1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas mengenai pengaturan hak moral dan hak ekonomi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Undang-Undang Hak Cipta), dimana terdapat prinsip-prinsip yang mendasari adanya pengakuan dan pelaksanaan dari masing-masing hak moral dan hak ekonomi itu sendiri. Dan prinsip-prinsip yang merupakan dasar dari adanya hak moral dan hak ekonomi tersebut seharusnya diimplementasikan seluruhnya dalam pengaturan hak cipta di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dibuat sebagai sebuah instrumen pengaturan, terhadap Pencipta dalam menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Sebagai suatu Hak, Hak Cipta dilindungi terhadap gangguan, tetapi tidak ditujukan terhadap orang-orang tertentu, melainkan terhadap siapa saja yang mengganggu hak tersebut.1 Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2 Menurut Allen Bargfrede, hak cipta merupakan hak yang dimiliki Pencipta untuk melakukan control atas segala penggunaan dan distribusi atas ciptaannya (Copyright is the right of a creator to
1 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta: Kedudukan dan Peranannya di Dalam Pembangunan, Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta, 1994, h. 9.
2 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266).
2 control various uses and distribution of his or her creations).3 Hak eksklusif yang dimaksud adalah suatu hak absolut, yang pada dasarnya tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk menggunakan hak tersebut tanpa seizin dari Pencipta serta Pencipta akan mendapatkan perlindungan dari segala pelanggaran kecuali ditentukan lain oleh undang-undang,4 dan hak tersebut terdiri atas Hak Moral dan Hak Ekonomi. Tidak seperti Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang lain, Hak Cipta lahir berdasarkan kemampuan pkiran, akal, imajinasi, kecekatan, ketrampilan atau keahlian yang dituangkan secara khas dan pribadi dalam suatu karya budaya, sastra, dan ilmu pengetahuan.5 Kemudian, pengakuan terhadap hak yang dimiliki Pencipta telah ada sejak lahirnya karya tersebut sebagai bentuk dari penghargaan kepada Pencipta, bersamaan dengan itu perlindungannya pun juga telah ada sekalipun Penciptanya tidak melakukan pendaftaran.6 Dan dalam rumusan eksplisit hak-hak Pencipta dalam hal-hal tertentu, terdapat pembatasan hak-hak Pencipta terkait dengan pemanfaatan atau pengekploitasian Ciptaan,7 hal ini sesuai dengan norma dalam The Dutch Copyright Act tahun 2015: “Copyright is the exclusive right of the author of a literary, scientific or artistic work or his successors in title to disclose the work to the public and to reproduce it, subject to the exceptions laid down by law.”8, yang artinya bahwa pemberian izin dari Pencipta bersifat wajib untuk
3 Allen Bargfrede, Music Law in the Digital Age: Copyright Essentials for Today’s Music Business, Berklee Press, Boston, USA, 2017, h. 13.
4 Carl-Bend Kaehlig, Indonesian Copyright Law: Including Licensing and Registration Requirements, PT Tatanusa, Jakarta, 2011, h. 8.
5 Sophar Maru Hutagalung, Op.Cit, h. 88.
6 Ibid.
7 Rahmi Jened Parinduri Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektuan dan Hukum Persaingan (Penyalahgunaan HKI), PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 105.
8 The Dutch Copyright Act, Article 1.
3 penggunaan Ciptaan kepada publik, sehingga Pencipta dapat mengontrol Ciptaan mereka yang digunakan dan dibayar oleh pihak lain.9
Hak Moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta, yang artinya meski jangka waktu perlindungannya telah jauh terlewati, pengakuan dan penghargaan kepada diri Pencipta tetap harus dilakukan. Dan dalam upaya pengakuan dan penghargaan tersebut, Undang-Undang Hak Cipta memberikan perlindungan Hak Moral kepada Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Hak Cipta.10 Konsep Hak Moral tumbuh dan melembaga dari berbagai putusan pengadilan hingga akhirnya menjadi norma hukum. Pengertian Moral Right berasal dari sistem Civil Law, yang diadopsi dari terminologi hukum Prancis “French le droit Moral”.11 Kemudian, prinsip Moral tersebut dikenal dengan istilah hak moral sesuai dengan Article 6bis Berne Convention mengenai Moral rights yang menyatakan bahwa:
(1) To claim authorship; to object to certain modifications and other derogatory actions;
-
Independently of the author’s economic rights, and even after the transfer of the said rights, the author shall have the right to claim authorship of the work and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory action in relation to, the said work, which would be prejudicial to his honor or reputation.(2) After the author’s death;
(3) Means of redress.
9 European Parliamentary Research Service (EPRS), Copyright Law in the EU: Salient Features of Copyright Law Across the EU Member States, Comparative Law Library Unit, 2018, h.
261
10 Henry Soelistyo, Hak Cipta tanpa Hak Moral, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, h.
17.
11 Ibid, h. 30
4 Dalam butir yang pertama, dijelaskan juga bahwa seorang Pencipta pada dasarnya memiliki hak untuk mencantumkan dirinya sebagai Pencipta dari segala bentuk pelaksanaan distorsi, mutilasi, dan kemudian modifikasi Ciptaaannya, dan segala bentuk pelanggaran yang akan merugikan diri Pencipta.12
Menurut Bambang Pratama, pengaturan mengenai Hak Moral tidak seluruhnya diatur dalam hukum positif di Indonesia, yang dalam hal ini adalah Undang-Undang Hak Cipta. Hal tersebut berangkat dari awal sejarah Hak Cipta dalam hukum positif Indonesia yang menerapkan prinsip moral Hak Cipta dari sistem hukum Eropa Kontinental, yang terdapat dalam Auterswet 1912, yang kemudian dicabut sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982.
Karena itu, mengingat Indonesia sebagai salah satu negara penganut sistem hukum Eropa Kontinetal maka harus mengatur prinsip moral secara an sich13. Dalam sistem hukum Eropa Kontinental, prinsip moral menginduk pada hak personal dan prinsip ekonomi menginduk pada pemikiran utilitarian atas kemanfaatan ekonomi.14 Hal tersebut menjadikan prinsip moral yang terdapat dalam Hak Moral, merupakan prinsip tertinggi berupa hak yang melekat pada Pencipta yang tidak dapat dihilangkan. Menurut World Intellectual Property Organizations (WIPO), secara garis besar hak moral terdiri dari adanya hak untuk memiliki klaim atas ciptaan (paternity), dan hak untuk menghindari adanya distorsi atau modifikasi atas ciptaan yang akan mengancam reputasinya (integrity).15 Sementara itu, hak
12 Claude Masouyé, Guide to the Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (Paris Act, 1971), WIPO Publication, Jenewa, 1978, h. 41-42.
13 Bambang Pratama, Prinsip Moral Sebagai Klaim pada Hak Cipta dan Hak untuk Dilupakan (Right to be Forgotten), Veritas et Justitia: Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Vol. 2 No. 2, 2016, h. 328.
14 Ibid, h. 335.
15 World Intellectual Property Organization, Understanding Copyright and Related Rights, Jenewa, 2016, h. 14.
5 ekonomi terdiri atas hak untuk melakukan reproduksi atas Ciptaan (reproduction), hak untuk melakukan distribusi atas Ciptaan (distribution), hak untuk melakukan publikasi kepada umum (public performance), hak untuk melakukan penyiaran atas Ciptaan pada publik (broadcasting), hak untuk menerjemahkan Ciptaan ke dalam bahasa lain (translation), dan hak untuk melakukan adaptasi Ciptaan (adaptation).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat secara eksplisit bahwa Hak Moral dan Hak Ekonomi tidak dapat disamakan dalam pelaksanaan normanya, karena dalam Hak Moral lebih menunjukkan adanya pengakuan terhadap hasil karya orang lain yang tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi lebih berwujud wewenang dan kekuasaan apabila seseorang melanggar atau menambah dari suatu karya cipta.16 Berkaitan dengan hal tersebut, esensi dari Hak Cipta berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta adalah bahwa Pencipta memiliki hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi secara eksklusif dari eksploitasi ciptaan yang bersangkutan17, dan untuk mendapatkan manfaat ekonomi tersebut terdapat batasan-batasan yang harus diberikan kepada orang-orang yang ingin menggunakan Ciptaan tersebut. Dapat dilihat juga bahwa masing-masing Hak Moral dan Hak Ekonomi memiliki landasan asas dan/atau prinsip yang berbeda, yang kemudian berdampak pada penerapan perlindungan bagi Pencipta dan Ciptaannya, sesuai dengan penerapan pada Undang-Undang Hak Cipta. Sehingga, Undang-Undang Hak Cipta sebagai suatu instrumen perlindungan dan penghargaan yang diberikan kepada Pencipta seharusnya memiliki pengaturan yang memadai, dan sesuai
16 Ir. Syarifuddin, Perjanjian Lisensi dan Pendaftaran Hak Cipta, Penerbit P.T. Alumni, Bandung, 2013), h. 51.
17 Agus Sardjono, Hak Cipta Bukan Hanya Copyright, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No. 2 April-Juni 2010, h. 256.
6 dengan penerapan asas dari Hak Moral dan Hak Ekonomi itu sendiri. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan: Apakah asas perlindungan dari Hak Moral dan Hak Ekonomi sudah diterapkan dalam pengaturan mengenai Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta?
Sehingga dalam penelitian ini Penulis ingin mengidentifikasi pengaturan Hak Moral dan Hak Ekonomi di Indonesia sudah menerapkan asas dari Hak Moral dan Hak Ekonomi yang sesungguhnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan penulis di latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang terjadi yaitu pengaturan Hak Moral dan Hak Ekonomi dari sisi perlindungan kepada Pencipta. Maka dari itu, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
Apakah asas perlindungan Hak Moral dan Hak Ekonomi sudah diterapkan dalam pengaturan mengenai Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yang terdiri dari:
a. Melakukan analisis terhadap dasar normatif dari Hak Moral dan Hak Ekonomi sebagai bagian dari Hak Cipta;
b. Mengidentifikasi pengaturan dari Hak Moral dan Hak Ekonomi berdasarkan norma dan asas yang melandasinya, sebagai hak eksklusif dari Hak Cipta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa manfaat teoritis. Secara teoritis, penelitian ini akan dapat menjadi salah satu sumber
7 pembelajaran terkait penerapan Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Kemudian, penelitian ini dapat digunakan guna menjawab pertanyaan mengenai prinsip Hak Cipta di Indonesia, yaitu apakah prinsip moral dan prinsip ekonomi sudah diterapkan dalam Hak Moral dan Hak Ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
E. METODE PENELITIAN
Dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan dijabarkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaturan dari Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah pendekatan undang- undang (statute approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).
Pendekatan undang-undang (statute approach) merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.18 Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan analisa terhadap Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang secara eksplisit mengatur Hak Moral dan Hak Ekonomi. Kemudian, pendekatan konseptual (conceptual approach) dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum. Penelitian ini dipakai untuk memberikan pemahaman terhadap asas yang mendasari antara Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta.
18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, h. 93.
8
F. KEASLIAN PENULISAN
Tabel 1.1. Penerapan Prinsip Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta
19 Moch. Zairul Alam, Perlindungan Informasi Manajemen Hak Pencipta (Rights Management Information) (Studi Perbandingan Hukum Ketentuan Informasi Manajemen Hak Pencipta di Amerika Serikat dan Indonesia), Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, h. 4.
Nama, Tahun Judul Rumusan Masalah Metode Penelitian Pembahasan
Moch. Zairul Alam (2012)
Perlindungan Informasi Manajemen Hak Pencipta (Rights Management Information) (Studi Perbandingan Hukum Ketentuan Informasi Manajemen Hak Pencipta di Amerika Serikat dan Indonesia)
a. Apakah rumusan Pasal 25 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Informasi
Manajemen Hak Pencipta telah sesuai dengan rumusan dalam Pasal 12 WIPO Copyright Treaty?19 b. Bagaimanakah
Informasi
Manajemen Hak Pencipta diatur dalam ketentuan Hak Cipta di Amerika Serikat?
c. Bagaimanakah arah pengaturan tentang Informasi
Manajemen Hak Pencipta dalam UUHC Indonesia ke depan?
Penelitian hukum normatif dengan pendekatan
perbandingan hukum tentang konsep rights management information
menurut WCT, Uni Eropa, Amerika, dan Indonesia.
Skripsi ini melakukan
pembahasan terhadap bagaimana penerapan dari Paal 12 WIPO Copyright Treaty (WCT) terhadap Digital Millenium
Copyright Act 1998 di Amerika Serika, serta Undang- Undang Nomor 19 tahun 2002 di Indonesia.
Indriasari Setyaningrum (2014)
Perlindungan Hak Eksklusif Pencipta Terkait Hak Moral dan
a. Bagaimana perlindungan terhadap hak eksklusif pencipta
Penelitian yuridis empiris
Mengidentifikasi perlindungan hak eksklusif pencipta dalam perjanjian
9 Lanjutan Tabel 1.1. Penerapan Prinsip Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta
Nama, Tahun Judul Rumusan Masalah Metode Penelitian Pembahasan
Hak Ekonomi dalam Perjanjian Royalti dengan Penerbit Buku
terkait hak moral dan hak ekonomi dalam perjanjian royalty di UB Press, UM Press, dan Penerbit
Bayumedia.
b. Bagaimana penerapan hak moral dan hak ekonomi dalam perjanjian royalty terkait hak eksklusif pencipta di UB Press, UM Press, dan Penerbit
Bayumedia. 20
royalty di UB Press, UM Press, dan Penerbit Bayumedia, dengan
melakukan juga perbandingan perjanjian terkait royalti. Dan dilakukan juga pengamatan terhadap perlindungan preventif dan represif
Herlambang Novita Hapsari (2010)
Perlindungan Hak Cipta atas Lagu antara Pencipta dengan Produser Rekaman Suara Melalui Perjanjian Lisensi Hak Cipta atas Lagu (Studi kasus: Putusan Mahkamah Agung No.
254K/PDTSUS/
a. Bagaimanakah pengaturan terhadap perbanyakan dan pengumuman atas karya rekaman suara?
b. Bagaimanakah perbedaan antara perjanjian
pengalihan hak cipta dan perjanjian lisensi
Penelitian normatif
Melakukan tinjauan terhadap
hak cipta
berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 dan
perwujudannya dalam konteks sebuah industri.
Kemudian
20Indriasari Setyaningrum, Perlindungan Hak Eksklusif Pencipta Terkait Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Perjanjian Royalti dengan Penerbit Buku, (Studi di UB Press Malang,UM Press Malang,Penerbit Bayumedia Malang), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya, Malang, 2014, h. 4.
10 Lanjutan Tabel 1.1. Penerapan Prinsip Hak Ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta
Nama, Tahun Judul Rumusan Masalah Metode Penelitian Pembahasan
2009 antara Khar Kahler vs. EMI Music).
dalam bidang karya rekaman suara?
Bagaimanakah kedudukan putusan dalam kasus Kohar Kahler vs. EMI ditinjau dari hukum hak cipta?
melakukan analisa terhadap Hak Terkait dari Pelaku dan Produser
Rekaman Suara,
yang juga
dikaitkan dengan kepentingan perusahaan rekaman atas hasil produksi karya rekaman.21
Berdasarkan perbedaan yang terdapat di tabel di atas, maka penelitian Penulis memiliki perbedaan terhadap ketiga penelitian lain. Penelitian penulis memiliki rumusan masalah yang tertuju terhadap asas yang mendasari pengaturan Hak Moral dan Hak Ekonomi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai dasar perbandingan Hak Moral dan Hak Ekonomi.
Sementara itu, penelitian-penelitian sebagaimana yang telah ditulis dalam tabel di atas tdak memiliki fokus pada pengaturan prinsip hak moral dan hak ekonomi yang
21Herlambang Novita Hapsari, Perlindungan Hak Cipta atas Lagu antara Pencipta dengan Produser Rekaman Suara Melalui Perjanjian Lisensi Hak Cipta atas Lagu (Studi kasus: Putusan Mahkamah Agung No. 254K/PDTSUS/2009 antara Khar Kahler vs. EMI Music), Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, 2010, h. 8-9.
11 diimplementasikan dalam Undang-Undang Hak Cipta, antara lain penelitian oleh Moch. Zairul Alam yang memiliki pembahasan mengenai penerapan rights management information berdasarkan WIPO Copyright Treaty terhadap Amerika Serika dan Indonesia, Indriasari Setyaningrum yang memiliki pembahasan mengenai perlindungan hak eksklusif dalam perjanjian royalti, serta Herlambang Novita Hapsari yang memiliki pembahasan mengenai tinjauan terhadap hak cipta dan hak terkait.