• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Ekspansi Usaha UMKM dengan Pendekatan Metoda Hybrid SWOT Analisis dan AHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Ekspansi Usaha UMKM dengan Pendekatan Metoda Hybrid SWOT Analisis dan AHP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Ekspansi Usaha UMKM dengan Pendekatan Metoda Hybrid SWOT Analisis dan AHP

Filia Hanum1, Maryam2*, Susanti3, Cut Rusmina4, Rahmi5, Juwita6, Fitriliana7

1,3,5,6Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Indonesia

2,4,5Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Indonesia

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 14 Desember 2022 Disetujui: 22 Januari 2023

Abstract

MSMEs play a significant role in driving Indonesia’s economic growth. MSMEs contribute up to 60.5 percent of GDP. Labour absorption achieved 96.9 percent of the total nationally. The impact of the recent global economic crisis and the Covid-19 pandemic has been the most significant impediment for MSMEs.

This situation caused a huge drop in MSME income, and several went bankrupt. As a result, this study offers alternative strategic options based on hybrid method decision makers’ instruments, namely SWOT analysis and Process Hierarchy Analysis (AHP). Several draft strategies have been developed in order to enhance the number of optimal MSME firms. The decisions made include the necessity for MSMEs to develop into innovative activities with high economic added value by employing government support in the form of finance, business training opportunities, institutional improvement, and more profitable business laws. Furthermore, this aid is intended for building enterprises on online platforms in order to boost MSMEs’ future competitiveness. MSMEs must also optimize in order to create innovative economic opportunities. As a result, MSMEs must optimize their human resources in order to capitalize on its commercial prospects. These essential human resources are then enhanced so that they can run online-based businesses in the future.

Keywords: UMKM, SWOT analysis, AHP, Covid-19, creative economy, online platform business

Abstrak

UMKM memiliki peran yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi UMKM pada PDB dapat mencapai 60,5 persen. Penyerapan tenaga kerja mencapai 96,9 persen dari total secara nasional. Faktor kendala terbesar UMKM yaitu diantaranya dampak krisis ekonomi global dalam beberapa dekade terakhir dan ditambah lagi pandemik Covid-19. Kondisi ini berdampak pada turunnya pendapatan UMKM yang signifikan dan beberapa mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, kajian ini memberi alternatif solusi strategis dengan menggunakan instrumen dari pengambil keputusan metode hybrid yaitu SWOT analisis dan Analisa Hierarki Proses (AHP). Dari beberapa rancangan strategi yang diambil adalah agar dapat terjadi peningkatan usaha UMKM yang lebih optimal. Keputusan yang diambil diantaranya yaitu UMKM perlu melakukan ekspansi pada kegiatan kreatif dan memiliki nilai tambah ekonomi tinggi dengan memanfaat dukungan pemerintah baik dari sisi pendanaan, peluang pelatihan usaha, penguatan lembaga maupun regulasi usaha yang lebih menguntungkan. Disamping itu, bantuan tersebut khususnya untuk mengembangkan usaha pada platform online untuk meningkatkan daya saing UMKM kedepannya. UMKM juga harus mengoptimalkan untuk mengembangkan peluang ekonomi kreatif. Oleh karena itu, UMKM harus mengoptimalkan sumber daya manusia untuk menangkap peluang usaha paska krisis ekonomi global dan pandemik Covid-19. Sumber daya manusia inti ini kemudian dioptimalkan agar dapat menjalankan usaha yang berbasis platform online kedepannya.

Kata kunci: UMKM, SWOT analisis, AHP, Covid-19, ekonomi kreatif, bisnis platform online

1. Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir, kondisi lingkungan usaha dihadapkan pada ketidakpastian yang sangat tinggi [1]. Persaingan usaha yang cenderung terus meningkat sehingga memaksa perusahaan harus menggunakan strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan pada lingkungan yang dinamik.

Setiap perusahaan dihadapkan pada beberapa kekuatan internal dan eksternal yang dapat menjadi indikator yaitu bagaimana mereka memetakan persaingan dan kondisi usaha saat ini sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusannya. Sementara itu, kondisi yang dinamik menjadi stimulus bagi perusahaan agar bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuannya dan dapat lebih unggul relatif dibandingkan pesaingnya. Disisi lain, perusahaan juga harus mempertimbangkan potensi ancaman yang

(2)

mungkin saja setiap saat mencamcam eksistensi perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi ini sangat menentukan bagaimana perjalanan perusahaan terhadap bisnisnya kedepan. Oleh karena itu, pentingnya bagi manajer perusahaan untuk mengambil sikap melalui perencanaan strategisnya. Untuk itu pengambil keputusan perusahaan perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor strategis yang berindikasi pada apakah dapat membantu atau menjadi penghambat perusahaan dalam melakukan bisnisnya [2]. Kondisi seperti ini menjadi cerminan bagaimana perusahaan harus mengambil keputusan dalam lingkungan yang dinamis. Disamping itu, bagaimana perusahaan memainkan instrumen strategisnya agar dapat bersaing dan memperoleh keuntungan berkelanjutan.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan kekuatan usaha masyarakat yang jumlahnya terbilang banyak di Indonesia. Jumlahnya yang mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha, UMKM memainkan peran penting, khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia [3].

Kontribusi UMKM terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 60,5 persen [4].

Disamping itu, peran UMKM dalam penyerapan ketenaga kerjaan di Indonesia dapat mencapai hingga 96,9 persen dari total tenaga kerja yang terserap secara nasional [5]. Umumnya usaha UMKM memiliki kekayaan bersih maksimalnya rata-rata mencapai 50 juta rupiah. Hasil penjualan UMKM dapat mencapai paling besarnya sekitar 300 juta rupiah per tahun. Usaha kecil memiliki kekayaan sekitar 50 juta hingga 500 juta rupiah. Hasil penjualannya dapat mencapai antara sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahunnya [4].

Berbagai jenis kegiatan usaha UMKM yang ada di Indonesia. Dimulai dengan produksi produk sederhana, desain, kuliner dan lainnya. UMKM pada krisis ekonomi Tahun 1998 yang lalu, menjadi salah satu penyelamat ekonomi nasional. Oleh karena itu, keberadaannya sangat berarti bagi ekonomi nasional.

Disamping itu, keberadaan UMKM dapat mendorong terciptanya ekonomi kreatif dengan berbegai model usahanya.

Hal terpenting bagi UMKM dalam menggunakan intrumen strategis, dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan penting yang memberi manfaat bagi usahanya. Agar dapat membantu UMKM dalam mengambil keputusan yang tepat, untuk itu perlu memusatkan tujuan usaha kedepannya. Oleh karena itu, perlu kiranya UMKM untuk memetakan kekuatan dan kelemahannya [6]. Disamping itu, UMKM juga perlu untuk menjabarkan bagaimana potensi peluang dan ancaman yang setiap saat selalu ada dalam situasi bisnis yang dinamik [7].

Pengambilan keputusan bisnis bagi setiap usaha termasuk pada UMKM adalah hal yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan perusahan kedepannya. Oleh karena itu, peran instrumen dari pengambil keputusan seperti strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan threat (ancaman) atau lebih dikenal dengan SWOT analisis. Disamping itu, penggunaan Analisa Hirarki Proses (AHP) juga sebagai alat bantu pengambilan keputusan usaha UMKM. Alat bantu pengambilan keputusan merupakan bagian keputusan strategis usaha. Keputusan strategis dapat didefinisikan sebagai bagian perangkat keputusan dan tindakan yang harus diambil oleh perusahaan dan bekerjasama dengan sumber daya yang ada di organisasi agar dapat menetapkan kegiatan usaha dalam jangka panjang [8]. Keputusan strategis yang diperoleh memberikan masukan sebagai alternatif kegiatan yang dapat dilakukan ke depannya.

2. Metode Kajian Literatur

Kajian ini menggunakan pendekatan dan teknik pengambilan keputusan yang dapat menganalisis keputusan kasus strategis menjadi pendukung keputusan strategis UMKM. Kajian ini menggunakan SWOT analisis. Disamping itu, kegunaannya juga yaitu menguraikan latar belakang masalah strategis dan untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam lingkungan usaha UMKM. Penggabungan alat pendukung strategis AHP sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang diperlukan oleh UMKM. Kajian ini juga menggunakan pendekatan data statistik BPS tahun 2022 dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Statistik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2020), dan data pendukung lainnya. Disamping itu, kajian ini menggunakan pendekatan literatur yang berkaitan kajian strategis UMKM saat ini baik nasional maupun internasional.

2.1. UMKM dan Kendala Usahanya

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak sekali faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan perusahaan. Hambatan ini berdampak pada penurunan keuntungan perusahaan dalam skala besar.

Diantaranya yang paling berat dan dominan yaitu krisis global yang masih berkepanjangan hingga saat ini.

Disamping itu, pandemik Covid-19 yang belum berkesudahan. Kondisi ini sangat mempengaruhi pergerakan dan pertumbuhan usaha khususnya usaha UMKM. Kondisi ini memicu menurunnya usaha UMKM dan mempengaruhi segala aspek usahanya. Bahkan banyak dari UMKM harus menutup usahanya

(3)

karena tidak dapat lagi memproduksi produk dan jasanya. Hal ini berdampak pada banyak pekerja yang harus kehilangan pekerjaan mereka.

Beberapa kendala UMKM saat ini diantaranya yaitu akses untuk mendapatkan bahan baku yang terbatas. Disamping itu, akses terhadap teknologi juga sulit karena pendapatan UMKM semakin terpuruk dimasa pandemik. Disisi lainnya, modal yang semakin terbatas akibat pandemi yang berkepanjangan.

Permasalahan lainnya seperti akses untuk memasarkan produk mereka masih sangat terbatas dan terkendala karena ruang gerak dimasa pandemik yang sangat dibatasi. Berikut ilustrasi beberapa kendala perusahaan pada masa pandemik Covid-19 dalam bentuk persentase.

Gambar 1. Perusahaan mikro, kecil dan menengah menurut kendala (dalam persen) Sumber: [9]

Dari sumber data BPS di atas, menjelaskan bahwa kendala terbesarnya adalah pemasaran dan penjualan/pemasaran produk/jasanya yaitu 48,6%. Beberapa penyebab diantaranya karena dimasa pandemik Covid-19 ruang gerak yang terbatas sehingga sebagian besar usaha kesulitan memasarkan produk mereka. Disamping itu, kondisi daya beli masyarakat yang menurun signifikan sehingga sangat berpengaruh pada pendapatan dari usaha UMKM. Kendala lainnya yaitu banyak UMKM yang kesulitan untuk membayar utangnya (22,88%). Penjualan yang menurun dimasa pandemik berpengaruh pada usaha mereka dan banyak usaha termasuk UMKM kesulitan dalam memenuhi kewajiban mereka untuk membayar hutang. Produksi yang menurun dan berkorelasi terhadap pendapatan usaha UMKM sehingga UMKM kesulitan untuk membayar gaji pekerjanya. Covid-19 yang berkepanjangan berdampak pada usahanya sehingga sulit bagi UMKM untuk memenuhi tagihan seperti pembayaran bahan baku, dan memenuhi operasional usahanya. Dalam kondisi seperti ini, UMKM kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk penyediaan bahan baku utama mereka untuk kebutuhan produksi dan lainnya.

Berdasarkan data kementerian Tahun 2020, sekitar 66,09 persen perusahaan mengalami penurunan yang signifikan [10]. Sedangkan 10,43 persen masih mengalami tren kenaikan pendapatan di tahun tersebut.

Disamping itu, sekitar 66,77 persen usaha menengah kecil (UMK) dan 57,29 persen usaha menengah besar (UMB) mengalami penurunan pendapatan usaha mereka pada periode tersebut.

2.2. Bantuan Usaha UMKM

Penguatan usaha mikro, kecil dan menengah menjadi perhatian pemerintah saat ini. Penguatan usaha ini berdampak pada geliat ekonomi nasional. Oleh karena itu, bantuan penguatan pada kelompok ini harus menjadi fokus bagi pemerintah tentunya. Bantuan ini juga sangat berpengaruh bagaimana mereka mengelola usaha ke depannya. Disamping itu, pertumbuhan usaha ini dapat membantu mendorong ekonomi nasional seperti yang terjadi di Tahun 1998 yang lalu. Berikut ilustrasi usaha mikro dan kecil yang menerima bantuan.

48,6

22,88 22,4 22,15 19,97

15,5

8,72 6,87 6,09

0 10 20 30 40 50 60

Persen

Jenis Kendala

(4)

Gambar 2. Bantuan yang diterima usaha mikro/kecil versus yang membutuhkan Sumber: [9]

Dari 42,25 persen usaha mikro dan kecil, hanya 15,45 persen yang menerima penundaan pajak. Pada masa Covid-19, dimana sebagian besar UMKM mengalami kesulitan keuangan, seharusnya mereka mendapat kemudahan khususnya keringanan atau penundaan pembayaran pajak. Demikian juga dengan relaksasi pinjaman usaha, dari 47,35 persen yang membutuhkan hanya 25,37 persen yang mendapatkannya.

Pada dua tahun terakhir, dimana sebagian besar usaha termasuk UMKM mengalami kesulitan dalam pembayaran dan hanya sebagian kecil yang berhasil mendapatkan kemudahan relaksasi pinjaman usaha mereka. Terkait dengan kemudahan administrasi pinjaman, dari 57,41 persen hanya 16,98 yang menerima kemudahan administrasi pinjaman. Hal ini dapat terjadi, karena sebagian besar usaha termasuk UMKM sangat bergantung pada kemudahan pinjaman dan administrasinya. Disamping itu, ketersediaan dana yang sangat terbatas karena banyak lembaga pemberi pinjaman termasuk pemerintah, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dana tunai pada masa Covid-19. Demikian juga dengan beberapa kendala lainnya, sebagaimana gambaran pada bagan di atas. Permintaan terbesar dari UMKM adalah pemenuhan terhadap bantuan dana usaha untuk memulai dan mengembangkan usaha mereka kembali. Dari 83,72 persen permintaan dana usaha, hanya 16,13 persen yang dapat dipenuhi.

2.3. UMKM dan Tren Usaha Kedepan

Bagaimana usaha kecil, mikro dan menengah menyikapi persoalan usaha mereka menjadi hal yang penting untuk ditelaah. Banyak usaha UMKM saat ini masih bersifat konvensional. Artinya mereka melakukan usahanya dengan sangat sederhana. Banyak usaha UMKM melakukan usahanya baik secara individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya dilakukan dengan batasan omset mereka per tahunnya. Disamping itu juga dapat berdasarkan jumlah kekayaan atau aset maupun jumlah pegawai yang mereka miliki.

Saat ini usaha dengan platform online menjadi trending berbagai jenis usaha. Usaha dengan moda digitalisasi menjadi tren bisnis kedepannya. Pada saat Covid-19 yang dimulai awal tahun 2020 yang lalu, berbagai jenis usaha yang memanfaatkan platform e-learning, eCommerce, literasi digital, permintaan delivery menjadi pilihan utamanya. Pada saat ruang gerak dibatasi, sementara bisnis harus tetap berjalan makan platform usaha tersebut menjadi pilihan utamanya. Platform tersebut memberikan banyak kemudahan terutama dalam hal proses bisnisnya yang relatif cepat dan mudah. Namun demikian, terdapat beberapa kendala dalam realisasinya, terutama bagi usaha mikro, kecil dan menengah.

Banyak usaha UMKM yang masih terkendala dengan karena banyak diantara UMKM yang berlokasi pada daerah-daerah terpencil. Lokasi dengan daerah terpencil umumnya masih sulit atau belum memiliki jaringan internet yang memadai. Oleh karena itu, banyak UMKM yang masih sangat terbatas dan terkendala untuk mendapatkan akses internet. Disamping itu, kendala lainnya seperti minimnya pemahaman UMKM terhadap platform online tersebut. Banyak UMKM yang bergerak dalam bidang usaha yang masih konvensional dan tidak dengan menggunakan teknologi atau platform online. Oleh karena itu, banyak UMKM yang tidak bisa eksis dalam pemasaran online karena terbatasnya pengetahuan mereka. Masih banyak UMKM yang menyediakan produk maupun jasa yang masih belum melek literasi digitalisasi.

15,45

25,37

16,98

13,97

24,15

16,13

42,25 47,35

57,41

65,97

73,2

83,72

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Penundaan Pajak

Relaksasi Pinjaman

Kemudahan Adm Pinjaman

Pemasaran Keringanan Tagihan

Listrik

Modal Usaha

Mendapatkan Bantuan Usaha Yang Membutuhkan

(5)

Walaupun demikian, platform online dan digitalisasi menjadi tren bisnis dan pemasaran produk dan jasa ke depannya. Oleh karena itu, agar dapat berkembang UMKM harus dapat beradaptasi dengan perkembangan bisnis kedepannya. Agar dapat mendorong kelompok usaha mikro, kecil dan menengah, maka kelompok ini sebaiknya menjadi perhatian pemerintah dan mencari format bagaimana agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kedepannya.

2.4. UMKM dan Strategi Inovasi

Walaupun pandemik Covid-19 masih terus berlangsung dan setiap saat dapat mengancam jiwa manusia, tetapi bisnis dan tatakelola bisnis harus tetap dapat berjalan terus. Namun demikian, kondisi ini masih menjadi kendala dan harus dicari alternatif bisnis yang dapat berjalan dalam kondisi ini.

Di-era revolusi industri 4.0 ini, peran usaha kreatif dan kewirausahaan akan dapat tumbuh dan berkembang. Ada banyak model dan jenis kegiatan usaha kewirausahaan. Gaung dan kegiatan kewirausahaan oleh UMKM akan terus bergema dan memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional.

Perkembangan ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia secara menyeluruh.

Beberapa strategi inovasi yang dapat dilakukan oleh UMKM diantaranya [11].

1. Lakukan pendekatan pada konsumen

Pendekatan dengan konsumen erat kaitannya dengan aktivitas promosi. Biasanya penjual harus mengetahui tipe dan karakter konsumen, dan ini dapat dipelajari. Pendekatan ini bisa dilakukan pendekatan seperti pendekatan kepada teman. Oleh karena itu, konsumen tidak merasa dipaksa untuk berbelanja, dan hal ini yang tidak disukai oleh konsumen. Jika konsumen sudah merasa nyaman, mereka akan senang untuk mengeksplor untuk melihat dan mencari apa yang ingin mereka beli.

Konsumen juga merasa senang untuk berkunjung ulang dilain waktu.

2. Buka peluang jaringan

Tujuan membuka jaringan usaha yaitu untuk melebarkan usaha atau membuka pasar yang lebih luas untuk menjual produk usaha UMKM. Disamping itu, membuka jaringan baru, dimaksudkan agar produk akan lebih dikenal secara luas.

3. Produk yang menarik

Produk harus dikemas dengan cara menarik sehingga lebih mudah untuk dipasarkan. Disamping itu, agar mudah dijual dan menarik bagi pelanggan, maka produk harus dibuat lebih unik dan bermanfaat.

4. Pahami target pasar

UMKM harus dapat memikirkan target pasar mereka. Karena terkait dengan apa yang diinginkan oleh calon konsumen. Calon pembeli dari sisi usianya apakah anak-anak, dewasa laki-laki atau dewasa perempuan. Dapat saja produk bersifat umum atau untuk segala usia. hal ini sangat berkaitan dengan jenis produk yang dijual nantinya.

5. Kemasan yang unik

Faktor kemasan dapat menarik minta membeli konsumen. Karena tampilan produk dapat menjadi daya pikat utama bagi konsumen. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana mengemas produk yang lebih baik, aman dan menarik minat konsumen.

6. Lakukan promosi yang tepat

Agar produk dapat dikenal lebih banyak orang, maka perlu melakukan promosi. Promosi adalah untuk mengenalkan lebih dekat produk kepada calon pembeli. Promosi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Sebagaimana diketahui bahwa peran media sosial dapat menyentuh calon pembeli secara luas dan sangat cepat. Disamping itu, promosi dapat meningkatkan jumlah konsumen untuk berbelanja.

7. Tonjolkan kelebihan produk

Setiap UMKM harus dapat menonjolkan kelebihan produk mereka. Kelebihan ini dapat disampaikan melalui promosi agar calon pembeli dapat lebih paham.

8. Servis Konsumen

Servis yang memadai akan membuat pembeli merasa dihargai dan dilayani dengan baik. Maka dengan demikian, hal ini dapat memberikan informasi terbaik terkait produk mereka. Servis ini dapat membuat konsumen merasa lebih senang, aman dan nyaman.

9. Membuat website produk

Penggunaan website untuk memasar produk dapat menyentuh pasar yang lebih luas. Website juga dapat menyampaikan informasi penting terhadap produk yang akan dijual. Cara ini dianggap lebih efektif untuk menjangkau calon pembeli yang lebih luas. Disamping itu, memudahkan bagi konsumen untuk menemukan apa yang mereka inginkan.

(6)

10. Konsisten dalam menerapkan strategi

Konsisten terhadap apa yang ingin dilakukan dan bagaimana untuk mencapainya adalah bagian UMKM untuk mengejar targetnya.

Peran UMKM dalam menjalankan usahanya masih penuh tantangan khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini. Apalagi pandemik masih terus berlangsung. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam mendorong ekonomi nasional khususnya fokus dan menitik beratkan pembangunan usaha UMKM harus menjadi fokus utama. Pemerintah harus dapat mendorong dan memastikan pada pengembangan kebijakan yang kondusif dalam mendukung usaha dan pelaku usahanya. Oleh karena itu, diantaranya yaitu melalui penunjang kebijakan pengembangan kewirausahaan UMKM. Kebijakan ini melalui rencana kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang. Kebijakan ini membangun sinergitas dan memetakan potensi usaha kewirausahaan, menciptakan iklim yang kondusif dan sekaligus menumbuh kembangkan kewirausahaan.

Pengembangan usaha yang berbasis platform online dan digitalisasi menjadi model usaha yang berkembang dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, integrasi usaha UMKM dengan pendekatan platform tersebut menjadi pertimbangan bagi kelompok UMKM. Hambatan dan kesulitan dalam pemasaran produk atau jasa oleh UMKM secara konvensional harus dicari solusinya diantaranya melalui platform tersebut.

2.5. UMKM dan Daya Saing

Pada masa pandemik Covid-19 dan lebih dari dua tahun ini, telah terjadi perubahan pola konsumsi konsumen terhadap barang dan jasa. Perubahan itu mengacu pada bagaimana membeli, memesan dan menjual barang dan jasa dari media offline ke online. Pada realitasnya memang tidak gampang untuk merubah pola bisnis UMKM konvensional dan selanjutnya menggunakan platform online dan digital.

Namun demikian, pola ini merupakan jalan keluar untuk meningkatkan daya jual UMKM dan sekaligus bagaimana mereka ikut hadir dalam persaingan yang semakin ketat pada masa yang kepastian menjadi hal yang paling sulit untuk diketahui.

Pola digitalisasi dan platform online ini menjadi bagian penting yang harus sudah dilakukan oleh UMKM saat ini. Disamping itu, platform ini menjadi tren bisnis kedepannya. Oleh karena itu, cara ini merupakan solusi terbaik yang harus dijalankan oleh UMKM untuk meningkatkan usahanya dan juga meningkatkan daya saing bisnis UMKM. Bagaimana kelompok ini dapat menjalankan platform ini, menjadi tantangan utama kedepannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kapasitas UMKM, sumberdayanya, dan sekaligus institusinya menjadi catatan penting untuk mendapat perbaikan yang harus dilakukan oleh UMKM.

2.6. Metoda Hibrid SWOT Analisis dan AHP

Metode SWOT analisis lazim digunakan sebagai alat bantu manajer dalam organisasi untuk mengambil keputusan. SWOT merupakan singkatan dari kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Pada dua faktor utamanya yaitu (kekuatan dan kelemahan) merupakan faktor internal organisasi [12]. Sedangkan peluang dan ancaman merupakan pengaruh faktor eksternal bagi organisasinya. Faktor ini merupakan konteks atau lingkungan yang lebih luas di mana organisasi beroperasi.

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan yang bersifat multikriteria dan sangat popular digunakan [13]. AHP biasanya digunakan untuk mengetahui peringkat alternatif dengan pertimbangan bahwa pentingnya kriteria yang berbeda. Hasil yang didapatkan dari pengolahan AHP yaitu dalam bentuk peringkat alternatif dan koefisien bobot kriteria dalam hubungannya dengan tujuan.

Penggunaan metode hibrid SWOT analisis dan AHP, merupakan metoda yang banyak digunakan karena kesederhanaan dalam penggunaannya. Disamping itu, metode ini dianggap memiliki tingkat efisiensi dan serta metode ini dapat menggabungkan terhadap dua kriteria kualitatif dan kuantitatif [14].

Memang terdapat kelemahan dalam menggunakan metode analisis SWOT ini diantaranya yaitu karena tingkat ketidakpastian kondisi kedepannya. Sebaliknya, penggunaan metode AHP dianggap mampu mengelola pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian [15]. AHP memungkinkan untuk menguantifikasikan prioritas untuk mendukung pengambilan keputusan. Metode hybrid sesuai digunakan pada berbagai situasi perencanaan strategis [16]. Selanjutnya, setelah penentuan prioritas dari faktor SWOT, kemudian strategi usulan dapat dibangun berdasarkan informasi yang diperoleh dari perbandingannya.

(7)

3. Hasil dan Pembahasan

Selanjutnya untuk menjelaskan lebih lanjut bagaimana kondisi terkini bisnis yang dihadapi oleh UMKM. Situasi dan kondisi terkini didapatkan berdasarkan data BPS dan beberapa literatur. Berikut tabel SWOT analisis kondisi bisnis UMKM.

Tabel 1. SWOT analisis terhadap kondisi dan strategi ekspansi UMKM

Kekuatan (Strength) Peluang (Opportunities)

1. Bahan baku yang banyak tersedia di Indonesia yang menjadi modal utama bagi industri kreatif seperti produksi produk rumah tangga sederhana, industri bahan bekas dan kerajinan dan lainnya (S1).

2. Adanya bantuan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam bentuk modal usaha, pelatihan dan penguatan kelembagaan dan lainnya (S2).

3. Banyak perusahaan termasuk UMKM harus menseting ulang bisnisnya karena kondisi pandemik Covid-19 dan menjadi penguatan UMKM untuk dalam pengembangannya (S3).

4. UMKM memiliki kesempatan yang sama dalam memulai kembali usahanya pada masa pandemik (S4).

5. Bantuan informasi peluang pengembangan usaha baik dari pemerintah dan asosiasi UMKM (S5).

6. Pemerintah medukung dan mendorong usaha yang berbasis ekonomi kreatif di Indonesia (S6)

1. Pandemi Covid-19 menjadi momen bagi UMKM sebagai peluang khususnya untuk menseting ulang bisnis mereka (O1).

2. Berkepanjangan krisis ekonomi, perang Rusia dan Ukraina, berpengaruh pada banyak usaha besar yang bangkrut dan ini menjadi momen bangkit bagi UMKM (O2).

3. Pemerintah di tahun 2022, melonggarkan kembali kegiatan bisnis sejak masa Covid-19 yang lalu, sehingga menjadi kesempatan bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya (O3).

4. Beranjaknya ekonomi dunia untuk perbaikan walaupun belum signifikan, tetapi momen pertumbuhan usaha sudah bergeliat kembali (O4).

5. Tren pemasaran platform online dan digitalisasi terbuka luas sejak masa Covid-19 yang lalu dan tren ini terus meningkat (O5).

6. Peluang pasar yang terbuka lebar dan luas dengan menggunakan platform online (O6).

7. Industri ekonomi kreatif dan platform online semakin diminati saat ini (O7)

Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)

1. Pandemik Covid-19 meruntuhkan banyak bisnis termasuk UMKM dan masih sulit untuk bangkit kembali (W1).

2. Setelah gangguan pandemik, banyak UMKM sangat membutuhkan modal usaha untuk bangkit kembali (W2).

3. Sebagian besar UMKM masih menjalankan usaha secara konvensional dan masih terbatas terhadap akses teknologi informasi dan pemakaian platform online atau memanfaatkan media sosial untuk mengetahui informasi dan pemasaran produk mereka (W3)

4. Masih banyak kelompok UMKM yang sangat terbatas dalam memasarkan produk mereka dengan menggunakan medsos dan platform online (W4).

5. Pada umumnya UMKM sangat rentan terhadap gangguan seperti pandemi Covid-19 yang berkelanjutan (W5).

6. Masih banyak sumber daya manusia UMKM yang relatif lemah dalam pemasaran dan usaha platform online (W6).

1. Tidak ada yang dapat memprediksi kapan berakhirnya pandemi Covid-19 dan ini merupakan ancaman yang setiap saat sangat mengganggu pelaku bisnis termasuk UMKM (T1).

2. Covid-19 yang berkelanjutan menyebabkan daya beli masyarakat masih belum pulih seperti sediakala (T2).

3. Berkepanjangannya krisis ekonomi global, perang Rusia dan Ukraina yang belum selesai dan serta Covid-19 yang belum kunjung berkesudahan, menjadikan lingkungan bisnis dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi (T3).

4. Era digitalisasi, dan terbukanya akses teknologi informasi memaksa banyak negara membuka akses untuk investasi dari negara lain (T4).

5. Beberapa kendala seperti iklim investasi, khususnya terkait rantai birokrasi yang panjang dan rumit (T5).

Sumber: Data penelitian, 2022

Implementasi Strategi UMKM

Langkah selanjutnya dari pengembangan metode SWOT dan AHP adalah menentukan strategi dengan menggunakan matriks SWOT analisis di atas. Maksud dan tujuan perumusan strategi yaitu mengoptimalkan keputusan berdasarkan kondisi dari berbagai perspektif yang berkembang akhir-akhir ini.

Disamping itu, tujuannya adalah membangun kembali potensi usaha UMKM dengan pendekatan strategi

(8)

ekspansinya. Matrik SWOT di atas memberikan empat kombinasi yang berbeda: SO, WO, ST dan WT.

Berikut strategi yang diidentifikasi pada kajian ini.

Strategi SO (Maxi-Maxi)

1. Penggunaan kemudahan bahan baku baik sharing dengan produsen maupun sesama UMKM untuk meningkatkan usaha yang lebih produktif dan bernilai tambah (S1, O1-O7)

2. Melakukan ekspansi pada kegiatan kreatif dan memiliki nilai tambah ekonomi tinggi dengan memanfaat dukungan pemerintah baik dari sisi pendanaan, peluang pelatihan usaha, penguatan lembaga maupun regulasi usaha yang lebih menguntungkan (S2, O1-O6)

3. Memanfaatkan dukungan pemerintah dalam dukungan dana, pelatihan, dan pengembangan UMKM untuk menseting ulang dan memulai usaha UMKM kembali, untuk menangkap peluang baru karena banyak perusahaan yang mengalami penurunan dan bangkrut karena krisis global dalam beberapa dekade terakhir dan pandemik Covid-19 (S3, O1-O7).

4. Memanfaatkan dukungan informasi pemerintah dan asosiasi UMKM, dalam menangkap peluang usaha ekonomi kreatif untuk mendapat nilai tambah ekonomi yang lebih baik (S5, O1-O7).

5. Memanfaatkan momen dukungan pemerintah dalam mendukung ekonomi kreatif dan usaha platform online untuk pengembangan usaha UMKM (S6, O1-O7).

WO Strategies (Mini-Maxi)

1. Memanfaatkan peluang bantuan pemerintah untuk menseting ulang usaha dan memulai Kembali usaha setelah pandemik Covid-19 (O1, W1-W5)

2. Memanfaatkan dukungan pemerintah kelemahan dan kekurangan UMKM dalam mengembangkan institusi dan memasarkan usaha, termasuk memulai kembali setelah pandemik Covid-19 (S3, W1- W5).

3. Memanfaatkan peluang membaiknya ekonomi dunia dan berlalunya Covid-19 untuk mengambangkan usaha UMKM (O1, O2, O4, O6, W1-W5).

4. Memanfaatkan bantuan pemerintah dalam pelatihan dan pengembangan untuk menangkap tren usaha platform online (O5, W1-W5)

5. Mengembangkan peluang ekonomi kreatif dengan dukungan pemerintah sebagai momen pertumbuhan usaha UMKM (O7, O1-O5)

ST Strategies (Maxi-Mini)

1. Memanfaatkan bantuan modal, pengembangan UMKM dan pelatihan dalam mengatasi masalah- masalah usaha seperti pasar dan pengembangan kualitas produk baik dalam phase setelah krisis ekonomi global dan pandemik Covid-19 (S2, T1-T5).

2. Memanfaatkan kerjasama dengan UMKM dan asosiasi khususnya sharing dalam penyediaan bahan baku untuk produksi UMKM (S1, T1-T4).

3. Mendorong pemerintah untuk mengatur kebijakan terkait mengatasi permasalahan iklim investasi dan birokrasi usaha yang rumit (S6, T5)

4. Memanfaat dukungan pendanaan, pengembangan UMKM dan pelatihan untuk menangkap peluang usaha berbasis platform online (S2, T4)

WT Strategies: (Mini-Mini)

1. Mengoptimalkan bantuan pemerintah dalam hal pendanaan, penguatan lembaga dan pelatihan untuk meningkatkan usaha UMKM paska krisis ekonomi global dan pandemik Covid-19 (W2, O1- O5)

2. Mengoptimalkan sumber daya manusia untuk menangkap peluang usaha paska krisis ekonomi global dan pandemik Covid-19 (W6, O1-O5)

3. Mengoptimalkan sumber daya manusia agar dapat menjalankan usaha berbasis platform online (W3, W4, W6, O1-O5).

4. Mendorong pemerintah dalam dalam regulasi yang lebih mendukung usaha UMKM dan pemangkasan birokrasi yang rumit (W2, O5)

4. Kesimpulan

UMKM memiliki peran yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jumlahnya yang mencapai 99 persen dari berbagai unit usaha, sehingga kontribusinya dalam mendorong ekonomi secara signifikan. Kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan PDB dapat mencapai 60,5 persen.

Demikian juga dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 96,9 persen dari total tenaga kerja yang terserap secara nasional.

Namun demikian, dalam perjalanan pengembangan usahanya banyak terdapat kendala dan faktor pengganggu yang berdampak pada menurunnya usaha UMKM dan ada yang harus menutup usahanya

(9)

karena faktor kondisi. Beberapa faktor pengganggu diantaranya yaitu seperti pandemik Covid-19 yang menghancurkan tatanan perekonomian dunia. Disamping itu, krisis ekonomi global yang menghambat pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk berdampak pada menurunnya usaha UMKM secara nasional.

Diantara rancangan strategis yang diambil yaitu melakukan ekspansi pada kegiatan kreatif dan memiliki nilai tambah ekonomi tinggi dengan memanfaat dukungan pemerintah baik dari sisi pendanaan, peluang pelatihan usaha, penguatan lembaga maupun regulasi usaha yang lebih menguntungkan.

Disamping itu, memanfaatkan dukungan pemerintah untuk pengembangan UMKM untuk menseting ulang dan memulai usaha UMKM kembali. Selanjutnya, memanfaatkan bantuan pemerintah, khususnya melakukan usaha platform online untuk meningkatkan daya saing UMKM kedepannya. UMKM juga harus mengoptimalkan untuk mengembangkan peluang ekonomi kreatif. Oleh karena itu, UMKM harus mengoptimalkan sumber daya manusia untuk menangkap peluang usaha paska krisis ekonomi global dan pandemik Covid-19.

5. Referensi

[1] S. Zapata, M. Castaneda, M. Jimenez, A. Julian Aristizabal, C. J. Franco, and I. Dyner, “Long-term effects of 100% renewable generation on the Colombian power market,” Sustain. Energy Technol.

Assessments, vol. 30, pp. 183–191, 2018, doi: https://doi.org/10.1016/j.seta.2018.10.008.

[2] R. Shabani, T. O. Malvik, A. Johansen, and O. Torp, “Dealing with uncertainties in the design phase of road projects,” Int. J. Manag. Proj. Bus., vol. ahead-of-p, no. ahead-of-print, Jan. 2022, doi:

10.1108/IJMPB-02-2022-0050.

[3] F. Faizi, N. P. Wulandana, A. Alya, and A. A. Lombu, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Umkm Di Indonesia,” J. Lentera Bisnis, vol. 11, no. 2, p. 137, 2022, doi: 10.34127/jrlab.v11i2.510.

[4] B. Azzahra, I. Gede, A. Raditya, and P. Wibawa, “Sebagai Katalis Perekonomian Indonesia Dalam Menghadapi Middle Income Trap 2045,” Inspire J. Econ. …, pp. 75–86, 2021, [Online]. Available:

https://ejournal.uksw.edu/inspire/article/download/4856/1771

[5] S. H. Permana, “Strategi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) di Indonesia,”

Aspirasi, vol. 8, no. 1, pp. 93–103, 2017, [Online]. Available: http://news.detik.com/

[6] M. Kumar, J. Antony, and M. K. Tiwari, “Six Sigma implementation framework for SMEs – a roadmap to manage and sustain the change,” Int. J. Prod. Res., vol. 49, no. 18, pp. 5449–5467, Sep.

2011, doi: 10.1080/00207543.2011.563836.

[7] F. Redjeki and A. Affandi, “Utilization of Digital Marketing for MSME Players as Value Creation for Customers during the COVID-19 Pandemic,” Int. J. Sci. Soc., vol. 3, no. 1 SE-Articles, Jan. 2021, doi: 10.54783/ijsoc.v3i1.264.

[8] E. Juliansyah, “Strategi Pengembangan Sumber Daya Perusahaan Dalam Meningkatkan Kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi,” J. Ekon., vol. 3, no. 2, pp. 19–37, 2017.

[9] Badan Pusat Statistik, “Kendala Usaha Perusahaan, BPS 2022.” BPS 2022, Indonesia, p. 1, 2022.

[10] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Statistik Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020. 2020.

[11] Binuss.ac.id, “Strategi Pemasaran Bagi UMKM,” 2020. https://www.berdesa.com/strategi- pemasaran-umkm/

[12] Y. Agustina and F. Khaira, “Analisis Pengembangan Home Industri Kerupuk Tempe Di Desa Kubu Kecamatan Pusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireun ( Studi Kasus Usaha Bapak Mulyadi),” J.

Sains Ekon. dan Edukasi, vol. 8, no. 1, pp. 44–53, 2020.

[13] N. Agustina, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Browser pada Android Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp),” J. Sist. Inf., vol. 3, no. 2, pp. 228–236, 2014.

[14] S. H. Amin, J. Razmi, and G. Zhang, “Supplier selection and order allocation based on fuzzy SWOT analysis and fuzzy linear programming,” Expert Syst. Appl., vol. 38, no. 1, pp. 334–342, 2011, doi:

https://doi.org/10.1016/j.eswa.2010.06.071.

[15] R. Mosadeghi, J. Warnken, R. Tomlinson, and H. Mirfenderesk, “Uncertainty analysis in the application of multi-criteria decision-making methods in Australian strategic environmental decisions,” J. Environ. Plan. Manag., vol. 56, no. 8, pp. 1097–1124, Oct. 2013, doi:

10.1080/09640568.2012.717886.

[16] M. Kurttila, M. Pesonen, J. Kangas, and M. Kajanus, “Utilizing the analytic hierarchy process (AHP) in SWOT analysis — a hybrid method and its application to a forest-certification case,” For. Policy Econ., vol. 1, no. 1, pp. 41–52, 2000, doi: https://doi.org/10.1016/S1389-9341(99)00004-0.

Referensi

Dokumen terkait

Metoda ini digunakan untuk melakukan pemilihan alternatif dari kriteria masing-masing faktor dalam perumusan startegi, baik internal dan eksternal perusahaan, maupun dalam

Memanfaatkan budaya fitness yang semakin meningkat untuk mendapatkan konsumen baru Memaksimalkan pemanfaatan sosial media sebagai sarana promosi untuk memperluas pangsa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan sebagai pertimbangan dalam

Hasil dalam penelitian ini ditemukan bahwa strategi untuk mengembangkan usaha laundry yaitu dengan mempertahankan harga yang terjangkau agar semakin banyak

Tahap penginputan data dilakukan dengan tujuan untuk identifikasi faktor internal (berupa kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman)

Analisis SWOT menjadi salah satu pilihan cara untuk menganalisis usaha yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM dalam mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman usaha

Sustainability UMKM Pisang Sale dengan Metode SWOT dan AHP (Nanik Istianingsih) | 117 Dari hasil olahan data diatas bahwa sustainability sebuah perusahaan dalam hal ini adalah

Analisis strategi pemasaran pada faktor internal dari matriks IFE yang terdiri dari faktor kekuatan dan peluang dari UMKM SHE’S Kitchen yang harus dipertahankan yaitu telah memiliki