• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMAHAMAN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PEMAHAMAN PROYEK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB II

PEMAHAMAN PROYEK

2.1 Pengertian Proyek

Gelanggang remaja adalah tempat yang memfasilitasi remaja untuk memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Bangunan gelanggang remaja ditujukan untuk siswa-siswi SMP hingga SMA, dan juga mahasiswa sebagai area komunal di luar kegiatan akademik.

Gelanggang remaja dapat menjadi area rekreasi atau refreshing untuk remaja melepaskan penat setelah melakukan kegiatan akademik mereka. Gelanggang remaja juga merupakan sarana interaksi antara remaja dengan pelatih atau tim organisasi terkait pengembangan diri remaja.

Berdasarkan fungsinya, gelanggang remaja merupakan bangunan multifungsi yang menunjang kegiatan remaja pada bidang olahraga, seni, dan edukasi. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan adalah kegiatan pelatihan, bersosialisasi, menambah pengalaman, serta menjadi ruang praktik ekspresi secara langsung. Bangunan ini dirancang dengan fasilitas yang terbagi kedalam dua area yaitu kegiatan yang membutuhkan ruang tertutup (indoor) dan kegiatan luar ruangan (outdoor). Kegiatan yang dilakukan secara indoor membutuhkan ruang berupa studio, kelas, laboratorium, dan aula. Kegiatan yang dilakukan secara outdoor biasanya berupa kegiatan fisik yang memiliki area sendiri seperti panjat dinding, bela diri, bermain skateboard, basket, dan voli.

Kesimpulannya, gelanggang remaja atau biasa disebut dengan youth center merupakan suatu tempat berkumpul yang menjadi pusat kegiatan bagi remaja untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Gelanggang remaja ini merupakan bangunan milik Pemerintah Kota Bandar Lampung yang melayani kegiatan-kegiatan sosial diluar kegiatan komersial.

2.2 Tipologi Proyek

Gelanggang remaja merupakan fasilitas publik yang tidak memiliki tipologi secara khusus terkait tipologi bangunan. Berdasarkan kajian literatur dalam buku Time Saver Standard 1984 bangunan gelanggang remaja memiliki tipologi yang mirip dengan Recreation Centre. Bangunan ini merupakan fasilitas dengan penekanan aktivitas utama untuk melayani remaja sesuai dengan minat dan bakat mereka. Bangunan ini berfungsi untuk mewadahi kegiatan remaja dalam olahraga, seni, edukasi, sosial dan rekreasi di luar lingkup akademik yang tidak mereka dapatkan di sekolah.

(2)

4 Bangunan gelanggang remaja melayani fungsi yang bermacam-macam sehingga biasanya beberapa ruang bersifat fleksibel sehingga dapat digunakan untuk memasukan aktivitas lain ke dalam ruangan pada waktu yang berbeda. Dalam pemrograman ruang menerapkan pengelompokan ruang berdasarkan jenis kegiatannya seperti kelompok kegiatan olahraga, seni, dan edukasi yang dirancang saling berdekatan. Pengelompokan ruang ini bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam mengakses ruang-ruang yang ada dalam gelanggang remaja.

2.3 Studi Preseden

Dalam analisis ini terdapat beberapa preseden proyek sejenis yang dijadikan sebagai referensi dalam perencanaan dan perancangan proyek gelanggang remaja. Berdasarkan analisis preseden proyek gelanggang remaja diperoleh hal-hal terkait fungsi, sifat ruang, kebutuhan ruang, karakter ruang, dan beberapa aspek yang dapat diterapkan pada proses perancangan. Beberapa bangunan yang dijadikan preseden perancangan antara lain:

2.3.1 The Gary Comer Youth Center, Chicago, AS

The Gary Comer Youth Center merupakan bangunan yang dirancang untuk memfasilitasi kegiatan para remaja di Kota Chicago. Youth center tersebut memiliki luas 6970 m2 dan menyediakan berbagai fasilitas yang terkait dengan kegiatan remaja di luar jam sekolah.

Fungsi bangunan youth center ini difokuskan ke dalam tiga bidang yaitu olahraga, pendidikan, dan seni.

a) Denah Lantai 1 b) Denah Lantai Atas

Gambar 2. 1 Denah The Gary Comer Youth Center (Sumber: https://www.archdaily.com)

The Gary Comer Youth Center terdiri dari 3 lantai dan memiliki ruang utama berupa gymnasium. Gedung ini memiliki ruang penunjang untuk kegiatan lainnya berupa ruang seni dan keterampilan, laboratorium komputer, studio tari, studio rekaman, studio desain kostum, ruang pelatihan dan belajar, ruang kelas, kantor, dan ruang pertunjukkan.

(3)

5 Berdasarkan pola denah di atas diperoleh pengelompokkan ruang yang disusun berdasarkan jenis kegiatan. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama dirancang berdekatan untuk memudahkan pengguna. Sistem sirkulasi bangunan menerapkan sistem single dan double loaded corridor pada lantai yang berbeda sehingga memberikan pengalaman ruang yang berbeda.

Gambar 2. 2 Fleksibilitas Ruang

(Sumber: http://archive.discoverdesign.orang/discover/skin.html)

Bangunan ini menerapkan konsep fleksibilitas ruang pada area gymnasium sehingga penggunaan ruang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan pengguna.

Gymnasium merupakan salah satu fasilitas inti dari bangunan yang dirancang berada di pusat bangunan dan dikelilingi dengan ruang-ruang lainnya.

Gambar 2. 3 Transparansi Ruang Dalam The Gary Comer Youth Center (Sumber: https://www.archdaily.com)

The Gary Comer Youth Center menerapkan sistem transparansi ruang pada beberapa ruangan. Transparansi ruang diterapkan dengan memanfaatkan material kaca di dalam gedung sebagai akses visual antara ruang satu sama lain. Penerapan ruang seperti ini dapat menjadi salah satu kontrol sosial antar pengguna karena pengguna dapat saling melihat dan menciptakan rasa aman.

(4)

6

Gambar 2. 4 Fasad Bangunan The Gary Comer Youth Center (Sumber: https://www.archdaily.com)

The Gary Comer Youth Center menerapkan fasad yang cenderung dinamis dengan permainan pola yang abstrak wan warna yang terang. Pemilhan warna yang terang mencerminkan karakter remaja yang aktif, berani, dan seolah-olah ingin menunjukkan eksistensisnya. Warna tersebut diterapkan dengan membentuk gradasi yang berulang menyelubungi beberapa bagian bangunannya.

2.3.2 Gehua Youth & Cultural Center, Beidaihe, China

Gehua Youth and Cultural Center merupakan youth center yang berlokasi di Kota Beidaihe, China dan memiliki luasan 2700 m2. Youth center ini memiliki perbedaan dengan youth center lain karena lebih berfokus menyediakan fasilitas untuk kegiatan kesenian.

Gambar 2. 5 Denah Bangunan Gehua Youth and Cultural Center (Sumber: https://www.archdaily.com)

(5)

7 Pada denah lantai 1 terlihat sirkulasi dalam bangunan menerapkan sistem single loaded corridor. Koridor ini menghubungkan ruang luar dan ruang dalam bangunan sehingga menciptakan rasa nyaman bagi penggunanya. Setiap ruang dalam bangunan memiliki akses view menuju ruang luar. Beberapa ruang yang tersedia adalah galeri, ruang teater, aula multimedia, studio master, bar buku, ruang VIP, dan ruang kriya, kantor, ruang multifungsi.

Gambar 2. 6 Konsep Ruang Open Space (Sumber: https://www.archdaily.com)

Youth center ini memiliki konsep ruang open space dimana terdapat ruang-ruang yang tidak memiliki pembatas yang solid dan benar-benar membatasi ruang secara nyata. Pembatas ruang berupa perbedaan elevasi lantai, kolom-kolom, dan peletakan furniture.

Gambar 2. 7 Konsep Fleksibilitas Ruang (Sumber: https://www.archdaily.com)

Gehua Youth and Cultural Center menerapkan konsep ruang yang fleksibel. Ruang-ruang dapat menampung kegiatan yang berbeda-beda untuk berbagai kesempatan. Ruang-ruang lebih terbuka dengan batas yang sewaktu-waktu dapat dibuka sehingga lebih fleksibel.

Bangunan ini memiliki ruang pertunjukan dengan dinding pembatas semi permanen yang

(6)

8 sewaktu-waktu dapat dibuka sehingga ruang menjadi semakin luas menyesuaikan dengan peningkatan kapasitas pengguna.

2.3.3. The Kensington Learning Space, Bangkok, Thailand

The Kensington Learning Space dirancang oleh Plan Architect dengan luas bangunan 4000 m2 merupakan sebuah sekolah anak yang berkonsep ‘Play-based learning’, dimana anak-anak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri mereka dengan menggabungkan proses belajar dengan basis bermain yang tetap memenuhi persyaratan fungsionalnya.

Gambar 2. 8 Perspektif Mata Burung The Kensington Learning Space (Sumber: https://www.archdaily.com)

The Kensington Learning Space memiliki bentuk bangunan melingkar berada di sumbu tengah lahan dan dikelililingi oleh elemen lanskap. Bentuk massa melingkar memiliki kesan ruang yang dinamis dengan pengalaman ruang yang seolah-olah mengajak penggunanya untuk turut aktif beraktivitas dan menelusuri fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan.

Bangunan terdiri dari satu massa bangunan dan dilengkapi dengan sebuah innercourt diantara bangunan.

(7)

9

Gambar 2. 9 Ruang Luar pada The Kensington Learning Space (Sumber: https://www.archdaily.com)

The Kensington Learning Space memiliki bentuk massa bangunan dengan ruang luar yang dimaksimalkan sebagai ruang terbuka hijau. Bangunan berorientasi dengan ruang luar dengan cara menggunakan elemen bangunan yang tidak membatasi pandangan secara full sehingga pengguna bangunan tetap dapat menikmati view yang ada diluar ruangan.

Gambar 2. 10 Denah The Kensington Learning Space (Sumber: https://www.archdaily.com)

a) Denah Lantai 1 b) Denah Lantai 2

c) Denah Lantai 3

(8)

10 Pada gambar denah diatas, terlihat bahwa bangunan ini menerapkan sistem zonasi untuk memaksimalkan fungsi ruang yang ada. Ruang-ruang dengan pengelompokkan yang sama didekatkan sehingga membentuk rasa kepemilikan terhadap fungsi yang difasilitasinya.

Bentuk bangunan yang melingkar memiliki konfigurasi ruang yang terpusat. Bentuk ruang seperti ini memberikan pengalaman ruang yang berbeda karena pada suatu waktu kegiatan akan memiliki satu area yang lebik menyempit yang menjadi fokus kegiatan dan dilingkupi dengan ruang yang semakin melebar sehingga pandangan akan lebih tertuju pada fokus dari kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan pada ruang dengan bentuk seperti ini lebih memberikan kesan hangat, menyatu dan tidak kaku sehingga sesuai dengan karakter penggunanya. Sistem sirkulasi dalam bangunan menerapkan sistem single loaded corridor.

Sistem sirkulasi ini dihubungkan dengan koridor pada satu sisi yang memberikan sistem penghawaan dan pencahayaan alami mengalir dengan baik pada setiap ruangnya. Sirkulasi ini menjadi area untuk bergerak dari satu ruang ke ruang yang lain serta menjadi elemen untuk berkegiatan sambil menikmati kegiatan lain yang terdapat di area innercourt.

Gambar 2. 11 Innercourt pada The Kensington Learning Space (Sumber: https://www.archdaily.com)

Innercourt dimaksimalkan sebagai ruang luar di tengah bangunan yang memfasilitasi pengguna untuk bermain dan berkumpul dengan temannya. Innercourt menjadi pusat yang dikelilingi dengan fasilitas berupa ruang-ruang pada bangunan. Hal ini juga berhubungan dengan sistem pengawasan secara tidak langsung, dimana antar pengguna bangunan dapat saling melihat aktivitas dan saling terkontrol sehingga dapat menghindari hal negatif yang tidak diinginkan.

(9)

11 2.4 Kesimpulan Studi Tipologi dan Preseden

2.4.1 Kesimpulan Studi Tipologi

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan studi tipologi adalah gelanggang remaja merupakan tempat yang menyediakan fasilitas untuk mewadahi berbagai jenis kegiatan untuk mengembangkan minat dan bakat remaja. Gelanggang remaja memiliki karakter ruang yang fleksibel sehingga dapat digunakan untuk memasukan aktivitas lain ke dalam ruangan yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam pemrograman ruangnya menerapkan pengelompokan ruang berdasarkan jenis kegiatan untuk memudahkan pengguna dalam mengakses ruang-ruang yang ada dalam gelanggang remaja. Gelanggang remaja biasanya memiliki pola denah bangunan yang dirancang dengan meletakkan satu fasilitas khusus yang menjadi fungsi utama yang akan disediakan seperti gymnasium, ruang serba guna, ataupun innercourt dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain yang dirancang mengelilinginya.

2.4.2 Kesimpulan Studi Preseden

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan preseden 1 dan 2 adalah fungsinya yang mencakup olahraga, kesenian, edukasi, dan rekreasi. Fasilitas yang terdapat pada gelanggang remaja terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama yang dapat dijadikan referensi pada perencanaan program ruang antara lain: aula atau ruang serba guna, studio musik, studio tari, studio kriya, perpustakaan, ruang multimedia, dan ruang multifungsi. Selain itu, terdapat beberapa fasilitas penunjang yang mendukung fungsi dari fasilitas utama seperti foodcourt, innercourt, dan plaza.

Dari bangunan The Gary Comer Youth Center diperoleh kesimpulan studi yang dapat diadaptasi ke dalam desain bangunan yaitu konsep ruang yang fleksibel sehingga mampu menyesuaikan dengan fungsi dan waktu yang dibutuhkan dalam penggunaannya. Bangunan ini memanfaatkan material yang menciptakan transparansi ruang yang tidak membatasi pandangan penggunanya. Pemilihan fasad bangunan yang berwarna terang juga menarik untuk diterapkan pada desain bangunan gelanggang remaja karena dapat menjadi salah satu karakter yang menggambarkan sebuah bangunan remaja.

Dari bangunan Gehua Youth & Cultural Center diperoleh kesimpulan studi yang dapat diadaptasi ke dalam desain bangunan yaitu konsep fleksibilitas ruang, konsep sirkulasi dan konsep ruang open space. Konsep open space dapat menjadi referensi dalam perancangan karena lebih memberikan kebebasan ruang sehingga lebih memberikan kebebasan untuk

(10)

12 bergerak. Ruang komunal banyak terbentuk dari sirkulasi bangunan dan dapat menciptakan ruang-ruang positif dalam bangunan.

Dari bangunan The Kensington Learning Space diperoleh kesimpulan studi terkait bentuk massa bangunan yang tidak kaku, pemanfaatan ruang luar dan ruang dalam serta sirkulasi bangunan yang didesain fungsional untuk memfasilitasi dan memberikan pengalaman ruang tersendiri bagi penggunanya.

Gambar

Gambar 2. 1 Denah The Gary Comer Youth Center  (Sumber: https://www.archdaily.com)
Gambar 2. 3 Transparansi Ruang Dalam The Gary Comer Youth Center  (Sumber: https://www.archdaily.com)
Gambar 2. 4 Fasad Bangunan The Gary Comer Youth Center  (Sumber: https://www.archdaily.com)
Gambar 2. 6 Konsep Ruang Open Space  (Sumber: https://www.archdaily.com)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan kegiatan usaha seperti proses produksi, tenaga kerja harus dilakukan proses pelatihan terlebih dahulu, untuk mengetahui tahapan tata cara proses produksi

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris apakah ada

Seorang anak usia 4 tahun diantar ibunya datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 4 hari yang lalu?. Ibu pasien mengatakan pasien juga mengalami batuk dan pilek

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan pemodelan menggunakan metode regresi data panel dinamis dengan estimasi GMM Arellano-Bond

1.2 Menghafalkan, surat al-Fatihah, an-Nas, al- Falaq, al-Ihlas, dan surat al-Lahab secara benar dan fasih.. Jumlah

Peningkatan hasil belajar IPS sarana transportasi melalui media hiasan dinding kreatifitas pada anak 

Terapi kelompok terapeutik dapat meningkatkan kemampuan kognitif sesuai dengan tujuan terapi kelompok terapeutik dalam kelompok adalah meningkatkan potensi yang

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.Syukur Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi yang berjudul