, jumlah mobil putih 20, jumlah mobil merah 4. Ditanya berapa jumlah mobil merah?”

(6)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 161 b. Menafsirkan Alasan dalam Menyelesaikan Permasalahan dengan Mengkomunikasikannya

Pada tahap interpretasi pemecahan masalah, S12 dapat menyampaikan solusi yang tepat dan juga terdapat penafsiran tertulis yaitu “harus diwarnai 2 jadi 6. Hal ini menunjukkan bahwa S12 memahami permasalahan pada soal tersebut. Self-efficacy yang ditunjukkan oleh S12 yaitu memiliki keyakinan pada diri dalam menyelesaikan masalah matematika, gigih, dan pantang menyerah. Berikut kutipan wawancara bersama S12:

A : “Bagaimana cara penyelesaiannya?”

S12 : “Dicari 1

4 dari 24 bu, kemudian hasilnya dikurangi 4.”

A : “4 dari mana?”

S12 : “Dari seluruh jumlah mobil merah bu.”

c. Mengidentifikasi Permasalahan Menggunakan Model Pembelajaran Matematika dalam Menyelesaikan Permasalahan yang Kompleks serta Memberikan Kesimpulan dan Alasan

Berdasarkan gambar hasil jawaban S12 pada tahap penggunaan model pembelajaran matematika untuk mengidentifikasi permasalahan sudah dikerjakan dengan baik. Terbukti melalui hasil jawaban S12 sudah diselesaikan secara matematis. Namun yang sangat disayangkan S12 kurang memahami isi perintah soal, sehingga kesimpulan yang ditulis kurang tepat. Self-efficacy yang terlihat adalah S12 dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, memiliki sikap optimis, dan S12 termasuk siswa yang jujur karena mengatakan bahwa jawabannya tidak dikroscek kembali. Berikut kutipan wawancarannya:

A : “Dari mana kamu bisa menjawab seperti itu? Jelaskan!”

S12 : “Dari 1

4 x 24 = 6 bu.”

A : “6 – 4 dari mana?”

S12 : “Dari hasil tadi dikurangi 4 bu. 4 dari jumlah mobil merah di gambar.”

A : “Apakah sudah diperiksa kembali hasil jawabannya?”

S12 : “Belum bu.”

A : “Kenapa belum?”

S12 : “Tidak apa-apa bu.”

A : “Sebelumnya apa kamu sudah pernah mengerjakan soal seperti ini? Seperti menentukan diketahui, ditanya, jawab dan membuat kesimpulan?”

S12 : “Sudah bu, kesimpulan belum.”

2. Soal Literasi Matematika Nomor 2

Perhatikan kue cokelat yang telah dipotong berikut!

(7)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 162 Gambar 3. Soal Nomor 2 Potongan Kue Cokelat

Potongan-pongan kue cokelat tersebut digambarkan sebagai berikut:

Jika Anda mendapatkan 1

3 bagian dari kue yang telah dipotong, gambarkan kue bagian Andi!

a. Merancang Penyelesaian Permasalahan secara Tepat dan Kompleks

Gambar 4. Jawaban S12 pada Soal Nomor 2

Pada gambar 4 mengenai hasil jawaban terkait desain pemercahan masalahan pada soal nomor 2, terlihat bahwa S12 dapat menuliskan diketahui dan ditanya, tetapi tidak akurat saat menginterpretasikan konten yang diketahui. Hal ini menunjukkan bahwa S12 kurang memahami isi informasi atau masalah pada soal tersebut. Self-efficacy saat menjawab pertanyaan peneliti menunjukkan bahwa S12 memiliki keyakinan terhadap kemampuannya dalam menangani masalah matematika seperti pada soal tersebut. Berikut kutipan wawancara:

A : “Coba jelaskan pada soal nomor 2, yang diketahui dan yang ditanyakan?”

S12 : “Diketahui 2 potong kue cokelat, dan Andi mendapatkan 1

3 bagian kue yang tidak dipotong.”

b. Menafsirkan Alasan dalam Menyelesaikan Permasalahan dengan Mengkomunikasikannya Berdasarkan hasil wawancara terkait penafsiran alasan dalam penyelesaian permasalahan pada soal nomor 2, S12 tidak dapat menjelaskan alasannya terkait proses pemecahan masalah tersebut. Ini menunjukkan bahwa S12 belum mampu memahami isi serta cara dalam menyelesaikan permasalahan pada soal tersebut. Self-efficacy yang ditunjukkan, bahwa S12

(8)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 163 kurang yakin pada kemampuan yang dimilikinya sendiri serta cenderung merasa pesimis dan mudah putus asa. S12 juga mengakui bahwa hasil jawabannya bukanlah dari usahanya sendiri, melainkan berasal dari jawaban temannya yang lain. Berikut kutipan wawancara S12:

A : “Bagaimana cara penyelesaiannya?”

S12 : “Tidak tahu bu.”

A : “Ini bisa menjawab dari mana?”

S12 : “Saya tadi melihat teman saya bu.”

c. Mengidentifikasi Permasalahan Menggunakan Model Pembelajaran Matematika dalam Menyelesaikan Permasalahan yang Kompleks serta Memberikan Kesimpulan dan Alasan

Terkait hasil wawancara sebelumnya yang menunjukkan bahwa S12 melihat jawaban teman yang lain, tentu jika dikaitkan dengan tahap mengidentifikasi permasalahan dalam menggunakan model pembelajaran matematika belum mampu dilaksanakan dan dikerjakan S12 dengan baik. Namun pada pembuatan kesimpulan, S12 mampu menyebutkannya dengan tepat, bahkan jawaban S12 sudah diperiksa kembali sebelum dikumpulkan. Berikut kutipan wawancara bersama S12:

A : “Kenapa tidak dikerjakan sendiri?”

S12 : “Karena tidak tahu caranya bu.”

A : “Apakah sudah diperiksa kembali hasil jawabannya?”

S12 : “Sudah bu.”

A : “Coba jelaskan kesimpulannya?”

S12 : “Jadi, kue yang didapatkan Andi ada 4 potong kue cokelat.”

3. Soal Literasi Matematika Nomor 3 Andi mendapat kue 5

6 bagian dan Susi mendapat 6

7 bagian dari kue yang sama.

Dari pernyataan berikut ini, centang (√) jawaban yang benar!

Tabel 1. Pernyataan Soal Literasi Matematika

Pernyataan Benar Salah

Andi mendapatkan kue lebih banyak.

Susi mendapatkan kue lebih banyak.

Andi dan Susi mendapatkan bagian yang sama.

Andi mendapatkan kue lebih sedikit.

a. Merancang Penyelesaian Permasalahan secara Tepat dan Kompleks

(9)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 164 Gambar 5. Jawaban S12 pada Soal Nomor 3

Berdasarkan gambar jawaban soal ketiga, S12 dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar. Segala sesuatu yang diketahui telah dijelaskan dan ditanyakan dengan benar berdasarkan isi permasalahan dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa S12 dapat memahami isi informasi pada soal. Self-efficacy yang terlihat yaitu S12 yakin pada dirinya mampu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Berikut kutipan dari wawancara S12:

A : “Dalam soal nomor 3, tentukan yang diketahui dan ditanya?”

S12 : “Diketahui Andi mendapatkan kue 5

6 sedangkan Susi mendapatkan 6

7.”

A : “Yang ditanyakan?”

S12 : “Centang jawaban benar atau salah.”

b. Menafsirkan Alasan dalam Menyelesaikan Permasalahan dengan Mengkomunikasikannya Dalam menafsirkan alasannya pada proses pemecahan masalah, self-efficacy yang dapat dilihat pada saat wawancara yaitu optimis dan gigih dalam mengerjakan soal matematika serta memiliki kesungguhan untuk menyelesaikannya. Serta dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mampu dijawab S12 dengan tegas dan penuh keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya. S12 juga mampu menjelaskan penyelesaian berdasarkan soal serta menjawab soal dengan tepat. Berikut kutipan wawancara S12 terkait penafsiran alasannya pada soal nomor 3:

A : “Bagaimana cara penyelesaiannya?”

S12 : “Saya gambar pecahannya dan mencari mana yang paling besar.”

c. Mengidentifikasi Permasalahan Menggunakan Model Pembelajaran Matematika dalam Menyelesaikan Permasalahan yang Kompleks serta Memberikan Kesimpulan dan Alasan

Berdasarkan jawaban dan kesimpulan yang diselesaikan oleh S12 pada gaambar 5 mampu diselesaikan dengan menggambarkan bagian pecahan secara baik. S12 juga dapat manarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan mencentang pernyataan secara tepat. Self-efficacy yang dapat dilihat pada S12 saat menjawab pertanyaan

(10)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 165 peneliti terkait tahapan ini yaitu gigih, optimis, memiliki kesungguhan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal tersebut, serta merasa tertantang untuk mengerjakanya dengan baik.

Adapun kutipan wawancara bersama S12 sebagai berikut:

A : “Untuk menjawab pertanyaannya, bagaimana?”

S12 : “Melihat hasil yang paling besar tadi bu.”

A : “Dari mana jawaban seperti itu? Coba jelaskan.”

S12 : “Ditentukan nilai pecahan yang besar.”

A : “Sebelumnya pernah mengerjakan soal seperti ini?”

S12 : “Iya bu.”

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa S12 memiliki kemampuan literasi matematila yang sangat rendah. Pasalnya dalam tahap merancang penyelesaian permasalahan, mengidentifikasi, dan menjelaskan permasalahan pada soal nomor 1 dan 3 sudah mampu diselesaikannya dengan baik.

Namun pada tahapan dalam membuat kesimpulan berdasarkan masalah yang terdapat di masing-maing soal seperti soal nomor 1 dan 2, jawaban yang dituliskan secara keseluruhan belum benar. Dan berdasarkan analisis tes soal literasi matematika juga, S12 kurang maksimal dalam menyelesaikan permasalahan pada soal nomor 2 terkait materi pecahan satuan sederhana.

Dilihat dari data yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis, terdapat temuan unik yang ditemukan dalam penelitian ini terkait self-efficacy siswa. Dimana antara hasil angket self-efficacy yang menunjukkan bahwa S12 termasuk salah satu siswa yang berkategori sangat tinggi dengan perolehan skor yaitu 88, nyatanya pada saat melakukan wawancara yang telah dilakukan secara langsung oleh peneliti menunjukkan bahwa ketika S12 merasa kesulitan dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu menjadikan S12 pesimis dan putus asa, sehingga lebih memilih melihat hasil jawaban temannya yang lain daripada harus mencoba terlebih dahulu untuk menyelesaikannya sendiri menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh S12 menunjukkan bahwa terdapat kontradiksi antara keduanya dengan menunjukkan hasil berbeda dari semestinya.

Jika dikaitkan dengan hasil penelitian relevan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tentu akan sangat bertentangan dengan hasil temuan yang ada dalam penelitian ini. Seperti pada penelitian Nizham & P (2017) yang menyatakan bahwa self-efficacy dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa dalam menggunakan model pembelajaran kreatif dan inovatif. Adapun penelitian yang dapat mendukung hasil penelitian ini yaitu menurut pendapat Muzaki & Masjudin (2019) menyatakan bahwa siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang memerlukan penalaran kritis dan logis untuk mencari solusi yang tepat. Dibuktikan melalui hasil jawaban dalam menyelesaikan setiap permasalahan pada masing-masing soal yang menunjukkan S12 belum seluruhnya mampu diselesaikan secara tuntas. Masih terdapat soal dan beberapa aspek yang S12 belum mampu mencari penyelesaiannya dengan tepat. Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini juga diperkuat

(11)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 166 pendapat Kurniawati & Mahmudi (2019) bahwa rata-rata siswa dengan self-efficacy tinggi, memiliki kemampuan dalam mengolah informasi yang dibutuhkan ada dalam kategori sedang.

Untuk mengintegrasikan hasil temuan ini yaitu dengan melakukan banyak-banyak berlatih dan terus berusaha dalam mengasah diri menyelesaikan soal-soal literasi matematika seperti soal tes pada penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang matematika dengan memanfaatkan segenap kemampuan yang dimiliki sehingga mampu menerapkan konsep dasar matematika pada permasalahan siswa sehari-hari. Dengan melakukan latihan secara terus-menerus akan mengasah dan menjadikan siswa lebih kritis, kreatif, serta logis dalam menemukan pemecahan permasalahan dengan mengkomunikasikan terkait solusi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.

Berdasarkan analisis hasil data yang telah ditemukan, menunjukkan bahwa dalam mengukur kemampuan literasi matematika siswa ada dalam kategori tinggi, sedang, ataupun rendah tidak dapat dilihat melalui self-efficacy pada masing-masing diri siswa. Terbukti dari hasil penelitian, menunjukkan adanya perbedaan terhadap hasil angket dan wawancara yang telah dilakukan secara langsung terhadap siswa. Seseorang yang bersungguh-sungguh dengan menggunakan segenap kemampuannya dalam meningkatkan kompetensi literasi matematika akan secara alami berpengaruh pada self-efficacy yang dimiliki, sehingga pada saat seseorang tersebut dihadapkan pada sebuah permasalahan tertentu akan mampu menemukan pemecahan dan solusi yang tepat dengan mengkomunikasikannya secara kritis, logis, dan dapat diterima semua orang.

KESIMPULAN

Kontradiksi yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan self-efficacy tinggi tidak dapat menjamin keterampilan literasi matematika mereka juga tinggi. Dalam lingkungan sekolah atau pada lingkungan masyarakat, diperlukan usaha lebih untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat memecahkan permasalahan tertentu secara kritis dan logis. Hal tersebut sangat diperlukan dan dibutuhkan siswa, karena dibuktikan dari hasil tes literasi matematika siswa yang belum memenuhi standar kriteria level lima. Dengan mengasah diri berlatih menyelesaikan permasalahan melalui soal literasi matematika akan secara alamiah muncul rasa self-efficacy pada diri seseorang yang akan mempengaruhi target hasil capaian.

Saran peneliti bagi calon peneliti dalam melakukan penelitian yang sama, diperlukan riset mendalam untuk mempelajari fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat guna menumbuhkan generasi penerus bangsa yang kritis dan logis. Calon peneliti hendaknya mempelajari kembali bagaimana memberikan pengetahuan secara efektif dalam membelajarkan kepada siswa terkait materi literasi matematika. Apabila siswa mampu memahami pentingnya pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka akan sangat membantu pada proses pemecahan permasalahan yang akan diharapi siswa baik di lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mempelajari fenomena yang sedang terjadi dalam dunia pendidikan, serta

(12)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 167 dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan teori-teori baru demi memahukan pendidikan Indonesia.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada orangtua saya atas dorongan dan dukungannya dalam proses penulisan artikel ilmiah ini. Terima kasih kepada kedua pembimbing saya Ibu Ida Sulistyawati, S.H., M.Pd. beserta Ibu Via Yustitia, S.Pd., M.Pd. yang dengan sabar membimbing saya untuk menulis artikel secara baik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang dengan tulus memberikan dukungan saat peneliti merasa terpuruk, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala melimpahkan rahmat dan berkah yang berlimpah kepada semua orang.

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, N. N., & Rakhmawati, I. A. (2018). KAJIAN KEMAMPUAN SELF-EFFICACY MATEMATIS.

5(1), 44–54.

Askew, M. (2015). Numeracy for the 21st century: a commentary. ZDM - International Journal on Mathematics Education, 47(4), 707–712. https://doi.org/10.1007/s11858-015-0709-0

Bandura, A. (2006). Self-efficacy in changing societies. Cambridge University Press.

Bonne, L., & Lawes, E. (2016). Assessing students’ maths self-efficacy and achievement. Set:

Research Information for Teachers, (2), 60–64. https://doi.org/10.18296/set.0048 Kurniawati, N. D. L., & Mahmudi, A. (2019). Analysis of mathematical literacy skills and

mathematics self-efficacy of junior high school students. Journal of Physics: Conference Series, 1320(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1320/1/012053

Muzaki, A., & Masjudin. (2019). Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika Program for International Student ( Organisation for Economic Cooperation Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika. 8(September), 493–502.

Nizham, H., & P, B. A. (2017). Improving ability mathematic literacy , self - efficacy and reducing mathematical anxiety with learning Treffinger model at senior high school students. 2(1), 130–

138. https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16696

OECD. (2019). PISA 2018 Results. Combined Executive Summaries. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Pardimin. (2018). SELF-EFFICACY MENGAJAR MATEMATIKA. (157), 29–37.

Spaull, N. (2019). Who makes it into PISA? Understanding the impact of PISA sample eligibility using Turkey as a case study (PISA 2003–PISA 2012). Assessment in Education: Principles, Policy & Practice, 26(4), 397–421. https://doi.org/10.1080/0969594X.2018.1504742

Street, K. E. S., Malmberg, L. E., & Stylianides, G. J. (2017). Level, strength, and facet-specific self- efficacy in mathematics test performance. ZDM - Mathematics Education, 49(3), 379–395.

https://doi.org/10.1007/s11858-017-0833-0

Suyono, S. (2018). Pembelajaran efektif dan produktif berbasis literasi.

Syawahid, M., & Putrawangsa, S. (2017). Kemampuan literasi matematika siswa SMP ditinjau dari gaya belajar. 10(2), 222–240.

Yustitia, V., Amin, S. M., & Abadi. (2020). Mathematical literacy in pre-service elementary school teacher: A case study. Journal of Physics: Conference Series, 1613(1).

https://doi.org/10.1088/1742-6596/1613/1/012054

(13)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 168 Yustitia, Via, & Juniarso, T. (2019). http://journal.upgris.ac.id/index.php/malihpeddas LITERASI

MATEMATIKA MAHASISWA DENGAN GAYA BELAJAR VISUAL. 9(2), 100–109.

Gambar

Tabel 2. Predikat Skor Angket
Gambar 1. Soal Nomor 1 Mobil  Jika Budi ingin jumlah mobil merah menjadi  1
Gambar 4. Jawaban S12 pada Soal Nomor 2
Tabel 1. Pernyataan Soal Literasi Matematika

Referensi

Dokumen terkait

The electrical properties measurement of Zn 0.98 Mn 0.02 O sample revealed that the resistivity and the dielectric constant of samples increase with the increase

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi (misalnya

Thus, the presence of foreign firms in the Indonesian pharmaceutical industry generate higher technical efficiency change for domestic suppliers as these foreign firms tend to

In her adaptation, Andrea Arnold portrayed the historical reality of the oppressive British Empire by openly addressing the issue of slavery underlying Emily

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke PLTU Unit II Cirebon, Provinsi Jawa Barat adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang progress

Dirasakan selama ini, magang yang berjangka pendek (kurang dari 6 bulan) dirasa.. sangat tidak cukup untuk memberikan pengalaman dan kompetensi industri bagi

Manurung, Media Instruksional..., h.٧... ١٣ رﻮﺼﻟا ﺔﺘﺑﺎﺜﻟا ﻦﻣ لﻼﺧ ضﺮﻋ ﺪﻫﺎﺸﳌا ﰲ ﺔﻛﺮﳊا ًﻴﻧوﱰﻜﻟإ ﺎ. ﻮﻳﺪﻴﻔﻟا ﺔﻠﻴﺳﻮﻛ ﺔﻴﻤﻗر ﺮﻬﻈﺗ ﺐﻴﺗﺮﺗ وأ ﻞﺴﻠﺴﺗ رﻮﺼﻟا ﻲﻄﻌﺗو