INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh:
Heppy Shita Larasati 0513010091 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN
AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
yang diajukan
Heppy Shita Larasati 0513010091/FE/EA
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Tanggal : ...
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Heppy Shita Larasati 0513010091 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN
AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
yang diajukan
Heppy Shita Larasati 0513010091/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Tanggal : ...
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN
AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
yang diajukan
Heppy Shita Larasati 0513010091/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Heppy Shita Larasati 0513010091/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur
Pada Tanggal 15 Juni 2012
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Dra.Ec.Siti Sundari, M.Si
Sekretaris
Drs.Ec.Muslimin,M.Si
Anggota
Dra.Ec.Anik Yuliati,MAks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
melimpahkan rahmat, hidayah, kenikmatan dan karuniaNya yang tak terhingga
sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi.
Berkat rahmatNya pula memungkinkan Saya untuk menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Perputaran
Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Automotive
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kedua orang tua saya, mama Ningsih dan Alm.Ayah Herman yang telah
mendukung baik secara moril maupun materil yang tak lelah untuk selalu
mengingatkan saya agar menyelesaikan study S1 saya.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Rahman A. Suwaidi, MSi, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
kuliah.
9. Terima kasih kepada Kakak saya Mas Soni, dan calon suamiku Arief yang
telah memberikan doa, semangat moril maupun sepiritual.
10.Sahabatku yang paling baik Amalia dan Shinta, terima kasih sudah
menemaniku selama ini, slalu memberikan dukungan, doa, semangat dan
slalu menghiburku.
11.Pimpinan PT. Bank Tabungan Negara Tbk, terima kasih sudah diberikan izin
tidak masuk kerja untuk menyelesaikan skripsi. BTN selalu terdepan...
12.Semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung
dalam penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan selalu melimpahkan
rahmat dan hidayahNya dan penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan
saran yang bersifat membangun karena hal tersebut sangat membantu pada
kesempurnaan skripsi ini.
Surabaya, Juni 2012
DAFTAR TABEL……… vi
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR LAMPIRAN……… viii
ABSTRAK………. ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Penelitian Terdahulu... 9
2.2. Landasan Teori... . 16
2.2.1. Modal Kerja... 16
2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja... 16
2.2.1.2. Manfaat Modal Kerja... 18
2.2.1.3. Jenis-jenis Modal Kerja... 21
2.2.1.4. Sumber-sumber Modal Kerja... 22
2.2.1.5. Unsur-unsur Modal Kerja... 25
2.2.2. Piutang... 28
2.2.2.1. Pengertian Piutang... 28
2.2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang…………... 29
2.2.2.3. Penilaian Risiko Kredit………...… 31
2.2.2.4. Perputaran Piutang………...…... 33
2.2.3. Persediaan………...…….. 36
2.2.3.1. Pengertian Persediaan………...……… . 36
2.2.3.2. Peranan Persediaan………...……. 38
2.2.5. Hubungan Modal Kerja Terhadap
Rentabilitas Ekonomi………...…… . 43
2.2.6. Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi………...…………. 44
2.2.7. Hubungan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi………...……….. 46
2.2.8. Kerangka Pikir………...…… 47
2.2.9. Hipotesis………...…. 48
BAB III METODE PENELITIAN………...…... 49
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………...……. 49
3.2. Teknik Penentuan Sampel………...………. . 51
3.2.1. Populasi………...……. . 51
3.2.2. Sampel………... 51
3.3. Teknik Pengumpulan Data………...……. 52
3.3.1. Jenis Data………...… 52
3.3.2. Sumber Data………...… 53
3.3.3. Pengumpulan Data………... 53
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………...….. 53
3.4.1. Uji Normalitas………...…. 53
3.4.2. Uji Asumsi Klasik………...…….. 54
3.4.3. Teknik Analisis………...….. 56
3.4.4. Uji Hipotesis………...….. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 59
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 65
4.2.1 Modal Kerja………..…... 65
4.2.2 Perputaran Piutang………..……. 67
4.4.2 Uji Non Heteroskedastisitas... 75
4.4.3 Uji Non Autokorelasi... 75
4.5 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 76
4.5.1 Persamaan Regresi... 76
4.5.2 Koefisien Determinasi (R2)... 78
4.5.3 Uji Hipotesi... 78
4.5.3.1 Uji Kesesuaian Model... 78
4.5.3.2 Uji t... 79
4.6 Pembahasan... 81
4.7 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu... 85
4.8 Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian... 87
4.9 Keterbatasan Penelitian... 88
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN... 90
5.1 Kesimpulan... 90
5.2 Saran... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 4.1. Grafik Batang Modal Kerja Perusahaan Automotive Yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010…………..…… 67
Gambar 4.2. Grafik Batang Perputaran Piutang Perusahaan Automotive Yang
Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010………….... 69
Gambar 4.3. Grafik Batang Perputaran Persediaan Perusahaan Automotive
Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010….… 71
Gambar 4.4. Grafik Batang Rentabilitas Ekonomi Perusahaan Automotive
Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010……. 73
Lampiran 1. Data Penelitian
Lampiran 2. Pengujian Normalitas
Lampiran 3. Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.1. Data Modal Kerja Perusahaan Automotive Yang Go Public di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2005-2010………..… 66
Tabel 4.2. Data Perputaran Piutang Perusahaan Automotive Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010………. 68
Tabel 4.3. Data Perputaran Persediaan Perusahaan Automotive Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010……….… 70
Tabel 4.4. Data Rentabilitas Ekonomi Perusahaan Automotive Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010………..… 72
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas………. 73
Tabel 4.6. Hasil Uji Non Multikolinieritas……… 74
Tabel 4.7. Hasil Uji Non Heteroskedastisitas……….... 75
Tabel 4.8. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ……… 77
Tabel 4.9. Pengaruh Regresi Antara Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat …. 78 Tabel 4.10. Hasil Uji F………. 79
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Secara Parsial……….. 79
Oleh
Heppy Shita Larasati
Abstrak
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, maka persaingan antar perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Sehubungan dengan tujuan untuk memperoleh laba, maka perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, misalnya untuk memberikan persekot pembelian, membiayai gaji pegawai, supplies kantor, dan lain-lain. Perubahan modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan dari masing-masing perusahaan dapat mempengaruhi perubahan besarnya rentabilitas ekonomi perusahaan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik dan membuktikan adanya pengaruh modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi
pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa Laporan Keuangan periode 2005-2010 dari perusahaan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil sebanyak 12 perusahaan dari perusahaan automotive. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomi. Modal Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi, sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas ekonomi
perusahaan automotive yang go public di Bursa Efek Indonesia.
1.1. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, maka
persaingan antar perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis
akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam
menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu
penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak
manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk
dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat
menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian
tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, perusahaan
juga dituntut untuk mampu menentukan kinerja perusahaan yang baik,
sehingga perusahaan akan dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Salah satu faktor yang mencerminkan kinerja perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan harus dibuat oleh
pihak manajemen secara teratur. Penyusunan, penganalisaan, dan
pengevaluasian laporan keuangan perusahaan dianggap sebagai
tanggungjawab dari para akuntan interen, akan tetapi data-data yang
digunakan sebagai bahan pencatatan laporan keuangan ini haruslah
informasi sehubungan dengan posisi keuangan perusahaan dari hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan, informasi yang
diperoleh dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu bahan pertimbangan pihak manajemen dalam mengambil keputusan
agar nantinya kinerja perusahaan dapat lebih baik.
Menurut Djarwanto (2004:5), laporan keuangan merupakan hasil
tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2002:114), dalam menjalankan sebuah aktivitas
perusahaan dengan adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi
perusahaan karena memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis dan tidak menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena
adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal keja
yang berlebih menunjukkan dana yang tidak produktif, dan hal ini akan
menimbulkan kerugian. Sebaliknya dengan adanya ketidakcukupan dalam
modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan.
Menurut Munawir (2002:75), piutang adalah tagihan kepada kreditur
atau langganan sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara
kredit. Apabila kita mampu mempercepat perputaran piutang, maka resiko
laba.
Munawir (2002:77), perputaran persediaan merupakan ratio antara
jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan
yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat perputaran persediaan mengukur
perusahaan dalam memutarkan barang dagangan dan menunjukkan
hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau
mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan
dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga
semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya,
adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek
yang menekan keuntungan juga, karena kekurangan material perusahaan
tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal (Riyanto, 1995:69).
Riyanto (1995:35), rentabilitas adalah perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk memperoleh laba, hal ini
cukup penting karena dengan mengetahui tingkat rentabilitas ekonomi
maka perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat sedangkan dari
pihak ekstern dapat mengetahui keefisienan pemanfaatan modal kerja
perusahaan dalam memperoleh laba berhubungan dengan penanaman
ditanamkan dapat terjamin
Ada pendapat yang mengatakan bahwa laba maupun tingkat
penjualan yang tinggi belum dapat dijadikan indikator penilaian prestasi
perusahaan dan akan dapat menyelesaikan jika tidak disertai oleh indikator
yang lain, kurang adanya pengetahuan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, mengakibatkan pihak manajemen kurang bijaksana
dalam mengambil langkah-langkah strategis. Jadi dalam hal ini bukanlah
berupa besar laba yang diperoleh akan tetapi berapa besar kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi rentabilitas ekonomi maka tujuan yang ingin dicapai
apakah modal kerja, tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan
memilki pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba sehingga perusahaan dapat dengan tepat
menggambil keputusan jika ingin meningkatkan rentabilitas ekonomi.
Sehubungan dengan tujuan tersebut maka perusahaan selalu membutuhkan
dana untuk membiayai operasi perusahaan, misalnya untuk memberikan
persekot pembelian, membiayai gaji pegawai, supplies kantor dan
lain-lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Arie Margaretha (2004) dalam
penilitiannya menyatakan bahwa semakin besar atau cepat perputaran kas,
modal kerja dan tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan secara parsial tingkat
perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rentabilitas ekonomi, variabel yang paling dominan adalah modal kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan modal kerja mempunyai
pengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang
maksimal.
Sedangkan menurut Aditya Kusuma (2008), bahwa dengan adanya
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan yang
banyak, maka akan meningkatkan aktifitas dalam penjualan sehingga laba
perusahaan juga dapat meningkat. Pernyataan yang sama juga diungkap
oleh Nurita Sari (2004) yang menyatakan bahwa perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan dapat meningkatkan tingkat
profitabilitas perusahaan.
Menurut Arik Dwi (2009), secara bersama-sama perubahan modal
kerja dan tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan secara parsial variabel tingkat
perputaran piutang mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap
rentabilitas ekonomi karena tingkat perputaran piutang sangat berpengaruh
menghasilkan laba perusahaan yang fluktuatif.
Menurut Riyanto (1995:37) bagi perusahaan masalah rentabilitas
adalah lebih penting dari pada masalah laba. Karena laba yang besar saja
belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan
efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut,
atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Maka yang harus
diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah mempertinggi
rentabilitasnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian serta membahas masalah tersebut yang dituangkan
dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal kerja, Perputaran
Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Pada Perusahaan Automotive yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh modal
Indonesia”.
1.3. Tujuan Penelitian
Bersumber dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini
bertujuan untuk menguji secara empirik dan membuktikan adanya
pengaruh modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan automotive yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
digunakan sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menganalisis
masalah dan hal-hal yang terdapat di perusahaan sebagai objek yang
diteliti dengan mengembangkan dan menerapkan teori-teori yang telah
diperoleh selama kuliah sehingga dapat menambah wawasan,
pengalaman, dan meningkatkan kematangan berfikir dalam
pengambilan keputusan.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah dan memperluas pengetahuan di bidang manajemen
khususnya mengenai Rentabilitas Ekonomi dalam suatu perusahaan.
c. Bagi Perusahaan
Memberikan masukan tentang faktor yang mempengaruhi
rentabilitas ekonomi suatu perusahaan sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan kebijaksanaan di masa yang akan datang dan sebagai
pertimbangan untuk dapat lebih baik meningkatkan kinerja perusahaan
agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai laba yang optimal.
d. Bagi Investor
Sebagai bahan informasi dan masukan yang ada hubungannya
dengan penanaman modal kerja dalam pengambilan keputusan
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai dasar dan pembanding untuk melengkapi landasan
teori adalah penelitian dari :
1. Arie Margaretha Retang (2004)
Judul “Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang terhadap
Rentabilitas Modal Kerja dalam Konsep Kualitatif pada PT. SS Utama
di Surabaya –Jawa Timur”.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah perputaran kas dan perputaran piutang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal kerja?
b) Dari kedua faktor tersebut, manakah yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap rentabilitas modal kerja?
2) Hipotesis
a) Diduga perputaran kas dan perputaran piutang secara
bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap rentabilitas modal
kerja.
b) Diduga perputaran piutang mempunyai pengaruh yang
3) Kesimpulan
a) Semakin besar atau cepat perputaran kas, rentabilitas modal
kerja semakin kecil.
b) Semakin tinggi tingkat perputaran piutang, semakin tinggi pula
rentabilitas modal keja.
2. Rina Kartika Sari (2009)
Judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang
terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya
Tanggulangin Sidoarjo”.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah ada pengaruh dari modal kerja dan perputaran piutang
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok Ketapang
Jaya?
b) Manakah dari kedua variabel, yaitu modal kerja dan perputaran
piutang yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok Ketapang Jaya?
2) Hipotesis
a) Diduga modal kerja dan tingkat perputaran piutang
berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
b) Diduga variabel tingkat perputaran piutang mempunyai
3) Kesimpulan
a) Berdasarkan uji F dengan menggunakan regresi linier berganda
bahwa modal kerja dan tingkat perputaran piutang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.
b) Berdasarkan Uji
t
bahwa variabel tingkat perputaran piutangtidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rentabilitas ekonomi, variabel yang paling dominan adalah
modal kerja.
3. Arik Dwi N (2009)
Judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang
terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Food and Baverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)”.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah modal kerja dan tingkat perputaran piutang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas
ekonomi?
b) Variabel manakah yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap rentabilitas ekonomi?
2) Hipotesis
a) Diduga bahwa modal kerja dan tingkat perputaran piutang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas
b) Diduga bahwa variabel tingkat perputaran piutang mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap rentabilitas ekonomi.
3) Kesimpulan
a) Secara bersama-sama perubahan modal kerja dan tingkat
perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi
b) Secara parsial variabel tingkat perputarn piutang mempunyai
pengaruh yang lebih dominan terhadap rentabilitas ekonomi.
4. Aditya Kusuma (2008)
Judul “ Pengaruh Perputaran kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha pada
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
b) Manakah diantara ketiga variabel yaitu perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap perolehan laba usaha
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
2) Hipotesis
a) Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan, berpengaruh positif terhadap perolehen laba usaha
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
b) Diduga yang memilki pengaruh yang paling dominan terhadap
perolehan laba pada perusahaan makanan dan minuman adalah
perputaran kas.
3) Kesimpulan
a) Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha.
b) Dalam penilitian ini yang memiliki pengaruh paling dominan
terhadap perolehan laba usaha adalah perputaran piutang.
5. Nurita Sari (2004)
Judul “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Farmasi di Bursa
Efek Indonesia”.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan
b) Manakah diantara ketiga variabel tersebut yang memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada
perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta?
2) Hipotesis
a) Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan mempunyai pengaruh terhadap perolehan laba usaha
pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta.
b) Diduga yang mempunyai pengaruh yang paling dominan
terhadap perolehan laba usaha adalah perputaran piutang.
3) Kesimpulan
a) Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan
berpengaruh terhadap perolehan laba usaha.
b) Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa yang mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap perolehan laba usaha adalah
perputaran piutang tidak dapat terbukti kebenarannya karena
yang memiliki pengaruh dominan adalah perputaran kas.
Berdasarkan dari penelitian terdahulu diatas, maka persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel bebas (X) yaitu modal kerja, perputaran piutang,
dan perputaran persediaan yang akan berpengaruh dengan variabel
jumlah sampel penelitian, obyek penelitian, waktu periode penelitian,
dan hasil penelitian itu sendiri.
Tabel 2.1. Perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dan sekarang
No. Nama Judul Variabel
Pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas modal kerja dalam konsep kualitatif pada PT.SS Utama di Surabaya-Jawa Timur
Pengaruh modal kerja dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo.
Pengaruh modal kerja dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan food n beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2003-2007).
Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh modal kerja, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan automotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perputaran kas (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Rentabilitas Modal Kerja (Y)
Modal Kerja (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Rentabilitas Ekonomi (Y)
Modal Kerja (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Rentabilitas Ekonomi (Y)
Perputaran kas (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Perputaran Persediaan (X3)
Laba Usaha (Y)
Perputaran Kas (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Perputaran Persediaan (X3)
Laba Usaha (Y)
Modal Kerja (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Perputaran Persediaan (X3)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Modal Kerja
2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja
Masalah modal kerja merupakan masalah yang tidak akan pernah
berakhir. Selama perusahaan masih beroperasi, modal selalu diperlukan
untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari serta untuk menjaga
kontinuitas perusahaan.
Menurut Weston and Brigham (1993:353), Modal kerja adalah
“Working capital is a firm’s investment in short term assets-cash,
marketable securities, inventory, and account receivables, working
capital is current asset minus current liabilities while gross working
capital is defined as current assets”.
Sedangkan Menurut Damodaran (1998:353-354), “The net
working capital, often reffered to simply as working capital, is the
difference between a firm’s current assets and current liabilities. The
current asset of a firm are those that either are in the form of cash or are
expected to be converted into cash in the short term”.
Jadi dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal
kerja adalah seluruh investasi perusahaan ke dalam aktiva lancar yang
meliputi persediaan, piutang, kas, dan surat-surat berharga, dimana
seluruh investasi diharapkan kembali kedalam perusahaan dalam waktu
Menurut Riyanto (1995:57), modal kerja adalah dimana uang atau
dana yang dikeluarkan diharapkan akan kembali masuk dalam
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksi
untuk membiayai operasi selanjutnya.
Riyanto (1995:57-58), mengemukakan pendapatnya mengenai tiga
konsep yang menyangkut modal kerja, yaitu :
a. Konsep kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang
tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang dari satu
tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar, maka modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital).
b. Konsep kualitatif
Pada konsep ini, modal kerja adalah sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal
kerja dalam konsep ini sering disebut modal kerja neto (Net Working
Capital).
c. Konsep fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dan dalam
menghasilkan penghasilan langsung (current income). Dan
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan laba sesuai dengan
tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu. Pada
dasarnya, dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya
akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan
laba periode ini, ada sebagian dana yang akan digunakan untuk
memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang
(Munawir, 2002:116).
2.2.1.2. Manfaat Modal Kerja
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup
kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa
membahayakan keadaan keuangan perusahaan.
Menurut Djarwanto (2004:89), manfaat lain dari tersedianya modal
kerja yang cukup adalah :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunya nilai
aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur
tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya
merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi semua
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan
tunai sehingga dapat menghasilkan keuntungan berupa potongan
harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat
mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti
adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit
yang lebih menguntungkan kepada para langganan.
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku,
jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode
resesi atau depresi.
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap
cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung
oleh beberapa faktor, (Munawir, 2002:117-119) yaitu sebagai berikut :
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih rendah
bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja pada perusahaan
industri.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan
langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang
yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai
barang tersebut dijual. Di samping itu harga pokok persatuan barang
juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang
dibutuhkan.
c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang
akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi
jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang
bersangkutan.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada
para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal
kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. untuk
memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus
piutang yang tidak dapat tertagih, sebaiknya perusahaan memberikan
potongan tunai kepada para pembeli.
e. Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover)
menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti
dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan
semakin rendah.
Menurut Munawir (2002:80), untuk menilai keefektifan modal
kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal
kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah
modal kerja.
2.2.1.3. Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut W.B. Taylor dalam buku Riyanto (2001:60)
penggolongan jenis-jenis modal kerja terdiri dari :
a. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal
kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha.
1. Modal kerja primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah
modal kerja minimum yang harus tetap ada pada perusahaan
untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2. Modal kerja normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah
modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal.
b. Modal kerja variabel (Variabel Working Capital), yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan,
dan modal kerja ini dibedakan antara :
1. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi musim.
2. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi konyungtur.
3. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal
kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya
pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
mendadak).
2.2.1.4. Sumber-sumber Modal Kerja
besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi
pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit,
dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Di samping dari
investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang
permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang
jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus
mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang tersebut. Di
samping itu juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Menurut Munawir (2002:120-122), pada umumnya sumber modal
kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
a. Hasil operasi perusahaan
Adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi,
jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil
operasi perusahaan, dapat dihitung dengan menganalisa laporan
perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya
keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba
tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut
akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
(marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva
lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan
bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan
yang diperoleh dari penjualan surat berharga merupakan suatu
sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam
penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan
berkurangnya modal kerja. Di dalam menganalisa sumber-sumber
modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan
surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang
berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.
c. Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak
lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan
dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan
bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila
dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini
tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan,
sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya
modal kerja yang berlebih-lebihan).
d. Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan,
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta
kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di
samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau
bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekwensi
bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu
dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping
menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan
keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal
kerja yang dibutuhkan.
2.2.1.5. Unsur-unsur Modal Kerja
Sesuai dengan pengertian modal kerja dalam penulisan ini dalam
pengertian aktiva lancar, maka unsur-unsur yang terkandung didalamnya
adalah :
a. Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
maupun untuk mengadakan investasi aktiva tetap. Perusahaan
memiliki risiko yang lebih kecil untuk memenuhi kewajiban
finansialnya apabila jumlah kas yang tersedia di perusahaan tersebut
besar atau cukup.
Menurut Husnan (2004:105), kas merupakan bentuk aktiva
yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi
kewajiban finansial perusahaan.
Menurut John Maynard Keynes dalam buku (Husnan,
2004:105) menyatakan bahwa ada 3 motif untuk memilki kas yaitu:
1. Motif transaksi, dimana perusahaan menyediakan kas untuk
membayar berbagai transaksi bisnisnya.
2. Motif berjaga-jaga, dimaksudkan untuk mempertahankan saldo
kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak
terduga.
3. Motif spekulasi, dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
dari memiliki atau menginvestasiakan kas dalam bentuk
investasi yang sangat likuid.
b. Piutang
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume
penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya
dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan
yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian
maka pengumpulan piutang merupakan elemen modal kerja yang
selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai perputaran
modal kerja (Riyanto, 1995:85).
Menurut Munawir (2002:15), piutang adalah tagihan kepada
pihak lain (pihak kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan secra kredit. Piutang merupakan unsur
yang paling penting dalam neraca sebagian besar perusahaan.
Prosedur yang wajar dan cara pengamanan yang cukup terhadap
piutang bukan saja untuk keberhasilan perusahaan tetapi juga untuk
memelihara hubungan yang memuaskan dengan para pelanggan.
c. Persediaan
Menurut Agus Sartono (2001:443), persediaan merupakan
salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam
suatu perusahaan karena persediaan merupakan faktor penting dalam
menentukan kelancaran operasi perusahaan. Di tinjau dari segi
neraca, persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih
tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera
dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan.
Menurut PSAK No.14 (2007:14.1), persedian adalah aset :
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Masalah penentuan besar kecilnya investasi atau alokasi
modal dalam persediaan barang mempunyai efek langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Adanya investasi yang terlalu besar dari
yang dibutuhkan perusahaan akan memperbesar kerugian karena
adanya kerusakan, sehingga menimbulkan turunya kualitas dan akan
memperkecil keuntungan perusahaan.
2.2.2. Piutang
2.2.2.1. Pengertian Piutang
Menurut Baridwan (2000:124), piutang dagang menunjukkan
piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan. Dalam kegiatan ini perusahaan yang normal, biasanya
piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Dengan kata lain
piutang dagang adalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Sedangkan menurut Riyanto (1995:90), menyatakan bahwa piutang
sebagai elemen dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar
secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja, dan piutang
2.2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam
Piutang
Menurut Riyanto (1995:85), manajemen piutang merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan
kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian
jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan
evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.
Menurut Riyanto (1995:85-86), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang yaitu sebagai
berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan
penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan
makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti
bahwa perusahaan tersebut harus menyediakan investasi yang lebih
besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti
makin besarnya risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga
memperbesar “profitability”-nya.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau
lunak. Apabila perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit
dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan
bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para
langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi
masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan
dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat
diberi kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit
akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian
maka pembatasan kredit di sini bersifat baik kuantitatif maupun
kualitatif.
4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam
pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang
akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan
dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaanya secara
pasif. Perusahaan yang disebutkan terdahulu kemungkinan akan
mempunyai investasi dalam piutang yang lebih kecil dari pada
piutang apabila biaya tambahan tersebut tidak melampaui besarnya
tambahan revenue yang diperoleh karena adanya usaha tersebut.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapakan cash
discount, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan
tersebut.
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam “cash discount
period” atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya
investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan
membayar dalam waktu selama “discount period”, maka dana yang
tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang berarti makin
kecilnya investasi dalam piutang.
2.2.2.3. Penilaian Risiko Kredit
Menurut Riyanto (1995:87), risiko kredit adalah risiko tidak
terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Sebelum
perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan
kredit oleh para langganan, hendaknya perusahaan mengadakan evaluasi
resiko kredit dari para langganan.
Menurut Riyanto (1995:88), syarat pokok yang harus dipenuhi
untuk setiap perusahaan agar dapat memperoleh kredit adalah dengan
memperhatikan lima “C” yang meliputi :
Menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan
untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Faktor ini sangat penting, karena setiap transaksi
kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity
Yaitu pendapat subyektif mengenai kemampuan pimpinan
perusahaan beserta stafnya baik kemampuan dalam manajemen
maupun keahlian dalam bidang usahanya, kemampuan ini diukur
dengan record di waktu yang lalu.
3. Capital
Diukur oleh posisi finansiil perusahaan secara umum, dimana
hal ini ditunjukkan oleh analisis ratio finansiil, yang khususnya
ditekankan pada “tangible net worth” dari perusahaan.
4. Collateral
Yaitu menunjukkan besarnya aktiva dari langganan yang
dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada
langganan.
5. Conditions
Menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend
ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan
atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu
Setelah diuraikan berbagai faktor yang harus diperhatikan dalam
penilaian risiko kredit, maka selanjutnya perlu bagi perusahaan untuk
mengambil langkah-langkah tertentu di dalam usaha untuk memperkecil
risiko tidak terbayarnya piutang dengan mengadakan penyaringan
terhadap para langganan.
Menurut Riyanto (1995:88-90), adapun langkah-langkah yang
perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif
untuk memperkecil risiko tertunda adalah sebagai berikut :
a. Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.
b. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya.
c. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan risiko
pembayarannya.
d. Mengadakan seleksi dari para langganan.
2.2.2.4. Perputaran Piutang
Menurut Riyanto (1995:90), piutang sebagai elemen dari modal
kerja selalu dalam keadaan berputar yang artinya piutang akan tertagih
pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan dan seterusnya.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah
tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama
syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang
berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah
Menurut Munawir (2002:75), yaitu bahwa makin tinggi (turnover)
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah,
sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam
piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena
bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada
perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Penurunan ratio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor (Munawir, 2002:75) sebagai berikut :
a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.
b. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah
lebih besar.
c. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih
besar.
d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.
e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
Menurut Riyanto (1995:90), tingkat perputaran piutang
(receivables turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah
penjualan kredit (credit sales) selama periode tertentu dengan jumlah
rata-rata piutang (average receivables), seperti rumus di bawah ini :
s Receivable Average
Sales Credit Net
= Turnover s
Receivable
2
Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata
pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari
dengan turnover-nya. Hari rata-rata pengumpulan piutang (average
collection period) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : (1 tahun
= 360)
Hari rata-rata pengumpulan piutang :
hari
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan :
hari
Menurut Munawir (2002:76), semakin besar days receivable (hari
rata-rata pengumpulan piutang) suatu perusahaan, semakin besar pula
risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan kalau perusahaan
tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul
karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti
perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated).
Menurut Riyanto (1995:91), tinggi rendahnya receivable turnover
mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang
diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover-nya berarti makin
cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal
dengan naiknya turnover-nya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil
untuk diinvestasikan dalam piutang.
2.2.3. Persediaan
2.2.3.1. Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2007:14.2) persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk
dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk
dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual
kembali seperti pada perusahaan real estate. Persediaan juga mencakup
barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang
sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan
yang akan digunakan dalam proses produksi.
Di dalam perusahaan dagang, persediaan yang ada hanya satu jenis
persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan (merchandise
inventory), tetapi dalam perusahaan industri ada tiga macam jenis
persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi.
Menurut Riyanto (1995:69) menerangkan bahwa inventory atau
persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus
lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam
inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam
inventory akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan
dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gedung, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga
semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil
dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga,
karena kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas
produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan
full-capacity, berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor” tidak
dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan
mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan
menekan keuntungan yang diperolehnya (Riyanto, 1995:69).
Fungsi dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan
pelanggan tanpa harus tergantung pada supplier, melalui penyimpanan
persediaan perusahaan juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena
adanya pembelian barang setiap kali akan melaksanakan proses produksi
dan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di dalam melakukan
tanpa gangguan karena adanya kekurangan bahan baku untuk melakukan
produksi sehingga memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman.
2.2.3.2. Peranan Persediaan
Peranan dari persediaan adalah sangat besar sekali di dalam
menentukan maju tidaknya suatu perusahaan, karena itu semua
perusahaan baik perusahaan industri, dagang, maupun jasa selalu
mengadakan persediaan karena tanpa adanya persediaan apabila
langganan meminta barang atau jasa di luar kemampuan produksi
perusahaan, dengan adanya persediaan maka hal tersebut akan dapat
teratasi, sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan akan selalu
terbuka.
2.2.3.3. Perputaran Persediaan
Menurut Riyanto (1995:70), dalam perusahaan perdagangan pada
dasarnya hanya ada satu golongan inventory, yang mempunyai sifat
perputaran yang sama yaitu yang disebut “merchandise inventory”
(persediaan barang dagangan). Inventory ini merupakan persediaan
barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang
tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang
mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Tingkat perputaran dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Riyanto,
Atau bisa juga dengan rumus :
Dimana persediaan rata-rata barang :
Persediaan rata-rata
Dengan mengetahui turnover dapat ditentukan pula hari rata-rata
penjualannya atau hari rata-rata barang disimpan di gudang yaitu dengan
membagi hari dalam satu tahun dengan persediaan rata-rata. Diketahui
dengan rumus sebagai berikut (Riyanto, 1995:70) :
hari
atau dengan rumus :
hari
Menurut Riyanto (1995:35), rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu
Sedangkan menurut Munawir (2002:33), rentabilitas adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Hal ini lebih penting daripada masalah laba karena laba
yang besar bukanlah merupakan suatu ukuran bahwa perusahaan
tersebut telah dapat bekerja secara efisien. Untuk itu dengan tingkat
rentabilitas dapat mengetahui efisiensi tidaknya suatu perusahaan dalam
menjalankan usahanya atau kegiatannya.
Rentabilitas merupakan kriteria penilaian secara luas dan dianggap
paling valid untuk dipakai sebagai alat pengukur tentang hasil
pelaksanaan operasi perusahaan, karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Rentabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif
investasi penanaman modal yang sudah sesuai dengan tingkat
risikonya masing-masing. Secara umum dapat dikatakan semakin
besar risiko penanaman modal dituntut rentabilitas yang semakin
tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Rentabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan
menurut jumlah modal yang ditanamkan karena rentabilitas
dinyatakan dalam angka relatif.
Menurut Munawir (2002:33), juga mengemukakan rentabilitas atau
profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
perusahaan menggunakan aktivitasnya secara produktif, dengan
demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
% 100 × Modal
Laba =
ntabilitas
Re
Jadi rentabilitas merupakan tolak ukur dari perusahaan untuk
mengukur efisiensi modal guna mencapai keuntungan, sebab dengan
laba tersebut belum cukup untuk mengukur apakah penggunaan modal
itu efisien atau tidak karena laba hanya bersifat data.
2.2.4.2. Rentabilitas Ekonomi
Menurut Riyanto (1995:36), cara untuk menilai rentabilitas suatu
perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan
aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
Ada dua cara penilaian rentabilitas yaitu :
1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha
dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh
karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka
suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan laba.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang
disebut dengan laba usaha (net operating income), sedangkan laba
yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek
tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Rumus
dari rentabilitas ekonomi yaitu :
%
2. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan
rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau
dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Adapun rumus
dari rentabilitas modal sendiri yaitu :
%
karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa
perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan
kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan
kata lain ialah menghitung rentabilitasnya.
Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh
perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar
laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi
rentabilitasnya. Oleh karena itu perusahaan pada umumnya usahanya
lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal
daripada laba maksimal.
2.2.5. Hubungan Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Menurut Achmad (1997:99-103), keuntungan dari penjualan
surat-surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka panjang adalah
salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan
menimbulkan keuntungan bagi perusahaan yang merupakan suatu
sumber bertambahnya modal kerja dan sebaliknya apabila dalam
transaksi penjualan itu terjadi kerugian maka akan menyebabkan
berkurangnya modal kerja. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas dan
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil