BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai
defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.
2.1.1 Modal Kerja
Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian modal kerja,
fungsi modal kerja dan perputaran modal kerja agar lebih dapat dipahami.
2.1.1.1Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting
bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi
sehari-hari perusahaan seperti misalnya untuk memberi uang muka pada
pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan
gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, dimana dana yang telah
dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu yang
relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan
dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Pendekatan yang praktis
dengan memperkenalkan istilah yang digunakan dalam laporan tahunan
perusahaan. Terdapat tiga definisi modal kerja yang umum dipergunakan
a. Modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah sejumlah dana yang
tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang-piutang,
persediaan, persekot biaya. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar
akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Jadi besarnya
modal kerja adalah sejumlah aktiva lancar.
b. Modal kerja dalam konsep kualitatif adalah dikaitkan dengan
besarnya utang lancar yang harus dibayarkan segera dalam jangka
pendek. Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam
dalam aktiva lancar yang dapat dipergunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya utang lancar.
c. Modal kerja dalam konsep fungsional adalah didasarkan pada fungsi
dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang
dimaksud aalah pendapatan dalam satu periode akuntansi bukan
pada periode-periode berikutnya.
Menurut Syamsuddin (2007:227), modal kerja adalah hubungan
antara aktiva lancar dengan utang lancar. Net working capital, yang
didefenisikan sebagai “selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar”
ataupun sebagai “bagian dari aktiva lancar yang dibiayai oleh modal
jangka panjang”.
Sedangkan Kasmir (2008:250) mendefenisikan modal kerja
merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi
ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas,
surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
modal kerja merupakan sejumlah dana yang yang diperoleh dan
digunakan selama satu periode akuntansi yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sejalan
dengan misi utama didirikannya perusahaan tersebut.
2.1.1.2 Sumber Modal Kerja
Menurut Kasmir (2010:219) berikut ini adalah sumber modal
kerja:
1. Hasil Operasi Perusahaan.
Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atas
laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atas
laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan.
Seperti misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi.
Selama laba yang belum dibagi perusahaanatau tidak diambil
pemegang saham, maka akan menambah modal kerja
perusahaan. Namun modal kerja ini sifatnya hanya sementara
waktu saja dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama.
2. Keuntungan Penjualan Surat Berharga.
Keuntungan penjualan surat berharga, juga dapat digunakan
beli dengan harga jual surat berharga tersebut. Namun
sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat berharga dalam
kondisi rugi, maka otomatis akan mengurangi modal kerja.
3. Penjualan Saham.
Penjualan saham, artinya perusahaan melepaskan sejumlah
saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai
pihak. Hasil penjualan saham itu dapat digunakan sebagai
modal kerja, sekalipun kebiasaan (prioritas) dalam
manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan
untuk kebutuhan investasi jangka panjang.
4. Penjualan Aktiva Tetap.
Penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual di sini adalah
aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur.
Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang
sebesar harga jual.
5. Penjualan Obligasi.
Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan
sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil
penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun
penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi
perusahaan jangka panjang sama seperti hasilnya dengan
6. Memperoleh Pinjaman.
Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain)
terutama pinjaman jangka pendek. Khusus untuk pinjaman
jangka panjang juga dapat digunakan untuk kepentingan
investasi. Dalam praktiknya pinjaman terutama dari dunia
perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan sebagai
modal kerja, walaupun tidak menambah aktiva lancar.
7. Dana Hibah.
Memperoleh dana hibah dari berbagai lembaga. Dana hibah
ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini
biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman
dan tidak ada kewajiban pengembalian.
8. Dan Sumber Lainnya.
2.1.1.3 Perputaran Modal Kerja
Kasmir (2010:224) menyatakan bahwa perputaran modal kerja
merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan
modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
Sedangkan menurut Rahardjo (2007:125), perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara jumlah penjualan perusahaan dengan modal kerja (aktiva lancar dikurangi utang lancar) yang bekerja di dalamnya.
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan jika terlalu banyak modal kerja, maka terlalu rendah nilai perputaran rasio berarti terjadi
sedikit, maka nilai perputaran rasionya tinggi yang berarti terjadi
keefektifan dalam penggunaan dana.
2.1.2 Kas
Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian kas, motif
memiliki kas dan perputaran kas agar lebih dapat dipahami.
2.1.2.1 Pengertian Kas
Menurut Basyaib (2007:140), kas merupakan saldo uang tunai
yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan pembayaran biaya harian.
Sedangkan Suharli (2006:173) mendefenisikan kas adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka waktu pendek dan yang
dengan cepat dapat dikonversi menjadi kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah
aktiva paling lancar dibanding aktiva lainnya. Oleh sebab itu, kas
merupakan aktiva yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasi dan
diselewengkan.
2.1.2.2 Motif Memiliki Kas
Berikut ini adalah tiga motif memiliki kas (Kasmir, 2010:192) yaitu: 1. Motif Transaksi.
2. Motif Spekulasi.
Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk
mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin
timbul di waktu yang akan datang, seperti turunnya harga
bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan
dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan
memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang
dimilikinya dan menjualnya pada saat harganya naik.
3. Motif Berjaga-jaga.
Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk
berjaga-jaga sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan
yang tidak terduga. Misalnya pada saat perusahaan
mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian
tersebut sesegera mungkin.
2.1.2.3 Perputaran Kas
Menurut Kasmir (2008:140), perputaran kas merupakan usaha
yang dilakukan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai
Sedangkan Rahardjo (2007:117) menyatakan bahwa perputaran kas merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank dan surat berharga atau efek yang segera dapat dijual atau diuangkan).
Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan
penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka
semakin efisien tingkat penggunaan kas dan jika sebaliknya semakin
rendah tingkat perputaran kas suatu perusahaan maka semakin tidak
efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti atau tidak
dipergunakan.
2.1.3 Piutang
Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian piutang,
klasifikasi piutang dan perputaran piutang agar lebih dapat dipahami.
2.1.3.1 Pengertian Piutang
Menurut Hery (2011:36) istilah piutang mengacu pada sejumlah
tagihan yang akan diterima oleh perusahaan dari pihak lain, baik sebagai
akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit, memberikan pinjaman
maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain
(untuk piutang pajak).
Sedangkan Fraser dan Ormiston (2008:71) mendefenisikan
piutang merupakan saldo penjualan secara kredit yang belum dibayar
direalisasi, yaitu jumlah aktual akun dikurangi penyisihan piutang tak
tertagih.
Berdasarkan defenisi yang dijelaskan di atas piutang memiliki
arti semua hak perusahaan atas kas, barang atau jasa pada masa akan
datang akibat kejadian pada masa lalu (sebagian besar piutang timbul
dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan).
2.1.3.2 Klasifikasi Piutang
Berikut adalah penggolongan dari piutang menurut Hery
(2011:36), antara lain:
1. Piutang Usaha.
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat
menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan.
Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha
adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang
tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang
usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih
dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60
hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva
lancar.
2. Wesel Tagih.
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di
saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.
setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca
sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu
kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable).
3. Piutang lain-lain.
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam
neraca. Jika p[iutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu
tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang
ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan
dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable)
meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari
pejabat atau karyawan perusahaan.
2.1.3.3 Perputaran Piutang
Menurut Jumingan (2006:127), perputaran piutang merupakan
suatu alat ukur yang digunakan untuk menilai posisi piutang perusahaan
dalam satu periode akuntansi dan rata-rata lamanya waktu pengumpulan
piutang yang dapat ditentukan dengan membagi 365 hari (satu tahun
dihitung 365 hari) dengan tingkat perputaran piutang.
Sedangkan Kasmir (2010:247) mendefenisikan perputaran
penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Semakin tinggi nilai rasio yang didapatkan berarti modal kerja
yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan
rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan
semakin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over
investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang
memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan
penagihan piutang.
2.1.4 Persediaan
Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian persediaan,
jenis-jenis persediaan dan perputaran persediaan agar lebih dapat dipahami.
2.1.4.1 Pengertian Persediaan
Menurut Tunggal (2000:11), persediaan adalah persediaan yang
berupa barang dagangan, barang setengah jadi atau bahan mentah yang
dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu.
Sedangkan Suharli (2006:227) menjelaskan persediaan adalah
barang yang dibeli untuk diolah atau dijual lagi sebagai aktivitas utama
perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemilik persediaan
memiliki tujuan untuk menjual atau mengkonsumsi persediaannya untuk
normal perusahaan. Oleh karena itu, persediaan disajikan di neraca
sebagai elemen aktiva lancar.
2.1.4.2 Jenis Persediaan
Dalam praktiknya paling tidak terdapat tiga jenis persedian
menurut Kasmir (2010:267), khususnya untuk perusahaan manufaktur,
yaitu:
1. Bahan baku.
2. Barang dalam proses (barang ½ jadi).
3. Barang jadi.
Dikarenakan perusahaan manufaktur kegiatannya adalah
membuat suatu produk, maka harus melalui proses tertentu. Artinya,
proses yang dilalui mulai dari penyediaan barang baku sampai menjadi
barang jadi. Bahan baku (material inventory) atau sering disebut
dengan barang mentah merupakan bahan yang akan dimasukkan dalam
proses produksi pertama kali. Hasil dari proses ini dapat berbentuk
barang setengah jadi atau barang jadi.
2.1.4.3 Perputaran Persediaan
Menurut Djarwanto (2001:135), perputaran persediaan
menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali
Sedangkan Rahardjo (2007:124) menyatakan bahwa perputaran
persediaan merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan
rata-rata jumlah persediaan selama satu tahun.
Berdasarkan pengertian di atas perputaran persediaan dapat pula
diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang
persediaan diganti dalam satu tahun. Apabila rasio yang diperoleh tinggi,
ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan
semakin baik. Demikian pula apabila rasio perputaran persediaan rendah
berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan
banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan
investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.
2.1.5 Likuiditas
Pada bagian ini akan membahas mengenai pengertian likuiditas,
keadaan perusahaan ditinjau dari likuiditas, klasifikasi likuiditas dan rasio
likuiditas agar lebih dapat dipahami.
2.1.5.1 Pengertian Likuiditas
Menurut Riyanto (2008:25), likuiditas masalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.
Sedangkan Rahardjo (2007:11) menyatakan bahwa likuiditas
yaitu kas atau yang mudah dicairkan ke kas dalam jangka pendek, untuk
memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan.
Dengan kata lain likuiditas merupakan kemampuan untuk
memenuhi selur
yang singkat. Sebuah
mempunyai alat
dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.
2.1.5.2 Keadaan Perusahaan Ditinjau dari Likuiditas
Keadaan perusahaan yang ditinjau dari tingkat likuiditasnya terbagi dua (Raharjaputra, 2009:194), antara lain:
1. “Likuid” adalah keadaan perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
2. “Illikuid” adalah keadaan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.
2.1.5.3 Klasifikasi Likuiditas
Menurut Raharjaputra (2009:194), likuiditas dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:
1. Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (kreditur).
2.1.5.4 Rasio Likuiditas
Menurut Rahardjo (2007:115), rasio likuiditas (liquidity ratio)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek.
Sedangkan Raharjaputra (2009:199) mendefenisikan rasio
likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya
sesegera mungkin pada saat ditagih dan dalam membiayai operasinya.
Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu maka
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid sedangkan bila tidak mampu
memenuhinya, berarti dalam keadaan ilikuid.
Berikut ini jenis-jenis rasio likuiditas yang dikemukakan oleh
Rahardjo (2007:116) yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio lancar (current ratio) adalah perbandingan antara
aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (utang lancar).
2. Rasio Cepat (Quick Ratio).
Ratio cepat (quick ratio atau acid-test ratio) adalah
perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi
3. Rasio Kas (Cash Ratio).
Rasio kas (cash ratio) adalah perbandingan antara jumlah kas
(termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Ricardo terdaftar di BEI
Variabel
net profit margin untuk mengukur terdaftar di BEI
Variabel independen: perputaran kas dan perputaran piutang
Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas dan piutang tidak terdaftar di BEI
No.
Nama Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 4 Seprina PT. Gresik Cipta Sejahtera cabang ada pengaruh yang sidnifikan antara pada PT. Pertani (Persero Wilayah rasio lancar adalah kuat
Variabel dependen: likuiditas (rasio lancar)
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Sitorus (2010), Sriwimerta (2010), Silalahi (2009), Sitanggang
(2008) dan Simamora (2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terdapat pada objek penelitian, interval tahun penelitian dan
masing-masing penelitian terdahulu yang hanya menggunakan satu atau dua variabel
independen yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan
dengan menggunakan variabel dependennya adalah profitabilitas, rentabilitas atau
likuiditas. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan empat variabel
persediaan dengan variabel dependennya adalah likuiditas. Pada penelitian ini,
peneliti memilih perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai sampel penelitian dengan interval tahun penelitian 2006, 2007,
2008, 2009, 2010 dan 2011. Peneliti menggunakan perusahaan pulp dan kertas
karena sebagian besar perusahaan tersebut melakukan penjualan secara kredit
yang biasanya dikarenakan nilai transaksi yang besar. Penjualan kredit
menimbulkan piutang dan terkait dengan ketersediaan modal kerja, kas dan
persediaan sehingga dapat mengukur likuiditas perusahaan.
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Menurut Iskandar (2008:54) kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis
model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan
teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti,
yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.
Likuiditas (Rasio Lancar) Perputaran Modal Kerja (X1)
Perputaran Kas (X2)
Perputaran Piutang (X3)
Perputaran Persediaan (X4)
Y
H1H2
H3
H4
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang
berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh
keuntungan atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Untuk pemegang saham,
kurangnya likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian milik atau
kerugian investasi modal. Untuk kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas
menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan
tidak dapat ditagih sama sekali. Keadaan likuiditas perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas, dalam penelitian ini rasio yang
digunakan yaitu rasio lancar. Rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
suatu perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya tepat pada
waktunya.
Perputaran modal kerja (working capital turnover) merupakan salah satu
rasio yang mengukur atau menilai keefektivan modal kerja perusahaan selama
periode tertentu, seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode.
Setiap aktiva yang dimiliki perusahaan diharapkan untuk dapat mendukung
perolehan penghasilan yang menguntungkan. Untuk mengukur sampai seberapa
besar efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber
dananya, khususnya beda penggunaan modal kerja dalam rangka memperoreh
penghasilan.
Perputaran kas merupakan alat untuk mengukur besarnya ketersediaan kas
untuk membayar utang dan biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan penjualan.
tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih
kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti
behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang
sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang
menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. sebaliknya kalau
perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua
persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja.
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi tingkat
perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang
dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang
ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah
berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih
dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang besar.
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapakali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.
Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti
dalam satu tahun. Besarnya tingkat perputaran persediaan tergantung pada sifat
barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan
yang rendah dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya
pada persediaan efektif menghasilkan laba. Dengan demikian tingkat perputaran
persediaan yang lebih tinggi menunjukkan suatu keadaan yang baik.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Ginting dan Situmorang (2008:99) hipotesis penelitian adalah
kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran,berupa proposisi
deduksi.
Merumuskan hipotesis berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan
kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya. Dalam suatu
penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah
data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis
tersebut. Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka dapat dibuat hipotesis
dari penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Variabel perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap
likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.
H2 : Variabel perputaran kas secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas
pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2006 sampai dengan 2011.
H3 : Variabel perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap
likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek
H4 : Variabel perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap
likuiditas pada perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan 2011.
H5 : Variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persedian secara simultan berpengaruh terhadap likuiditas pada
perusahaan pulp dan kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode