• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat seperti aspek kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat seperti aspek kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat di mana manusia menjalankan segala macam aktivitasnya. Aktivitas masyarakat tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan yang nyaman dan sehat untuk ditinggali di mana lingkungan yang nyaman serta sehat akan menunjang proses aktivitas secara produktif. Lingkungan hidup yang nyaman dan juga sehat akan mampu berpengaruh pada aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti aspek kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya.

Namun, seiring berkembangnya zaman, industrialisasi semakin masif. Dampak dari masifnya industrialisasi salah satunya adalah kerusakan terhadap lingkungan, dan lebih parah lagi adalah krisis yang terjadi akibat dari aktivitas industri yang tidak mengindahkan pelestarian lingkungan. Bahkan demi kepentingan beberapa pihak, lingkungan dieksploitasi sedemikian rupa dan bukan hanya menyebabkan kerugian bagi alam, namun juga bagi manusia (Nathanologi, Azmi et al, 2021).

Isu permasalahan lingkungan sering dikaitkan oleh faktor alam yaitu terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, abrasi, kebakaran hutan, yang tidak jarang dari fenomena alam tersebut terdapat campur tangan manusia.

Selanjutnya, faktor yang lain yaitu akibat ulah manusia. Faktor permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh ulah manusia sendiri umumnya dikarenakan aktivitas manusia yang tidak mengindahkan pelestarian lingkungan dan cenderung bersifat destruktif. Beberapa diantaranya seperti deforestasi, aktivitas pertambangan, membuang sampah yang sulit terurai, juga masifnya industrialisasi yang menghasilkan limbah di mana dapat mencemari udara, tanah, air dan lain

(2)

2

sebagainya. Permasalahan lingkungan menjadi sebuah hal yang penting karena kualitas lingkungan dapat memengaruhi kualitas hidup manusia secara langsung.

Selain itu, kualitas lingkungan juga memengaruhi kualitas hidup manusia di masa yang akan datang. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan lingkungan memiliki dampak besar bagi keberlangsungan makhluk hidup, termasuk manusia sendiri.

Di Indonesia, permasalahan lingkungan juga menjadi sebuah masalah yang penting sekaligus menjadi prioritas nasional. Beberapa masalah lingkungan yang tertulis di atas juga terjadi di Indonesia. Pemerintah sendiri memiliki peran besar dalam permasalahan lingkungan sebab pemerintah memiliki wewenang untuk mengeluarkan regulasi atau kebijakan. Meski begitu, bukan berarti kita sebagai masyarakat menyerahkan sepenuhnya hal tersebut pada pemerintah namun sebagai masyarakat kita juga wajib memiliki upaya terhadap permasalahan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan bisa dimulai dari lingkup terkecil yaitu diri sendiri terlebih dahulu. Seperti mengurangi penggunaan sampah plastik, membuang sampah pada tempat sampah, mengurangi pemakaian kendaraan roda dua atau roda empat, hingga membaca literatur terkait etika lingkungan, dan lain sebagainya.

Salah satu permasalahan lingkungan di Indonesia yaitu dampak dari aktivitas industrialisasi. Di mana dari aktivitas industri biasanya menghasilkan limbah yang tidak jarang berdampak buruk bagi kondisi alam dan kondisi masyarakat yang bermukim di wilayah perindustrian. Salah satu contoh dari permasalahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas industri yaitu terjadi di Desa Lakardowo, Kecamatan Ketis Kabupaten Mojokerto.

(3)

3

Desa Lakardowo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto yang terdampak aktivitas industrialisasi. Menurut salah seorang warga, Desa Lakardowo dahulu adalah desa yang asri dan nyaman untuk ditinggali, namun kenyamanan tersebut usai ketika industri pengolah limbah B3 hadir di Desa Lakardowo. Hal tersebut terjadi saat kehadiran sebuah industri pengolahan limbah pelayanan Jawa Timur hingga Bali. Industri tersebut turut menjadi bagian untuk meningkatkan pendapatan nasional. Di sisi lain, hadirnya industri pengolahan limbah B3 juga memiliki dampak positif yaitu dapat menyerap sumber daya manusia di sekitar Desa Lakardowo untuk dijadikan tenaga kerja. Dampak positif tersebut dirasakan masyarakat Lakardowo dan masyarakat sekitar ketika pengangguran berangsur menurun. Dari turunnya pengangguran bukan berarti tidak ada dampak negatif yang lain. Hanya sebagian masyarakat yang merasakan dampak positif atau mendapat manfaat ekonomis (Effendi, 2020).

Masyarakat yang menerima manfaat ekonomis hanya sebagian saja, dan yang harus lebih diperhatikan yaitu dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas industri pengolahan limbah B3 di mana dari limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan sekitar pemukiman masyarakat dan bahkan hingga menimbulkan penyakit pada masyarakat sekitar industri.

Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas industri pengolahan limbah B3 adalah terciumnya bau yang tidak sedap oleh masyarakat sekitar industri dan terganggunya aktivitas warga. Tidak butuh waktu lama untuk asap hitam pekat yang keluar dari cerobong insinerator industri pengolahan limbah B3 di Desa Lakardowo mencemari masyarakat sekitar.

(4)

4

Seperti salah satu ungkapan warga bahwa bau asap yang keluar tidak sedap dan terkadang sampai membuat mata kelilipan karena asap yang keluar seperti bercampur dengan debu, dan bila hal tersebut terjadi, aktivitas warga di sawah harus dihentikan sebab mereka harus segera pulang ke rumah. Selanjutnya yaitu limbah yang mencemari sumber air warga di mana menjadikan air di sumur- sumur milik warga sudah tidak layak pakai. Air berubah warna menjadi hitam dan kuning sehingga warga yang air sumbernya sudah tidak layak pakai harus membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Air yang seharusnya merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia tidak lagi dapat dinikmati dengan mudah karena tercemar oleh limbah yang berasal dari industri pengolahan limbah B3 (Saturi, 2020).

Tidak berhenti di situ, dampak negatif lain yang diakibatkan oleh limbah industri pengolahan limbah B3 yaitu banyaknya warga sekitar industri yang menderita berbagai penyakit. Seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan penyakit dermatitis atau iritasi kulit. Lebih jauh lagi limbah industri tersebut juga berdampak pada hasil panen milik warga. Hal tersebut seperti disampaikan Ibu Rumiati selaku Petani perempuan di Desa Lakardowo bahwa mayoritas warga di Desa Lakardowo adalah petani jagung, lombok cabai, terong dan padi.

Kontaminasi limbah berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas panen.

Biasanya, panen padi oleh warga bisa empat kali dan semenjak terkontaminasi limbah menjadi hanya dua kali (Eka, 2018).

Dari beberapa dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, muncul sebuah konflik antara warga dengan pihak industri pengolahan limbah B3.

Industri pengolahan limbah B3 yang berdiri sejak tahun 2010 hingga 2013

(5)

5

dianggap sebagai perusahaan yang ilegal, dikarenakan surat izin perusahaan baru keluar pada tahun 2014. Pada awal berdirinya industri pengolahan limbah B3 ini masyarakat Lakardowo tidak mengetahui jika perusahaan ini merupakan perusahaan penimbunan limbah B3 dan hanya mengetahui bahwa industri tersebut merupakan perusahaan plastik dan batako. Berbagai dampak negatif dari penimbunan limbah B3 yang mulai dirasakan oleh masyarakat Lakardowo dan beberapa dusun di sekitar industri akhirnya memunculkan konflik yang terjadi antara masyarakat Lakardowo dengan pihak industri pengolahan limbah B3 tersebut (Azmi et al, 2021).

Dari situ mulai ada upaya perlawanan dari masyarakat desa Lakardowo yang terdampak, di mana warga mulai membuat komunitas yang dikenal dengan Penduduk Lakardowo Bangkit (Pendowo Bangkit) dan Gerakan Perempuan Lakardowo Mandiri (Green Woman). Selain itu komunitas tersebut juga dibantu pula oleh NGO yaitu LBH Surabaya, YLBHI, dan juga Environmental Conservation Organization (Ecoton). Komunitas tersebut melakukan berbagai

macam upaya sebagai perlawanan terhadap PT. PRIA yang dirasa masyarakat terdampak menimbulkan berbagai macam dampak negatif. Komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman dibantu juga dengan beberapa NGO telah melakukan berbagai macam upaya termasuk yang bersifat hukum maupun non-hukum.

Melalui jalur hukum penduduk Desa Lakardowo telah menempuh upaya penegakan hukum lingkungan melalui instrumen hukum administrasi dan perdata, sedangkan di luar hukum melalui cara pengaduan dan mediasi. Semua upaya tersebut masih belum menuai hasil maksimal, sehingga pemenuhan hak-hak untuk

(6)

6

mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto belum tercapai (Alfina Zulfa, 2021).

Dari beberapa literatur riset permasalahan lingkungan di Desa Lakardowo dirasa peneliti masih sangat minim. Beberapa karya ilmiah terkait, seperti karya ilmiah dengan judul "Strategi Mobilisasi Gerakan Masyarakat Dalam Penutupan Industri Pengelolaan Limbah B3 di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto", hanya berfokus mengkaji strategi social movement masyarakat dalam memperjuangkan pemulihan lingkungan dan penutupan industri pengelolaan limbah B3.

Selanjutnya karya ilmiah dengan judul "Strategi Gerakan Perempuan (Green Woman) dalam Melawan Pencemaran Lingkungan Oleh Industri Pengelolaan

Limbah B3 di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto" juga memiliki hasil yang sama di mana hanya berfokus mengkaji mengenai gerakan sosial yang dilakukan oleh warga Desa Lakardowo, namun lebih berfokus pada gerakan perempuannya yaitu Green Woman.

Sedangkan karya ilmiah yang lain dengan judul "Konflik Industrialisasi di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto dalam Perspektif Politik Lingkungan"

berfokus pada industrialisasi dan permasalahan lingkungan dalam perspektif politik lingkungan di desa Lakardowo, serta bagaimana dinamika konflik yang terjadi antara warga dan industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

Sementara itu karya ilmiah dengan judul “Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Oleh PT. PRIA di Wilayah Pemukiman Desa Lakardowo Mojokerto”, melihat permasalahan di Desa Lakardowo Kabupaten

(7)

7

Mojokerto ini dari sudut pandang upaya-upaya warga yang tergabung dalam komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan serta pemulihan lingkungan. Dari berbagai macam upaya mulai yang bersifat hukum maupun yang bersifat non-hukum masih belum membuahkan hasil yang maksimal sehingga masyarakat di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto yang terdampak masih belum mendapatkan haknya untuk menikmati sumber daya alam yang mereka miliki serta lingkungan yang bersih dan sehat sebab tanah dan air mereka masih tercemar.

Kemudian karya ilmiah yang lain dengan judul “Using the Advocacy Coalition Framework to Reject the Environmental Permit for Hazardous and Toxic Waste Processing: Resources and Strategy Used by Community of Lakardowo Village” memiliki hasil yang tak jauh berbeda dari skripsi di atas sebelumnya, di mana para peneliti berusaha melihat strategi advokasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto yang tergabung dalam gerakan Pendowo Bangkit dan Green Woman terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh adanya aktivitas industri pengolahan limbah B3 serta upaya untuk menutup industri tersebut. Meski begitu, peneliti juga menekankan bahwa strategi advokasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang maksimal dan penelitian dengan konteks ini masih perlu dilanjutkan lagi.

Alasan peneliti mengangkat penelitian dengan judul Dunia Pikir Aktivis Lingkungan Atas Dampak Industri Pengolahan Limbah B3 PT. PRIA (Studi Fenomenologi Pada Komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto) dikarenakan penelitian mengenai isu tersebut

(8)

8

masih minim dan selanjutnya karena penelitian yang diangkat peneliti memiliki unsur kebaharuan di mana peneliti berusaha untuk melihat dunia pikir aktivis lingkungan Pendowo Bangkit dan Green Woman mengenai dampak dari industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto menggunakan perspektif fenomenologi dan tentu akan bermanfaat bagi studi Sosiologi utamanya dalam aspek Sosiologi Lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana dunia pikir aktivis lingkungan Pendowo Bangki dan Green Woman atas dampak industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di Desa Lakardowo, Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memahami dunia pikir aktivis lingkungan Pendowo Bangkit dan Green Woman atas dampak industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan menjadi sumbangsih pemikiran dalam pengembangan ilmu sosiologi lingkungan dan juga mengenai lingkungan hidup.

Selanjutnya juga menjadi tambahan referensi teori fenomenologi dari Alfred Schutz.

(9)

9 1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi mengenai dunia pikir aktivis lingkungan Pendowo Bangkit dan Green Woman atas dampak industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di

Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau juga referensi oleh penelitian-penelitian yang akan dilaksanakan nantinya, utamanya mengenai dunia pikir aktivis lingkungan atas dampak yang diakibatkan oleh industri pengolahan limbah B3.

3. Bagi civitas akademik, menjadi tambahan literatur utamanya pada aspek Sosiologi lingkungan atau ilmu-ilmu sosial yang lain.

1.5 Definisi Konsep

Definisi konsep dapat menjelaskan secara rinci suatu istilah yang ada dalam judul penelitian. Adapun beberapa konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Dunia Pikir

Dunia pikir atau pola pikir (mindset) adalah posisi atau cara pandang seseorang yang mempengaruhi pendekatan orang tersebut dalam melihat dan menghadapi suatu fenomena. Dunia pikir atau pola pikir terdiri dari

seperangkat asumsi, metode, atau catatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang tertanam sangat kuat (Suriyanti, 2020).

Definisi konsep di atas diambil dari jurnal yang berfokus pada tema organisasi dan ekonomi, peneliti menggunakan definisi konsep tersebut ke dalam kajian penelitian yang bertema lingkungan karena masih memiliki

(10)

10

hubungan meskipun lintas keilmuam dari organisasi dan ekonomi ke lingkungan.

1.5.2 Aktivis Lingkungan

Aktivis lingkungan atau disebut juga pejuang lingkungan adalah orang atau sekelompok orang yang mempertahankan hak-hak atas lingkungan. Peran aktivis lingkungan hidup secara langsung dalam pengawasan dilakukan baik perorangan atau kelompok seperti melalui komunitas atau lembaga swadaya masyarakat. Aktivis lingkungan atau pejuang lingkungan berupaya melakukan pengawasan terhadap keberadaan lingkungan hidup, menjaga dan mengusahakan serta memperjuangkan keberadaan lingkungan hidup yang bersih dan sehat (Husein, 2020).

1.5.3 Dampak

Dampak didefinisikan sebagai suatu perubahan yang terjadi akibat aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, kimia, fisik, atau juga biologis. Dampak juga dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan kondisi lingkungan antara dengan dan tanpa adanya sebuah aktivitas.

Dampak secara umum dibagi menjadi dampak positif dan dampak negatif (Soemarwoto dalam Sari & Rahayu, 2014).

1.5.4 Industri Pengolahan Limbah B3

Pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi (Suwardana, 2018). Sedangkan Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berkegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang memiliki nilai kurang menjadi barang yang bernilai tinggi, dan

(11)

11

sifatnya menjadi lebih bernilai kepada pemakai selanjutnya, termasuk jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling) (Kementerian Koperasi dan UMKM dalam Silaningsih & Utami, 2018)

Limbah B3 didefinisikan sebagai limbah yang padat atau kombinasi dari limbah padat yang disebabkan karena jumlah, konsentrasinya, sifat fisik, sifat kimia ataupun yang bersifat infeksi yang tidak jarang dapat menyebabkan kematian dan penyakit yang tidak dapat pulih atau penyakit berbahaya. Secara substansial dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan manusia atau lingkungan dikarenakan pengelolaan yang tidak tepat, baik itu penyimpanannya, transpornya, ataupun dalam pembuangan limbah tersebut (Watts dalam Ichtiakhiri & Sudarmaji, 2015).

1.5.5 PT. PRIA

PT. Putra Restu Ibu Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Jasa Pengangkutan, Pemanfaatan Limbah B3, dan Pengolahan Limbah B3. Didirikan pada tahun 2010 oleh putra putri bangsa Indonesia.

Perusahaan ini hadir ditengah-tengah masyarakat yang mulai menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di bumi dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi di bidang industri yang akan berdampak besar terhadap kelestarian lingkungan dari limbah yang dihasilkan yang dapat meresahkan dan merugikan kelangsungan makhluk hidup lainnya (manusia, hewan dan tumbuhan), khususnya limbah yang bersifat berbahaya dan beracun (PT. PRIA, 2018)

(12)

12

1.5.6 Komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman

Pendowo Bangkit dan Green Woman merupakan gerakan yang dilakukan oleh warga di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto sebagai reaksi atas adanya penimbunan limbah dan berbagai dampak lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas industri PT. Putra Restu Ibu Abadi atau PT.

PRIA. Penduduk Lakardowo Bangkit (Pendowo Bangkit) diketuai oleh Bapak Nurasim yang beranggotakan warga Lakardowo. Sedangkan Green Woman, yaitu sebuah gerakan anggotanya terdiri dari ibu-ibu dan pemudi di

Desa Lakardowo dan diketuai oleh Ibu Sutamah. Gerakan Green Woman muncul karena kekecewaan kaum perempuan terhadap aparat penegak hukum yang melakukan tindakan represif terhadap warga saat aksi penolakan masuknya truk pembawa limbah B3 milik PT. PRIA. Gerakan ini juga muncul sebagai upaya menghentikan penderitaan yang dialami oleh para balita di Desa Lakardowo yang mengalami gatal-gatal akibat tercemarnya lingkungan (Khoiroh, 2020).

1.6 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang berupaya menghasilkan data dan tulisan berdasarkan suatu tingkah laku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif juga dapat digunakan untuk mengamati individu dalam melakukan interaksi dengan individu yang lain di lingkungannya, yang selanjutnya menafsirkan pendapat mereka tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar tersebut.

(13)

13

Penelitian kualitatif secara umum dan pada dasarnya dipergunakan dalam dunia ilmu-ilmu sosial dan humaniora, terutama berkaitan dengan pola dan tingkah laku manusia serta menyangkut apa yang ada dibalik tingkah laku tersebut yang biasanya sulit untuk diukur dengan angka. Sebab apa yang tampaknya menggejala tidak selalu sama dengan apa yang ada di dalam pikiran dan keinginan sebenarnya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berpangkal dari pola pikir induktif, dan didasarkan atas pengamatan secara obyektif partisipatif teradap suatu gejala atau fenomena sosial. Penelitian kualitatif mencoba memahami, mendalami dan menerobos masuk ke dalam suatu permasalahan atau gejala-gejala yang kemudian menginterpretasikan dan menyimpulkan permasalahan atau gejala-gejala tersebut sesuai dengan konteksnya. Sehingga dapat dicapai suatu kesimpulan yang obyektif dan alamiah (Aminuddin dalam Harahap, 2020)

Maka dari itu metode pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami serta mendalami Dunia Pikir Aktivis Lingkungan Atas Dampak Industri Pengelolaan Limbah B3 PT. PRIA (Studi Fenomenologi pada Komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto).

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Fenomenologi. Jenis penelitian fenomenologi merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang tumbuh dan berkembang dalam ilmu sosiologi, pokok kajiannya yaitu fenomena-fenomena yang tampak sebagai subjek penelitian, namun bebas dari unsur prasangka atau subjektivitas peneliti. Peneliti berupaya seoptimal mungkin mereduksi dan memurnikan fenomena dari subjektivitasnya sehingga didapat makna fenomena yang sesungguhnya. Penelitian fenomenologi selalu difokuskan pada menggali, memahami, serta menafsirkan arti suatu fenomena,

(14)

14

peristiwa dan hubungannya dengan aktor dalam situasi tertentu. Beberapa karakteristik penelitian fenomenologi sebagai berikut :

1. Tidak berasumsi mengetahui apa makna sesuatu bagi manusia yang akan diteliti, mereka mempelajari sesuatu itu.

2. Memulai penelitian dengan “keheningan/diam”, untuk menangkap makna yang sesungguhnya dari apa yang diteliti.

3. Menekankan aspek-aspek subjektif dari tingkah laku aktor; peneliti mencoba masuk di dalam dunia konseptual subjek penelitian, berusaha mengerti dan memahami bagaimana dan apa makna yang mereka konstruk di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mereka (Heidegger dalam Harahap, 2020).

Tujuan utama fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena di alam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan, seperti sebagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara estetis. Fenomenologi juga mencoba mencari bagaimana aktor memberikan pemahaman atau mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting dalam kerangka intersubjektif. Disebut intersubjektif sebab pemahaman manusia mengenai dunia ini dibentuk pula oleh relasi dengan orang lain. Walaupun makna yang kita ciptakan dapat ditelusuri dalam tindakan, karya, dan aktivitas yang kita lakukan, namun di dalamnya tetap ada peran dari orang lain.

1.6.3 Unit Analisis

Analisis pada level mikro lebih mempelajari pada dampak sistem sosial dan kelompok primer terhadap individu (Lenski dalam Mashud, 2006).

Analisis sosiologi mikro lebih berfokus pada tingkatan individu terutama

(15)

15

perilaku individu sebagai hasil pemaknaan, interpretasi dan reaksi sosialnya terhadap stimulus orang lain dan atau lingkungan sosial sekitarnya (Mashud, 2006).

Dipilihnya unit analisis mikro ini berhubungan dengan kajian peneliti yang memfokuskan pada dunia pikir aktivis lingkungan atas dampak industri pengolahan limbah B3. Di mana dalam kajian tersebut peneliti berusaha melihat, memahami dengan sungguh-sungguh dunia pikir atau pola pikir aktivis lingkungan, yaitu Pendowo Bangkit dan Green Woman atas dampak industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto.

1.6.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Alasan dipilihnya Desa Lakardowo sebagai lokasi penelitian dikarenakan Desa ini adalah tempat atau lokasi dari dampak yang diakibatkan oleh aktivitas industri pengolahan limbah B3 yang mengakibatkan terjadinya permasalahan sosial-ekologi, di mana lingkungan pemukiman warga sekitar tercemar dan berpengaruh pada kenyamanan hingga jaminan atas hidup sehat.

1.6.5 Teknik Penentuan Subyek

Teknik penentuan subjek dari penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan subjek melalui kriteria khusus, seperti subjek penelitian tersebut dianggap sebagai orang yang memiliki pernah lebih atau orang yang paling

(16)

16

paham tentang apa yang menjadi fokus atau tujuan dalam penelitian (Sugiyono, 2013).

Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling juga bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat dari subjek yang dianggap menguasai permasalahan dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian yang diambil dari kajian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ketua Pendowo Bangkit dan Green Woman

2. Warga yang terkena dampak dari limbah B3 PT PRIA dan tergabung dalam komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman

1.6.6 Sumber Data

Terdapat dua sumber data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini yaitu :

1. Sumber Primer

Sumber Primer merupakan sumber data yang diperoleh dan didapatkan secara langsung dari lapangan sumber utama seperti melalui hasil wawancara, observasi, dokumentasi kepada subyek yang bersangkutan dan dipilih sesuai pada kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini.

2. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dan didapatkan secara tidak langsung untuk melengkapi data seperti melalui buku, internet, website, jurnal pdf, artikel yang berkaitan dengan tema yang dikaji dalam penelitian ini.

(17)

17 1.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses ini, mengumpulkan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu melalui observasi, wawancara atau interview dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan secara langsung ke lokasi penelitian. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan data yang lebih riil dan valid. Melalui observasi, peneliti dapat melihat serta belajar secara langsung mengenai perilaku hingga kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok yang memiliki peran sebagai subjek dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2013).

Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman, mengamati kondisi warga Lakardowo yang hidup berdampingan dengan dampak dari limbah yang dihasilkan PT. PRIA.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan kegiatan tanya jawab antara peneliti kepada subjek penelitian menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelum turun ke lapangan menemui subjek penelitian. Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Peneliti memilih wawancara semi terstruktur agar narasumber dan peneliti dapat melakukan wawancara dengan lebih bebas dan terbuka sehingga selama kegiatan berlangsung data yang didapat lebih luas dan mendalam (Sugiyono, 2013).

Tujuan dilakukannya kegiatan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang tepat, luas dan mendalam mengenai permasalahan yang dikaji oleh peneliti, contohnya seperti keadaan Desa Lakardowo sebelum adanya

(18)

18

industri pengolahan limbah B3, alasan yang melatarbelakangi terjadinya permasalahan sosial-ekologi di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto, warga sekitar yang terdampak aktivitas dari industri pengolahan limbah B3 hingga perlawanan yang dilakukan oleh warga Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto.

Wawancara dilakukan dengan ketua komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman serta beberapa anggota komunitas tersebut karena pihak-pihak

tersebut sedari awal berupaya melakukan advokasi atas permasalahan lingkungan yang terjadi di Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto dan dirasa paling tahu.

Serta beberapa warga sekitar yang terdampak agar data yang didapat semakin komprehensif.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data melalui literatur seperti buku, arsip, dokumen, jurnal, koran, hingga foto atau video yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2013).

Teknik dokumentasi dilakukan agar dapat menjadi tambahan data yang dibutuhkan oleh peneliti, seperti dokumentasi foto dan video pada saat observasi, wawancara, hingga foto atau video yang bisa diakses melalui warga Desa Lakardowo Kabupaten Mojokerto atau internet.

Dokumentasi dilakukan dengan mengambil referensi dari internet dan juga dokumentasi pribadi, serta berupaya mendapat dokumentasi dari komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman hingga warga sekitar yang terdampak.

(19)

19 1.8 Teknik Validitas Data

Teknik validitas data atau kredibilitas data terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu menggunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi macam sumber melalui banyak cara, dan waktu. Terdapat beberapa cara dan waktu, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data melalui cara mengecek data yang telah diperoleh lewat beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan subjek penelitian (Sugiyono, 2013).

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data melalui cara cek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Cek data bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Bila dengan teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data atau subjek penelitian yang bersangkutan dengan kajian penelitian untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2013).

3. Triangulasi Waktu

Waktu dapat mempengaruhi perolehan data yang lebih valid.

Misalnya data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara di pagi hari pada saat subjek penelitian masih segar, kemungkinan akan memberikan

(20)

20

hasil data yang lebih valid sehingga data lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan data yang dirasa cukup dan valid (Sugiyono, 2013).

Dari ketiga triangulasi di atas, peneliti mengambil triangulasi sumber. Di mana Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data melalui cara mengecek data yang telah diperoleh lewat beberapa subjek penelitian. Dalam tema yang diambil oleh peneliti, triangulasi sumber dipilih agar data yang didapat tidak hanya bersumber dari subjek penelitian seperti ketua dari komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman saja namun juga pada anggota lain yang tergabung dalam komunitas tersebut.

1.9 Teknik Analisis Data

Menurut Creswell, Terdapat unsur penting dalam melaksanakan studi fenomenologis, unsur-unsur berikut adalah hasil adaptasi dari pemikiran Stevick, Colaizzi, dan Keen sebagai berikut (Creswell, 1998) :

1. Menetapkan ruang lingkup fenomena yang akan diteliti :

Peneliti harus memahami perspektif di balik pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai individu ketika mengalami sebuah fenomena tertentu. Peneliti menetapkan fenomena yang akan dikaji melalui para informan yang sudah ditentukan.

Fenomena yang akan diteliti nantinya berfokus pada dunia pikir aktivis lingkungan Pendowo Bangkit dan Green Woman atas permasalahan

(21)

21

lingkungan yang diakibatkan oleh industri pengolahan limbah B3 PT.

PRIA.

2. Membuat susunan daftar pertanyaan:

Peneliti menyusun daftar pertanyaan penelitian yang mengungkapkan makna pengalaman bagi para individu atau subjek penelitian, selanjutnya menanyakan kepada mereka untuk menguraikan pengalaman penting dalam kesehariannya.

Pertanyaan yang diajukan yaitu :

1. Bagaimana kondisi Desa Lakardowo sebelum dan sesudah hadirnya PT.

PRIA?

2. Apa saja dampak dari limbah B3 yang dihasilkan PT. PRIA terhadap kondisi Desa Lakardowo?

3. Bagaimana pandangan saudara terkait permasalahan lingkungan di Desa Lakardowo?

3. Pengumpulan data :

Peneliti melakukan pengumpulan data dari individu atau subjek penelitian yang mengalami fenomena terkait kajian penelitian. Data yang diperoleh melalui wawancara yang cukup lama dan mendalam dengan jumlah subjek penelitian yang sudah dipilih sebelumnya.

Pengumpulan data diambil dari kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada subjek penelitian yaitu Ketua

(22)

22

Komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman serta warga sekitar yang juga terdampak.

4. Analisis fenomenologis :

Peneliti melakukan analisis data fenomenologis melalui beberapa poin yang sudah disebutkan di bawah.

(1) Tahapan awal:

Peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami subjek penelitian. Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan subjek penelitian kemudian ditranskripsikan ke dalam bahasa tulisan.

Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman serta warga sekitar nantinya akan dihimpun dan nantinya akan dituliskan secara deskriptif.

(2) Horizonalization:

Dari hasil transkripsi sebelumnya, peneliti melakukan pencatatan mengenai pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan tema kajian peneliti. Pada tahap ini, peneliti harus bersabar untuk menunda penilaian (bracketing/epoche); yang artinya, unsur subjektivitas peneliti tidak boleh mencampuri data penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.

Dari data hasil wawancara dengan ketua komunitas Pendowo Bangkit dan Green Woman serta warga terdampak yang sudah terkumpul

(23)

23

nantinya dilakukan pemilihan yang sesuai dengan tema kajian yang diangkat peneliti.

(3) Tahap Cluster of Meaning:

Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang telah di dapat sebelumnya ke dalam unit-unit makna, serta mengesampingkan pernyataan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.

Pada tahap ini, dilakukan: (1) Textural description (deskripsi tekstural):

Peneliti menuliskan secara deskriptif apa yang dialami subjek penelitian.

(2) Structural description (deskripsi struktural): peneliti menuliskan bagaimana fenomena yang telah dialami oleh subjek penelitian. Peneliti juga mencari segala makna yang berdasarkan refleksi peneliti sendiri, seperti opini, penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang dialaminya.

(4) Tahap deskripsi esensi :

Peneliti membangun pemikiran deskriptif secara menyeluruh mengenai makna pengalaman para subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti membangun pemikiran yang ditulis secara deskriptif mengenai dunia pikir aktivis lingkungan atas dampak industri pengolahan limbah B3 PT. PRIA.

(5) Peneliti melakukan pelaporan hasil penelitian :

Laporan tersebut memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada para pembaca mengenai bagaimana seseorang mengalami suatu fenomena. Dari laporan penelitian tersebut sudah

(24)

24

terbentuk kesatuan makna tunggal mengenai pengalaman seseorang. Pada tahap ini nantinya akan ditemukan satu kesatuan makna dari aktivis lingkungan Pendowo Bangkit dan Green Woman.

Selanjutnya untuk memperkuat dan memperjelas analisis fenomenologi agar lebih spesifik mengacu pada aspek lingkungan, peneliti menambahkan analisis ekofenomenologi yang dikembangkan oleh Saras Dewi (Dewi, 2015) :

Dalam merumuskan Ekofenomenologi, Saras Dewi menggabungkan pemikiran Edmund Husserl, Maurice Merleau-Ponty, dan Martin Heidegger. Dari Husserl, Dewi mengambil ide mengenai suspensi keputusan untuk “memahami alam apa adanya, tanpa segala atribut yang manusia berikan kepadanya”. Selain itu, Saras Dewi juga mengambil ide tentang intensionalitas yang mengacu pada “subjek dapat memahami objek secara sungguh-sungguh”.

Dari Merleau-Ponty, Dewi merasa bahwa ide mengenai ontologi tubuh adalah suatu kerangka yang tepat untuk memahami relasi manusia dengan alam. Seperti yang ia jelaskan, alam seringkali direduksi; alam hanyalah materi (materialisme) atau hasil pikiran manusia (idealisme).

Dengan ontologi tubuh, dikotomi tersebut dilampaui, sehingga “alam menjadi fenomena yang dialami oleh tubuh. Tubuh menjadi perangkat ontologis dapat diartikan sebagai tubuh yang berfungsi secara intensional”.

Kemudian, dari Heidegger, Dewi mengadopsi ide mengenai Dasein, yang memberikan kritik terhadap teknologi dan dweller. Konsep Dasein digunakan untuk memahami bahwa “subjek tidak terpisahkan dari

(25)

25

dunianya”. Kritik terhadap teknologi relevan untuk memahami bahwa kondisi teknologi yang dewasa ini “masih di tahap banal, benda yang digunakan manusia diperuntukkan untuk menggerus alam demi memenuhi kepentingan dirinya”. Konsep dweller memberikan wawasan bahwa manusia seharusnya “menjadi pemukim (dweller) yang hidup harmonis serta damai dengan alam” bukan menjadi perusak. Berikut adalah konsep- konsep dalam Ekofenomenologi Saras Dewi :

(1) Ekuilibrium

Ekuilibrium menurut Saras Dewi yaitu, adanya kondisi dua substansi, meski berbeda atau berlawanan tetap saling berpengaruh dan dapat bertahan dalam titik stabil, yang artinya adanya kondisi yang berdasar pada kesalingan, di mana alam dan manusia meskipun adakah entitas yang berbeda namun saling terkait, menjaga dan merawat serta tidak melakukan tindakan-tindakan destruktif atau kerusakan..

(2) Intensionalitas

Saras Dewi mengartikan intensionalitas sebagai subjek dapat memahami objek secara sungguh-sungguh. Di mana, mengacu pada manusia yang idealnya tidak melihat alam sebagai objek yang pasif namun juga dapat memahami secara sungguh-sungguh seperti alam yang juga sesama makhluk hidup yang harus dirawat, dijaga, dimanfaatkan dengan bijak dan tidak dirusak (Dewi, 2015)

(3) Disekuiblirium

Saras Dewi menyatakan konsep yang ia sebut sebagai Disekuilibrium, di mana didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara

(26)

26

manusia dengan alam yang merupakan akar permasalahan dari kekacauan ekologi. Akar permasalahan atas kerusakan yang terjadi pada alam sebagai anggapan bahwa manusia adalah subjek aktif dan alam sebagai objek pasif.

Menurut Saras Dewi, pandangan tersebut berakar pada dualisme Cartesian yang menganggap aktivitas berpikir manusia sebagai substansi utama antroposentrisme yang pada akhirnya melahirkan superioritas manusia atas alam. Antroposentrisme, atau sebuah paham yang menempatkan manusia sebagai substansi utama alam semesta, menghilangkan intensionalitas dengan alam. Pandangan ini mengesampingkan peran besar dari alam. Padahal menurut Aldo Leopold, seorang etikus ekologi, “Homo sapiens (manusia) hanyalah bagian kecil atau biotic citizen dari organisme kolektif di alam raya".

Referensi

Dokumen terkait

Ini berarti sebesar 57,5% pendapatan beternak kuda dapat dijelaskan oleh indikator motivasi yaitu motif ekonomi, motif pemanfaatan ternak yang dipelihara, motif sosial dan

Rincian Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan

Surat Pernyataan di atas meterai yang cukup bahwa merek yang dimohon Penetapan Harga Jual Ecerann Hasil Tembakaunya tidak memiliki kesamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya

Variabel independen: perputaran piutang dan perputaran persediaan Dari pengujian yang telah dilakukan, maka didapatlah hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

Kecamatan Dagangan juga mempunyai nilai c-organik yang sangat rendah sehingga untuk meningkatkan KTK perlu peningkatan bahan organik tanah dengan cara pemberian

Setiap Pihak wajib dalam kapasitasnya sebagai Negara Bendera, melapor kepada Pihak lain, Negara Pelabuhan yang terkait dan, bila perlu, Negara lain yang relevan,

Percobaan pertama yaitu perlakuan berupa pemberian ekstrak segar teripang yang baru diformulasikan pada media pemeliharaan larva udang galah dan percobaan kedua yaitu

Secara hukum kedudukan madrasah dalam sistem pendidikan nasional lebih kuat lagi dengan lahirnya Keputusan Menteri Agama nomor 372 tahun 1993 tentang kurikulum ciri khas