MAKALAH KELOMPOK 3
DERIVATIF DAN HEDGING
(Kontrak Forward, Futures, dan SWAP untuk Manajemen Risiko Tingkat Bunga, Risiko Mata Uang, dan Risiko Pasar)
Disusun Oleh : Suwarno Rinawati Arif Wiyuda Mikael Chandra
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
PENDAHULUAN
Dalam dunia keuangan (finance), derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi “acuan pokok” atau juga disebut ” produk turunan” (underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok. Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing “tanpa”
mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying). Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang.
Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya.
Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets.
Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual aset/
komoditas yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.
A. KONTRAK FORWARD
Kontrak forward merupakan suatu perjanjian antara penjual dan pembeli pada saat ini, mengenai transaksi aset tertentu, tanggal dan harga disepakati dimuka dan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, tanggal penjualan dan tanggal penyerahan barang dilakukan berbeda. Kontrak forward ini digunakan untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko, sebagai contoh risiko perubahan nilai mata uang (contoh: kontrak forward untuk transaksi mata uang) atau transaksi komoditi (contoh: kontrak forward untuk minyak bumi).
Satu pihak setuju untuk membeli, pihak lain menjual, untuk suatu harga yang telah disetujui sebelumnya. Saat terjadi transaksi forward, belum terjadi pertukaran atau pembayaran uang. Pembayaran dan pengiriman barang dilakukan sesuai dengan jadwal dan
aturan yang telah disepakati. Harga forward berbeda dengan harga spot atau harga pada saat asset tersebut berpindah tangan {pada waktu tersebut (spot), biasanya dua hari kerja}.
Di Indonesia kontrak forward (kontrak serah) dibuat atas dasar kesepakatan dua belah pihak yang bertransaksi dan dapat dilakukan dimana saja, sedangkan kontrak berjangka telah ditetapkan secara standar dan hanya dapat diperdagangkan di bursa berjangka. Kontrak forward selalu diakhiri dengan penyerahan barang secara fisik, sedangkan kontrak berjangka dapat ditutup dengan tiga cara yaitu penyerahan barang atau penyerahan secara tunai, mengambil posisi sebaliknya dari posisi yang dimiliki sekarang, dan pertukaran dengan transaksi fisik (exchange for physical). Kemudian, transaksi kontrak berjangka dilakukan dengan penyerahan margin yang relatif kecil dibanding dengan nilai kontrak dan dijamin serta diselesaikan oleh Lembaga Kliring setiap hari.
Berikut ini adalah berbagai jenis kontrak forward yang beredar di pasar:
a. Currency Forward
Currency forward contract banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengelola risiko valuta asing. Biasanya, perusahaan multinasional yang menggunakannya, karena mereka beroperasi pada lebih dari satu negara, sehingga terekspos terhadap risiko valas. Namun, perusahaan lokal juga kadang memanfaatkannya untuk melakukan hedging terhadap transaksi dalam mata uang asing.
Dalam currency forward contract, maka suatu pihak wajib untuk membeli atau menjual mata uang tertentu dengan nilai tukar tertentu, dalam jumlah tertentu, di tanggal yang sudah ditentukan di masa depan. Kontrak ini terjadi secara over-the-counter dan dapat di-customized sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya, perusahaan A (AS) punya piutang dari perusahaan B di Jepang sebesar 5 juta yen dalam waktu 2 bulan mendatang. Tentunya ia tidak ingin supaya nilai tukar yen merosot terhadap dollar, karena jika demikian maka piutang yang diperolehnya jadi lebih rendah. Misalnya rate yang digunakan dalam kontrak adalah sebesar 90 yen per dollar, maka perusahaan A memperoleh kepastian untuk memperoleh cash flow sebesar 5 juta/90 yen = $555,555 di masa depan. Jika di masa depan ternyata yen merosot jadi 100 yen per dollar, maka perusahaan A tetap dapat menukar 5 juta yen-nya dengan rate 90 yen per dollar.
b. Equity Forward
Dalam equity forward contract, maka suatu pihak wajib membeli atau menjual instrumen ekuitas ataupun indeks saham pada waktu tertentu di masa depan. Jenis kontraknya bisa saham tertentu, portfolio maupun indeks. Melalui equity forward, nilai transaksi yang akan terjadi di masa depan sudah dipatok pada saat ini, sehingga dapat mengatasi risiko yang terjadi dari perubahan nilai pasar. Contoh dari equity forward contract ini adalah program share buyback yang sering terjadi di pasar modal. Pada program ini, satu pihak berjanji untuk membeli kembali saham tertentu dengan jumlah tertentu, pada harga tertentu di masa depan. Positifnya, ini mengantisipasi kenaikan harga di masa depan, dan memberikan kepastian mengenai cash flow. Namun, jika harga merosot maka karena terikat kontrak pihak tersebut mungkin akan terpaksa membeli di atas harga pasar.
c. Commodity Forward
Commodity forward adalah kontrak dengan underlying asset berupa komoditas seperti minyak, metal, jagung, dan lainnya. Kontrak ini memungkinkan suatu pihak untuk membeli atau menjual komoditas dengan harga tertentu di masa depan. Jadi, kontrak ini mengantisipasi terjadinya perubahan harga di masa depan. Untuk produsen, kontrak ini bermanfaat dalam mengurangi risiko jika harga komoditas menguat di masa depan.
d. Bond Forward
Bond forward hampir serupa dengan equity forward, hanya saja obligasi punya jatuh tempo, sehingga kontrak forward pasti kadaluarsanya sebelum tanggal jatuh tempo. Obligasi yang umum dijadikan bond forward adalah T-bills yang dikeluarkan Depkeu AS. Pada kontrak ini, satu pihak sepakat untuk membeli T-bills pada harga yang telah dipatok saat ini, pada masa depan, sebelum tanggal jatuh tempo T-bills tersebut. Contohnya, jika T-bill 90 hari dijual discount sebesar 5%, maka harganya tiap $1 par adalah sebesar $1- (5%*90/360) = $0.9875. Biasanya, quote yang digunakan untuk T-bills forward contract adalah discount rate-nya. Dari discount tersebut, baru kemudian kita dapat menghitung harganya. Selain T-bills, terdapat kontrak forward untuk obligasi-obligasi lainnya pula, termasuk yang memberikan kupon secara periodik. Biasanya, harga yang di-quote adalah harga clean price, tanpa accrued interest. Melalui bond forward, maka Anda dapat menyepakati harga tertentu.
e. Interest Rate Forward (FRA)
Interest Rate Forward contract disebut juga dengan Forward Rate Agreement (FRA) dimana underlying-nya berupa pembayaran bunga dalam mata uang tertentu.
Jadi, dalam FRA ini merupakan kesepakatan untuk meminjamkan atau meminjam dana tertentu secara fixed rate. Jika kita masuk kontak FRA misalnya, pihak kita memegang posisi long, dan pihak lawan (dealer) memegang posisi short. Pihak yang long akan memperoleh keuntungan ketika tingkat suku bunga naik, sementara pihak yang short menerima keuntungan jika tingkat suku bunga turun. Cash settlement-nya berupa selisih antara tingkat suku bunga kontrak dengan tingkat suku bunga underlying (LIBOR) pada saat maturity.
Misalnya, FRA jatuh tempo dalam 90 hari dengan underlying berupa LIBOR 180 hari. Suku bunga yang dipatok untuk FRA ini adalah sebesar 7%, dengan principal kontrak sebesar $5 juta. Bagaimana seandainya:
a) jika suku bunga naik jadi 8%, maka dealer harus melakukan pembayaran:
(8%-7%) x 180/360 x $5,000,000 = $25,000
Karena LIBOR yang digunakan adalah 180 hari, maka present value-nya adalah sebesar: $25,000/(1+ 8%*(180/360)) = $24,038
b) jika suku bunga turun jadi 6.5%, maka kita yang harus melakukan pembayaran:
(7%-6.5%) x 180/360 x $5,000,000 = $12,500
Karena LIBOR yang digunakan 180 hari, maka present value-nya adalah sebesar:
$12,500/(1+6.5%*(180/360)) = $12,106
B. KONTRAK FUTURE
Kontrak Future merupakan suatu kontrak yang diperdagangkan pada bursa berjangka, untuk membeli ataupun menjual aset acuan dari instrumen keuangan pada suatu tanggal di masa akan datang, dengan harga tertentu. Tanggal di masa akan datang tersebut disebut dengan istilah tanggal penyerahan atau dikenal juga dengan istilah delivery date atau tanggal penyelesaian akhir (final settlement date). Harga tertentu disebut dengan istilah harga kontrak berjangka (futures price). Harga dari aset acuan pada saat tanggal penyerahan disebut dengan istilah harga penyelesaian (settlement price).
Suatu kontrak berjangka menimbulkan "kewajiban" kepada pemegang kontrak guna melaksanakan pembelian atau penjualan dimana berbeda dengan kontrak opsi yang
memberikan "hak" dan "bukan kewajiban". Pada kontrak berjangka ini, kedua belah pihak
"wajib" untuk melaksanakan kewajiban masing-masing pada tanggal penyelesaian, dimana si penjual akan menyerahkan komoditi yang dijadikan aset acuan kepada pembeli dan pembeli wajib membeli dengan harga penyelesaian yang telah disepakati. Apabila kontrak berjangka dilakukan dengan cara penyelesaian tunai (tanpa penyerahan barang) maka pelaku perdagangan berjangka yang mengalami kerugian wajib untuk mentransfer sejumlah uang tunai kepada pelaku perdagangan yang memperoleh keuntungan.
Kontrak berjangka dengan penyerahan tunai hanya diperbolehkan kalau harga penyelesaian aset acuan sudah dapat diterima umum seperti misalnya harga saham yang diperdagangkan di bursa saham. Untuk bebas dari kewajiban pada tanggal penyelesaian akhir maka pemegang posisi pada kontrak berjangka harus melakukan perhitungan atas posisinya baik dengan melakukan penjualan posisi "long" ataupun melakukan pembelian kembali posisi
"short" yang secara efektif akan menutup posisi kontrak berjangka serta kewajibannyanya berdasarkan kontrak tersebut. Aktivitas dalam transaksi kontrak futures yang sudah terstandarisir dilakukan dalam bursa yang terorganisir (securities exchange), dengan bantuan sebuah lembaga kliring (exchange clearinghouse).
Munculnya futures karena pembeli pada umumnya memiliki preferensi yang berbeda atas spesifikasi kualitas, jumlah dan tempat penyerahan asset dasarnya. Spesifikasi kuantitas dan kualitas underlying assets, initial price, dan besarnya margin bagi kedua belah pihak tetap ditentukan oleh exchange’s clearing house atau bursa khusus memperdagangkan futures secara terorganisasi.
Harga atas underlying assets dibedakan menjadi initial futures price (harga awal) dan terminal future price (harga pada saar kontrak futures di exercise) apabila terminal futures price lebih rendah daripada initial futures ketika dilaksanakan exercise, maka penjual akan mendapat profit. Sebaliknya, jika pada saat dilaksanakan exercise, terminal future price-nya dari underlying assets lebih tinggi dari pada initial futures price-nya, maka penjual yang akan memperoleh keuntungan. Kondisi ini menunjukan bahwa kedua belah pihak di dalam kontrak futures ini memiliki symetric exposure, mengingat adanya potential loss dan profit function yang seimbang antara penjual dan pembeli.
Kontrak futures bukan dimaksudkan untuk memiliki underlying assets secara fisik, melainkan lebih merupakan financial instrument yang digunakan untuk meminimalisasi ekspektasi risiko dalam upaya mencapai profit tertentu. Berdasarkan pada pertimbangan
tersebut, sehingga kontrak futures pada umumnya tidak dipertahankan hingga expiration date, melainkan diselesaikan dengan cara closing out the position atau di reserve sebelum berakhirnya masa kontrak. Reverse dilakukan dengan mengambil posisi berlawanan atas kontrak yang sama, yaitu sebagai penjual kontrak futures pada tingkat harga yang lebih tinggi.
1. Kontrak Future - Perjanjian antara pembeli dan penjual yang berisi:
- Pembeli futures setuju untuk membeli sesuatu (suatu komoditi atau asset tertentu) dari penjual futures, dalam jumlah tertentu, dengan harga tertentu, dan pada batas waktu yang ditentukan dalam kontrak
- Penjual futures setuju untuk menjual suatu komoditi atau aset tertentu kepada pembeli futures, dalam jumlah tertentu, dengan harga tertentu, dan pada batas waktu yang ditentukan dalam kontrak.
2. Perdagangan dalam Bursa Kontrak Futures akan Berfungsi:
a. Transfer Risiko (Risk Transfer) – sarana para hedger (pihak yang melakukan hedging – misalnya: petani, produsen atau exportir) untuk mengalihkan risiko harga yang melekat pada komoditas yang menjadi patokan kepada pihak spekulator.
b. Pembentukan Harga (Price Discovery) – Harga yang terbentuk diharapkan mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran dari komoditas.
c. Stabilitas Keuangan (Financial Sustainability) – Kepastian pencapaian nilai dari aset yang akan dijual sudah dilindungi nilainya (hedging).
d. Pengawasan Mutu (Quality Control) – Kontrak futures akan bisa dijadikan acuan untuk menjamin kesesuaian mutu aset secara fisik dengan spesifikasi mutu yang tercantum dalam kontrak futures.
e. Pengumpulan Informasi yang Efisien (Eficient Information Gathering) – Informasi antar pelaku pasar yang ingin bertransaksi akan bisa dilakukan dengan efisien (cepat, mudah dan sekaligus murah).
3. Manfaat Kontrak Futures
• Sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) terhadap risiko perubahan harga di masa depan.
• Spekulasi untuk memperoleh keuntungan 4. Jenis Komoditi pada Kontrak Futures
a. Jenis Komiditi Barang
Komoditas Rincian
Biji-Bijian Gandum, jagung, oats
Hewan dan Daging Sapi (hidup maupun daging sapi)
Makanan Coklat, kopi, gula
Serat Kapas
Logam Tembaga, emas, platina, perak
Minyak Bensin, minyak pelumas
Kayu Kayu
b. Jenis Komoditi Keuangan
Keuangan Rincian
Tingkat Bunga Treasury Bills, Treasury Noles, Tresury Bonds, Municipal Bonds Indeks Pasar NYSE Composite Index, Indeks Nikei
Valuta Asing Pound Inggris, Dollar Kanada, Frank Swiss, Yen Jepang
5. Penilaian Future
3 Komponen Penilaian Futures yang wajar (Fair), yaitu:
a. Harga aset yang menjadi patokan (underlying) dipasar (P) b. Yield yang diperoleh sampai dengan settlement date (y).
c. Tingkat suku bunga untuk meminjam atau menabung dana sampai dengan settlement date ( r ).
Keterangan:
F = Harga Futures (Rp.) r = Suku bunga Pinjaman (%) P = Harga di pasar (Rp.) y = yield (%)
Contoh kontrak Futures:
Aset dijual dipasar dengan harga Rp1.000,00 Aset akan membayar kepada pemiliknya Rp200,00 selama setahun dan dibayar secara triwulan, sehingga setiap tiga bulan pemilik aset akan memperoleh Rp50,00. Settlement date kontrak futures tersebut adalah tiga bulan dari sekarang. Tingkat suku bunga triwulan yang berlaku adalah 8%
pertahun.
Penyelesaian:
F = P + P (r – y)
F = 1000 + 1000 (0,02 – 0,05) = 990
Salah satu manfaat utama yang bisa diberikan kontrak futures adalah untuk melindungi nilai (hedging) aset yang dijadikan patokan dari ancaman risiko ketidakpastian perubahan harga di masa depan. Hedging atau disebut juga lindung nilai dalam dunia keuangan dapat diartikan sebagai suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu investasi lain. Lindung nilai adalah suatu strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari invetasi tersebut. Salah satu definisi tertua dari lindung nilai terhadap risiko adalah membeli perlindungan asuransi yang melindungi properti tersebut terhadap berbagai risiko seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, huru-hara dan lain-lain.
Seorang hedger atau pelaku lindung nilai biasanya akan melakukan investasi pada suatu sekuritas yang diyakininya memiliki harga di bawah nilai pasar yang seharusnya
F = P + P (r-y)
dan menggabungkannya dengan sekuritas lainnya yang berhubungan dengan sekuritas tersebut. Holbrook Working, seorang perintis teori lindung nilai menyebut teori ini dengan istilah "speculation in the basis" (spekulasi dasar), di mana dasarnya adalah perbedaan antara nilai teoritis lindung nilai dengan nilai pasar sesungguhnya.
Beberapa bentuk risiko yang diambil merupakan suatu risiko yang menyatu dari kegiatan bisnis yang dilakukan, dan beberapa merupakan hal yang wajar pada bisnis tertentu seperti misalnya pada bidang usaha pertambangan minyak dimana risiko kenaikan dan penurunan harga adalah hal yang wajar. Beberapa bentuk risiko lainnya adalah tidak diinginkan namun tidak dapat dihindari tanpa dilakukan lindung nilai.
Misalnya seseorang yang memiliki toko, tentunya dapat mengatasi risiko alami yang timbul seperti persaingan, kualitas barang yang jelek, barang yang tidak diminati, dan lainnya. Namun, risiko musnahnya sediaan barang dagangan oleh kebakaran adalah suatu risiko yang tidak diinginkan, tetapi dapat dilakukan lindung nilai dengan mengasuransikan tokonya terhadap risiko kebakaran. Tidak semua lindung nilai merupakan instrumen keuangan.
Perbankan dan lembaga keuangan lainnya menggunakan lindung nilai untuk mengendalikan ketidak sesuaian antara aktiva dan kewajibannya seperti misalnya ketidak sesuaian saat jatuh tempo antara posisi jual, suku bunga pinjaman tetap dan deposito jangka pendek. Banyak transaksi lindung nilai yang tidak melibatkan instrumen keuangan eksotis ataupun derivatif. Lindung nilai alamiah adalah merupakan suatu investasi yang bertujuan mengurangi risiko dari risiko yang tak terduga dengan cara menyelaraskan nilai perputaran uang misalnya pemasukan dan biaya.
Contohnya, seorang eksportir barang dengan tujuan Amerika menghadapi risiko terhadap perubahan nilai mata uang dollar yang lalu memilih untuk mendirikan fasilitas produksi di wilayah Amerika agar struktur biaya dan harga jual dapat selaras nilainya.
Contoh lainnya adalah sebuah perusahaan yang mendirikan anak perusahaan di negara lain dan meminjam uang dalam mata uang setempat untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, walaupun suku bunga pinjaman setempat lebih tinggi daripada suku bunga pinjaman di negara asal namun dengan selarasnya pembayaran pinjaman hutang dan pemasukan yang diharapkan yang keduanya dalam mata uang setempat maka perusahaan induk telah mengurangi terjadinya risiko terhadap nilai tukar valuta asing.
Ada dua alternatif posisi hedging yang bisa dilakukan investor:
a. Short hedge (menjual future).