• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMULIHAN EKOWISATA MANGROVE DESA LABUHAN, KECAMATAN SEPULU, KABUPATEN BANGKALAN PASCA PANDEMI COVID- 19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEMULIHAN EKOWISATA MANGROVE DESA LABUHAN, KECAMATAN SEPULU, KABUPATEN BANGKALAN PASCA PANDEMI COVID- 19"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

|1 Se m e s t a 2 0 2 1

STRATEGI PEMULIHAN EKOWISATA MANGROVE DESA LABUHAN, KECAMATAN SEPULU, KABUPATEN BANGKALAN PASCA PANDEMI COVID- 19

(Mangrove Restoration Strategy in Labuhan Village, Sepulu District, Bangkalan Regency Post-Covid-19 Pandemic)

Mery Atika, Yan Ariyani, Audrey Radinka Putri*

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang, PO BOX 02 Kecamatan Kamal, Bangkalan, Jawa Timur, Indonesia. 69162

Email Coresponding :audreydibka@gmail.com

ABSTRACT

The spread of covid-19 has made Indonesia experience a slump, especially in the tourism sector. In the new transition period (new normal), the government and also the mangrove ecotourism manager in Labuhan Village have prepared several strategies to restore ecotourism in Labuhan Village. This study aims to find out how the recovery strategy of mangrove ecotourism after the pandemic. This research was conducted in mangrove ecotourism in Labuhan Village, Sepulu District, Bangkalan Regency, East Java. The research method used is qualitative with a case study approach.

Data were obtained from 3 informants who were selected through purposive sampling technique with the criteria for mangrove ecotourism managers in Labuhan Village and workers in Labuhan mangrove ecotourism. Strategies that have been carried out to develop mangrove ecotourism in Labuhan Village after the COVID-19 pandemic include the addition and improvement of existing facilities, existing community involvement, promotion through social media, as well as enacting new mandatory health protocol regulations such as using masks, washing hands before and after activities around ecotourism, as well as keeping a distance from each other and avoiding touching both visitors, managers, and local residents. So, with this strategy, it can increase the number of visitors in ecotourism so that there is a contribution in increasing the deviation in the Indonesian tourism sector, especially Bangkalan Regency. In addition, it also helps the surrounding community to support the economy.

Key Words: Labuhan Village, mangrove ecotourism, pandemic covid-19, recovery strategy.

ABSTRAK

Penyebaran covid-19 telah membuat Indonesia mengalami keterpurukan, khususnya pada sektor pariwisata. Pada masa transisi baru (new normal), pemerintah dan juga pengelola ekowisata mangrove Desa Labuhan telah menyiapkan beberapa strategi untuk memulihkan ekowisata di Desa Labuhan. Penelitian bertujuan mengetahui bagaimana strategi pemulihan ekowisata mangrove pasca pandemi. Penelitian dilakukan di ekowisata mangrove Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari 3 informan yang dipilih melalui teknik purposive sampling dengan kriteria pengelola ekowisata mangrove Desa Labuhan dan Pekerja di ekowisata mangrove Desa Labuhan. Strategi yang telah dilakukan untuk mengembangkan ekowisata mangrove Desa Labuhan pasca pademi covid-19 antara lain penambahan serta pembenahan fasilitas yang ada, keterlibatan masyarakat yang ada, promosi melalui media sosial, serta menerapkan peraturan baru wajib protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah beraktifitas di sekitar ekowisata, serta saling menjaga jarak dan menghindari bersentuhan baik para pengunjung, pihak pengelola, maupun warga sekitar. Sehingga, dengan adanya strategi tersebut dapat meningkatkan jumlah pengunjung di ekowisata sehingga adanya kontribusi dalam menaikkan deviasi pada sektor pariwisata Indonesia khususnya Kabupaten Bangkalan.

Selain itu, juga membuat masyarakat sekitar terbantu terhadap perekonomiannya.

Kata Kunci: Desa Labuhan, ekowisata mangrove, pandemi covid-19, strategi pemulihan.

PENDAHULUAN

Ekowisata pertama kali dikenal oleh sebuah organisasi The Ecotourism Society pada tahun 1999, ekowisata (ecotourism) adalah suatu bentuk pariwisata yang bertanggung jawab memperhatikan konservasi lingkungan, melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (Fandeli & Mukhlison, 2000). Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya (Satria, 2009). Ekowisata merupakan konsep suatu perjalanan pariwisata yang masih alami yang bertujuan dan berkepentingan mengkonservasi dan melestarikan kehidupan serta meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourism yaitu wisatawan yang hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi

(2)

|2 Se m e s t a 2 0 2 1

menjadi new tourism yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di dalamnya ada unsur pendidikan dan konservasi. Untuk mengelola dan mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik alami dan kaya akan keanekaragaman hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup (Rutana, et al., 2011).

Dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan terkait pengembangan pariwisata sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian ekonomi, sebagaimana programnya yaitu kemandirian ekonomi melalui pariwisata. Dalam pengembangan destinasi pariwisata yang menitikberatkan pada pembangunan pariwisata berkelanjutan idealnya memperhatikan beberapa aspek keberlanjutan seperti; berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi dan aspek sosial serta budaya masyarakat lokal setiap pengembangan pariwisata senantiasa menitikbertakan pada pembangunan dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi dengan senantiasa menerapkan Sapta Pesona Wisata pada setiap destinasi pariwisata (Kanom, et al., 2020).

Kabupaten Bangkalan mempunyai banyak potensi wisata alam. Salah satunya yaitu ekowisata mangrove Desa Labuhan yang terletak di Kecamatan Sepulu, Desa Labuhan. Lokasi ini berdiri sejak tahun 2014 namun diresmikan oleh pemerintah pada tahun 2017. Ekowisata ini berfokus pada konservasi terumbu karang juga rehabilitasi mangrove pada kawasan Desa Labuhan. Berkat rehabilitasi mangrove dan konservasi terumbu karang yang dilakukan, hutan mangrove yang dahulunya pada tahun 2014 hanya berkisar 0,6 hektar saat ini setelah 7 tahun bentang luasnya telah mencapai 13 hektar.

Ekowisata mengrove ini memiliki daya tarik serta potensi wisata yang besar sehingga ramai didatangi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keunggulan dari ekowisata ini terdapat pada konservasi terumbu karang dan juga rehabilitasi mangrove, selain itu tersedianya fasilitas lengkap bagi para pengunjung seperti jembatan menuju tengah hutan mangrove, camping ground, toilet, musholla, serta sewa perahu bagi wisatawan yang hendak melihat terumbu karang di sekitar ekowisata mangrove Desa Labuhan.

Namun, akibat dari penyebaran covid-19 telah membuat Indonesia mengalami keterpurukan, khususnya pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata yang selama ini digadang-gadang sebagai sumber kontribusi devisa terbesar kedua bagi Indonesia mengalami penurunan drastis. Segala strategi yang disiapkan oleh pemerintah tidak mampu membendung dampak negatif covid-19. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Februari 2020 mengalami penurunan hingga 30,42% dibandingkan Januari 2020, dan turun 28,85% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (BPS, 2020)

Dampak dari penyebaran covid-19 juga terasa pada ekowisata mangrove Desa Labuhan, terjadinya penutupan sebanyak dua kali selaman pandemi covid-19, yaitu pada tahun 2020 di bulan April hingga Juli dan pada tahun 2021 di bulan Juni hingga Agustus. Hal tersebut, menyebabkan lumpuhnya seluruh aktivitas kepariwisataan di ekowisata Desa Labuhan. Akibatnya sangat terasa bagi masyarakat terutama bagi pelaku atau stakeholder pariwisata serta yang terkait lainnya. Masyarakat setempat banyak yang kehilangan pekerjaannya karena tidak adanya pengunjung yang datang ke ekowisata mangrove Labuhan.

Hal ini menjadi masalah yang serius bagi pengelola maupun masyarakat setempat yang mata pencahariannya berasal dari ekowisata terkait dengan berkelanjutankah atau tidak menjadi destinasi andalan lagi. Untuk memulihkan kondisi ekowisata mangrove Desa Labuhan maka perlunya strategi yang tepat dalam menangani ekowisata Desa Labuhan pasca pandemi covid-19.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, dengan studi kasus sebagai pendekatannya. Penelitian dilakukan di ekowisata mangrove Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2021. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada melonjaknya wisatawan sebelum pandemi dan baru dibukanya kembali ekowisata Desa Labuhan setelah beberapa bulan tutup dikarenakan pandemi.

Sehingga, perlunya beberapa upaya dan strategi untuk memulihkan kondisi wisata tersebut. Data diperoleh dari populasi yang ada yaitu pengelola dan pekerja di ekowisata mangrove Desa Labuhan. Melalui teknik purposive sampling, didapatkan tiga informan sebagai sampel yang telah memenuhi dua kriteria. Pertama adalah mereka sebagai pengelola ekowisata mangrove Desa Labuhan. Dan yang kedua adalah mereka yang menjadi pekerja di ekowisata mangrove Desa Labuhan. Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi secara langsung guna mengetahui situasi terkini di ekowisata mangrove Desa Labuhan dan wawancara secara mendalam dengan pengelola serta pekerja pada ekowisata mangrove Desa Labuhan sebanyak 3 informan yaitu SL, MS, dan NK. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk dapat memperoleh informasi sedetail mungkin terkait tema penelitian yang diangkat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini bersifat induktif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan atas pemerolehan data untuk dikembangkan menjadi hipotesis. Data yang diperoleh, disusun secara sistematis guna mendapatkan informasi sejelas mungkin.

(3)

|3 Se m e s t a 2 0 2 1

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Potensi dan Daya Tarik Ekowisata Mangrove Desa Labuhan

Pembukaan ekosistem mangrove menjadi sebuah wisata berbasis ekologi bukanlah tanpa alasan. Selain bertujuan untuk melestarikan mangrove dan memberdayakan masyrakat sekitar, daerah ini juga memiliki potensi yang bisa dibilang cukup menjanjikan. Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya (Pendit, 2003).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola ekowisata dan observasi lapangan, potensi wisata yang terdapat di Ekowisata Desa Labuhan yaitu pada konservasi terumbu karang dan rehabilitasi mangrove, serta produk khas Desa Labuhan. Konservasi terumbu karang dan rehabilitasi mangrove dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi wisatawan untuk lebih mengenal dan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup. Produk khas Desa Labuhan yang ditawarkan pada ekowisata Desa Labuhan antara lain kopi mangrove, urapan mangrove, serta batik tulis.

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu di suatu tempat yang memiliki keunikan, keindahaan, kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun buatan manusia yang menarik dan mempunyai nilai untuk dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan (Utama, 2016). Daya tarik ekowisata mangrove Desa Labuhan selain pada potensi alam dan produk khas Desa Labuhan juga terdapat pada fasilitas yang tersedia pada sekitar ekowisata yaitu antara lain, jembatan menuju tengah hutan mangrove, camping ground dan sewa perahu. Camping ground disediakan oleh pihak pengelola bagi wisatawan yang akan menginap pada ekowisata mangrove Desa Labuhan dengan hanya membayar sebesar sepuluh ribu rupiah perkepala anda sudah bisa menginap pada camping ground ekowisata mangrove Desa Labuhan. Sewa perahu yang tersedia pada ekowisata mangrove Desa Labuhan memberikan pengalaman wisatawan mengitari laut sekitar ekowisata. Wisawatan dapat menikmati pemandangan serta melihat konservasi terumbu karang yang letaknya tidak jauh dari bibir pantai ekowisata mangrove Desa Labuhan.

2. Kondisi Ekowisata Mangrove Desa Labuhan

Ekowisata mangrove Desa Labuhan berdiri sejak tahun 2017. Ekowisata mangrove ini telah banyak didatangi wisatawan sesuai dan memberikan dampak pada masyarakat sekitar terutama dalam bidang ekonomi. sebagai mana data jumlah pengunjung Ekowisata Mangrove Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Wisatawan Ekowisata Mangrove Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan.

Sumber: Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Labuhan, Kabupaten Bangkalan

Tanggal Bulan Tahun Jumlah

Januari – Desember 2019 14.193

1 s/d 31 Januari

2020

3.443

1 s/d 29 Februari 2.332

1 s/d 8 Maret 450

LOCKDOWN April -

LOCKDOWN Mei -

LOCKDOWN Juni -

LOCKDOWN Juli -

1 s/d 31 Agustus 1.205

1 s/d 30 September 1.200

1 s/d 31 Oktober 1.486

1 d/d 30 November 2.193

1 s/d 31 Desember 1.891

1/s/d 31 Januari

2021

2.419

1 s/d 28 Februari 1.485

1 s/d 31 Maret 1.603

- April (puasa) -

13 s/d 31 Mei 2.086

LOCKDOWN Juni -

LOCKDOWN Juli -

LOCKDOWN Agustus -

(4)

|4 Se m e s t a 2 0 2 1

Sebagaimana data jumlah pengunjung ekowisata mangrove Desa Labuhan dari tahun 2019 hingga 2021 terlihat bahwa telah terjadi penutupan tempat wisata sebanyak 2 kali karena pandemi covid-19.

“..ekowisata ini sempet tutup semenjak pandemi. Kurang lebih perbandingan wisatawan semenjak pandemi turun sampai 80 persen.”

(Wawancara dengan SL selaku pengelola ekowisata mangrove)

Kondisi ini perlu ditindaklanjuti secara serius oleh pengelola atau pihak terkait agar pengembangan ekowisata mangrove terus berkelanjutan dan memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap masyarakat setempat. Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourism yaitu wisatawan yang hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi menjadi new tourism yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di dalamnya ada unsur pendidikan dan konservasi. Sehingga dengan kondisi ini penting bagi pengelola dan pihak terkait untuk melakukan strategi pemasaran yang efektif dalam pengembangannya dengan ramai wisatawan berdatangan.

Pada akhir tahun 2019 terdapat wabah covid-19 yang melumpuhkan berbagai negara termasuk sektor pariwisata di Indonesia. Pandemi tersebut mengakibatkan angka kematian yang meningkat drastis di Indonesia, sehingga pemerintah menerapkan kebijakan lockdown yaitu penutupan akses di berbagai daerah di Indonesia.

Kebijakan new normal adalah kebiasaan baru yang di buat oleh pemerintah, yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan. Pengelola SL juga menyampaikan bahwa penutupan tempat wisata karena pandemi tersebut sangat berdampak bagi warga sekitar karena penurunan pengunjung dan pendapatan pengelola ekowisata maupun warga sekitar yang sangat drastis. Setelah pembukaan ekowisata mangrove kembali, pengunjung yang datang tidak sebanyak seperti sebelum pandemi, sehingga perlu adanya strategi yang harus dilakukan oleh pengelola ekowisata mangrove untuk mengembalikan kondisi ekowisata mangrove Desa Labuhan seperti semula.

3. Strategi Pemulihan Ekowisata Mangrove Desa Labuhan Pasca Pandemi Covid-19

Untuk memulihkan kondisi ekowisata mangrove Desa Labuhan maka pengelola ekowisata mangrove Labuhan menerapkan strategi dalam menangani ekowisata Desa Labuhan pasca pandemi covid-19. Seperti yang dikemukakan oleh NK bahwa ada beberapa strategi yang telah dilakukan untuk mengembangkan ekowisata mangrove Desa Labuhan agar dapat berkembang kembali yaitu dengan menambahkan pos pantau di beberapa tempat, mengembangkan karang laut di pinggir pantai, memfasilitasi pengunjung perahu dan alat keselamatannya untuk berkeliling di area sekitar, menambahkan penanaman pakis laut, membuat camping ground, pemasangan listrik bio cell dan kincir, pemanfaatan sumber daya alam, pengembangan dalam bidang kuliner, menyediakan alat untuk snorkeling, perbaikan jembatan pada ekowisata Desa Labuhan, serta melakukan promosi melalui media sosial.

“...ada pula fasilitas yang telah tersedia yaitu jembatan menuju tengah hutan mangrove, toilet, musholla, serta sewa perahu bagi wisatawan yang hendak melihat terumbu karang di sekitar ekowisata mangrove Desa Labuhan.”

(Wawancara dengan NK selaku pengelola ekowisata mangrove)

Keberhasilan pengembangan sebuah objek wisata tidak lepas dari peran serta masyarakat sekitar. Karena dalam konsep pariwisata berkelanjutan, masyarakatlah yang menjadi aktor utama selain sumber daya alam yang ada. Masyarakat penyangga desa wisata turut serta dalam pengembangan ekowisata mangrove Desa Labuhan. Banyak dari masyarakat yang bekerja menjadi pengelola ekowisata mangrove Desa Labuhan antara lain sebagai penjaga keamanan ekowisata, penjaga tiket masuk, kebersihan, hingga penyewa fasilitas seperti perahu yang ada di ekowisata mangrove Desa Labuhan.

Diantaranya juga ada yang membuka warung minuman dan makanan bagi para wisatawan. Dengan demikian hal ini diharapkan mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar.

Selain itu, saat ini telah memasuki era digital, oleh sebab itu promosi melalui jejaring sosial (Instagram, Whatsapp, dll) akan jauh lebih efektif, karena dengan melakukan promosi melalui jejaring sosial informasi tersebut dinilai akan lebih cepat tersebar luas dan mencakup anak muda maupun orang dewasa sehingga pengunjung ekowisata mangrove Desa Labuhan akan kembali ramai. MS selaku pengelola ekowisata mangrove Desa Labuhan juga menyampaikan bahwa tim pengelola telah mempersiapkan web resmi untuk membagikan informasi terkini untuk memudahkan calon pengunjung baru mendapatkan informasi mengenai ekowisata mangrove tersebut.

Pembenahan serta penambahan fasilitas yang telah dilakukan oleh pengelola ekowisata mangrove Labuhan tersebut dapat menjadi nilai lebih untuk menarik para calon pengunjung baik yang sudah pernah mengunjungi maupun calon pengunjung baru. Selain media sosial untuk promosi, pihak pengelola juga sedang mengembangkan web resmi ekowisata untuk memperbarui informasi terkini terkait ekowisata mangrove Labuhan. MS juga menambahkan, ekowisata mangrove Labuhan mempunyai admin media sosial untuk mempromosikan barang dagangan melalui digital.

“...pada media sosial sendiri bukan hanya sekedar ekowisatanya saja yang dipromosikan, melainkan produk- produk khas Desa Labuhan juga ikut dipromosikan melalui media sosial seperti kopi mangrove, batik tulis, keripik,

serta souvenir ekowisata Desa Labuhan”

(Wawancara dengan MS selaku pengelola ekowisata mangrove).

Ada pula peraturan baru dari pemerintah yang di tetapkan sejak new normal, yakni mematuhi protokol kesehatan.

Patuh protokol kesehatan wajib dilakukan baik oleh pengelola ekowisata mangrove, warga sekitar, maupun para pengunjung. Oleh sebab itu pengelola ekowisata mangrove memberlakukan peraturan wajib menggunakan masker selama di area ekowisata mangrove Labuhan, pengelola menyediakan sarana tempat cuci tangan agar petugas maupun

(5)

|5 Se m e s t a 2 0 2 1

pengunjung dapat mencuci tangannya terlebih dahulu baik sebelum maupun sesudah melakukan aktifitas di area tersebut, serta saling menjaga jarak antar satu sama lain.

4. Dampak Strategi Pemulihan Ekowisata Mangrove Desa Labuhan Pasca Pandemi Covid-19

Strategi yang diterapkan dalam menangani keadaan ekowisata mangrove Desa Labuhan pasca pandemi covid-19 dapat membantu ekowisata untuk kembali bangkit. Perubahan yang terjadi di ekowisata mangrove Desa Labuhan antara lain, jumlah pengunjung yang semakin banyak menjadikan ekowisata mangrove Desa Labuhan berkontribusi dalam menaikkan deviasi pada sektor pariwisata Indonesia khususnya Kabupaten Bangkalan. Adanya strategi yang ada juga membuat masyarakat sekitar terbantu terhadap perekonomiannya dikarenakan kembalinya aktivitas wisata yang ada di ekowisata mangrove Desa Labuhan. Menurut salah satu pengelola, seluruh pedagang serta yang berkerja pada ekowisata mangrove Desa Labuhan berasal dari warga sekitar Desa Labuhan itu sendiri. Hal ini juga sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pariwisata. Tujuan dari kebijakan ini pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang berdaya agar memiliki daya saing dan mandiri.

SIMPULAN

Penurunan pengunjung yang diakibatkan adanya pandemi covid-19, pengelola mempersiapkan beberapa strategi agar ekowisata mangrove Labuhan kembali ramai seperti sedia kala. Strategi yang telah di terapkan antara lain, penambahan serta pembenahan fasilitas yang ada, keterlibatan masyarakat yang ada, promosi melalui media sosial, serta memberlakukannya peraturan baru wajib protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah beraktifitas di sekitar ekowisata, serta saling menjaga jarak dan menghindari bersentuhan baik para pengunjung, pihak pengelola, maupun warga sekitar. Sehingga, dampak yang terjadi dari strategi yang telah diterapkan antara lain, dapat meningkatkan jumlah pengunjung di ekowisata sehingga adanya kontribusi dalam menaikkan deviasi pada sektor pariwisata Indonesia khususnya Kabupaten Bangkalan. Selain itu, adanya strategi yang telah diterapkan juga membuat masyarakat sekitar terbantu terhadap perekonomiannya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pariwisata.

x f s f r

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2020. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Februari 2020 mencapai 885,07 ribu kunjungan. [Online] Available at: https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/04/01/1713/jumlah-kunjungan-wisman-ke-indonesia-februari- 2020-mencapai-885-07-ribu-kunjungan--sementara-tpk-hotel-klasifikasi-bintang-februari-2020-mencapai-49- 22-persen-.html [Accessed 20 November 2021].

Fandeli, C. & Mukhlison, 2000. Pengusaahan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM dan Unit Konservasi Sumberdaya Alam DIY.

Kanom, Darmawan, R. N. & Nurhalimah, 2020. Sosialisasi Penerapan Sapta Pesona dalam Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Lider Desa Sumberarum Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pengabdian Masyarakat. (2):1.

Pendit, N. S., 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rutana, F. F., Nessa, M. N. & Saru, A., 2011. Studi Kesesuaian Ekosistem Mangrove Sebagai Objek Ekowisata di Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Makassar: Sulawesi Selatan.

Satria, D., 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan Dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics. (3): 37-47.

Utama, I. G. B. R., 2016. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Deepublish .

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, pemahaman yang lebih luas atau gambaran baru mengenai Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) di neraga

Defek septum atrium Kebanyakan terjadi secara sporadis (secara kebetulan), tanpa alasan yang jelas bagi perkembangan mereka. Faktor lingkungan bisa menjadi faktor resiko

Pengolahan surat keterangan untuk menikah Pengolahan surat keterangan belum menikah Pengolahan SKCK Pengolahan keterangan pindah WNI Pengolahan surat keterangan

Namun sampai saat ini belum diketahui perihal optimalisasi sintesis fosfolipid tinggi EPA dari minyak hasil samping penepungan ikan lemuru pada fosfolipid kedelai

Fariha Ainun Azkia. Kesesuaian Ekosistem Mangrove dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Dukuh Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Sutrisno

Aplikasi Konsep Sanitasi Lingkungan merupakan alternative dalam penyelesaian permasalahan yang ada karena Sanitasi merupakan suatu usaha kesehatan preventif

Dampak pandemi COVID-19 pada UMKM sangat besar sehingga membutuhkan suatu strategi untuk pemulihan ekonomi bagi para pelaku usaha, salah satunya strateginya adalah meningkatkan

Suratman, guru SD Negeri Alangamba 02 Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap juga mengemukakan, pembelajaran secara daring dilakukan di sekolah dengan menyu- sun perencanaan