• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN INTENSITAS DAN FREKUENSI NYERI KEPALA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN INTENSITAS DAN FREKUENSI NYERI KEPALA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2014 SKRIPSI"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN INTENSITAS DAN FREKUENSI NYERI KEPALA PADA MAHASISWA

FK USU ANGKATAN 2014

SKRIPSI

Oleh :

M. ICHSAN AULIA SIMANJUNTAK 140100011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

DAN FREKUENSI NYERI KEPALA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

M. ICHSAN AULIA SIMANJUNTAK 140100011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rezeki, rahmat dan karunia berlimpah yang telah diberikan, tanpa-Nya Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul, “Hubungan Kualitas Tidur dengan Intensitas dan Frekuensi Nyeri Kepala Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014”

dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini dimulai dari penentuan judul hingga terbentuk sebuah hasil penelitian, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Alfansuri Kadri Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu melalui pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Andrina Y.M Rambe Sp.THT-KL(K) dan Dr.dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji yang telah memberi ide, kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, ayahanda dr. Amran Simanjuntak Sp.THT-KL(K) dan ibunda Sandra Puspa, SH atas doa, perhatian dan dukungan tanpa henti yang selama ini dan akan terus penulis terima.

5. Teman-teman seperjuangan di FK USU, Reza, Egi, Rezky, Malik, Dessy, Nisa, Febry, Nita, Difan, Rianda, Hendra, Fitrah, Abdul, Dendy, dan teman-teman angkatan 2014 lainnya, serta seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, dukungan,

(5)

cerita, pengalaman dan keceriaan selama tujuh semester menjalani pendidikan di sini.

Penulis menyadari bahwa skripsi berupa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun struktural. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Medan, Desember 2017

Penulis M. Ichsan Aulia Simanjuntak

(6)

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan ... viii

Daftar Lampiran ...ix

Abstrak ...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tidur ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Pola EEG Sewaktu Tidur ... 4

2.1.3. Kualitas Tidur ... 5

2.1.4. Kuesioner Kualitas Tidur ... 6

2.2. Nyeri Kepala ... 6

2.2.1. Definisi dan Etiologi ... 6

2.2.2. Klasifikasi ... 7

2.2.3. Pengukuran Derajat Nyeri Kepala ... 9

2.3. Kualitas Tidur dan Nyeri Kepala ... 10

2.4. Nyeri Kepala dan Rokok ... 12

2.5. Kerangka Teori ... 13

2.6. Kerangka Konsep ... 14

2.7. Hipotesis ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Rancangan Penelitian ... 15

3.2. Lokasi Penelitian ... 15

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

3.3.1 Populasi ... 15

3.3.2 Sampel ... 16

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5. Metode Analisis Data ... 16

3.6. Definisi Operasional ... 16

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

6.1 Kesimpulan... ... 22

6.2 Saran... ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 27

(8)

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Visual Analog Scale ... 9

Gambar 2.2 Numeric Pain Rating Scale ... 9

Gambar 2.3 Wong Baker Face Scale ... 10

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 13

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ... 14

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Indeks Brinkman... 13

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 16

Tabel 4.1. Data demografis responden penelitian ... 18

Tabel 4.2. Nilai p hubungan kualitas tidur dengan nyeri kepala ... 19

Tabel 4.3 Distribusi nyeri kepala berdasarkan kebiasaan merokok ...20

(10)

5-HT : Serotonin

ARAS : Ascending Reticularis Activating System EEG : Electroencephalogram

GABA : Gamma-aminobutyric acid NREM : Non Rapid Eye Movement PSQI : Pittsburg Sleep Quality Index REM : Rapid Eye Movement

SPSS : Statistical Product and Service Solutions TAC : Trigeminal Autonomic Cephalalgias

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Persetujuan etik

Lampiran B : Informed Consent dan persetujuan setelah penjelasan Lampiran C : Raw data

Lampiran D : Data analisis statistik Lampiran E : Foto dokumentasi kegiatan Lampiran F : Kuesioner penelitian Lampiran G : Daftar Riwayat Hidup

(12)

Latar Belakang. Kualitas tidur buruk dan nyeri kepala merupakan hal yang sering di alami oleh kalangan mahasiswa. Sudah ada beberapa penelitian yang melaporkan bahwa kualitas tidur berhubungan dengan kejadian nyeri kepala. Namun penelitian yang mempelajari hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala masih sedikit. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014. Metode.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional,dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja dengan menggunakan data primer yang diambil dengan menggunakan kuesioner dan menggunakan teknik total sampling pada penentuan jumlah sampel.Hasil. Pada penelitian ini didapati nilai uji korelasi antara kualitas tidur dengan intensitas nyeri kepala yaitu p<0.001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan r=0,469 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi dengan kekuatan yang sedang.Sedangkan pada uji korelasi antara kualitas tidur dengan frekuensi nyeri kepala, didapati nilai p<0.001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan frekuensi nyeri kepala dan r=0,581 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat.

Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala.

Kata kunci : Kualitas Tidur, Nyeri Kepala, Mahasiswa

(13)

ABSTRACT

Background. Poor sleep quality and headache are common among students. There have been several studies reported that the sleep quality is associated with headache occurrence. But the researches that investigate about the relationship between sleep quality with the intensity and the frequency of headache were still minimal . Aim. Generally, this study aims to determine the relationship between the sleep quality with the intensity and frequency of headache of the students of Faculty of Medicine, University of North Sumatra class of 2014, and specifically this study aims to determine the value of sleep quality and intensity and frequency of headache in students of the Faculty of Medicine, University of Sumatra North class of 2014. Methods. This research is a research with descrptive analytic method with cross sectional research design, where the data retrieval is done only once by using primary data taken by using questionnaire and using total sampling technique in determining the number of samples.Result. The study found the value of correlation test between sleep quality with the intensity of headache is 0,001 which indicates that there is a significant relationship and r = 0,469 which indicates that there is a medium strength correlation. Meanwhile the correlation test between the quality of sleep with the frequency of headache , found p value 0.001 which indicates that there is a significant relationship between sleep quality with frequency of headache and r = 0,581 indicating that there is a strong correlation.

Conclusion. There is a significant relationship between sleep quality with intensity and frequency of headache.

Keywords: Sleep Quality, Headache, Student

(14)

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sebagian besar orang pasti pernah mengalami nyeri kepala di sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian International Association for the Study of Pain pada tahun 2012 yang melaporkan bahwa lifetime prevalence nyeri kepala adalah 90%. Nyeri kepala merupakan keluhan neurologik yang paling sering ditemukan di praktek umum (International Association for the Study of Pain, 2012).

Penelitian internasional menemukan prevalensi nyeri kepala pada anak-anak dan remaja yang tinggi yaitu sekitar 58,4% (Wöber-Bingöl, 2013). Pada penelitian yang dilakukan di India, terdapat sekitar 68% mahasiswa kedokteran yang mengalami nyeri kepala. Sekitar 25% dari jumlah mahasiswa tersebut mengalami serangan mingguan dan harian serta 31% mahasiswa menyatakan bahwa terjadi peningkatan pada intensitas dan frekuensi nyeri kepala mereka (Menon dan Neeharika, 2013).

Berdasarkan sebuah penelitian di Australia, didapatkan hasil yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang penting antara kualitas tidur dengan nyeri kepala (Sullivan dan Martin, 2016). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Bussye et al., 1989).

Gangguan tidur merupakan masalah yang umum terjadi pada kalangan mahasiswa (Azad et al., 2015). Pada sebuah penelitian di tahun 2013 yang melibatkan 6044 mahasiswa Inner Mongolia Medical University di China, didapatkan hasil yaitu sekitar 1694 orang mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, dan mereka yang mengalami resiko ini juga memiliki masalah dalam hal akademik mereka (Wang et al., 2016). Penelitian yang dilakukan di University of Alabama dengan melibatkan 185 mahasiswa yang berusia 18-25 tahun, melaporkan bahwa terdapat sekitar 88% responden yang menyatakan bahwa mereka memiliki

(15)

keluhan terhadap tidurnya, dan sekitar 36% responden memiliki indikasi yang kuat untuk mengalami gangguan tidur (Thomas et al., 2014). Sebuah penelitian di Korea yang melibatkan responden berusia 19-69 tahun melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri kepala dan kualitas tidur yang buruk (Kim et al., 2017). Penelitian di Afrika pada tahun 2015 juga melaporkan bahwa nyeri kepala erat kaitanya dengan kualitas tidur yang buruk (Morgan et al., 2015).

Masih banyaknya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas tidur dan nyeri kepala membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2014?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai kualitas tidur mahasiswa FK USU angkatan 2014

2. Mengetahui intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa FK USU angkatan 2014

3. Mengetahui hubungan antara intensitas dan frekuensi nyeri kepala dengan kebiasaan merokok mahasiswa FK USU angkatan 2014

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

2

(16)

1. Bidang Penelitian:

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian lain yang lebih besar mengenai kualitas tidur maupun mengenai nyeri kepala.

2. Bidang Pendidikan:

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat:

Diharapkan dengan dipublikasikannya penelitian ini, penatalaksanaan nyeri kepala di masyarakat khususnya pada kelompok mahasiswa dapat dilaksanakan dengan lebih baik, terutama dengan mempertimbangkan aspek kualitas tidur.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TIDUR

2.1.1 Definisi

Tidur didefinisikan sebagai keadaan diri yang tidak sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan apabila diberi stimulasi. Ini membedakannya dengan keadaan koma, dimana pada keadaan tersebut seseorang yang mengalaminya tidak dapat terbangun apabila diberi stimulasi (Guyton dan Hall, 2006). Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu tidur penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga (Sherwood, 2011).

Berdasarkan gelombangnya, terdapat dua jenis tidur, yang ditandai oleh pola Electroencephalogram (EEG) yang berbeda dan perilaku yang berlainan yaitu tidur gelombang lambat atau Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur paradoksal atau Rapid Eye Movement (REM) (Sherwood, 2011).

2.1.2 Pola EEG Sewaktu Tidur

Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, yang masing-masing memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitudo lebih besar (karenanya dinamai tidur "gelombang lambat"). Pada permulaan tidur, anda berpindah dari tidur ringan (tidur ayam) stadium 1 menjadi tidur dalam stadium 4 (tidur gelombang lambat) dalam waktu 30 sampai 45 menit, kemudian anda berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat terdapat episode tidur paradoksal selama 10 sampai 15 menit. Secara paradoks, pola EEG anda selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan terjaga, meskipun anda masih tidur lelap (karena itu dinamai tidur "paradoksal"). Setelah episode paradoks tersebut, stadium-stadium tidur gelombang lambat kembali berulang (Sherwood, 2011).

(18)

Sepanjang malam, seseorang secara siklik bergantian mengalami kedua jenis tidur tersebut. Dalam siklus tidur normal, anda selalu melewati tidur gelombang lambat sebelum masuk ke tidur paradoksal. Secara rerata, tidur paradoksal menempati 20% dari waktu tidur total pada masa remaja dan sebagian besar masa dewasa. Bayi menghabiskan waktu jauh lebih banyak pada tidur paradoksal.

Sebaliknya, pada usia lanjut tidur paradoksal dan tidur gelombang lambat stadium 4 berkurang. Orang yang memerlukan waktu tidur total lebih singkat daripada normal lebih banyak menghabiskan waktu tidurnya dalam tidur paradoksal dan tidur gelombang lambat stadium 4 serta lebih sedikit dalam tidur gelombang lambat stadium-stadium awal (Sherwood, 2011).

2.1.3 Kualitas Tidur

Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Bussye et al., 1989). Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu kondisi lingkungan, fisik, aktivitas, dan gaya hidup. Kebiasaan olahraga merupakan bentuk aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi tidur seseorang. Keletihan yang terjadi setelah melakukan aktivitas olahraga akan menyebabkan seseorang cepat tertidur.

Hal ini juga disebabkan oleh siklus tidur tahap gelombang lambatnya diperpendek, sehingga akan lebih cepat masuk fase tidur paradoksal dan mengalami tidur yang nyenyak (Sulistiyani, 2012).

Gangguan tidur merupakan masalah yang umum terjadi pada kalangan mahasiswa (Azad et al., 2015). Pada sebuah penelitian di tahun 2013 yang melibatkan 6044 mahasiswa Inner Mongolia Medical University di China, didapatkan hasil yaitu sekitar 1694 orang mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, dan mereka yang mengalami resiko ini juga memiliki masalah dalam hal akademik mereka (Wang et al., 2016). Penelitian yang dilakukan di University of Alabama dengan melibatkan 185 mahasiswa yang berusia 18-25 tahun, melaporkan bahwa terdapat sekitar 88% responden menyatakan bahwa mereka memiliki keluhan terhadap tidurnya, dan sekitar 36% responden memiliki indikasi yang kuat

(19)

untuk mengalami gangguan tidur (Thomas et al., 2014). Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi melaporkan bahwa sekitar 67,2% mahasiswa yang menjadi responden penelitian memiliki kualitas tidur yang buruk (Afandi et al., 2012).

2.1.4 Kuesioner Kualitas Tidur

Beberapa instrumen pengukuran telah digunakan untuk menilai kualitas tidur pada berbagai kelompok populasi. Salah satu yang lazim digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dengan pemeriksaan 7 komponen tidur yaitu latensi, durasi, kualitas, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan fungsi tubuh di siang hari. Instrumen ini mengukur kualitas tidur secara subjektif dan memberikan hasil dalam bentuk kategori yaitu kualitas tidur baik dan buruk (Bussye et al., 1989).

2.2 NYERI KEPALA 2.2.1 Definisi dan Etiologi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk) (Medical Definition of Headache, 2017).

Nyeri kepala dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut (Price dan Wilson, 2014):

1. Genetik

Nyeri kepala dapat disebabkan oleh faktor genetik, dimana sekitar 75%

sampai 80% pengidap nyeri kepala memiliki anggota keluarga yang mengidap nyeri kepala pula.

2. Bau yang tajam 3. Alkohol

Alkohol telah banyak dilaporkan sebagai salah satu faktor terjadinya nyeri kepala (Panconesi, 2016).

4. Kafein 5. Nikotin 6. Tumor

6

(20)

7. Stres dan depresi

Stres dan depresi dilaporkan dapat memperparah intensitas serta frekuensi nyeri kepala (Schramm et al., 2015)

8. Infeksi dan penyakit metabolisme 9. Kualitas tidur yang buruk

2.2.2 Klasifikasi

The International Classification of Headache Disorders 3rd edition mengklasifikasikan nyeri kepala menjadi 3 yaitu nyeri kepala primer, nyeri kepala sekunder, dan Peripheral neuropathic pain (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

1. Nyeri Kepala Primer

Nyeri kepala primer terbagi atas migren, Tension type headache, Trigeminal autonomic cephalalgias,dan Other primary headache disorder. Migren merupakan nyeri kepala primer yang paling sering terjadi. Studi epidemiologi telah mendokumentasikan prevalensi yang tinggi pada kejadian migren. Pada survei Global Burden of Disease 2010, migren menempati posisi ketiga sebagai penyakit kepala tersering (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

Migren terdiri atas 2 jenis, yaitu migren tanpa aura dan migren dengan aura.

Migren tanpa aura merupakan migren yang ditandai dengan nyeri kepala yang memiliki tanda spesifik. Sedangkan migren dengan aura merupakan nyeri kepala terutama ditandai dengan gejala neurologis fokal sementara yang biasanya mendahului atau terkadang menyertai sakit kepala. Beberapa pasien juga mengalami fase premonitory (terjadinya gejala yang mendahului), yang terjadi berjam-jam atau berhari-hari sebelum sakit kepala, dan fase resolusi sakit kepala.

Gejala premonitory dan resolusi meliputi hiperaktif, hipoaktivitas, depresi, hasrat yang meningkat untuk makanan tertentu, menguap berulang, kelelahan dan kekakuan dan / atau rasa sakit di leher (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

(21)

Tension type headache merupakan nyeri kepala yang sangat umum terjadi, dengan lifetime prevalence pada populasi umum berkisar antara 30% dan 78% pada penelitian yang berbeda, dan memiliki dampak yang sangat tinggi terhadap aspek sosial dan ekonomi. Tension type headache menimbulkan nyeri akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa mengikat seperti pita di sekitar kepala dan nyeri tekan di daerah oksipitoservikalis. Nyeri kepala tipe ini sangat sering terjadi. Nyeri kepala tipe ini berkaitan dengan keadaan-keadaan stres temporer, rasa cemas, atau kelelahan yang umumnya berlangsung selama 1 atau 2 hari. Tension type headache yang kronik lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dan bersifat bilateral, terus menerus (terjadi baik siang maupun malam dan berlangsung beberapa bulan sampai tahun), tumpul, tidak berdenyut, dan sering disertai oleh rasa cemas, depresi, dan perasaan tertekan (Price dan Wilson, 2014).

Trigeminal autonomic cephalalgias memiliki gambaran klinis nyeri kepala yang biasanya letaknya lateral, dan sering menonjolkan gejala otonom parasimpatis kranial, yang letaknya ipsilateral untuk sakit kepala. Pencitraan fungsional eksperimental menunjukkan bahwa sindrom ini mengaktifkan refleks trigeminal- parasimpatis normal manusia, dengan tanda klinis disfungsi simpati kranial sekunder (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

Other primary headache disorder merupakan nyeri kepala yang disebabkan oleh berbagai macam hal seperti nyeri kepala akibat batuk, nyeri kepala akibat latihan fisik, nyeri kepala akibat aktivitas seksual, nyeri kepala akibat lingkungan dingin, dsb (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

2. Nyeri Kepala Sekunder

Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang disebabkan oleh penyakit yang lain seperti pada orang yang mengalami meningitis, trauma, ataupun penggunaan obat. Nyeri kepala sekunder terbagi atas nyeri kepala yang berhubungan dengan trauma, nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan 8

(22)

vaskular kepala ataupun leher, nyeri kepala yang berhubungan dengan substansi tertentu, nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan homeostasis, nyeri kepala yang berhubungan dengan masalah psikologis, serta nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan pada daerah-daerah sekitar wajah (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

3. Peripheral Neuropathic Pain

Peripheral Neuropathic Pain merupakan nyeri kepala yang disebabkan karena terjadinya lesi ataupun gangguan dari sistem syaraf somatosensori perifer (International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version), 2017).

2.2.3 Pengukuran Derajat Nyeri Kepala

Numeric Pain Rating Scale merupakan pengukuran subjektif dari suatu perasaan nyeri. Terdiri dari 1 garis lurus dengan dimulai dari angka 0 hingga angka 10. Responden biasanya diminta untuk memperkirakan nyeri yang dirasakan dengan memilih salah satu nomor yang ada di sepanjang garis berdasarkan perasaan nyeri yang mereka rasakan (Hjermstad et al., 2011).

Tipe-tipe cara pengukuran nyeri:

1. Numeric Pain Rating Scale

Gambar 2.1. Numeric Pain Rating Scale (Huskisson, 2000)

2. Visual Analog Scale

Gambar 2.2 Visual Analog Scale (Huskisson, 2000)

(23)

3. Wong Baker Face Scale

Gambar 2.3 Wong Baker Face Scale (Huskisson, 2000)

2.3 KUALITAS TIDUR DAN NYERI KEPALA

Konvergensi antara gangguan tidur dan nyeri kepala secara umum memiliki dasar struktur neuroanatomi dan mekanisme neurofisiologi yang sama, meliputi hipothalamus, serotonin, dan melatonin. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat mekanisme tertentu pada otak yang menyebabkan adanya pengaruh tidur terhadap kejadian nyeri kepala. Aktivasi ascending reticularis activating system (ARAS) di batang otak menyebabkan kita terjaga dan adanya pengaruh neurotransmiter kortikal seperti epinefrin, dopamin dan asetilkolin mempertahankan kewaspadaan selama terjaga. Tidur fase non rapid eye movement (NREM) dikontrol oleh pengaruh neuron-neuron gamma-aminobutyric acid GABA di basal forebrain. Generator fase rapid eye movement (REM) terletak di daerah tegmentum pontin dorsolateral. Fase Rapid eye movement diinisiasi oleh pelepasan asetilkolin yang diaktivasi oleh neuron pontin tersebut. Serotonin yang berasal dari nukleus di daerah rafe dorsalis telah diketahui memegang peranan pada migren (Caballero et al., 2013).

Kadar melatonin menurun pada beberapa jenis nyeri kepala primer, migren dan nyeri kepala klaster. Melatonin memiliki efek terapeutik terhadap nyeri kepala primer melalui efek anti-oksidan, anti-inflamasi, dan anti-nosiseptiknya.

Mekanisme yang mendasari efek protektif melatonin terhadap nyeri kepala belum sepenuhnya jelas. Beberapa mekanisme yang diajukan misalnya efek beta endorfin yang mungkin dimiliki oleh melatonin selain mekanisme oksida nitrit dan jalur GABA, glutamat dan opiat endogen. Efek protektif tersebut memungkinkan

10

(24)

melatonin digunakan sebagai terapi farmakologi preventif migren (Caballero et al., 2013).

Nukleus suprachiasmatic yang terletak di bagian posterior hipothalamus berhubungan dengan aktivitas korteks oksipital dan nukleus raphe di batang otak sebagai penghasil serotonin. Aktivitas serotonin memiliki ritme sirkadian dibawah kontrol nukleus suprachiasmatic sebagai pacemaker. Jalur serotonergik seperti ascending forebrain serotonergic tract bermula pada nukleus rafe dan berakhir pada area otak yang berbeda termasuk pada nukleus suprachiasmatik di hipothalamus. Stimulasi nukleus raphe akan menginduksi pengeluaran serotonin (5-HT) pada nukleus suprachiasmatic dan memulai ritme aktivitas sirkadian.

Adanya eksistensi komunikasi anatomi antara nukleus suprachiasmatic dengan nukleus raphe dengan neurotransmisi serotonin mungkin dapat menerangkan hubungan antara tidur dengan nyeri kepala. Tidur dan nyeri kepala memiliki hubungan substansial secara anatomi, klinik, biokimia, dan fisiologi. Migren dan Tension type headache merupakan tipe nyeri kepala primer yang seringkali dihubungkan dengan adanya gangguan tidur yang bermacam macam. Insomnia, Obstructive Sleep Apnoe dan parasomnia merupakan gangguan tidur yang sering dikaitkan dengan timbulnya nyeri kepala primer. Pemanjangan waktu tidur fase REM mungkin menjadi pemicu timbulnya serangan nyeri kepala tersebut.

Patomekanisme yang menjelaskan hubungan antara keduanya masih belum jelas namun demikian disfungsi melatonin serta gangguan ritme sirkadian oleh disfungsi nukleus suprachiasmatic hipothalamus diduga kuat mendasari patofisiologi kedua fenomena yang saling mempengaruhi ini (Caballero et al., 2013). Gangguan tidur yang diatasi dengan baik merupakan terapi non-farmakologi yang potensial untuk penderita nyeri kepala (Kamelia et al., 2013).

Sebuah penelitian di Korea yang melibatkan responden berusia 19-69 tahun melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri kepala dan kualitas tidur yang buruk (Kim et al., 2017). Penelitian di Afrika pada tahun 2015 juga melaporkan bahwa nyeri kepala erat kaitanya dengan kualitas tidur yang buruk (Morgan et al., 2015). Engstrom yang pada tahun 2014 telah meneliti tentang kualitas tidur dan ambang nyeri pada penderita nyeri kepala Tension type

(25)

headache, melaporkan bahwa para penderita nyeri kepala tipe tegang mengaku lebih sering mengalami insomnia, lebih mudah lelah, serta memiliki kualitas tidur yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yang sehat (Engstrom et al., 2014). Lina Kamelia pada tahun 2013 menyatakan bahwa tidur dan nyeri kepala primer memiliki hubungan substansial secara anatomi, klinik, biokimia, dan fisiologi (Kamelia et al., 2013). Sebuah penelitian yang dilakukan di Bali pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sebanyak 95,65% subjek penelitian dengan kualitas tidur buruk lebih sering mengalami nyeri kepala. Jumlah yang tinggi tersebut memperlihatkan kemungkinan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan timbulnya nyeri kepala pada remaja (Antara, 2015).

2.4 NYERI KEPALA DAN ROKOK

Merokok dapat menyebabkan nyeri kepala. Dimana nikotin, sebagai salah satu kandungan tembakau dapat memicu terjadinya vasokonstriksi yang menyebabkan menurunnya aliran darah ke otak. Menurunnya aliran darah ke otak dapat menyebabkan turunnya aktivitas otak, yang mengakibatkan terjadinya nyeri kepala.

Kemudian menurunnya aliran darah ke meninges juga dapat menyebabkan terjadinya rasa nyeri pada daerah wajah dan bagian belakang kepala (Wadie et al, 2008).

Pada tahun 2013, Ferrari melalui penelitiannya menemukan bahwa orang-orang yang merokok memiliki derajat nyeri kepala yang lebih parah serta mengalami nyeri kepala yang lebih sering dibandingkan dengan yang tidak merokok (Ferrari et al, 2011). Rozen juga menemukan bahwa nyeri kepala bagian depan dan belakang dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok (Rozen et al, 2013). Untuk mengukur tingkat frekuensi merokok seseorang, dapat digunakan indeks Brinkman yang membagi tingkat frekuensi merokok dengan tiga klasifikasi, yaitu perokok ringan,perokok sedang, dan perokok berat. Pengukuran dilakukan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari dikali sudah berapa tahun menghisap rokok (Brinkman, 1963).

12

(26)

Tabel 2.1 Indeks Brinkman

2.5 KERANGKA TEORI Indeks Brinkman Klasifikasi

0 ‒ 199 Perokok ringan

200 ‒ 599 Perokok sedang

≥ 600 Perokok berat

Intensitas dan Frekuensi Nyeri Kepala

Kualitas Tidur Bau yang tajam

Genetik

Kafein dan nikotin Stres dan Depresi Infeksi dan

Penyakit Tumor

Alkohol

Gambar 2.4. Kerangka teori.

(27)

2.6 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

2.7 HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014.

Gambar 2.5 Kerangka konsep.

Kualitas Tidur Intensitas dan

frekuensi nyeri kepala

14

(28)

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional study (studi potong lintang), dimana penelitian akan mencari hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2014.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan September 2017.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil.

Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total sampling yang berjumlah 255 orang, dimana sampel yang diambil adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014. Adapun kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang aktif secara akademis

b) Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

(29)

2. Kriteria Eksklusi

a) Subjek dengan riwayat gangguan psikiatri

b) Subjek merupakan perokok berat (berdasarkan Indeks Brinkman)

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Didalam kuesioner yang digunakan terdapat instrumen penelitian berupa kuesioner PSQI untuk pengukuran kualitas tidur, instrumen Numeric Pain Rating Scale untuk pengukuran intensitas nyeri kepala, serta sebuah pertanyaan mengenai frekuensi nyeri kepala yang dialami dalam waktu sebulan terakhir. Penelitian ini akan mulai dikerjakan setelah etichal clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik USU. Pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket, dimana responden akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner yang digunakan.

3.5. METODE ANALISA DATA

Pengolahan dan analisa data dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis/interpretasi data dan pengambilan kesimpulan. Data yang diperoleh dideskripsikan menggunakan program peranti lunak pengolah data. Untuk menilai hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas serta frekuensi nyeri kepala akan digunakan uji korelasi.

3.6. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kualitas

tidur

Penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada siang

Kuesioner PSQI

Angket Skor Rasio

16

(30)

hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, dan penggunaan obat tidur.

Intensitas nyeri kepala

Derajat keparahan nyeri kepala

Kuesioner : Numeric Pain Rating Scale

Angket Skor Rasio

Frekuensi nyeri kepala

Jumlah nyeri kepala yang diderita subjek dalam 1 bulan terakhir

Kuesioner Angket Skor Rasio

Kebiasaan merokok

Tingkat frekuensi merokok

Kuesioner : Indeks Brinkman

Angket Skor Ordinal

(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr.T. Mansur No.5, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Jumlah mahasiswa yang menjadi sampel adalah seluruh mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2014 yang masih aktif secara akademis.

Tabel 4.1 Data demografis responden penelitian

Frekuensi n=255

Persentase (%)

Jenis Kelamin - Pria - Wanita

91 164

35,7 % 64,3 % Usia (Mean ± SD)

- Pria (Mean ± SD) - Wanita (Mean ± SD)

21,05 ± 1,03 20,99 ± 0,93 21,08 ± 1,09

- - - Suku

- Melayu - Tionghoa - Jawa - Batak - Minang - Banjar - Sunda - Aceh - Karo - Nias - India

12 32 64 96 11 3 2 7 4 1 25

4,7%

12,5%

25%

37,6%

4,3%

1,1%

0,8%

2,7%

1,5%

0,4%

9,8%

Kualitas Tidur

- Skor (Mean ± SD) - Baik

- Buruk

4,79 ± 2,88 128 127

- 50,2%

49,8%

Frekuensi Nyeri Kepala (Mean ± SD) 3,42 ± 3,01 -

Intensitas Nyeri Kepala (Mean ± SD) 3,58 ± 2,14 -

(32)

Berdasarkan data yang berhasil didapat pada pengambilan data yang telah dilaksanakan, terdapat 91 orang (35,7%) responden laki-laki. Kemudian, usia rata- rata responden seluruhnya adalah 21,05 ± 1,03 tahun. Usia rata-rata responden berjenis kelamin laki-laki adalah 20,99 ± 0,93 tahun, sedangkan usia rata-rata responden berjenis kelamin perempuan adalah 21,08 ± 1,09 tahun. Dari tabel diatas didapati bahwa suku Batak adalah suku yang memiliki populasi terbanyak pada responden penelitian ini yaitu sekitar 96 orang (37,6 %). Sedangkan suku Nias adalah suku yang memiliki populasi yang paling sedikit, yaitu 1 orang (0,004%).

Nilai rata-rata kualitas tidur responden penelitian ini adalah 4,79 ± 2,88. Jumlah responden yang memiliki kualitas tidur yang baik adalah sebanyak 128 orang (50,2%), sedangkan jumlah responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk adalah sebanyak 127 orang (49,8%). Nilai rata-rata frekuensi nyeri kepala responden adalah 3,42 ± 3,007, sedangkan nilai rata-rata intensitas nyeri kepala responden adalah 3,58 ± 2,14.

Tabel 4.2 Nilai p hubungan Kualitas tidur dengan Intensitas dan Frekuensi nyeri kepala

Kualitas Tidur

r p (p<0,05)

Frekuensi Nyeri Kepala

0,581 0,0001

Intensitas Nyeri Kepala

0,469 0,0001

Pada uji korelasi antara kualitas tidur dengan frekuensi dan intensitas nyeri kepala, didapati nilai p 0,0001 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kualitas tidur dengan frekuensi dan intensitas nyeri kepala pada responden. Kemudian didapati nilai r pada variabel frekuensi yaitu 0,581, yang menunjukkan bahwa terdapat kekuatan hubungan yang kuat antara kualitas tidur dengan frekuensi nyeri kepala. Sedangkan pada variabel intensitas nyeri kepala dengan kualitas tidur, didapat nilai r yaitu 0,469 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara variabel kualitas tidur dengan intensitas nyeri kepala.

(33)

Tabel 4.3 Distribusi perbedaan frekuensi dan intensitas nyeri kepala berdasarkan kebiasaan merokok

Pada tabel diatas, didapati responden yang merokok memiliki frekuensi serta intensitas nyeri kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Namun pada uji Mann Whitney didapat nilai p sebesar 0,392 untuk frekuensi nyeri kepala dan nilai p sebesar 0,441 untuk intensitas nyeri kepala terhadap kebiasaan merokok, yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan nilai frekuensi dan intensitas nyeri kepala.

Dari hasil penelitian, didapati hasil yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nilai p 0,001 (p<0,05).

Hal ini sesuai dengan penelitian Song di Korea yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan frekuensi nyeri kepala (p = 0,009) (Song et al, 2017). Stavem melalui penelitiannya juga mendapatkan hasil yang menyatakan bahwa penurunan kualitas tidur juga mempengaruhi terjadinya peningkatan frekuensi nyeri kepala (p=0,001) (Stavem et al., 2017). Walters pada penelitiannya menyatakan bahwa responden yang memiliki kejadian nyeri kepala lebih sering dan lebih kuat intensitasnya secara bermakna memiliki kualitas tidur yang lebih buruk (p=0,001)(Walters et al, 2013).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Caballero, yaitu disfungsi melatonin serta gangguan ritme sirkadian oleh disfungsi nukleus suprachiasmatic hipothalamus diduga kuat mendasari patofisiologi kedua fenomena yang saling mempengaruhi nyeri kepala dengan kualitas tidur (Caballero, et al., 2013). Nyeri kepala terjadi akibat vasodilatasi pembuluh darah otot-otot kepala yang disebabkan oleh stimulasi zat-zat seperti alcohol, nikotin dan kafein. Melatonin berperan

Rokok (+)

(Mean ± SD)

(-)

(Mean ± SD)

Nilai p

Frekuensi Nyeri Kepala 4,92 ± 5,24 3,34 ± 2,84 0,392 Intensitas Nyeri Kepala 4,23 ± 2,6 3,55 ± 2,1 0,441

20

(34)

sebagai analgetik, karena sifatnya sebagai agonis opioid yang dapat berikatan dengan reseptor opioid. Melatonin memiliki peranan dalam regulasi serebrovaskular dengan meningkatkan efek vasokonstriksi dari noradrenalin.

Melatonin diproduksi pada saat tidur dimalam hari, sehingga orang-orang yang memiliki kualitas tidur yang baik, dapat memiliki kadar melatonin yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada orang yang memiliki kualitas tidur yang baik menjadi lebih rendah. Sedangkan pada orang- orang yang memiliki kualitas tidur yang lebih rendah cenderung memiliki kadar melatonin yang lebih rendah pula, sehingga intensitas dan frekuensi nyeri kepalanya dapat menjadi lebih berat (Peres, et al. 2006). Intensitas dan frekuensi nyeri kepala juga ditemukan tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gan yang tidak menemukan hubungan antara merokok dan kejadian nyeri kepala (p= 0,392)(Gan, 2016).

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan berupa :

1. Kualitas tidur mempunyai hubungan yang bermakna terhadap frekuensi nyeri kepala (p=0,001), dengan korelasi kuat (r= 0,581).

2. Kualitas tidur mempunyai hubungan yang bermakna terhadap intesitas nyeri kepala (p=0,001), dengan korelasi sedang (r= 0,469).

3. Nilai rata-rata kualitas tidur mahasiswa FK USU angkatan 2014 adalah 4,79 ± 2,88.

4. Nilai rata-rata intensitas nyeri kepala mahasiswa FK USU angkatan 2014 adalah 3,58 ± 2,14, sedangkan nilai rata-rata frekuensi nyeri kepala mahasiswa FK USU angkatan 2014 adalah 3,42 ± 3,01.

5. Tidak terdapat hubungan antara merokok dengan nilai intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada penelitian ini.

6.2 Saran

Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut berupa :

1. Disarankan kepada masyarakat dan pembaca agar lebih memperhatikan kualitas tidur mereka setiap hari agar terhindar dari kejadian nyeri kepala yang memiliki intensitas dan frekuensi yang berat.

2. Kualitas tidur yang baik dapat dicapai apabila dapat dimiliki sleep hygiene berupa tidur yang teratur, segera tidur saat mengantuk, menghindari alkohol, kafein dan nikotin, mandi air hangat sebelum tidur, olahraga teratur, dan memastikan bahwa kamar tidur cukup nyaman untuk tidur.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan populasi yang lebih beragam.

(36)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, O., Hawi, H., Mohammed, L., Salim, F., Hameed, A. K. dan Rizwana, B. 2012, 'Sleep quality among University students in the UAE', Gulf Medical Journal, vol. 1, , hal. 193–199.

Antara, A. 2015, Korelasi Kualitas Tidur dengan Nyeri Kepala Primer pada Siswa-Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Amlapura Kabupaten Karangasem, Universitas Udayana.Tesis

Azad, M., Fraser, K., Rumana, N., Abdullah, A., Shahana, N. dan Hanly, P.

2015, 'Sleep Disturbances among Medical Students: A Global Perspective', Journal of Clinical Sleep Medicine, vol. 13, no. 4, hal. 69–74. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4265662/.

Bussye, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R. dan Kupfer, D. J.

1989, 'The Pittsburgh sleep quality index: A new instrument for psychiatric practice and research', Psychiatry Research, vol. 28, no. 2, hal. 193–213.

Brinkman GL, Coates EO Jr. 1963 . 'The effect of bronchitis, smoking and occupation on ventilation'. Ann Respir Dis. vol.87, hal. 684–693.

Caballero, B., Finglas, P. dan Toldra, F. 2013, Encyclopedia of Headache. 1 ed.

Elsevier Inc, London.

Engstrom, M., Hagen, K., Bjork, M., Stovner, L., Stejrn, M. dan Sand, T. 2014, 'Sleep quality, arousal and pain thresholds in tension-type headache: a blinded controlled polysomnographic study.', vol. 34, no. 6, hal. 455–463.

Ferrari A, Zappaterra M, Righi F, Ciccarese M, Tiraferri I, Pini LA, Guerzoni S, Cainazzo MM. 2013. 'Impact of continuing or quitting smoking on episodic cluster headache: a pilot survey' J HeadachePain. vol.14, no.1, hal.48

Gan, WQ, Estus, S, Smith, JH. 2016. 'Association Between Overall and Mentholated Cigarette Smoking With Headache in a Nationally Representative Sample'American Headache Society.vol.56,no.8,hal. 511- 518

Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2006, Textbook of Medical Physiology. 11 ed.

Elsevier Inc, Philadelphia.

(37)

Hjermstad, M. J., Fayers, P. M., Haugen, D. F., Caraceni, A., Hanks, G. W., Loge, J. H., Fainsinger, R., Aass, N. dan Kaasa, S. 2011, 'Studies comparing numerical rating scales, verbal rating scales, and visual analogue scales for assessment of pain intensity in adults: A systematic literature review', Journal of Pain and Symptom Management. Elsevier Inc, vol. 41, no. 6, hal.

1073–1093. Tersedia pada:

http://dx.doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2010.08.016.

Huskisson, E. 2000, 'Measurement of Pain'.

International Classification of Headache Disorders (3rd edition - beta version) 2017,. Tersedia pada: https://www.ichd-3.org/.

Kamelia, L., Adnyana, I. M. O. dan Budiarsa, I. 2013, 'Nyeri Kepala dan Gangguan Tidur', Kedokteran, Jurnal Ilmiah, vol. 44, no. 2, hal. 101–104.

Kim, J., Cho, S.-J., Kim, W.-J., Yang, K. I., Yun, C.-H. dan Chu, M. K. 2017, 'Insufficient sleep is prevalent among migraineurs: a population-based study', The Journal of Headache and Pain. The Journal of Headache and Pain, vol. 18, no. 1, hal. 50. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28455722%0Ahttp://www.pubmedc entral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC5409905%0Ahttp://thejournal ofheadacheandpain.springeropen.com/articles/10.1186/s10194-017-0756- 8.

Medical Definition of Headache 2017, Medicinenet. Tersedia pada:

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=11396.

Menon, B. dan Neeharika, K. 2013, 'Prevalence and characteristics of migraine in medical students and its impact on their daily activities', Ann Indian Acad Neurol. Ann Indian Acad Neurol, vol. 16, no. 2, hal. 221–225.

Morgan, I., Eguia, F., Gelaye, B., Peterlin, B. L., Tadesse, M. G., Lemma, S., Berhane, Y. dan Williams, M. A. 2015, 'Sleep disturbances and quality of life in Sub-Saharan African migraineurs.', The journal of headache and pain, vol. 16, , hal. 18.

Panconesi, A. 2016, 'Alcohol causes Headache', J Neurosci Rural Pract, vol. 7, no. 2, hal. 269–275.

Peres MF, Masruha MR,Zukerman E, Moreira-Filho CA, Cavalheiro EA. 2006.

'Potential therapeutic use of melatonin in migraine and other headache disorder' ' Ashley publication.vol 15, no. 4, hal 365-375.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2014, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- 24

(38)

Proses Penyakit. 6 ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rozen, T. D. 2011, 'A History of Cigarette Smoking Is Associated With the Development of Cranial Autonomic Symptoms With Migraine Headaches Headache.' The Journal of Head and Face Pain. vol.51 hal. 85–91.

Schramm, S. H., Moebus, S., Lehmann, N., Galli, U., Obermann, M., Bock, E., Yoon, M.-S., Diener, H.-C. dan Katsarava, Z. 2015, 'The association between stress and headache: A longitudinal population-based study', Cephalalgia, vol. 35, no. 10, hal. 853–863.

Sherwood, L. 2011, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC.

Sulistiyani, C. 2012, 'Jurnal Kualitas Tidur Mahasiswa', Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 1, no. 2, hal. 280–292.

Sullivan, D. P. dan Martin, P. R. 2016, 'Sleep and headaches: Relationships between migraine and non-migraine headaches and sleep duration, sleep quality, chronotype, and obstructive sleep apnoea risk', Australian Journal of Psychology. Australian Journal of Psychology. Tersedia pada:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3724079/.

Stavem K. , Kristiansen H.A, Kristoffersen S.E, Kværner K.J dan Russell M.B.

2017. 'Association Of Excessive Daytime Sleepiness with Migraine and Headache Frequency in the General Population', The Journal of Headache and Pain, hal. 3

Song T, Yun C.H, Cho S.J,Kim W, Yang K.I dan Chu M.K. 2017, 'Short sleep duration and poor sleep quality among migraineurs: A population-based study' Cephalalgia, hal. 6

Thomas, S. J., Lichstein, K. L., Gable, P. A., Geyer, J. D. dan Thorn, B. E. 2014, 'A Survey of Sleep Disorders in College Students: A Study of Prevalence and Outcomes', hal. 18–30.

Waldie, K. E., McGee, R., Reeder, A. I. and Poulton, R. 2008,'Associations Between Frequent Headaches, Persistent Smoking, and Attempts to Quit Headache: The Journal of Head and Face Pain' , hal. 545-522

Walters A. Brooke, MA; Hamer J. D. , BA, Smitherman Todd A. , PhD.

2013,'Sleep Disturbance and Affective Comorbidity Among Episodic Migraineurs', American Headache Society, hal. 116

Wang, L., Qin, P., Zhao, Y., Duan, S., Zhang, Q., Liu, Y., Hu, Y. dan Sun, J.

2016, 'Prevalence and risk factors of poor sleep quality among Inner

(39)

Mongolia Medical University students: A cross-sectional survey', Psychiatry Research. Elsevier, vol. 244, , hal. 243–248.

Wöber-Bingöl, C. 2013, 'Epidemiology of migraine and headache in children and adolescents.', Current pain and headache reports, vol. 17, no. 6, hal.

341.

26

(40)

LAMPIRAN A

(41)

LAMPIRAN B

Lembar Penjelasan

Saya yang bernama M. Ichsan Aulia Simanjuntak adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan Kualitas Tidur dengan Intensitas dan Frekuensi Nyeri Kepala pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2014”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian anda menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga anda bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika anda bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2017 Peneliti,

(M. Ichsan Aulia Simanjuntak) 28

(42)

Lembar Persetujuan

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN INTENSITAS DAN FREKUENSI NYERI KEPALA PADA MAHASISWA FK USU

ANGKATAN 2014

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

NIM :

Umur :

Jenis kelamin :

Suku :

Riwayat Gangguan Psikiatri : Ada/ Tidak*

Riwayat Merokok : Pernah/ Tidak*

(Isi pertanyaan dibawah ini bila anda perokok) Lama merokok dalam tahun :

Jumlah rata-rata konsumsi batang rokok dalam sehari :

Dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk menjadi sampel dalam penelitian “Hubungan Kualitas Tidur dengan Intensitas dan Frekuensi Nyeri Kepala pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2014” dan disertakan dalam data penelitian. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya serta kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2017 Responden,

( )

*coret yang tidak perlu.

(43)

LAMPIRAN C

No Jenis Kelamin

Skor Kualitas Tidur

Kualitas Tidur

Frekuensi Intensitas Batang Rokok per hari

Usia Suku

1 Laki-laki 0 Baik 0 0 0 21 jawa

2 Laki-laki 6 Buruk 7 6 0 21 Batak

3 Perempuan 10 Buruk 3 5 0 21 Jawa

4 Perempuan 4 Baik 1 6 0 20 Aceh

5 Perempuan 0 Baik 0 0 0 21 Batak

6 Perempuan 3 Baik 2 5 0 21 Batak

7 perempuan 2 Baik 0 0 0 21 Batak

8 Laki-laki 4 Baik 4 2 6x3 tahun 22 batak

9 Laki-laki 6 Buruk 4 4 0 21 jawa

10 Laki-laki 7 Buruk 6 6 1x2 tahun 21 minang

11 Laki-laki 5 Buruk 5 6 0 20 batak

12 Perempuan 9 Buruk 3 5 0 22 jawa

13 Perempuan 6 Buruk 2 5 0 21 batak

14 Perempuan 5 Buruk 20 2 0 21 batak

15 Perempuan 8 Buruk 5 5 0 21 batak

16 Perempuan 4 Baik 2 2 0 21 batak

17 Perempuan 1 Baik 1 4 0 20 melayu

18 Perempuan 3 Baik 1 4 0 21 jawa

19 Laki-laki 9 Buruk 9 7 0 22 tionghoa

20 Laki-laki 4 Baik 4 3 0 21 batak

21 Laki-laki 3 Baik 3 3 0 20 aceh

22 Perempuan 3 Baik 4 5 0 22 jawa

23 Perempuan 8 Buruk 3 3 0 21 batak

24 Perempuan 6 Buruk 2 4 0 21 batak

25 Perempuan 3 Baik 5 6 0 20 jawa

26 Perempuan 6 Buruk 5 6 0 20 batak

27 Laki-laki 1 Baik 0 0 0 21 minang

28 Laki-laki 9 Buruk 2 8 0 21 jawa

29 Laki-laki 7 Buruk 4 5 0 21 batak

30 Perempuan 3 Baik 3 4 0 21 batak

31 Perempuan 3 Baik 1 3 0 21 jawa

32 Perempuan 5 Buruk 4 3 0 21 aceh

33 Laki-laki 3 Baik 1 6 0 22 batak

34 Perempuan 6 Buruk 2 3 0 21 batak

35 Perempuan 4 Baik 4 6 0 21 jawa

36 Laki-laki 0 Baik 0 0 2x2 tahun 20 batak

30

Gambar

Gambar 2.3 Wong Baker Face Scale (Huskisson, 2000)
Gambar 2.4. Kerangka teori.
Gambar 2.5  Kerangka konsep.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran melibatkan hubungan edukatif antara guru dan peserta didik. Hubungan tersebut bertujuan membentuk pribadi- pribadi peserta didik yang penuh

The atmosphere of diversity and social life—also religious—built by the community, is not just a formal social political camouflage because Haji Ismail Mundu indeed laid the

Di samping itu, remaja Jawa juga memaknai sopan santun yang berlaku dalam masyarakat umum sebagai perilaku menghormati orangtua dan orang yang lebih tua serta

Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh RSU Bina Sehat adalah sumber daya  teknologi  khususnya  alat  kedokteran.  Penanaman  modal  baru  pada  alat 

Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat

Aspek yang mendorong kemitraan antara peternak sapi oerah dan KUD Mitra Bhakti Makmur karena satisfaction resource allocation (pendistribusian modal) yang tepat

Stelsel pemungutan pajak yang menghitung beban pajak berdasar perkiraan penghasilan yang akan diterima

Hal ini berlaku bagi anak sumbang yang lahir dari luar perkawinan, ini berbeda jika perkawinan sedarah ini dilakukan dengan sah, maka anak sumbang ini mendapatkan hak waris yang