PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA
USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh : DITA IKA PUTERI
0813010135/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA
USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh : DITA IKA PUTERI
0813010135/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi
5. Dra. Ec. Anik Yuliati, MAks, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar, dan telaten dalam memberikan pengarahan serta bimbingan selama penyusunan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
7. Papa Legowo Bisono SP, SE dan Mama Dra. Ec. Erna Diyah Winarti, terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan semangat baik materiil maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. ♥
8. Dua monster kecil yang selalu membuat rusuh dan merusak konsentrasi, akan tetapi secara tidak langsung juga memberikan hiburan dalam proses penyusunan skripsi ini, Dhiyaa Aini dan Dion Rizky. Terima kasih.. 9. My partners in crime... Annisa Winda Sari, Nieka Ayu, Wiwin Erfina,
Sesillia Nessya, M. Fadel Farid, Fariech Al Fikkri, Dedy Purnomo Hadi, dan Riandie Tri N. Saudara seperjuangan dalam menjalani perkuliahan, empat tahun yang penuh warna bersama kalian... Terima kasih karena kalian selalu ada, dalam susah maupun senang. Terima kasih karena kalian sudah mengajarkan arti kebersamaan... Thanks for everything... \(˚ ˚)/♥
11.M. Anwar Hanafi, terima kasih untuk motivasinya. Semoga cepat
mendapatkan gelar S.Kom. Good luck! J
12.Seluruh mahasiswa Akuntansi 2008. sukses selalu untuk kalian semua,
kawan!! :’)
13.Bimbi Ayu, mas Yizhia Ponggawa, dan Diana Syahbani #KKN-38.
Terima kasih untuk dukungannya.
14.Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Mei 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... .iv
Daftar Tabel... ix
Daftar Gambar... x
Daftar Lampiran... xi
Abstraksi... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3Tujuan Penelitian... 5
1.4Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJ AUAN PUSAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 7
2.2 Landasan Teori... 12
2.2.1 Modal Kerja... 12
2.2.1.1 Pengertian Modal Kerja... 12
2.2.1.2 Manfaat Modal Kerja... 14
2.2.1.3 Efisiensi Modal Kerja... 15
2.2.1.4 Jenis-Jenis Modal Kerja...15
2.2.1.6 Perputaran Modal Kerja... 19
2.2.2 Investasi Dalam Kas... 20
2.2.2.1 Pengertian Kas... 20
2.2.2.2 Aliran Kas Dalam Perusahaan... 21
2.2.2.3 Pengadaan Kas... 22
2.2.2.4 Perputaran Kas... 23
2.2.3 Investasi Dalam Piutang... 24
2.2.3.1 Pengertian Piutang... 24
2.2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang... 24
2.2.3.3 Resiko Kredit... 26
2.2.3.4 Periode Perputaran Piutang... 28
2.2.3.5 Cara Mempercepat Perputaran Piutang... 29
2.2.4 Investasi Dalam Persediaan... 30
2.2.4.1 Pengertian Persediaan... 30
2.2.4.2 Peranan Persediaan... 32
2.2.4.3 Metode Penilaian Persediaan... 32
2.2.4.4 Perputaran Persediaan... 34
2.2.5 Pengertian Laba Usaha... 35
2.2.6 Arti Penting Analisis Keuangan... 36
2.3 Kerangka Pikir... 37
2.3.1 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Laba Usaha... 37
2.3.2 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Laba Usaha... 38
2.3.4 Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, dan Persediaan Terhadap
Laba Usaha... 40
2.4 Hipotesis... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 43
3.1.1 Definisi Operasional... 43
3.1.2 Pengukuran Variabel... 43
3.1.2.1. Variabel Terikat... 43
3.1.2.2. Variabel Bebas... 44
3.2 Teknik Penentuan Sampel... 45
3.2.1 Populasi... 45
3.2.2 Sampel... 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 47
3.3.1 Jenis-Jenis Data yang Diambil... 47
3.3.2 Sumber Data... 47
3.3.3 Pengumpulan Data... 47
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 48
3.4.1 Uji Normalitas... 48
3.4.2 Uji Asumsi Klasik... 48
3.4.2.1 Multikolinearitas... 49
3.4.2.2 Heteroskedastisitas... 49
3.4.3 Teknik Analisis... 51
3.4.4 Uji Hipotesis... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 54
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 62
4.2.1 Deskripsi Variabel Perputaran Kas (X1)... 62
4.2.2 Deskripsi Variabel Perputaran Piutang (X2)... 63
4.2.3 Deskripsi Variabel Perputaran Persediaan (X3)... 65
4.2.4 Deskripsi Variabel Laba Usaha (Y)... 66
4.3 Analisis Hasil Penelitian... 67
4.3.1 Uji Normalitas... 67
4.3.2 Uji Asumsi Klasik... 68
4.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 71
4.4.1 Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 71
4.4.2 Uji Hipotesis... 73
4.4.2.1 Uji Kesesuaian Model atau Uji F... 73
4.4.2.2 Uji Parsial atau Uji t... 75
4.5 Pembahasan... 77
4.5.1 Implikasi... 77
4.5.2 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 80
4.5.3 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 84
5.2 Saran... 85
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Peneliti Terdahulu dengan Peneliti Sekarang... 12
Tabel 3.1 Klasifikasi Durbin Watson... 51
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Perputaran Kas (X1) 2007-2010... 63
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Perputaran Piutang (X2) 2007-2010... 64
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Perputaran Persediaan (X3) 2007-2010... 65
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Laba Usaha (Y) 2007-2010... 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas... 68
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas... 70
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 70
Tabel 4.8 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda... 72
Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model... 74
Tabel 4.10 Koefisisen Determinasi (R square / R²)... 74
Tabel 4.11 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial... 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Grafik: Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007 – 2010... 3
Lampiran 1 Tabulasi Data Perputaran Kas (X1) Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010
Lampiran 2 Tabulasi Data Perputaran Piutang (X2) Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010
Lampiran 3 Tabulasi Data Perputaran Persediaan (X3) Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010
Lampiran 4 Tabulasi Data Laba Usaha (Y) Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Uji Asumsi Klasik, dengan Program SPSS 16.0
For Windows
Lampiran 6 Uji Regresi Linier Berganda, dengan Program SPSS 16.0 For
PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
Dita Ika Puter i
ABSTRAK
Salah satu tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh suatu laba yang optimum, laba merupakan salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional usahanya. Kegiatan operasi perusahaan dapat digambarkan pada pengelolaan modal kerja. Komponen modal kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan dapat mempengaruhi laba usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha perusahaan serta mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap perolehan laba usaha diantara variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010. Sampel yang diambil sebanyak 12 perusahaan. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian model uji F dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis pertama teruji kebenarannya. Selanjutnya dari hasil uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa perputaran piutang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belaka ng
Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan
tumbuh dengan semakin cepat, hal ini merupakan suatu dampak yaitu
yang ditandai dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha yang
kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan dituntut untuk
mampu menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan agar tujuan
perusahaan tersebut tercapai.
Pada umumnya perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh
suatu laba yang optimum, karena laba merupakan penunjang kelangsungan
hidup perusahaan. Selain itu, laba merupakan salah satu ukuran
kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional usahanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan modal kerja perusahaan
yang efektif dan efisien. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, karena modal kerja yang berlebihan atau
kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi
perusahaan.
Munawir (2002: 80) untuk menilai keefektifan modal kerja dapat
menggunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja dengan
modal kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah (Rp) modal kerja. Perputaran yang lama menunjukkan
adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya perputaran
persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang terlalu besar.
Lamanya periode perputaran tergantung dari sifat atau kegiatan
operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini juga akan
menentukan besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. Perputaran modal
kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga
modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Periode perputaran modal
kerja dimulai pada saat dimana kas yang tersedia diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang
dan persediaan (Riyanto, 2010: 62).
Semakin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan
menunjukkan tingginya volume penjualan yang dicapai oleh perusahaan,
dan laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Laba yang
diterima adalah selisih antara blaba bruto dan beban usaha, laba usaha
yang diperoleh samata-mata dari kegiatan utama perusahaan (Soemarso,
2002: 227).
Penulis dalam penelitian ingin memilih perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010 sebagai objek
selalu mempunyai kinerja keuangan yang baik dan mempunyai persaingan
yang tinggi.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
perusahaan otomotif yang terdaftar memiliki kinerja keuangan yang
menggambarkan trend yang selalu meningkat secara fluktuatif mengenai
modal kerja, penjualan bersih, dan laba usaha selama tahun 2007-2010
yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Gr afik: Kiner ja Keuangan Per usahaan Otomotif yang Ter daftar di
Bur sa Efek Indonesia Tahun 2007-2010
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Rp. 92.386.992
Rp. 165.922.671
Rp. 125.985.996
Rp. 125.639.601
Rp. 43.707.213
Rp. 55.333.009
Rp. 50.029.511
Rp. 62.229.081
Rp. 9.099.956 Rp. 12.283.509
Rp. 16.907.599
Pada gambar 1.1 dapat dilihat sepanjang 2007-2010 laba usaha
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selalu
meningkat. Namun, ditengah kondisi yang membaik ini, terjadi penurunan
penjualan dan modal kerja pada tahun 2009. Perubahan modal kerja
perusahaan ini diperkirakan karena berfluktuasinya beberapa variabel,
diantaranya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
Sesuai dengan latar belakang dan fenomena diatas, mengingat
pentingnya perputaran ketiga unsur modal kerja tersebut terhadap
perolehan laba usaha, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan yang dianggap ketiga faktor tersebutlah yang
mempunyai pengaruh paling banyak dalam memperoleh laba usaha bagi
suatu perusahaan, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan
2. Manakah diantara ketiga variabel, yaitu perputaran kas, perputaran
piutang,dan perputaran persediaan yang memiliki pengaruh yang
paling dominan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha
yang dicapai oleh perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
2. Untuk menganalisa pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha
diantara variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat terhadap perkembangan ilmu ekonomi dalam bidang analisa
laporan keuangan terutama hal-hal dengan perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha.
a. Bagi Perusahaan
Memberikan sumbangan informasi yang dapat dijadikan salah satu
bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal kerjanya
khususnya kas, piutang, dan persediaan beserta perputarannya. Maka
untuk masa yang akan datang pihak manajemen dapat lebih cermat dan
teliti dalam meningkatkan efisiensi modal kerja dan laba perusahaan.
b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh
perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap laba
usaha pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti
khususnya mengenai pengaruh perputaran modal kerja, yaitu perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan bagi perolehan laba
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu yang relevan untuk
dikaji dalam penelitian penulis adalah sebagai berikut:
1) Indr iyati, Y. Anni A dan Dody Setiwan (2005)
a. Judul
“Kemampuan Informasi Keuangan Memprediksi Perubahan Laba”
b. Perumusan Masalah
1. Apakah informasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan laba?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik regresi berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Secara simultan, semua informasi keuangan yang diuji
menunjukkan pengaruh signifikan pada perubahan laba. Hal ini
menunjukkan informasi keuangan dapat digunakan untuk
2) Leni Ustianah (2007)
a. Judul
“Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Otomotif di
Bursa Efek Jakarta”
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
2. Manakah diantara Variabel Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, dan Perputaran Persediaan yang memiliki pengaruh
dominan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa rasio.
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap perolehan
laba usaha pada perusahaan Otomotif hanya perputaran kas dan
perputaran persediaan yang dapat terbukti kebenarannya,
2. Untuk hipotesis kedua menyatakan bahwa yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap perolehan laba usaha pada
Perusahaan Otomotif adalah perputaran kas tidak dapat terbukti
karena yang memiliki pengaruh dominan adalah perputaran
persediaan sebesar 22,75%
3) Hesti Rahmasari (2011)
a. Judul
“Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Dagang yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
b. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh dari perputaran kas, perputaran
piutang dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba
usaha pada perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
2. Manakah diantara ketiga variabel, yaitu perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki
pengaruh dominan terhadap perolehan laba usaha pada
perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh
kesimpulan yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
terhadap laba usaha pada perusahaan dagang (trade retail) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis pertama
yang diajukan dalam penelitian ini teruji kebenarannya .
2. Untuk hipotesis kedua menyatakan bahwa yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap perolehan laba usaha pada
perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia adalah perputaran persediaan teruji kebenarannya.
4) Fenny Nursanti (2011)
a. Judul
“Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan
b. Perumusan Masalah
1. Apakah modal kerja dan tingkat perputaran piutang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas
ekonomi?
2. Variabel manakah yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap rentabilitas ekonomi?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh
kesimpulan yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh modal
kerja dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas
ekonomi, sehingga hipotesis pertama yang diajukan dalam
penelitian ini teruji kebenarannya
2. Berdasarkan hipotesis kedua disimpulkan bahwa secara parsial
variabel modal kerja berpengaruh signifikan terhadap
rentabilitas ekonomi, maka hipotesis yang diajukan teruji
kebenarannya, sedangkan variabel perputaran piutang dan
variabel perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan otomotif yang go
public di Bursa Efek Indonesia, maka hipotesis yang diajukan
Tabel 2.1 Perbedaan Peneliti Terdahulu dengan Peneliti Sekarang
No Peneliti J udul Penelitian Var iabel Penelitian
1. Indriyati,
Kemampuan Informasi Keuangan
Memprediksi Perubahan Laba
Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha
Pada Perusahaan Otomotif di Bursa
Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha
Pada Perusahaan Dagang yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
§(X): Perputaran kas,
Pengaruh Modal Kerja, Perputaran
Piutang, dan Perputaran Persediaan
Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Pada Perusahaan Otomotif yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
5. Puteri,
Dita Ika
(2012)
Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha
Pada Perusahaan Otomotif di Bursa
Efek Indonesia
§(X): Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
§(Y): Laba Usaha
Sumber: Penulis
2.2. Landasan Teor i
2.2.1. Modal Ker ja
2.2.1.1.Penger tian Modal Ker ja
Perusahaan besar atau perusahaan kecil selalu membutuhkan dana
dan modal kerja untuk membiayai operasional perusahaannya. Dana yang
telah dikeluarkan diharapkan dapat kembali dalam waktu yang pendek
dengan melalui hasil penjualan barang dagangannya. Bagi perusahaan,
uang masuk dari aktivitas penjualan tersebut akan segera dikeluarkan lagi
untuk membiayai operasional perusahaan selanjutnya. Demikianlah dana
tersebut akan berputar selama perusahaan masih menjalankan operasinya.
Menurut Riyanto (2010: 57-58) mengemukakan terhadap 3 konsep
modal kerja yang umum digunakan, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif.
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan
piutang, persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar
dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk
semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif
pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto
(gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva
lancar diatas hutang lancar. Modal kerja ini digunakan sebagaian dari
aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
perusahaan tanpa menunggu likuidasinya. Konsep ini biasanya disebut
dengan modal kerja netto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi daripada
dana dalam menghasilkan pendapatan atau laba dari usaha pokok
perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana
yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang
menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada
pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya
bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang
dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini
sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.
2.2.1.2.Manfaat Modal Ker ja
Menurut Munawir (2002: 116) manfaat lain dari tersedianya modal
kerja yang cukup adalah:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena
turunnya nilai dari aktiva lancar.
2. Memungkinan perusahaan untuk melunasi semua
kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat
mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti
adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup guna melayani permintaan konsumennya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit
yang lebih menguntungkan kepada para langganan.
6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh baku, jasa,
dan supplies yang dibutuhkan.
Menurut Munawir (2002: 80), untuk menilai keefektifan modal
kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal
kerja rata-rata tersebut (working capital turn over). Ratio ini menunjukkan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Turn over modal kerja yang
rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan
rendahnya turn over persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang
terlalu besar.
2.2.1.4.J enis-J enis Modal Ker ja
Modal kerja yang dipergunakan oleh perusahaan harus cukup
jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari, karena modal kerja yang cukup akan
menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi secara ekonomi
atau efisiensi sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Jenis-jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61) mengemukakan
bahwa Taylor menggolongkan modal kerja ke dalam:
1. Modal kerja permanen
Yaitu modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya. Modal kerja ini dibedakan kedalam:
a. Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada
untuk menjamin kontinuitas perusahaan dalam menjalankan
b. Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi secara normal.
2. Modal kerja variabel (variabel working capital).
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan menjadi:
a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
2.2.1.5.Unsur -Unsur Modal Ker ja
a. Kas
Kas diperlukan oleh setiap perusahaan yang sedang menjalankan
operasinya dan juga dibutuhkan untuk investasi dalam aktiva tetap.
Menurut Munawir (2002: 14) mengemukakan definisi dari kas yaitu uang
tunai yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan.
mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas usahanya dan kas yang
cukup juga perlu untuk menilai likuiditas dari suatu perusahaan.
b.Piutang
Menurut Munawir (2002: 15) piutang adalah tagihan kepada pihak
lain (kepada pihak kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang merupakan unsur yang
paling penting dalam neraca sebagian besar perusahaan. Prosedur yang
wajar dan cara pengamanan yang cukup terhadap piutang bukan saja untuk
keberhasilan perusahaan tetapi juga untuk memelihara hubungan yang
memuaskan dengan para pelanggan. Piutang terjadi dalam perusahaan
dagang yaitu, penjualan yang dilakukan dengan sistem kredit. Dengan
demikian piutang ini merupakan aset perusahaan yang timbul karena telah
melaksanakan kebijaksanaan kredit dalam menjual barang dagangannya.
§ Pentingnya piutang:
Dengan adanya piutang bagi perusahaan merupakan salah satu
kebijaksanaan manajer untuk meningkatkan volume penjualan dan
juga digunakan untuk menjual barang produksi baru yang banyak
diketahui masyarakat umum.
Resiko yang timbul dalam piutang, menurut Nitisemito (1999: 92)
menyebutkan antara lain:
1. Resiko tidak terbayar seluruh piutang
2. Resiko tidak terbayar sebagian
4. Resiko tertanamnya modal dalam modal piutang
c.Persediaan
Adalah semua barang yang diperdagangkan tetapi barang-barang
tersebut masih terdapat dalam gudang atau belum laku terjual, termasuk
juga bahan yang masih dalam produksi.
Persediaan bahan yang sifat-sifat sebagai berikut:
1. Biasanya merupakan aktiva lancar, karena perputarannya kurang dari 1
tahun.
2. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan
industri.
3. Merupakan jumlah yang besar terutama dalam perusahaan dagang dan
industri
Persediaan menurut SAK (2009: 14,1):
§ Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
§ Dalam proses produksi atau dalam perjalanan
§ Dalam bentuk bahan / perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi / pemberian jasa.
Kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan
berpengaruh terhadap laba rugi dan neraca yang berdampak pada
kesalahan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan
laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, penghasilan
deviden dan laba rugi ditahan dan kesalahan-kesalahan itu akan
kerja yang besar pada persediaan itu akan mengalami kerusakan,
keusangan dan turunnya kualitas barang sehingga akan memperkecil
laba perusahaan.
2.2.1.6.Per putar an Modal Ker ja
Menurut Riyanto (2010: 62) modal kerja selalu dalam keadaan
operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat
perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama
periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama
periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek
daripada barang yang mengalami proses produksi.
Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan
rasio, yaitu diambil dari data laporan laba rugi dan neraca. Menurut
Munawir (2002: 80), untuk menilai modal kerja dapat digunakan rasio
antara total penjualan dengan modal kerja rata-rata tersebut (Working
Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja
dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka
perputaran modal kerja adalah:
Penjualan bersih
Perputaran Modal Kerja = = ... kali
Modal kerja rata – rata
(Munawir, 2002: 80)
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal
kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua.
2.2.2. Investasi Dalam Kas
2.2.2.1.Penger tian Kas
Kas adalah uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai
operasional perusahaan dalam pengertian kas adalah cek yang diterima
dari pelanggan dan simpanan perusahaan di Bank yang dapat diambil
kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet), setiap saat diperlukan.
(Munawir, 2002: 14).
Kas adalah salah satu dalam modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan
berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan
mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
2.2.2.2.Aliran Kas Dalam Per usahaan
Menurut Riyanto (2010: 93), setiap perusahaan dalam menjalankan
usaha selalu membutuhkan kas, kas ini dibutuhkan untuk membiayai
operasional perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi
baru dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang
bersifat terus menerus atau continue dan ada juga yang tidak.
Pengeluaran kas yang bersifat continue adalah untuk pembayaran
upah buruh, gaji pegawai, pembelian bahan, dan lain sebagainya, dan
pengeluaran kas yang tidak continue adalah untuk pembayaran bunga,
deviden, pajak penghasilan, dan lain sebagainya.
Di dalam perusahaan disamping terdapat arus kas keluar juga
terdapat arus kas masuk, dan arus kas masuk juga ada yang continue dan
yang tidak continue, yang continue yaitu hasil dari penjualan produk
secara tunai, penerimaan piutang, sedangkan aliran kas yang tidak
continue misalkan aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik
perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan
aktiva tetap yang tidak terpakai, dan lain sebagainya.
Perusahaan akan mengalami kerugian apabila semakin besarnya
kas, berarti semakin besar uang yang mengatur dalam perusahaan sehingga
tingkat profitabilitas perusahaan akan turun. Demikian pula sebaliknya
apabila aliran kas masuk lebih kecil daripada aliran kas keluar yang
kas yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi lebih kecil atau terjadi
underinvestment pada kas. Tindakan demikian ini akan menempatkan
perusahaan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu terjadi tagihan
hutang.
Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik penerimanya maupun penggunanya (Munawir, 2002: 158)
2.2.2.3.Pengadaan Kas
Pengadaan kas di dalam perusahaan mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, seperti yang disebutkan oleh (Suad, 2004: 105) terdapat tiga
motif perusahaan tersebut yang membentuk kas:
a. Motif transaksi, adalah penyediaan kas untuk tujuan operasional
perusahaan sehari-hari
b. Motif berjaga-jaga, adalah penyediaan kas untuk tujuan berjaga-jaga
terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tak terduga.
c. Motif spekulasi, adalah penyediaan kas untuk maksud mendapatkan
keuntungan dari perubahan-perubahan yang diharapkan dari harga
surat-surat berharga.
2.2.2.4.Per putar an Kas
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara sales
merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh
perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan
arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.
Tinggi rendahnya perputaran kas mempunyai pengaruh langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam kas. Perputaran
kas merupakan perbandingan net sales dengan jumlah kas rata,
rata-rata dapat dihitung dengan penjumlahan antara kas awal tahun dengan kas
akhir tahun kemudian dibagi dua. Perputaran kas dalam satu periode dapat
dihitung dengan rumus:
Penjualan Bersih
Perputaran Kas = = ... kali
Kas rata - rata
Dimana penjualan bersih dapat dihitung dari laporan laba rugi pada
penjualan bersih perusahaan, dan kas rata-rata dapat dihitung dari neraca
aset lancar pada kas dan setara kas.
2.2.3. Investasi Dalam Piutang
2.2.3.1.Penger tian Piutang
Pengertian menurut Munawir (2002: 15), account receivable
adalah tagihan kepada pihak lain (kreditur/langganan) sebagai akibat
umumnya ingin mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya dengan jalan
meningkatkan omset penjualannya, untuk itu perusahaan melakukan
kebijakan penjualan secara kredit sehingga menumbuhkan piutang.
Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari persediaan.
2.2.3.2.Faktor -Faktor yang Mempengar uhi Piutang
Menurut Riyanto (2010: 85-87) faktor-faktor yang mempengaruhi
piutang adalah:
a. Volume penjualan kredit
Apabila dalam perusahaan, penjualan secara kredit memegang proporsi
yang lebih besar maka perusahaan harus menyediakan investasi yang
lebih besar dalam piutang.
b. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti
bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada
pertimbangan probabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk
batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat
pada pembayaran piutang yang terlambat, sedangkan jika perusahaan
menetapkan pembayaran kredit secara lunak maka perusahaan harus
siap untuk memegang resiko yang besar yang berupa keterlambatan
pembayaran piutang atau tidak tertagihnya piutang.
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batasan nominal
atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya.
Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan
berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
d. Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
Kebijakan dalam pengumpulan piutang ini ada dua yaitu aktif dan
pasif. Apabila dilakukan secara aktif akan mempunyai pengeluaran
yang lebih besar tetapi resiko tidak tertagihnya piutang akan
berkurang, asalkan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar dari
biaya yang dikeluarkan untuk menagih piutang tersebut.
e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Kebiasaan para pelanggan untuk segera melunasi hutangnya
berpengaruh pada besar kecilnya piutang. Karena perusahaan
menginginkan piutangnya cepat kembali maka tidak jarang perusahaan
menetapkan termin 2/10/net 30. dengan adanya termin tersebut maka
pelanggan dapat memanfaatkan potongan yang didapat dengan
membayar sepuluh hari setelah barang diterima, apabila pelanggan
membayar pada waktu discount periode tersebut maka beban dana
perusahaan yang tertanam pada piutang akan lebih cepat kembali.
2.2.3.3.Resiko Kredit
Resiko kredit adalah tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan
menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh langganan perlulah
kita mengadakan evaluasi kredit dari para langganan tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2010: 87-88), penilaian resiko kredit
adalah dengan memperhatikan lima ”C” yang meliputi:
1. Character
Kemauan dari pelanggan untuk membayar, hal ini berkaitan dengan
kemungkinan (probability) dari pelanggan untuk secara jujur berusaha
memenuhi kewajibannya.
2. Capacity
Kemauan dari pelanggan untuk membayar, walaupun disini seringkali
merupakan suatu pendapat yang subyektif, namun dapat diukur
melalui catatan masa lalunya ditambah observasi fisik ditempat
pelanggan berusaha terhadap cara melaksanakan usahanya.
3. Collateral
Ditujukan oleh aktiva dari langganan yang dijadikan jaminan atas
kredit yang diberikan.
4. Capital
Diukur dari posisi keuangan para pelanggan sebagaimana yang
diperlihatkan oleh analisa rasio keuangan dengan menitikberatkan
pada kekayaan bersih yang nyata dimilikinya.
Berhubungan dengan penilaian dan menyarankan kemungkinan untuk
mengadakan pembatasan atau ketentuan terhadap perpanjangan kredit
untuk perkiraan yang diragukan.
Dengan demikian sebelum perusahaan memberikan kredit,
perusahaan akan melakukan penilaian terhadap mental, kemampuan
pelanggan dalam bidang finansial, jaminan kredit yang diberikan, modal
dan kondisi dari pelanggan. Faktor-faktor tersebut sangat penting karena
merupakan tindakan preventif untuk melindungi investasi dari perusahaan.
Adapun langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para
langganan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil resiko
tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan
(Riyanto, 2010: 88-90) adalah:
a. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.
b. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya.
c. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan resiko
pembayarannya.
d. Mengadakan seleksi dari para langganan
2.2.3.4.Per iode Per putaran Piutang
Periode perputaran piutang adalah tergantung kepada syarat
pembayarannya. Makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama
dapat diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode
tertentu dengan jumlah rata-rata piutang, seperti rumus dibawah ini
(Riyanto, 2010: 90) :
Penjualan Kredit Bersih
Perputaran Piutang = = ... kali
Piutang rata – rata
Periode terikatnya modal dalam piutang dapat dihitung dengan
membagi tahun dari hari dengan turn-overnya. Hari rata-rata tersebut dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut (dianggap 1 tahun = 360 hari).
360
= ... hari
Perputaran Piutang
Sedangkan hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dibawah ini (Munawir, 2002: 76)
Piutang rata-rata x 360
= ... hari
Penjualan kredit
Sangat penting membandingkan hari rata-rata pengumpulan
apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari batas
waktu pembayaran yang telah ditetapkan, ini berarto cara pengumpulan
piutang tidak efisien.
Tinggi rendahnya receivable turn-over mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan kedalam
piutang, makin tinggi turn-overnya makin tinggi pula atau makin cepat
perputaran sehingga semakin pendek waktu terikatnya modal dalam
piutang dan modal yang dibutuhkan akan semakin kecil.
Menurut Munawir (2002: 75) penurunan ratio penjualan kredit
dengan rata-rata dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
b. Turunnya piutang diikuti dengan turunnya penjualan dalam jumlah
besar.
c. Naiknya piutang diikuti dengan naiknya penjualan dalam jumlah besar.
d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.
e. Naiknya piutang piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
2.2.3.5.Cara Memper cepat Per putar an Piutang
Menurut Nitisemito (1999: 97) apabila kita sanggup mempercepat
peprutaran piutang maka kita akan mendapatkan dua keuntungan. Yang
pertama adalah modal yang terikat pada piutang yang lebih efisien.
Keuntungan yang kedua adalah perputaran yang lebih cepat maka akan
sehingga keuntungan resiko diundur atau tidak dibayar lebih kecil. Untuk
itu setiap perusahaan harus dapat meningkatkan perputaran dari
piutangnya. Cara yang ditempuh untuk itu antara lain:
a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau dalam
tempo waktu yang lebih pendek.
b. Mengusahakan agar barang atau jasa lebih digemari.
c. Melatih salesman yang baik.
2.2.4. Investasi Dalam Per sediaa n
2.2.4.1.Penger tian Persediaan
Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2009: 14,2) persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk
dijual kembali, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual
kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
Didalam perusahaan dagang, persediaan yang ada hanya satu jenis
persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan (merchandise
inventory).
Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali, persediaan pada umumnya meliputi jenis
barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari
seluruh aktiva perusahaan. Persediaan barang dagangan pada umumnya
dinilai pada harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau
penetapan harga pokok harus diungkapkan dalam laporan keuangan
(Soemarso, 2002: 384)
Menurut Riyanto (2010: 69) menerangkan bahwa inventory atau
persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus
mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaan merupakan
masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva
lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam
persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan
akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam persediaan
yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar
beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di
gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akan kerusakan, turunnya
kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan
perusahaan.
Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam
persediaan akan mempunyai efek yg menekan keuntungan juga, karena
kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi
yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity,
berarti bahwa ”capital assets” dan ”dirrect labor” tidak dapat
produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang
diperolehnya.
Fungsi dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan
pelanggan tanpa harus tergantung dari supplier, melalui penyimpanan
persediaan perusahaan juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena
adanya pembelian barang setiap kali akan melaksanakan proses produksi
dan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di dalam melakukan
proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan karena
adanya kekurangan bahan baku untuk melakukan persediaan ekstra yang
disebut persediaan pengaman.
2.2.4.2.Per anan Per sediaan
Peranan dari persediaan adalah sangat besar sekali di dalam
menentukan maju tidaknya suatu perusahaan, karena itu semua perusahaan
baik perusahaan industri, dagang, maupun jasa selalu mengadakan
persediaan karena tanpa adanya persediaan apabila langganan meminta
barang atau jasa diluar kemampuan produksi perusahaan, perusahaan akan
kesulitan melayani permintaan pelanggan.
2.2.4.3.Metode Penilaian Per sediaan
Pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus
dialokasikan ke persediaan yang masih ada (untuk dilaporkan ke neraca
(untuk dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban harga pokok
penjualan). Menurut Stice (2004: 667-670) metode-metode yang paling
umum adalah:
1. Identifikasi Khusus (spesific identification)
Biaya dapat dialokasikan ke biaya yang terjual selama periode berjalan
dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan
biaya actual dari unit tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan
suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari unit
persediaan.
2. Biaya rata-rata (average cost)
Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke
setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang
terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata
tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
3. Metode masuk pertama, keluar pertama (first-in, first-out, FIFO)
Metode masuk pertama, keluar pertama didasarkan pada asumsi bahwa
unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk. Selain itu dalam
FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling
akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama
dengan biaya penggantian di akhir periode (end-of-period replacement
4. Metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out, LIFO)
Metode masuk terakhir, keluar pertama didasarkan pada asumsi bahwa
barang yang paling barulah yang terjual. Metode ini tidak cocok
dengan arus barang yang terjadi dalam sebuah perusahaan. LIFO
menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka
harga pokok penjualan yang ketika tingkat persediaan menurun.
Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya
persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.
2.2.4.4.Per putar an Persediaan
Menurut Riyanto (2010: 70) perputaran persediaan yaitu rasio
antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan
seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Perhitungannya sebagai
berikut:
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Persediaan rata – rata
Dimana rata-rata persediaan barang:
Persediaan awal tahun + akhir tahun
Persediaan rata-rata =
Dimana harga pokok penjualan dapat dihitung dari laporan laba rugi
perusahaan pada beban pokok penjualan, dan persediaan dapat dihitung
dari neraca aset lancar pada persediaan. Persediaan rata-rata dapat dihitung
dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan atau tahunan.
Dengan mengetahui perputaran dari persediaan maka dapat diketahui pula
hari rata-rata penjualannya atau hari rata-rata barang disimpan di gudang,
dapat diketahui dengan rumus:
360
= ... hari
Perputaran Persediaan
Atau dengan rumus:
360 x Persediaan rata-rata
= ... hari
Harga Pokok Penjualan
2.2.5. Penger tian Laba Usaha
Laba merupakan selisih antara laba bruto dan beban usaha (income
from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah
laba yang semata-mata diperoleh dari kegiatan utama perusahaan
penting di dalam suatu perusahaan dan mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap perekonomian.
Laba perusahaan selalu menarik perhatian para pemiliknya maupun
investror, laba sebenarnya dari suatu kegiatan usaha baru akan dapat
diketahui apabila perusahaan yang bersangkutan telah menghentikan
kegiatannya dan perusahaan tersebut dilikuidasi. Pendapatan laba secara
periodik ini, dengan demikian memerlukan perhatian yang serius, sebab
laba harus benar-benar mencerminkan laba yang diperoleh pada periode
yang bersangkutan. Penetapan laba secara periodik juga mengandung
konsekuensi bahwa didalamnya terdapat unsur-unsur taksiran, bukan
merupakan kunci dari kelayakan penetapan laba usaha.
2.2.6. Ar ti Penting Analisis Keuangan
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan
keuangan suatu perusahaan perlulah mengadakan interprestasi atau analisa
terhadap data keuangan perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan
itu akan tercermin di dalam laporan keuangannya (Riyanto, 2010: 327).
Laporan finansial memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal
sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan
hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode satu tahun.
Menurut Munawir (2002: 1) mereka yang mempunyai kepentingan
mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan
suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba rugi,
serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa
terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh
gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan
laba ruginya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan
usaha perusahaan yang bersangkutan.
Dengan menggunakan analisa laporan keuangan perusahaan, maka
akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari
perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah
dicapai di waktu-waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan
demikian dapat diketahui kelemahan dari perusahaan, maka dapat
diusahakan agar dalam penyusunan rencana untuk tahun-tahun yang akan
datang, kelemahan tersebut dapat diperbaiki sehingga akan diperoleh
kenaikan dari laba usaha bagi perusahaan.
2.3. Ker angka Pikir
2.3.1. Penga ruh Per putaran Kas Terhadap Laba Usaha
Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi
tingkat likuiditasnya. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat
perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan semakin
memperhatikan likuiditasnya maka perusahaan tersebut akan mengalami
kesulitan apabila terjadi tagihan mendadak.
Tingkat rendahnya perputaran kas mempunyai pengaruh langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam kas. Perputaran
kas merupakan perbandingan penjualan bersih dengan jumlah kas
rata-rata, kas rata-rata dapat dihitung dengan penjumlahan kas awal dan kas
akhir tahun kemudian dibagi dua.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan elemen
penjualan bersih pada perputaran kas adalah untuk mengetahui keefektifan
kas yang ada terhadap kelancaran proses penjualan. Mengetahui dana yang
ada pada kas tersebut cukup untuk proses penjualan. Jika perusahaan yang
mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat perputaran tersebut
rendah dan akan mengalami kerugian, dan apabila jumlah kas relatif kecil
maka akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan
atau laba yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan perusahaan
tersebut.
2.3.2. Penga ruh Per putaran Piutang Terhadap Laba Usaha
Menurut Leni (2007) setiap perusahaan pada umumnya ingin
mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya dengan jalan meningkatkan
omset penjualannya, untuk itu perusahaan melakukan kebijakan penjualan
Perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi jumlah
penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang.
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan kedalam piutang,
semakin tinggi perputarannya sehingga semakin pendek waktu terikatnya
modal dalam piutang dan modal yang dibutuhkan akan semakin kecil.
(Munawir, 2002: 75).
Periode perputaran piutang adalah tergantung kepada syarat
pembayarannya. Makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama
modal terikat pada piutang. Dan ini berarti bahwa tingkat perputarannya
selama periode tertentu adalah makin rendah. Karena semakin besar days
receivable suatu perusahaan, semakin besar pula resiko kemungkinan tidak
tertagihnya piutang dan jika perusahaan tidak membuat cadangan terhadap
kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang
berarti perusahaan bukannya mendapat laba, melainkan mendapat
kerugian (Munawir, 2002: 76). Tingkat perputaran piutang dapat diketahui
dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan
jumlah rata-rata piutang.
2.3.3. Penga ruh Per putaran Per sediaan Terhadap Laba Usaha
Persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja
merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara
modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan (Riyanto, 2010: 69).
Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menghabiskan persediaan dalam proses penjualan atau produksi. Hal ini
dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin
banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar
persediaan di gudang tetap baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya
tingkat perputaran persediaan yang tinggi untuk mengurangi biaya yang
timbul, karena kelebihan persediaan.
Perputaran persediaan merupakan ratio antara jumlah harga pokok
barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam
memutarkan barang dagangan, dan menunjukkan hubungan antara barang
yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan
yang ditentukan (Munawir, 2002: 77)
2.3.4. Penga ruh Per putaran Kas, Piutang, dan Per sediaan Terhadap Laba
Usaha
Menurut Munawir (2002: 71-80), ketiganya sangat berpengaruh
sekali karena apabila perputarannya efektif maka perolehan labanya sudah
memadai dengan modal kerja yang ada, dikatakan demikian karena di
sales atau penjualan bersih, dengan demikian sudah pasti pengaruh dari
perputaran tersebut akan mempengaruhi laba dari perusahaan karena laba
didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan
untuk usaha.
Penggunaan elemen penjualan pada perputaran kas adalah untuk
mengetahui keefektifan kas yang ada terhadap penjualan, dengan demikian
akan diketahui labanya. Demikian juga dengan perputaran piutang,
perputaran piutang ini menggunakan elemen penjualan kredit, dengan
menggunakan elemen ini maka dapat diketahui keefektifan piutang dan
juga akan berpengaruh terhadap laba usaha karena dengan adanya piutang
ini perusahaan menanamkan modal kerjanya pada piutang dagang ini
sehingga apabila perputaran piutang cepat, maka perusahaan akan
mendapatkan untung yang banyak.
Demikian juga yang terjadi pada perputaran persediaan, perputaran
ini menggunakan elemen laba rugi juga yaitu harga pokok penjualan dan
dengan digunakannya elemen laba rugi ini maka perputaran persediaan
akan berpengaruh juga pada laba yang didapat oleh perusahaan.
Dari penjelasan yang ada dalam kerangka pikir, maka dapat
Gambar 2.1
Ker angka Pikir
Uji Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan semua kajian teoritis yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan berpengaruh signifikan terhadap perolehan laba usaha
pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H2: Diduga perputaran persediaan yang memiliki pengaruh yang
dominan terhadap perolehan laba pada perusahaan Otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perputaran Kas (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Perputaran Persediaan (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama
peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah laba
usaha.
2. Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
3.1.2. Pengukuran Var iabel
3.1.2.1.Var iabel Ter ikat (Y)
Laba Usaha (Y) adalah selisih antara laba kotor yang diperoleh
suatu perusahaan dengan beban usaha. Pengukuran variabel yang
digunakan untuk megukur perolehan laba usaha adalah satuan rupiah dan
3.1.2.2.Var iabel Bebas (X)
a. Perputaran Kas (X1) adalah perputaran yang dimulai dari kas yang
dikeluarkan untuk pembelian barang sampai dengan kas yang diterima
dari hasil penjualan dalam suatu periode dalam perusahaan.
Pengukuran variabel perputaran kas ini adalah kali dan skala
pengukurannya adalah rasio.
Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:
(Riyanto, 2010 : 95)
Penjualan Bersih
Perputaran Kas = = ... kali
Kas rata - rata
b. Perputaran Piutang (X2) adalah perputaran yang dimulai dari
pengadaan piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai
dengan penerimaan kas yang berasal dari pelunasan pembayaran
piutang dalam suatu periode dalam perusahaan.
Pengukuran variabel perputaran piutang ini adalah kali dan skala
pengukurannya adalah rasio. Alat pengukuran variabelnya
menggunakan rumus berikut (Riyanto, 2010 : 90)
Penjualan Kredit Bersih
Perputaran Piutang = = ... kali
c. Perputaran Persediaan (X3) adalah perputaran yang dimulai dari barang
yang masuk, menjadi barang jadi yang disimpan sementara waktu
sebagai persediaan, kemudian dijual kembali dengan maksud
memperoleh penerimaan pendapatan dalam satu periode dalam
perusahaan.
Pengukuran variabel perputaran persediaan ini adalah kali dan skala
pengukurannya adalah rasio. Alat pengukuran variabelnya
menggunakan rumus sebagai berikut (Riyanto, 2010 : 70)
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan = = ... kali
Persediaan rata – rata
3.2. Tek nik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sumarsono (2004: 44) populasi merupakan kelompok
subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri / karakteristik-karakteristik tertentu
yang berbeda deangan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok
tersebut akan dikenai generalisasi dan hasil penelitian. Populasi yang
diambil adalah seluruh perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2007-2010 yang berjumlah 17 perusahaan.