• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Organisasi

Aktifitas manajemen pada organisasi ditujukan pada usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan manajemen dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis, membuat atau membangun konseptual kerja, kemudian melakukan identifikasi. Oleh sebab itu manajemen merupakan seluruh proses yang berkaitan dengan keberadaan jenis lembaga, berbagai aktifitas posisi dalam organisasi dan pengalaman pada lingkungan yang terdapat berbagai macam persoalan kehidupan pada organisasi dan lingkungannya.

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis yakni dari kata menagement, yang artinya seni mengatur. Manajemen juga berasal dari bahasa inggris yaitu management yang dalam kamus ocford didefinisikan sebagai membuat keputusan dalam suatu organisasi. Dalam kamus bahasa indonesia, kata manajemen didefinisikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif guna mencapai apa yang telah mencapai sasaran organisasi. Terdapat tiga sudut pandang berbeda mengenai manajemen, yakni pertama: memandang manajemen sebagai bagian inti dari administrasi, kedua: mengartikan manajemen sebagai sesuatu yang lebih luas di bandungkan administrasi dan sudut pandang ketiga:

menilai manajemen identik dengan administrasi.

Untuk dapat memahami definisi dari manajemen maka diperlukan pendekatan yang tepat yakni melalui pendekatan pengalaman dari manajer.

Manajemen dapat diartikan sebagai profesi dengan alasan bahwa manajemen dilakukan dengan keahlian khusus untuk dapat mencapai suatu prestasi manajer

(2)

7 dan dituntut kode etik dalam pelaksanaannya. Manajemen sebagai suatu sistem yang dimana pada setiap komponen yang melekat padanya harus menampilkan sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan. Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan efektif dan efisien yang pelaksanaannya dilakukan melalui pengelolaan fungsi – fungsi dari perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.

Konflik Dalam Organisasi

2.2 Komuikasi Dalam Organisasi 2.2.1 Definisi konflik Dalam Organisasi

Konflik organisasi adalah masalah yang kerap muncul dalam tubuh organisasi yang diakibatkan karena perbedaan-perbedaan tujuan, kepentingan dan nilai-nilai yang masing-masing dari komponen tersebut tidak berjalan seiring antara harapan dan hasil yang diraihnya. Apa lagi orang-orang yang ada di lingkungan kerja itu sebagai individu atau pribadi yang datang dengan berbagai macam latar belakang. Mereka datang dengan motiv yang sangat heterogin, sehingga memungkinkan terjadinya salah persepsi dan salah paham atau orang tidak saling mengerti. Hal inilah yang kemudian menjadi konflik atau pertentangan dalam organisasi.

Konflik sering diartikan berbeda oleh orang yang berbeda pula dan dapat mencakup kerangka intensitas dari perbedaan pendapat “sepele” sampai perang antar negara. Bahkan setiap orang atau kelompok memiliki mitos tersendiri terhadap konflik. Mitos-mitos tersebut memang berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Berikut beberapa variasi mitos konflik sebagai berikut :

(3)

8 1. Ada mitos yang mengatakan bahwa suasana harmonis itu normal kalua ada konflik, maka keadaan itu tidak normal. Ada yang menganggap mitos itu

“salah”. Yang benar, konflik merupakan sesuatu yang alamiah.

2. Ada mitos yang mengatakan bahwa konflik dihasilkan oleh perbedaan kepribadian.

3. Ada mitos yang dengan mudah mengatkan bahwa konflik dan pertentngn itu sama, dan ini pun dianggap “salah”. Yang benar pertentangan hanya berupa perbedaan opini, sedangkan konflik lebih menunjukan ancaman.

4. Ada mitos yang menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa luar biasa yang dapat merusak. Namun, ada mitos lain yang mengemukakan hal sebaliknya.

5. Konflik merupakan suatu proses karena dilihat sebagai sesuatu yang sedang terjadi, bersifat non zero sum game, produktif, dan dapat dikelola.

Konflik memang bersifat alamiah sehingga tidak dapat dielakka. Oleh karena itu, konflik dapat diselesaikan dengan sendirinya.

Berdasarkan mitos-mitos tersebut, kita selalu berhadapan dengan situasi kongkrit perilaku sekelompok orang ketika menghadapi sasaran konflik, yang pada gilirannya memberikan “nama” atas suatu masyarakat berdasarkan konflik tersebut.

(Alo Liliweri, 2005;247) Konflik ini terjadi dalam konteks apa saja dan kapan saja, termasuk dalam organisasi akan ada muncul beberapa bentuk atau tipe konflik.

2.3 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengirim dan penerima berbagai pesanorganisasi didalam kelompok formal maupun informal di suatu organisasi.

bila organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin

(4)

9 kompleks pula proses komunikasinya. Organisasi kecil yang anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang anggotannya seribu orang menjadi komunikasinya sangat kompleks

.

Komunikasi adalah alat (instrument) yang dipakai manusia untuk melangsungkan interaksi sosial, baik secara individu dengan individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok. Komunikasi adalah arus yang telah mengalir sepanjang sejarah manusia. Hampie seluruh kegiatan manusia dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali adalah kegiatab komunikasi, bahkan ada pengamat yang mengatakan bahwa “komunikasi itu mengalir di dalam sistem sosial seperti darah yang mengalir dalam pembulu darah manusia, melayani seluruh organ tubuh. Suatu saat terkonsentrasi di bagian tertentu dan pada saat yang di bagian lain sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga kesemimbangan dan kesehatan badan.

Kita sudah terbiasa hidup dalam lautan komunikasi sehingga sukar membayangkan hidup tanpanya, mungkinkah ada masyarakat tanpa ada komunikasi ? (Abdillah Hanafi, 1964; 11-12)”. Ini artinya, komunikasi sebagai proses komunikasi yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia prmitif maupun manusia modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbaggai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatan vital karena setiap individu mempunyai kemampuan untuk berkomuniksi dengn individu-individu lainnya (dan dengan begitu menetapkan kreadibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat) sehingga meningkatkan kesempatan individu tersebut untuk tetap hidup, sedangkan tidak adanya kemampuan ini pada seorang individu umukmnya dianggap sebagai bentuk patologi kepribadian yang serius (Charles R. Wright, 1985;1).

(5)

10 2.3.1 Beberapa persepsi tentang komunikasi organisasi

1. Redding dan sanborn

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organsasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan informasi daalam organisasi yang komplaks (Arni Muhammad , 2005;650.

2. Stewart . tubbs dan Syilvia Moss

Stewart L tubbs dan Syilvia moss (1996) mengatakan beberapan ciri ciri komunikasi organisasional adalah factor-faktor structural dalam organisasi yang mengharuskan para anggotanya bertindak sesuai dengan peranan yang diharapkan (Stewart L. Tubbs-Syilvia Moss,1996;166).

3. Wayne Pace dan Don F. Faueles

Wayne Pace dan Don F. Faueles (1998) mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua yakni ; definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebgai petunjuk dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam satu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas oragnisasional (organization boundary). Dengan kata lain definisi interpretative komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi (Wayne Pace dan Don F. Faueles, 1998;31-33)

(6)

11 4. Josep A. Devito

Josep A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan peniriman dan penermaan berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam kelompok formal mauapun informal organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organiasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan dalam organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri tetapi lebih pada anggotanya secara individual (joseph A. Devito,1997;340)

5. Dedy Mulyana

Dedy Mulyna (2001) menawarkan lingkungan kajian komunikasi organisasi sebagai berikut; komunikasi organisasi (Organization comumunication) terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga komunikasi diadik. Komunikasi antar-pribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal.

Sedangkan komuniksi informl tidak bergbtung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, dan juga gossip (Dody Mulyana, 2001;75).

2.3.2 Pengertian konflik

Secara etimologis, konflik dari asal kata “cinfligere conflictum” artinya pertentangan, pertikaian, bertolak belakang, dan benturan. Jadi, konflik dapat diartikan sebagai suatu perselisihan atau perbedaan paham antara seseorang pada

(7)

12 orang lain atau seorang pada kelompok dan sebaliknya sehingga melahirkan ketidak harmonisan dalam komunikasi organisasi. Untuk memberikan gambaran lebih mendalam tentang pemahaman konflik. Beberapa pengertian konflik sebagai berikut ;

1. Robbin, mengatakan bahwa konflik adalah suatu proses dimana usaha yang dilakukan oleh A untuk mengimbangi usaha-usaha B dengan cara merintangi yang menyebabkan B frustasi dalam mencapai tujuan atau meningkatkan keinginan.

2. James A.F Stones dan Charles Wankel, mendefinisikan konflik organisatoris aalah suatu ketidaksesuaian paham antara dua orang anggota organisasi atauu lebih, yang timbul karena fakta bahwa merek harus berbagi dalam mendapatkan sumber daya yang langkah, atau aktivitas- aktivitas pekeraan, dan atau karena fakta bahwa mereka meiliki status- status, tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau persepsi-persepsi.

3. Miftah Thoha, menulis pemahaman konflik sebagai suatu pertikaian, pertentangan antara beberapa orang atau kelompok orang-orang, tidak adanya kerja sama, perjuangan satu pihak untuk melawan pihak nlainnya, atau suatu proses yang berlawanan (opposition process) ( Miftah Thoha, 1993;107) Dari beberapa definisi tersebut kita dapat melihat bahwa dalam setiap konflik terdapat berbagai unsur, yaitu :

1. Ada dua pihak atau lebih yang terlibat, jadi ada interaksi antara mereka yang terlibat.

2. Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik. Tujuan itulab yang menjadi sumber konflik.

(8)

13 3. Ada perbedaan pikiran, perasaan, tindakan diantara pihak yang terlibat

untuk mendapatkan atau mencapai tujuan atau sasaran.

4. Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan. Ini meliputi situasi antarpribadi, antarkelompok, dan antar oragnisasi (Alo Liliwer, 2005;249-251).

2.4 Mekanisme Organisasi

Organisasi merupakan suatu alat untuk menampung suatu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga perlu untuk berorganisasi agar dapat menunjang kehidupannya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia pada dasarnya sudah berorganisasi sejak kecil, karena keluarga merupakan oraganisasi terkecil yang ditemui sejak kecil.

Dalam suatu oragnisasi tentunya diperlukan prinsip dan mekanisme kerja atau prosedur dalam suatu oragnisasi agar organisasi dapat berjalan seseuai rel yang telah di tetapkan. Prinsip dalam organisasi merupakan suatu landasan yang dipegang oleh suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan mekanisme kerja organisasi merupakan suatu tatanan atau prosedur yang dimiliki suatu lembaga kemahasiswaan dalam mengerjakan tugasnya agar tujuan yang diinginkan tercapai. Mekanisme kerja suatu organisasi itu merupakan suatu mekanisme yang sistematis agar dalam menjalankan fungsinya terarah dalam mencapai tujuannya. Mekanisme kerja juga dapat diartikan sebagai serangkaian metodologi atau perangkat dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh lembaga kemahasiswaan itu sendiri. Dalam beroraganisasi pilihlah organisasi yang benar-benar di butuhkan terutama organisasi yang dapat mengembangkan potensi yang kita miliki. Sebagai mahasiswa lebih baik memilih

(9)

14 organisasi yang berasaskan manfaat dan dapat menunjang bidang keilmuan yang ditekuni sekarang ini. Organisasi merupakan hal yang diperlukan bagi mahasiswa karena ada pelajaran yang belum tentu didapatkan dalam bangku perkuliahan . Dalam berorganisasi, kita sebaiknya melalui semua proses yang ada, proses tersebut ada bukan tanpa manfaat. Artinya mengikuti organisasi itu sangat bermanfaat untuk pengembangan potensi yang kita miliki.

Menurut George R. Terry mekanisme digolongkan ke dalam beberapa bagian yaitu :

1. Planning

Planning atau perencanaan merupakan suatu proses awal atau suatu kegiatan dalam menciptakan ide sebelum melakukan kegiatan kerja dalam organisasi.

Dalam berorganisasi hal yang paling awal untuk ditentukan yaitu perencanaannya terlebih dahulu. Disini kita harus benar-benar menentukan atau memikirkan rencana atau ide yang dimiliki secara matang agar nantinya organisasi dapat berjalan dengan baik sesuai rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.

2. Organizing

Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan yatu dengan cara menkoordinasikan aspek-aspek yang ada.

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam suatu organisasi biasnya di bentuk bagan organisasi. Yang kemudian terpecah-pecah menjadi berbagai jabatan, seperti ketua himpunan, dewan pengawas organisasi, bendahara, sekretaris, dan pengurus lainnya. Pada setiap jabatan memiliki tugas, tanggung jawab, maupun wewenang. Semakin tinggi suatu jabatan

(10)

15 biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya. Dengan pembagian tugas tersebut maka organisasi dapat berjalan dengan terarah.

Disinilah mekanisme kerja di jalankan yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahlian masing-masing anggotanya.

3. Actuating

Actuating atau proses pelaksanaan merupakan suatu bentuk pelaksanaan dari perencanaan dan pengoragnisasian . Perencanaan dan pengorganisasian yang baik tidak akan berjalan baik tanpa adanya suatu pelaksanaan kerja.

Untuk itu dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, dan kerjasama antara sesama anggota maupun pengurus suatu organisasi. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mncapai visi, misi, dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun sebelumnya. Setiap sumber daya manusia yang ada di dalamnya harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran, serta kompetensi anggotanya sehingga dapat mencapai visi, misi, dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

4. Controlling atau pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi jalannya suatu program kerja organisasi itu sendiri. Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka di butuhkan pengontrolan pada suatu organisasi. Pengawasan sendiri bertujuan untuk mengawasi jalannya program kerja suatu organisasi agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan pada kegiatan organisasi . Pengawasan diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai rencana yang telah ditetapkan.

(11)

16 2.5 Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik.

Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. Menurut ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hasl positif, kreatif, bermufakat atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerja sama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan.

1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.

(12)

17 2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan

melalui persetujuan damai.

3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

4. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.

5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.

2.6 Peranan Konflik Dalam Organisasi

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan

manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi

untukmencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri.

Interaksi dankerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadahyang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dankelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan.Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi,dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadahyang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaianaktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama.

(13)

18 Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwaselain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya,memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktifitasyang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “The Organisation Man”.Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperansebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagaianggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akanmelakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

2.7 Tipe Konflik

Seperti yang dikatakan Loomis, “konflik memang terjadi dalam setiap proses dari peristiwa hubungan antarmanusia”, dan hubungan antara manusia itu dapat terjadi di mana dan kapan saja, mulai dari level antarpribadi, antar kelompok, antar komunitas, sampai antar bangsa.

Jika dilihat dari bentuk atau tipenya, konflik bisa dipahami dari beberapa sisi (sudut pandang) sebagai berikut :

(14)

19 2.7.1 Konflik sederhana

Disebut sederhana karena tipe ini masih pada taraf emosi dan muncul perasaan perbedaan yang dimiliki oleh individu. Pada bentuk atau tipe ini konflik dapat diklasifikasikan menjadi empat yakni ;

1. Konflik personal versus diri sendiri adalah konflik yang terjadi karena apa yang dipikirkan atau yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Konflik personal versus personal adalah konflik personal yang bersumber dari perbedaan karakter masing-masing personal.

3. Konflik personal versus masyarakat adalah terjadi antara individu dengan masyarakat yang bersumber dari perbedaan keyakinan masyarakat dan perbedaan hukum.

4. Konflik personal versus alam adalah konflik yang terjadi antara keberadaan personal dan tekanan alam.

2.7.2 Konflik dalam organisasi

Ada satu pendapat yang mengatakan bahwa paling tidak ada tiga bentuk atau tipe konflik dalam organisasi yakni;

1. Konflik tugas

Konflik tugas terjadi lazimnya karena anggota oragnisasi menghadai ketidaksesuaian peran yang dia jalankan dengan status yang diikuti dengn kemampuan, pengetahuan, pendidikan, keterampiln dan lain-lin.

2. Konflik antarpersonal

Konflik antarpersonal terjadi manakala hubungan antarperosnal dalam organisasi terganggu. Gangguan ini terjadi karena ketidaksepakatan

(15)

20 antarpersonal terhadap kebutuhan atau keinginan personal seharusnya dapat dipenuhi oleh organisasi.

3. Konflik procedural

Konflik procedural terjadi karena anggota keompok tidak sepakat tentang prosedur yang mengatur tentang bagaimana kelompok mencapai tujuan organisasi (Alo Liliweri, 2005;263-266)

Konflik antar organisasi terjadi akibat terjadinya perselisihan antara lembaga organisasi. Umumnya konflik lahir karena salah seorang manajer sutau lembaga organisasi menganggap bahwa manajer organisasi kurang fair dalam menjalankan etika bisnis yang dikendalikannya sehingga mengancam eksistensi keberadaan stakeholder dari organisasi yang dia kelola (Muhammad Bukhori, dkk, 2005;302-303).

Dalam kehidupan organisasi, lebih spesifikasi konflik dapat dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan menjadi lima jenis yaitu :

1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi jika seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian.

3. Konflik antara individu dengan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.

(16)

21 5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan dalam ekonomi dalam sistem perekonomian dalam suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk, teknologi dan jasa, harga-hara yang lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

(Sukanto Reksohadiprodjo, T. Hani Handoko, 1992;233).

2.7.3 Konflik berdasarkan sifat

Tipologi konflik dapat dilihat dari sifat dinamika-dinamika konflik. Dari segi dinamika konflik, konflik berproses dari :

1. Adanya keyakinan setiap konflik mempunyao struktur tertentu, dan dtruktur itu umumnya bersifat laten yang umumnya mempunyai karakteristik.

2. Konflik laten berubah menjadi konflik manifes atau yang nyata.

3. Kadang-kadang sifat konflik itu tidak laten juga tidak manifes, melainkan dating sebagai peristiwa yang luar biasa karena tidak ada catatan modus operandi sebelumnya. (Alo Liliweri, 2005;266).

Lebih jauh pondy menyodorkan model episode konflik (conlict episode) yang menunjukan serangkaian tahan konflik sebagai berikut ;

1. Laten conflict, yaitu tahap munculnya factor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik dalam organisasi.

2. Perceived conflict, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang bahwa pihak lain seperti akan menghambat atau mengancam pencapaian tujuannya.

3. Felt conflict yaitu, tahap dimana konflik tidak hanya sekedar dipandang atau dianggap ada, tetapi bbenar-benar dirasakn dan dikenali keberadaannya.

(17)

22 4. Manifest conflict, yaitu tahap dimana perilaku tertentu sudah mulai ditunjukan sebagai pertanda adanya konflik, seperti sabotase, rendahnya konerja dan sebagainya.

5. Conflict resolutions adalah tahap dimana konflik yang ada diselesaikan atau ditekan dengan berbagai macam cara dan pendekatan, mulai dari menghindari terjadinya sampai pada menghadapi konflik itu dalam mencari jalan keluar.

6. Conflict aftermath tahap ini mewakili kondisi yang dihasilkan oleh proses sebelumnya (penyelesaian konflik).

2.7.4 Konflik berdasarkan peristiwa

Selain dapat dilihat dari sifatnya, konflik juga bisa dibedakan berdasarkan jenis peristiwa dan prses. Sebagai jenis peristiwa dikenal beberapa tipe konflik, sebagai berikut;

1. Konflik biasa – adalah konflik yang terjadi hanya kesalah pahaman.

2. Konflik luar biasa – adalah konflik yang tidak berstruktur.

3. Konflik zero-sum – bentuk konflik yang bentuk hasilnya adalah sati pihak menang dan pihak lain kalah.

4. Konflik merusak – adalah konflik yang dari prosesnya sampai hasilnya merusak relasi.

5. Konflik yang dapat dipecahkan – adalah konflik substansi karena dapat dipecahkan dengan keputusan bersama.

(18)

23 2.7.5 Konflik bedasarkan faktor pendorong

Ada beberapa katagori faktor pendorong yang memungkinkan kita menemukan tipe konfik berdasarkan ; (a) konflik internal (b) konflik eksternal (c) konflik realistic (d) konflik tidak realistic ;

1. Konflik internal, konflik internal muncul karena disposisi, respons, reaksi psikologi yang muncul dari dalam diri seseorang.

2. Konflik eksternal, knflik eksternal timbul karena dua pihak memiliki perasaan yang kurang senang satu sama lain.

3. Konflik realistik, merupakan tipe konflik yang nyata, berstruktur.

4. Konflik tidak realistic, konflik tidak realistik terjadi kerna konflik ini bersumber dari alasan yang tidak jelas.

2.7.6 Faktor penyebab konflik dalam organisasi

Ada banyak faktor yang menyebabkan ,unculnya konflik falam organisasi, diantaranya sebagai berikut ;

1. Konfllik nilai.

2. Kurangnya komunikasi.

3. Kepemimpinan yang kueang efektif.

4. Ketidakcocokan pesan.

5. Produktivitas rendah.

6. Perubahan keseimbangan.

7. Konflik yang belum dipecahkan.

8. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja.

9. Perbedan-perbedaan dalam berbagai tujuan.

10. Ketegangan dan saingan pribadi serta pertentangan sosial.

(19)

24 2.8 Strategi manajemen konflik

Berbicara tentang konflik dalam organisasi, ada dua pandangan yang mengatakan bahwa disitu sisi konflik bisa memiliki efek fungsional dan disisi lain konflik juga bisa memiliki efek disgungsional. Konflik yang fungisonal yaitu konflik yang berdampak positif dan menguntungkan bagi efektivitas organisasi.

Jika pemimpin organisasi mengelola konflik secara tepat, maka tidak mustahil kelak akan didapatkan satu metode yang teruji secara nyata paling baik di antara keduanya. Dalam kondisi seperti ini konflik bisa berakibat fungsional yaitu ;

1. Meningkatnya keterlibatan orang lain.

2. Menggerakan pertumbuhan.

3. Definisi relasi yang makin jelas.

4. Mengurangi stress, kecemasan, frustasi, dan rasa marah.

5. Meningkatkan kohesi dalam kelompok.

Konflik yang disfungsional adalah konflik yang berdampak destruktif dan merusak efektivitas organisasi. Dalam kondisi seperti ini konflik justru bisa berakibat disfungsional, yaitu ;

1. Orang tidak minat untuk berkerja.

2. Terjadi ancaman atas relasi yang menghancurkan kepercayaan dan keadilan.

3. Menyinggung pribadi, perasaan, dan rasa sakit.

4. Orang dipaksa konformis, orang dipaksa ikut keputusan

Oleh sebab itu konflik seperti ini tidak bermanfaat dan harus dihindarkan.

(Umar Nimron, 1999;72-73) jadi, disinilah sangat dibutuhkan kemampuan manajemen konflik para manajer atau pemimpin organisasi supaya memberika efek yang positif bagi organisasi.

(20)

25 Menurut Abdullah Masmuh (2010;308) Secara umum ada beberapa hal yang tercakup dalam konsep manajemen konflik diantaranya;

1. Pengakuan kita bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik.

2. Analisis situasi yang menyertai konflik.

3. Analisis perilaku semua pihak yang terlibat,.

4. Tentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian.

5. Negosiasi.

6. Rumuskan beberapa anjuran, tekanan, dan konfirmasi bagi kelestarian relasi selanjutnya.

7. Hiduplah dengan konflik.

Dalam kaitan dengan strategi manajemen konflik ini ada hal-hal yang perlu dipahami terlebih dahalu untuk memilih motede penyelesaian konflik yaitu, tahap penyelesaian konflik dan asumsi penyelesaian konflik. Beberapa tahap penyelesaian konflik meliputi (1) pengumpulan data, data awal yang haruss dikenal adalah menjawab pertanyaan 5 W 1 H. (a) Who – siapa yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam konflik, (b) Which – jenis konflik apa yang melibatkan mereka, (c) Why – apa sebab dua pihak atau lebih terlibat dalam konflik, (d) When – kapan konflik itu terjadi, (e) Where - dimana konflik itu terjadi, (f) How – bagaimana proses awal sampai akhir konflik itu terjadi.

Selanjutnya, secara umum semua upaya untuk mengakhiri konflik melalui strategi manajemen konflik selalu berakhir dengan tiga asumsi berikut, (1) kalah- kalah setiap orang yang terlibat dalam konflik akan kehilangan tuntutanya jika konflik terus berlanjut. (2) kalah – menang, salah satu pihak pasti kalah karena akan kehilangan tuntutannya (3) menang – menang, dua pihak menang, jika dua

(21)

26 pihak kehilangan sedikit dari tuntutannya, namun hasil akhir memutuskn dua pihak. Jika dua pihak menerima keputusan dengan lapang dada maka akan mencegah timbulnya konflik yang bersumber dari masalah yang sama. (Alo Liliweri, 2005;294-295).

Menurut Abdullah Masmuh (2010;309) ada macam-macam strategi manajemen menerut beberapa pakar ada 5 macam yaitu sebagai berikut;

1. Komepetisi sering juga disebut dengan strategi “kalah – menang”.

2. Kolaborasi sering juga disebut strategi “menang – menang”.

3. Penghindaran atau penolakan yaitu strategi menjauhi konflik dengan mengalihkan persoalan sehingga konfliknya sendiri tidak akan terjadi atau muncul.

4. Akomodasi adalah strategi yang menempatkan kepentingan lawan di atas kepetingan diri sendiri.

5. Komrpomi sering disebut dengan strategi “kalah – kalah”.

2.9 Fokus penelitian

Dalam penelitian ini yang akan peneliti maksud adalah strategi manajemen konflik dalam organisasi mahasiswa universitas muhammadiyah malang adalah bagaimana strategi manajemen konflik yang diterapkan oleh ketua koperasi mahasiswa sudah berjalan dengan maksimal apa belum.

Dalam strategi manajemen konflik dalam organisasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, bagaimana cara pimpinan melakukan komunikasi kepada pengurus, kemudian setelah itu kesadaran / minat pengurus koperasi mahasiswa terhadap tanggung jawab yang telah diberikan oleh pimpinan.

Referensi

Dokumen terkait

• Hapus : digunakan untuk menghapus data ijin tidak bisa hadir sesuai dengan data karyawan yang ditunjuk atau disorot. • Akses : digunakan untuk memberikan hak akses di transaksi

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menghindari garukan untuk mencegah infeksi sekunder, menghindari hal-hal yang ada kaitannya dengan prurigo, yakni

Universitas Widyatama berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagaimana diamanahkan

Hal ini sangat didukung dengan postur mahasiswa yang sesuai yakni dari hasil penelitian di peroleh kom-posisi badan dan tinggi badan sangat proporsional, serta mahasiswa

Hal yang harus dilakukan dalam kegiatan penilaian proses pada pembelajaran seni adalah guru dapat menentukan kondisi siswa yang memiliki prestasi menurut

• Barang akan diletakkan pada gudang sesuai dengan sarana yang dimiliki (rak dan pallet atau pallet saja, bahkan ekstrimnya barang bisa diletakkan begitu saja di lantai),

Karena dengan tak pernah absenya Mischief Denim dalam event tahunan tersebut di tambah dengan merupakan salah satu produk jeans lokal yang memiliki followers Instagram terbanyak

Bahkan pada ceruk pasar tertentu, konsumen mencari komoditas yang berasal dari masyarakat sekitar hutan agar dapat membantu masyarakat tetap berdaya melanjutkan kehidupannya