• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19: PERSPEKTIF ORANG TUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19: PERSPEKTIF ORANG TUA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19:

PERSPEKTIF ORANG TUA

Nunung Nurhayati1, Iyan Hayani2

1STKIP Setia Budhi Rangkasbitung, 2Pengawas madrasah Kemenag Kab. Lebak

1uminoureen01@gmail.com

Abstract

The Covid-19 outbreak has impacted on the learning modes used in Indonesia. Many previous research has reported about online learning models, teachers’ and students’ perceptions of online learning, but few have examined perceptions of parents. However, the role of parents is one of the factors that contribute to the success of the learning process. To fill this void, this article discusses the views of parents regarding online learning during the Covid-19 period. Qualitative approach with semi-structured interviews was utilized as a research methodology. Three parents were interviewed related to their opinions about online learning. The results showed that parents of students had a negative perception on online learning. It was due to teachers’ unreadiness in online teaching-learning, the lack of parents’

knowledge on online learning and how to assist their children during online learning, and the economic level of students. Therefore, this study implied that the schools should conduct regular teacher professional development. This study also suggested that the schoolshould train the parents about online learning and monitor the online teaching-learning process regularly.

Keywords: Indonesia, Parents, Online Learning, Perception

Abstrak

Adanya wabah Covid-19 berdampak terhadap moda pembelajaran yang dipakai di Indonesia. Penelitian sebelumnya banyak melaporkan mengenai model-model pembelajaran daring, persepsi guru dan siswa mengenai pembelajaran daring, namun sedikit yang meneliti mengenai persepsi orang tua. Padahal, peran orangtua siswa merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu, artikel ini membahas mengenai bagaimana pandangan orang tua siswa mengenai pembelajaran daring pada masa Covid-19. Pendekatan kualitatif dengan wawancara semi terstruktur diadopsi sebagai metodologi penelitian. Tiga orang guru diwawancara mengenai pandangan mereka tentang pembelajaran daring. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua siswa memiliki persepsi yang tidak positif dikarenakan minimnya ketidaksiapan guru dalam mengajar dengan moda daring, kompetensi orang tua dalam mendampingi anak, dan kemampuan ekonomi orang tua siswa.

Dengan demikian, Sekolah perlu mengadakan program pengembangan guru secara regular mengenai pembelajaran daring. Selain itu, sekolah harus membekali para orang tua siswa menenai pembelajaran daring dan memonitor proses pembelajarannya secara regular.

Kata Kunci: Indonesia, Orang tua, Pembelajaran daring, Persepsi

PENDAHULUAN

Perubahan pengajaran tatap muka menjadi pembelajaran secara daring (Fletcher dkk, 2020; Morgan, 2020) yang merupakan dampak dari adanya wabah covid-19 pada awal tahun 2020 telah diimplementasikan di banyak negara, seperti Amerika Serikat, Australia, China dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memutis penyebaran virus corona. Begitupun di Indonesia, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai penutupan sekolah, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka dan pembelajaran dilakukan secara daring. Banyak pihak seperti, guru, siswa, dan orang tua tidak siap dengan adanya perubahan karena memang kita tidak pernah disiapkan untuk menghadapai epidemic global baik dari segi medis, mental, dan ekonomi (Chick and Benson, 2020). Berkaitan dengan kebijakan pembelajaran dari rumah yang

(2)

mendampingi anaknya ketika belajar sangat dibutuhkan. Keterlibatan orang tua bisa menjadi beban bagi para orang tua. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya pro dan kontra orang tua terhadapa pengumplementasian pembelajaran online.

Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh Kong (2018) melaporkan bahwa orang tua memiliki pandangan yang postif mengenai pembelajaran online. Akan tetapi informasi yang di dapat dari JawaPos (2020) dan Kumparan (2020) melaporkan bahwa orang tua siswa di Indonesia merasa keberatan dengan diimplementasikannya pembelajaran online pada masa Covid-19. Maka dari itu artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana persepsi para orang tua siswa terhadap pembelajaran daring.

Pembelajaran daring pada masa pandemi

Pada masa pandemi, pemerintah Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Adapun pelaksanaan BDR dapat dilakukan dengan dua yaitu pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan penggunan media online seperti Zoom meeting, Google classroom, dan lain-lain.

Penggunaaan media online dalam pembelajaran bisa bersifat synchronous atau asynchronous learning. Di dalam synchronous learning, siswa dan guru, siswa dan guru bisa berinteraksi, bertanya jawab secara langsung (live) selama pembelajaran berlangsung bisa melalui instant message atau video call, dan lain-lain. Sedangkan asynchronous learning adalah pembelajaran yang dilakukan ketika guru atau siswa sedang offline. Interaksi dan komunikasi terjadi di blog, discussion board dan lain sebagainya. Adapun untuk metode pembelajaran secara luring dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai layanan yang disediakan oleh Kemendikbud antara lain program belajar dari rumah melalui TVRI, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak serta alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar.

Peran orang tua dalam pembelajaran daring

Di dalam situasi pandemi dimana pembelajaran dilakukan dari rumah, maka peranan orang tua sangat diperlukan dalam mendukung, mengontrol, dan memonitor pembelajaran daring tersebut (Lubis and Lubis, 2020). Eysenck (2014) menegaskan bahwa orang tua harus mendukung dan mengontrol anaknya ketika menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Disamping itu, Cahyati (2020) mengemukakan bahwa terdapat empat peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah yang dilakukan secara daring, yaitu sebagai guru, fasilitator, motivator, dan director. Orang tua harus bisa mengajarkan, menjelaskan, dan memberikan contoh mengenai materi yang dipelajari ketika pembelajaran daring. Para rang tua juga harus bisa membimbing di dalm proses pembelajaran daring. Selain itu, orang tua harus memberikan semangat dan mengarahkan anaknya sehingga minat, bakat, dan potensi anaknya bisa dikembangkan secara optimal. Wong (2020) menekankan bahwa meningkatkan gairah belajar dapat dijadikan katalisator untuk menfasilitasi pembelajaran daring yang efektif.

(3)

METODE

Pendekatan kualitatif dengan wawancara semi terstruktur digunakan dalam penelitian ini. Wawancara dilaksanakan secara langsung (tatap muka), sesuai kesepakatan dengan partisipan. Bahasa Indonesia dan Sunda digunakan dalam wawancara agar mendapatkan informasi yang mendalam mengenai persepsi orang tua siswa SD mengenai pembelajaran daring selama pandemi Covid-19. Partisipan diambil secara bertujuan, yaitu orang tua siswa SD. Ada tiga orang tua siswa yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Dalam penelitian ini, partisipan diminta untuk mengisi formulir kesediaan terlibat dalam penelitian (Ferdiansyah, Supiastutik & Angin, 2020). Untuk menjaga etika penelitian, nama partisipan ditulis dengan P #1, P #2, dan seterusnya. Data partisipan dapat dilihat di tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik demografi partisipan

Partisipan Jenis kelamin Usia

P #1 Laki-laki 46

P #2 Perempuan 36

P #3 Perempuan 37

Dalam menganalisis data, analisis konten tematik digunakan (Fullana, Pallisera, Colomer, Pena

& Perez-Buriel, 2014). Pendekatan konten tematik ini diadopsi untuk memahami “apa yang diceritakan” dan untuk mengidentifikasi permasalahan dan pengalaman berdasarkan tema yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data, saya menadopsi dari Widodo (2014) sebagai berikut:

1. Mentranskripsikan rekaman wawancara 2. Membaca transkrip wawancara berulang-ulang

3. Memilih atau menggarisbawahi kata, frase, dan atau pernyataan untuk mendapatkan tema dan menjawab pertanyaan penelitian.

4. Menginterpretasikan data wawancara.

Supaya memiliki data yang kredibel dan terpercaya, partisipan diminta mengecek data wawancara (member checking).

Contoh prosedur dalam menganalisis data

Data wawancara Pengkodean data Tema

P #2 Kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan menurut saya belum dikatakan sebagai sebuah proses pembelajaran

karena (kegiatan

pembelajaran) guru hanya menyuruh anak saya untuk membaca buku yang sudah dibagikan, menyalin materi dari buku dan menjawab pertanyaan. Semua instruksi

Kompetensi guru dalam mengajar

(4)

pembelajaran disampaikan melalui pesan whatsapp.

Tidak ada penjelasan dan tidak ada interaksi ketika pembelajaran

(ketidaksiapan guru dalam pembelajaran daring)

P #1 Jujur, saya kurang puas

dengan adanya

pembelajaran daring ini soalnya anak saya suka ketinggalan pelajaran dan tidak mengumpulkan tugas soalnya anak saya tidak punya HP, jadi HP nya barengan sama suami saya.

Padahal suami saya kerja dari pagi sampai sore. Jadi dapet info tugas pas suami sudah datang kerja.

Akhirnya anak saya lambat ngumpulin tugasnya (tingkat ekonomi).

Faktor sosio ekonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil interview menunjukan bahwa para orang tu memiliki persepsi yang negative terhada pembelajaran daring yang diimplementasikan di sekolah anaknya belajar. Ada dua alasan kenapa mereka memiliki persepsi yang negatif yaitu kesiapan sekolah/guru dan factor sosio-ekonomi.

Kesiapan guru

Dua dari tiga orang partisipan mengatakan bahwa pihak sekolah/ guru belum siap untuk mengimplementasikan pembelajaran daring. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menurut saya belum dikatakan sebagai sebuah proses pembelajaran karena guru hanya menyuruh anak saya untuk membaca buku yang sudah dibagikan, menyalin materi dari buku dan menjawab pertanyaan. Semua instruksi pembelajaran disampaikan melalui pesan whatsapp. Tidak ada penjelasan dan tidak ada interaksi ketika pembelajaran (P #2, 2 Februari, 2020).

Menurut saya, kompetensi guru dalam mengajar secara online belum bagus.

Contohnya ketika pembeajaran, guru hanya nyuruh anak mengerjakan tugas di

(5)

halaman sekian, lalu dikirimkan. Ini kadang membuat anak saya stress dan jenuh karena tugasnya banyak (P #3, 3 Februari, 2020).

Kegiatan yang seperti itu menunjukkan bahwa guru belum siap untuk melakukan pembelajaran secara daring karena mengajar itu proses mengarahkan dan membimbing siswa bukan hanya mengetes anak tentang materi yang ada di buku.

Juga, pembelajaran itu mengandung interaksi atau komunikasi antara siswa dan guru dan siswa dengan siswa. Selain itu, kegiatan yang sudah dilakukan oleh guru tersebut belum dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran karena menurut Wong (2020) mengemukakan bahwa (2020) bahwa proses pembelajaran harus memenuhi kebutuhan dasar siswa dalam pembelajaran. Adapun empat kebutuhan itu adalah (1) keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran, (2) kemandirian, (3) keinginan siswa untuk bekerjasama dan berkolaborasi dengan temannya, dan (4) kompetensi.

Faktor soio-ekonomi

Alasan kedua adalah tentang kemampuan orang tua secara ekonomi. Bagi orang tua siswa yang ekonominya di bawah, membeli kuota yang diperuntukkan bagi anaknya untuk belajar daring merupakan beban tersendiri karena banyak para orang tua siswa yang di PHK dikarenakan dampak Covid-19. Selain itu, kebanyakan siswa SD tidak memiliki HP. Mereka hanya menggunakan HP orang tuanya. Hal ini sesuai dengan Morgan (2020) yang melaporkan bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah mengalami ketertinggalan pembelajaran daring.

Jujur, saya kurang puas dengan adanya pembelajaran daring ini soalnya anak saya suka ketinggalan pelajaran dan tidak mengumpulkan tugas soalnya anak saya tidak punya HP, jadi HP nya barengan sama suami saya. Padahal suami saya kerja dari pagi sampai sore. Jadi dapet info tugas pas suami sudah datang kerja. Akhirnya anak saya lambat ngumpulin tugasnya (P #1, 4 Februari, 2020).

Berkaitan dengan faktor sosio-ekonomi ini, salah satu partisipan mengemukakan bahwa dia kadang-kadang tidak bisa menjawab pertanyaan anaknya mengenai materi atau tugas yang di share oleh guru. Selain itu, siswa biasanya tidak mengikuti arahan orang tuanya karena siswa persepsi tersendiri tentang orang tuanya. Mereka lebih menurut terhadap gurunya dibandingkan dengan orang tuanya. Jadi, kompetensi orang tua siswa dalam membimbing siswa ketika pembelajaran daring mempengaruhi kesuksesan proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa orang tua siswa memiliki pandangan yang negatif mengenai pembelajaran daring di era covid. Hal tersebut diakibatkan oleh ketidaksiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring dan kemampuan ekonomi yang rendah serta kompetensi orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah dengan moda daring. Berdasarkan temuan tersebut, hasil penelitian ini menganjurkan sekolah harus mengadakan program pengembangan profesi guru yang kontinyu mengenai pembelajaran daring seperti metode-metode pembelajaran pada

(6)

pelatihan dan pendampingan bagi orang tua siswa mengenai pembelajaran daring harus dilaksanakan. Selain itu, harus ada monitoring yang kontinyu dari pihak sekolah mengenai kegiatan pembelajaran daring tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, Nika. 2020. Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran di Rumah Saat Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi, 04(1).

Chick, A., and Benson, P. 2020. Commentary: Digital language and learning in the time of coronavirus. Linguistics and Education. doi: 10.1016/j.linged.2020.100873.

Eysenck, M. W. 2014. Depth, elaboration, and distinctiveness. Levels of Processing in Human Memory (PLE: Memory), 5, 89.

Fletcher, J., Everatt, J., Mackey, J., & Fickel, L. H. 2020. Digital Technologies and Innovative Learning Environments in Schooling: A New Zealand Experience. New Zealand Journal of Educational Studies.doi:10.1007/s40841-020-00156-2.

Ferdyansyah, S, Ridho, M.A., Sembilan. F.d., Sembilan, F.D., and Zahro, S.F. 2020.

Online literature circles during the COVID-19 pandemi: Engaging undergraduate students in Indonesia, Current issues in TESOL: TESOL and the covid-19 pandemi.

DOI: 10.1002/tesj.544.

JawaPos. 2020. Pemerintah Haruskan Siswa Belajar di Rumah, Orang Tua Banyak Kerepotan. https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/18/03/2020/pemerintah- haruskan-siswa-belajar-dirumah-orang-tua-banyak-kerepotan/.

Kemendikbud. 2020. Kemendikbud Terbitkan Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah. Pengelola web kemdikbud: Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Retrieved from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkanpedoman- penyelenggaraan-belajar-dari-rumah.

Kong, S.-C. 2018. Parents’ perceptions of e-learning in school education: Implications for the partnership between schools and parents. Technology, Pedagogy and Education, 27(1), 15–31.

Morgan, Hani. 2020. Best practices for implementing remote learning duringn a pandemi. The Clearing House: A journal of Educational Strategies, Issues, and Ideas. doi:10.1080/00098655.2020.1751480.

Kumparan. 2020. Orang Tua Keluhkan Pembelajaran Online, Guru Gagal Paham soal Home Learning. https://kumparan.com/tugujogja/orang-tua-keluhkan- pembelajaran-online-guru-gagalpaham-soal-home-learning-1t35gpjVkMA.

Widodo, H. P. 2014. Methodological Considerations in Interview Data Transcription.

International Journal of Innovation in ELT and Research 3 (1): 101–107.

Wong, R. 2020: When no one can go to school: does online learning meet students’

basic learning needs, Interactive Learning Environments, DOI:

10.1080/10494820.2020.1789672.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik demografi partisipan

Referensi

Dokumen terkait

pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya menekan biaya pakan antara lain dengan menelaah kebutuhan nutrisi ikan Nila dan mengevaluasi berbagai pakan yang cocok

Hasil dari penelitian Lilawati (2020) dengan judul Peran Orang Tua dalam Mendukung Kegiatan Pembelajaran di Rumah pada Masa Pandemi mendapatkan kesimpulan bahwa

“Saya ya sebisanya baca dulu materinya anak kemudian saya bantu anak agar membantu tugas materi anak supaya cepet selesai dan paham, kalau ada kendala saya

Adapun persepsi negatif dari orang tua terhadap pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh anaknya di masa pandemi Covid-19 adalah tersitanya waktu orang tua dalam

Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurhasanah, 2020) yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Kelompok B.5

Pada masa pandemi sekarang ini tidak tertutup kemungkinan untuk kita dapat memberikan pendidikan yang berkarakter untuk mereka.. Anak-anak cenderung melakukan segala

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua yang diterapkan orang tua pada pembelajaran daring melalui aplikasi google classroom pada masa pandemi di SDN 01

Kohler [1947] menolak bahwa para pengajar seharusnya mempersiapkan pembelajaran bagi orang tua untuk membedakan penerapan yang meliputi penilaian, synthetis, dan